• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.3 Landasan Teori

2.3.2 Prosodi

Pada sebuah tuturan memiliki unsur lain yang mengkarakterisasi struktur leksikal sesuai dengan struktur yang harus dituturkan. Dari sudut pandang fonetik, unsur yang pertama disebut unsur segmental, dan unsur yang mengkarakterisasi unsur segmental itu disebut unsur suprasegmental atau prosodi. Setiap prosodi memiliki frekuensi dan durasi.

Collier dalam Sugiyono (2003) mengatakan bahwa ciri prosodi mempnyai fungsi demarkasi yaitu sebagai pewatas dalam tuturan. Sebagai pewatas antarmodus, prosodi menandai kohesi leksikal dalam satuan informasi yang ditonjolkan di antara satuan-satuan lain. Dalam hal ini prosodi sebagai pembatas yang berfungsi sebagai penekanan sehingga makna tuturan menjadi lebih transparan bagi pendengar. Pembatas inilah yang disebut Perseptual Boundary Strenght (PBS). Prosodi juga dapat di gunakan untuk memarkahi batas antar satuan informasi, seperti pewatas antar kata atau antar frasa yang dapat dipahami oleh pendengar. Pada tataran wacana, pewatas itu memiliki ekuivalensi dengan pewatas lain dan pada tataran yang lebih tinggi dari pada struktur wacana, prosodi menjadi pewatas, misalnya, untuk pergantian topik dalam monolog dan pemarkah

turn-taking dalam percakapan. Heuven dalam sugiyono (2003) merinsi fungsi prosodi atas tiga macam, yaitu memberi pembatas domain atau bagian tuturan (misalnya paragraf, modus, atau frasa), memberi sifat tertentu pada informasi yang ditampilkan dalam domain (misalnya pernyataan atau pertanyaan), dan menonjolkan konstituen tertentu.

Menurut Cruttenden (1997) ciri-ciri prosodik meluas pada domain yang bervariasi, yaitu dapat terjadi pada ucapan yang pendek, seperti satu suku kata

atau satu morfem (disebut nada berhubungan dengan domain lebih pendek), dan dapat terjadi pada ucapan yang panjang, satu frasa, satu klausa, atau satu modus (disebut intonasi umumnya berhubungan dengan domain lebih panjang).

Kajian prosodi (la prosodie) adalah fonem-fonem suprasegmental (les phonèmes suprasegmentaux), yaitu elemen-elemen fonik yang bersifat supra (taille supérieur) pada proses penyampaian pesan wicara seperti aksentuasi (l’accentuation), dan intonasi (l’intonation). Gardes-Tamine (1991) memaparkan bahwa La Prosodie regroupe sous ce terme des phénomènes comme l’accent, les tons, le rythme, la quantité et l’intonation. Ils font intervenir l’intensité, la quantité, la durée et la hauter du son. Prosodi gabungan dari tekanan, nada, ritme, kuantitas dan intonasi. Dari semua itu dikenal dengan intensitas, kuantitas, durasi, dan tinggi nada.

La Prosodie comprend: l’accentuation, le rythme, l’intonation et la syllabation (Abry:2007). Prosodi bahasa Prancis yang mencakupi accent atau tekanan, irama, intonasi, dan suku kata. Bahasa Prancis merupakan bahasa yang memiliki tekanan yang pasti. Penggunaan tekanan pada bahasa Prancis ditempatkan pada vokal terakhir pada pengucapan suku kata atau kumpulan kata. Kumpulan kata tersebut di sebut iama.

Contoh pada:

Un café! [œ̃kafe ] Secangkir kopi!

Un café allongé! [œ̃kafealõƷe ]

Terjadi tekanan “é” pada kata café pada modus imperatif.

disebabkan banyak bahasa yang memiliki tekanan pada kata dan pembelajar dapat mengucapkan satu kata tanpa tekanan.

Realisasi tekanan suku kata pada huruf vokal yang memiiki accent bahasa Prancis lebih panjang dibandingkan dengan semua vokal yang tidak memiliki tekanan. Direalisasikan dengan suara lebih keras atau lebih tinggi dari pada vokal-vokal yang lain.

Tekanan (accent) dan ritme dalam bahasa Prancis memiliki variasi bunyi. Dalam satu modus, bahasa Prancis memiliki jumlah tekanan yang bervariasi dan ritme yang berbeda.

Contoh:

1. Ce matin très tôt, il a télèphoné. [sematɛ̃trɛto ilatelɛpone] Pagi-pagi buta tadi, dia telah menelepon saya

2. Ce matin, très tôt, il a télèphoné. [sematɛ̃ trɛto ilatelɛpone] Pagi-pagi buta tadi, dia telah menelepon saya

3. Si tu as le temps, demain, viens avec moi chez le docteur. Jika kamu ada waktu, besok, pergi ke dokter dengan saya

[si ty a lǝ tɑ̃ dǝmɛ̃ vjɛ̃ avek mwa ʃe lǝ doktœ] 4. Si tu as le temps demain, viens avec moi chez le docteur.

Jika kamu ada waktu, besok, pergi ke dokter dengan saya

[si ty a lǝ tɑ̃ dǝmɛ̃ vjɛ̃ avek mwa ʃe lǝ doktœ]

Dari keempat contoh tersebut memilki ritme dan tekanan yang berbeda-beda. Pada contoh no.1 memiliki 2 grup ritme dan 2 tekanan, no.2 memiliki 3 grup ritme dan 3 tekanan, no.3 memiliki 4 grup ritme dan 4 tekanan, no.4 memiliki 3 grp ritme dan 3 tekanan. Tekanan (accent) memiliki fungsi demarkatif yang berarti tidak terbatas dari grup nomina, grup verba, keterangan tempat, keterangan waktu dan sebagaianya.

Accent atau tekanan dapat dibedakan sesuai dengan jenisnya. Ada accent fixe

yaitu tekanan yang terlihat dan ada juga accent libre yaitu accent yang tidak terlihat. Bahasa prancis berkiblat pada jenis accent fixe dimana tekanan selalu terjadi pada suku kata terakhir pada kata atau kelompok kata, maupun modus. Contoh pada:

Tableau [tablø]

Papan tulis

Un tableau noir [œ̃tablønwar] Sebuah papan tulis hitam

Irama dalam bahasa Prancis biasa terjadi pada semua suku kata. Pada pengucapan kata, bahasa Prancis memiliki durasi dan intonasi yng tidak sama. Satu suku kata memiliki tekanan yang lebih panjang.

irama dalam linguistik berhubungan erat dengan tekanan. Persamaan antara pajang irama ditunjukkan nada. Seperti pada grup kata yang memiliki tiga atau empat suku kata, memiliki suara naik. Irama digunakan pada saat membacakan puisi.

Contoh pada puisi:

Je déteste ce texte inepte. Voici une affreuse nouvelle! C’est la triste vérité. Que me dites-vous là? La terre est ronde Il marche lentement Il marche prestement Il voit le petit chat.

[Ʒdetɛstǝstɛkstinɛpt] [vwasiynafrøznuvɛl] [sɛlatristǝverite] [kǝmditvula] [latɛrɛrõd] [ilmarʃǝlɑ̃ tmɑ̃] [ilmarʃǝprɛstǝmɑ̃] [ilvwalpǝtiʃa]

Je me désole [Ʒǝmdezɔl]

(Gardes-Tamine:1991)

Intonasi dalam fungsi linguistik terdapat pada modus deklaratif, modus interogatif atau imperatif. Sedangkan intonasi dalam fungsi ekspresif menyatakan adanya perbedaan pada pembicara pada saat menyatakan keragu-raguan, konfirmasi, marah dan kejutan. Pada modus deklaratif bisa memiliki banyak grup ritme tergantung dari panjangnya modus. Ada intonasi naik dari suku kata terakhir dari grup yang dijadikan sbagai pelanjut modus, dan intonasi turun pada akhir modus.

La phrase déclarative, elle descend en fin de phrase (Abry:2007). Modus deklarative memiliki intonasi turun pada akhir modus.

Contoh:

Je pense partir ce soir [Ʒpɛ̃ spartisǝswar] Saya berpikir pergi sore ini

Modus deklaratif memiliki banyak grup ritme sesuai dengan panjang modusnya. Ada intonasi naik pada suku kata terakhir menandakan bahwa modus tersebut berlanjut, dan intonasi turun pada suku kata terakhir.

Contoh:

Il a dit qu’il viendrait si on l’invitait très solennellement Dia bicara bahwa dia akan datang jika kita mengundangnya suatu kebanggaan.

[iladikilvɛ̃ drɛsiõlɛ̃ vitɛtrɛsolenelemɛ̃]

La phrase interrogative, sans mot interrogatif, l’intonation montante en fin de phrase et avec un mot interogatif, l’intonation dépendra place du mot interogatif: en début ou fin de phrase (Abry:2007). Pada modus interogatif, intonasi naik pada akhir modus jika tidak adanya kata tanya. Tetapi dengan

menggunakan kata tanya, intonasi akan naik sesuai letak dari kata tanya tersebut, bisa di depan atau di akhir modus.

Contoh:

Tu pars? [typar? ]

Anda pergi?

Tu ne pars pas? [tynǝparpa? ]

Anda tidak pergi?

Quand pars-tu? [kɑ̃ party? ] Anda kamu pergi?

Quand est-ce que tu pars? [kɑ̃ tesketypar? ] Anda kamu pergi?

Tu pars quand? [typarkɑ̃ ] Anda pergi kapan?

La phrase impérative secaractérise par la forte descente de la voix sur la dernière syllabe. Il y a un grand écart avec la syllabe précédente (Abry:2007). Modus imperatif memiliki karakteristik dari tingginya suara dengan nada tinggi pada suku kata terakhir. Hal tersebut mempengaruhi suku kata selanjutnya.

Contoh:

Sortez immédiatement! [soteimɛdiǝtǝmɛ̃] Keluar cepat!

Pada bahasa Prancis intonasi juga merupakan satu ekspresi, walaupun tidak merupakan bagian linguistik, intonasi menunjukkan sikap seorang pembicara, apakah ragu-ragu, marah, senang, terkejut maupun hanya mengabarkan saja.

Intonasi memiliki fungsi yang sangat mempengaruhi suatu modus dalam linguistik. Intonasi dapat membedakan jenis modus dan menunjukkan suatu kata yang penting dalam satu modus. L’intonation, c’est la structuration de l’énoncé

Secara fisik, bunyi berasal dari suara yang dihasilkan oleh pergerak pita suara. Frekuensi perpindahan tergantung dari kecepatan dan aliran udara dan tekanan kuat atau lemah dari pita suara. Tingginya suara bervariasi sesuai dengan fungsi dan faktor pergerakan. Dalam akustik, melodi menghasilkan variasi bunyi yang sangat mendasar dimana harmoni suara normal lebih sering terjadi.

Intonasi dapat menggambarkan kontur melodi ada atau tidaknya jumlah tekanan yang jelas. Beberapa pendapat tentang continuitas, final, pertanyaan. 4 Question

3 Continuité

2 Niveau du fondamental (niveau moyen) 1 Finalité 4 3 2 1 (Leon et Bhatt:2005)

Dengan skema melodi diatas dapat diketahui jenis-jenis modus secara mudah. Contoh:

Modus deklaratif dengan melodi netral 4

3 tis

2 ils sont par- ce ma 1 tin

Modus deklaratif dengan penjelasan 4

3 pas,

2 j’en mange sauf si j’ai 1 dit-il, faim. Modus imperatif 4 des- 3 cen- 2 dez 1 vite ! Modus interogatif 4 ça? 3 mez 2 vous ai- 1

Modus interogatif dengan kata interogasi 4

3 vous

2 est-ce vous venez? 1

Modus interogatif dengan inversi 4 gez

3 man- vous? 2 en

1

Intonasi merupakan bagian dari prosodi, tekanan dan intonasi yang dijelaskan melalui phonematik yaitu fonem, vokal dan konsonan. Seperti tekanan, intonasi berfungsi sebagai fungsi demarkatif yang berfungsi sebagai pemberi makna suatu modus.

Pengertian tentang ritme dan melodi kelompok gerakan tidak dapat dipisahkan dalam bahasa Prancis. Terlihat, kontur melodis yang turun dibawa dengan menekankan jumlah suku kata akhir memungkinkan pendengar untuk struktur modus unit untuk merekonstruksi makna secara keseluruhan ucapan.

Gerakan-gerakan melodi ini sangat bervariasi dan mencerminkan emosi dan karakteristik individu dalam situasi komunikatif. Konsep melodi dalam bermain peran penting dalam menggambarkan gerakan frase melodi. Dalam kontur melodis mungkin bergerak naik( ) atau gerakan ke bawah ( ). Sebuah modus yang terdiri dari satu kata atau satu grup rytme dapat dikatakan sebagai jatuh nada (deklinasi) atau nada naik (inklinasi). Jika pengucapan suara mendatar, ungkapan akan ditafsirkan sebagai modus deklaratif. Jika pengucapan suara naik, akan ditafsirkan sebagai modus interogatif. inklinasi atau deklinasi tidak menekankan intonasi pada suku kata, yang ditandai dalam tulisan ini.

[an] [an]

Ma gentille voisine. (tetangga baik saya) [maƷɛ̃tivwazin]

Ma gentille voisine? (tetangga baik saya?) [maƷɛ̃tivwazin]

Untuk modus yang lebih panjang dapat diindikasikan oleh jeda, tetapi paling sering akan ditandai dengan intonasi. Dengan demikian "Ma gentille voisine m'a invitée" (tetangga baik saya mengundang saya) dapat dibagi menjadi "Ma gentille voisine" (tetangga baik saya) dan "m'a invitée" (mengundang saya). Suku kata dari kedua kelompok berirama masing-masing, dan perbatasan antara dua kelompok yang ditandai oleh gerak melodis tertentu, atas atau bawah sesuai dengan aturan dua prosodi tertentu. Intonasi Prancis dapat diringkas dalam dua mekanisme yang sederhana.

Gambaran tentang pola melodi dasar dari frase Prancis, dan aturan-aturan yang ada, dipahami untuk memodulasi fungsi ganda yang dapat mengisi intonasi.

" L'intonation: organise l'ensemble de l'énonciation; structure la pensée du locuteur à travers la syntaxe de la phrase; exprime l'état d'esprit et, éventuellement, l'état émotionel de celui qui parle; traduit l'intention de communication du locuteur; trahit des distorsions entre les mots et le sens que le locuteur veut donner; dévoile à l'auditeur des ambiguïtés cachées, des intentions qui ne sont pas exprimées clairement (seulement à qui sait entendre!); oriente le choix et l'interprétation de l'auditeur; suggère des pistes multiples de

compréhension, des choix préférentiels à faire dans l'interprétation, en particulier dans le non-dit" (E. Lhote: 1995)

"Intonasi: Interpretasi dari pendengar menunjukkan beberapa pemahaman dengan menunjukkan adanya sesuatu yang tidak bisa dikatakan. Dengan menyusun semua lafal yang terstruktur pembicara dapat memahami pembicaraan melalui sintaks modus untuk mengungkapkan suasana hati dan mungkin keadaan emosional pembicara. Situasi tersebut menerjemahkan maksud dari pembicara dengan bahasa komunikatif bermaksud menuturkan kata dan makna bahwa pembicara ingin mengungkapkan kepada pendengar bahwa maksud yang tidak jelas dapat diungkapkan. "(E. Lhote:1995)

Disebutkan di sini bahwa fungsi yang paling relevan dengan situasi pembelajaran bahasa kedua dan didefinisikan oleh Lhote untuk penjelasan rinci tentang berbagai fungsi intonasi. Di Cristo mendefinisikan bahwa: Fungsi distingtif atau Fungsi pembeda, dengan tidak adanya tanda untuk membedakan sintaksis seperti modus deklaratif, sebuah modus interogatif atau modus imperatif. Di Cristo berpendapat bahwa fungsi modal yang beroperasi pada dua tingkat: tingkat primer modalitas atau tidak ekspresif, dan tingkat sekunder atau ekspresif modalitas. Mendengarkan dan melihat pernyataan berikut masing-masing memiliki tiga modalitas utama yang berbeda:

a. Tu manges avec lui demain. [tymɑ̃aveklwidemɑ̃ ] Anda makan bersamanya besok.

b. Tu manges avec lui demain? [tymɑ̃ aveklwidemɑ̃ ] Anda makan bersamanya besok?

c. Tu manges avec lui demain! [tymɑ̃ aveklwidemɑ̃ ] Anda makan bersamanya besok!

Fungsi demarkatif (disebut "fungsi disambiguasi" oleh Di Cristo) mengambil organisasi semantik suatu ucapan, dan dengan demikian menghapus beberapa ambiguitas. Fungsi sintaksis, dengan intonasi saja, untuk membangun hubungan koordinasi dan subordinasi antara 2 modus atau 2 segmen disandingkan pernyataan. Écoutez et visualisez les 2 exemples suivants: Dengar dan melihat contoh 2 berikut:

a. Laporan sebab dan akibat.

"Il s'est acharné. Il a terminé son projet."

"Dia kesulitan. Dia sudah menyelesaikan proyeknya." b. Laporan keadaan

"Tu franchis cette porte. C'est fini."

"Anda melintasi pintu. Sudah selesai."

Fungsi ekspresif termasuk dalam subjektif dan mencerminkan emosi, niat, sikap pembicara, dan diwujudkan dalam berbagai cara tergantung pada tingkat ekspresi, kepribadian dan maksud dari setiap komunikasi.

“ Au sein d'un groupe donné se construisent des habitudes de communication qui permettent aux participants de se comprendre facilement, de se comprendre à mi-mot, voire de se deviner." ( Lhote , 1995)

"Dalam kelompok tertentu komunikasi biasanya dapat dimengerti dengan mudah untuk memahami pertengahan kata maupun memilih penggunaan kata. " (Lhote, 1995).

Sistem bahasa Prancis memiliki banyak mekanisme untuk menunjukkan kohesi atau pembagian unit berturut-turut dalam rantai yang diucapkan. Mekanisme dijelaskan paling baik sampai saat ini adalah l'élision (penghilangan bunyi dlm percakapan), l'enchaînement (penyeretan) et la liaison. (penghubung).

Dengan demikian, dalam kelompok "petits amis" (kawan dekat), la liaison

(penghubung) antara "petits" dan "amis” suatu kelompok menandai kohesi dalam rantai yang diucapkan. Sebaliknya dalam modus "les petits aiment le chocolat"

(anak-anak suka coklat), tidak ada link dalam kelompok "les petits" (anak-anak) dan "aiment le chocolat" (suka coklat). menunjukkan pembagian urutan ke dua unit: "les petits" (anak-anak) dan "aiment le chocolat" (suka coklat) (http://coursweb.edteched.ottawa.cn/phonetique/pages/phonetique/liaisons).

La prononciation de ces consonnes-dites de liaison ou d’enchaînement-dépend de leur position à l’intérieur d’un même groupe rythmique ou à la jointure de deux groupes (Leon et Bhatt:2005). Pelafalan konsonan dapat dihubungkan atau penyeretan tergantung dari letaknya pada grup ritme yang sama atau penggabungan.

Penggabungan konsonan merupakan konsonan yang diucapkan yaitu pada posisi di belakang kata.

Élision (Leon:1961) terdapat pada penulisan dan pengucapan, pada vokal [a], [e], atau [i], berada di depan kata yang dimulai dengan huruf vokal atau h muet:

La [la] + Amie [ami] > L’amie [lami]

Le [lǝ] + Ami [ami] > L’ami [lami]

Si [si] + Il [il] > S’il [sil]

La [la] + Hirondelle [irõdel] > L’hirrondelle [lirõdel]

Le [lǝ] + Homme [ɔm] > L’homme [lɔm]

Que [kǝ] + Elle [el] > Qu’elle [kel]

Enchainement (Leon:1961) satu kata dibelakang apabila dalam pengucapan diucapkan dengan konsonan dan bertemu dengan huruf vokal pada kata

selanjutnya, maka meiliki irama yang sama, misalnya: une amie [ynami]. Terjadi pengecualian pada konsonan [f] pada kata neuf berubah menjadi v apabila berada di depan kata neuf heures [nœvœ:r] dan neuf ans [nœvɑ̃].

Liaison atau penyeretan irama dari satu kata ke kata yang lain (Leon:1961) huruf konsonan yang berada pada akhir kata pada tulisan, tetapi tidak pada pengucapan, didepan konsonan atau h aspiré. Diucapkan jika terletak didepan vokal atau h

muet. Seperti pada kata petit [peti] yang diucapkan dengan dua variasi bunyi sesuai dengan distribusinya.

Sans Liaison Avec Liaison

En finale + Consonne + h aspiré + voyelle + h muet Il est petit

[pti] Petit garçon [ptigarsõ] Petit héros [ptiero] Petit enfant [ptitɑ̃ fɑ̃] Petit homme [ptitɔm]

Ils sont petits [pti] Petit garçons [ptigarsõ] Petit héros [ptiero] Petits enfant

[ptitzɑ̃ fɑ̃] Petits homme [ptitzɔm]

2.3.2.1Frekuensi

Frekuensi merupakan bunyi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nada sebuah bunyi. Frekuensi bunyi menentukan tinggi atau rendahnya nada sebuah bunyi. Dengan kata lain, frekuensi bunyi menurut Lehiste (1970) adalah jumlah getaran dalam waktu satu detik (Lehiste, 1970; Johnson, 2003). Frekwensi menentukan titi nada atau nada. Adalah satu hal yang sangat sulit untuk mendeskripsikan secara konkrit tentang bunyi, sebab bunyi dapat diujarkan tetapi tidak dapat diamati secara akurat. Akan tetapi, dari sudut pandang ilmu fisika bunyi dapat diukur dan digambarkan dalam bentuk grafik yang menggambarkan gelombang sinusiodal, yaitu gelombang yang berulang-ulang (Hayward, 2000) sehingga bunyi dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian siklus (cycle).

2.3.2.2Durasi

Durasi menurut Sugiyono (2003) merupakan rentang waktu yang diperlukan untuk realisasi sebuah segmen yang diukur dalam satuan milidetik. Jika segmen itu berupa modus, rentang waktu itu biasanya disebut tempo. Durasi dapat diartikan sebagai penentuan waktu rangkaian artikulatori dan dimensi waktu terhadap sinyal akustik. Lehiste (1970) berpendapat bahwa durasi juga bisa diasosiasikan dengan istilah kuantitas jika berfungsi sebagai suatu variabel bebas di dalam sistem fonologi bahasa. Oleh sebab itu , istilah durasi instriksi bisa digunakan terkait dengan durasi suatu segmen yang ditentukan oleh kualitas fonetiknya.

2.3.2.3Nada Dasar

Halim dalam Sugiyono (2003) memaparkan bahwa nada dasar digunakan untuk menyebut frekuensi fundamental nada awal yang relevan dalam sebuah alir nada atau sebuah kontur. Halim menganggap bahwa nada 2 sebagai nada netral dan nada ini mengawali kelompok jeda, kajian ini menetapkan nada awal itu sebagai dasar acuan pendeskripsian, baik alirnada maupun kontur secara lengkap. Artinya, pola perubahan nada di dalam alir nada dan kontur intonasi sebuah intonasi akan dideskripsikan dengan cara melihat ukuran perbedaan atau ekskursi nada-nada relevan dalam alir nada dan kontur itu dari nada dasarnya.

2.3.2.4Nada Final

Yang disebut nada final adalah nada relevan yang berposisi di akhir kontur intonasi secara keseluruhan. Karena memisahkan satu kontur dengan kontur lain, nada final juga disebut batas final. Oleh karena itu pembedaan struktur melodik tuturan dari modus deklaratif, interogatif dan imperatif didasarkan pada tinggi nada final.

2.3.2.5Puncak Nada

Puncak nada (peak) digunakan untuk menyebut prominensi tertinggi dalam sebuah alir nada. Lawan dar nada puncak adalah lembah (valley). Dalam kaitannya dengan F0, puncak nada adalah F0 tertinggi dalam sebuah alirnada yang dalam bahasa Prancis, umumnya berposisi pada pertengahan alir nada.

2.3.2.6Julat Nada

Julat Nada (pitch range) adalah rentang F0 dalam sebuah tuturan. Nada dasar ditentukan dengan menghitung selisih F0 tertinggi dan F0 terendah. Dengan demikian julat nada dalam kajian ini sama dengan istilah tonal space.

2.3.2.7Alir Nada

Alir nada (pitch movement) adalah komposisi nada-nada relevan dalam domain konstituen pembentuk tuturan. Atas dasar perbandingan atau perubahan tinggi F0 relevan itulah sebuah alirnada digambarkan. Dalam kajian Halim (dalam Sugiyono: 2003), konsep alirnada ini kurang lebih sama dengan konsep pola nada

(pitch movement) kombinasi nada dalam domain kelompok jeda atau kelompok tona.

2.3.2.8Kontur Intonasi

Kontur intonasi (intonation contour) adalah kombinasi nada yang memberi ciri melodik sebuah tuturan dalam domain modus atau yang membentuk struktur melodik sebuah tuturan. Dalam beberapa pendekatan, intonasi dianalisis sebagai kontur yang di dalamnya berisi variasi tingkat tinggi nada.

2.3.2.9Jeda

Jeda (pause) adalah hentian sesaat antara satu konstituen dengan konstituen berikutnya dalam sebuah tuturan. Jeda digunakan sebagai pembatas konstituen-konstituen pokok ujaran, seperti batas antara klausa yang satu dengan klausa yang lain atau antara konstituen subjek dengan konstituen predikatnya.

2.3.2.10 Ambang Atas

Ambang atas adalah nilai unik stimulus yang jika dilampaui batas atas akan memicu respon positif dan sebalimnya jika tidak melampaui batas atas akan memicu respon negatif. Karena nilai unik itu seringkali berubah-ubah meski stimulus dan subjek yang mempersepsi sama, ambang tidak benar-benar bisa berada pada satu titik nilai unik mutlak seperti yang dikonsepkan.

Ambang atas adalah nilai unik stimulus yang jika dilampaui batas bawah akan memicu respon positif dan sebalimnya jika tidak melampaui batas bawah akan memicu respon negatif. Karena nilai unik itu seringkali berubah-ubah meski stimulus dan subjek yang mempersepsi sama, ambang tidak benar-benar bisa berada pada satu titik nilai unik mutlak seperti yang dikonsepkan.

2.3.2.12 Deklinasi

Dekinasi adalah modifikasi nada dengan membuat nada turun pada satu nada. Deklinasi pada suatu nada membuat perubahan nada tuturan asli.

2.3.2.13 Inklinasi

Dekinasi adalah modifikasi nada dengan membuat nada naik pada satu nada. Deklinasi pada suatu nada membuat perubahan nada tuturan asli.

2.3.2.14 Persepsi

Persepsi adalah mempersepsikan tuturan, baik tuturan asli maupun tuturan yang dimodifikasi. Persepsi nada dari nada yang dinaikan atau diturunkan dengan tujuan responden dapat mempersepsikan secara betul.

Dokumen terkait