• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fonetik dan Fonologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Fonetik dan Fonologi

Ferdinand De Saussure dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘Kuliah Linguistik umum’, Saussure dalam (Bally dan Sechehaye: 1916) mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi bahasa manusia. Dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya hanyalah unsur – unsur yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunakkan kriteria yang semata – mata fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros sintagmatik. Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain.

Istilah fonetik secara umum didefinisikan sebagai suatu kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi suatu bahasa. Dengan demikian kajian ini merupakan cabang dari kajian linguistik seperti halnya morfologi, sintaksis, dan semantik. Secara khusus, fonetik mengkaji komponen-komponen bunyi (phonique) suatu bahasa lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi). Kajian fonetik itu sendiri dapat ditelaah tanpa mengikutsertakan kajian semantik. Atau dengan kata lain, kajian fonetik merupakan kajian bebas makna. Oleh karena itu, kita dapat melakukan kajian karakteristik fonetik suatu bahasa meskipun kita tidak mengerti maknanya. Fonetik merupakan kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi ujaran manusia.

Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasilah yang dikaji dalam fonetik, sementara bunyi di luar itu seperti bunyi batuk, berdahak, helaan nafas, termasuk pula bunyi-bunyi non insani, seperti kicauan burung, suara guntur, guruh, dan lain-lain bukan merupakan kajian fonetik. Sebaliknya, kajian fonologi tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang makna karena kajian ini berkaitan dengan fungsi-fungsi ujaran dalam menyampaikan pesan (message). Oleh karena itu, dalam mengkaji fonologi, kita harus memahami aspek semantik bahasa tersebut.

Pada saat mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan dianalisis secara akustik memerlukan telinga yang berfungsi sebagai panca indra pendengaran untuk menganalisis bnyi-bunyi tersebut. Melalui telinga dapat diketahui pembicara tersebut muda, tua, berpendidikan, tidak berpendidikan maupun asal daerah. Tindakan tersebut merupakan analisis fonetik. Tetapi pada saat otak menganalisi secara akustik bunyi-bunyi bahasa yang diterima oleh telinga maka otak mengetahui bunyi bahasa apakah yang sedang didengarkan. Misalnya contoh modus bahasa Prancis:

C’est long [selõ] atau C’est bon [sebõ] atau C’est rond [serõ]

Ini panjang Ini enak Ini bulat

(Leon et Bhatt:2005)

Bunyi bahasa tersebut merupakan tuturan yang memiliki ciri khas dari bahasa tertentu.(Verhaar:1999) berpendapat bahwa bunyi bahasa diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut pelafalannya, dan menurut sifat akustiknya. Sedangkan fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. Misalnya saja bunyi [p] pada bahasa Prancis. Bunyi [p] menurut sifat fonetisnya terletak dalam kurung persegi. Dalam bahasa Prancis [p]

merupakan konsonan occlusive misalnya épais [ɛpɛ], [p] juga merupakan konsonan sourdes tidak bergetar misalnya pâte [pɑt], [p] juga merupakan

konsonan dengan yang forte misalnya pas [pa] (Léon:1966). Oleh karena itu fonetik mengkaji komponen-komponn bunyi (phonique) suatu bahasa lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi).

La phonétique est l’étude de la production, de la transmission et de la perception des sons de la parole (Léon:2005). Fonetik mempelajari tetang bagaimana memproduksi bunyi, mentransmisikan bunyi dan mempersepsikan bunyi. Tiga cabang fonetik yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditive. Fonetik artikulatoris meneliti alat-alat ucap manusia melalui organ bicara seperti lidah, langit-langit, dan gigi yang digunakan untuk menghasilkan bunyi ujaran. Misalnya [p] dalam bahasa Prancis, kedua bibir harus dikatupkan bersama-sama, dihembuskan udara dari paru-paru, dan bibir dibuka sehingga membuat letupan.

http://id.wikipedia.org/wiki/berkas.places_of_articulation.svg

Daerah artikulasi (pasif & aktif):

1. Bibir luar, 2. Bibir dalam, 3. Gigi, 4. Rongga-gigi, 5. Pascarongga-gigi, 6. Pralangit-langit, 7. Langit-langit, 8. Langit-langit belakang, 9. Tekak, 10. Hulu kerongkongan, 11. Celah suara, 12. Katup napas, 13. Akar lidah, 14. Lidah belakang, 15. Punggung lidah, 16. Lidah depan, 17. Ujung lidah, 18. Bawah ujung lidah.

Komponen-komponen yang sangat penting dalam mendeskripsikan aspek fisik bunyi suatu bahasa adalah gerakan larynk dan juga corde vocal (rongga mulut), posisi organes mobiles (artikulator) pada cavite bucale (rongga mulut) seperti lidah, dan fungsi des cavités nasales (rongga hidung) yang berfungsi sebagai resonator.

Fonetik akustik mempelajari bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai bunyi bahasa. Sebagai contoh, buni konsonan [s] dalam bahasa Prancis memiliki

frekuensi lebih tinggi dibanding konsonan lain seperti bunyi [ʃ]. Seperti pada kata

sou [su] dan chou [ʃu].

Fonetik auditive mempelajari bunyi yang didengar dan dianalisis oleh otak dan dialirkan ke indra pengucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebagai contoh, apa yang membuat kita mendengar bunyi-bunyi silabel bertekanan (une syllabe acccentuée) apakah panjang pendeknya suara, kekuatan suara, atau frekuensi, ataukah kombinasi ketiganya. Seperti diketahui kepekaan telinga manusia dalam mendengar bunyi memiliki batas minimal dan batas maksimal, dan variasi batas kepekaan setiap orang berbeda-beda. Selain itu, hasil pendengaran bunyi oleh telinga pada masing-masing orang sangat bergantung pada orang yang mendengar dan pada pengalaman orang tersebut dalam mendengar suatu bunyi. Kajian tentang bidang fonetik auditif ini biasa disebut dengan la psychologie expérimentale.

Dengan fonetik dapat dipelajari tentang gaya bahasa seseorang yang dilihat dari jenis suara, secara emosional, sikap, aksen individu yang menjelaskan asal daerah dan status sosial.

La phonologie suprasegmentale touche à tout ce qui au-delà de ces segments individuels. Elle traite surtout de deux facteurs qui portent sur le group rythmique ou la phrase entière et qi influence notre compréhension: l’accentuation et intonation (Antes:2007).

Fonologi suprasegmental menandai ciri-ciri segmen dari individu. Bunyi suprasegmental mencakup pada dua faktor yaitu grup ritme pada modus yang mempengaruhi tekanan (accent) dan intonasi (intonation) pada pemahaman pendengar (Antes:2007)

Dokumen terkait