• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis Di Medan"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

KENDALA PROSODI PEMBELAJAR

BAHASA PRANCIS DI MEDAN

DISERTASI

HESTI FIBRIASARI

078107002/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Judul Disertasi : KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN

Nama Mahasiswa : Hesti Fibriasari

Nomor Pokok : 078107002

Program Studi : Doktor (S3) Linguistik

Menyetujui:

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D)

Promotor

(Dr. Evi Eviyanti, M.Pd) (Dr. Sugiyono.)

Ko. Promotor Ko. Promotor

Ketua Program Studi, Direktur Sekolah Pascasarjana,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(3)

ABSTRAK

KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN, Hesti Fibriasari, Program S3 Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

(4)

Prancis berasal dari Karo memiliki alir nada yang lebih rendah pada kalimat deklaratif dan interogatif absolut dibandingkan dengan pembelajar berasal dari Medan, Langkat dan Asahan. Pada kalimat interogatif parsial dan kalimat imperatif penutur bahasa Prancis berasal dari langkat memilki nada paling rendah dari penutur yang berasad dari daerah lain. Pembelajar bahasa Prancis berasal dari Medan dan Langkat memiliki kecenderungan kemiripan alir nada, hal ini terlihat pada nada dasar, nada rendah, nada dasar, nada final dan julat nada dari seluruh kalimat yang dituturkan yaitu kalimat deklaratif, interogatif absolut, interogatif parsial dan imperatif.

Kata kunci: Prosodi Bahasa Prancis, Pembelajar, Modus Tuturan

(5)

PROSODIC CONSTRAIN OF FRENCH SPOKEN BY INDONESIAN LEARNERS IN MEDAN, Hesti Fibriasari, S3 Doctoral Linguistics Program, Linguistics Studies Post-graduate of the University of The University of North Sumatera

This dissertation deals with the analysis of prosodic constrain of French spoken by Indonesian learners in Medan. The purpose of this analysis is to know how the prosody of French learners are , based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. This analysis finds that there is constraint of the French learners in uttering the four aspects above. This analysis assumes that studying prosody is as a part of production system of speakers that consist of prosody components i.e., segmental and lexical. In production experiment, the researcher finds that the intonation contour system consisting of basic intonation, final intonation, peak intonation and range intonation is signified by duration at declarative sentence, absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. Generally, it can be concluded that the acoustic characteristic of declarative sentence at French learners ‘ utterances based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. The basic intonation in absolute interrogative sentence (10.72 st) indicates the highest intonation and the lowest final intonation found in imperative sentence (8,94 st). The lowest intonation at low intonation in declarative sentence is (4,34 st). The highest intonation is found in absolute interrogative sentence (14,69 st) whereas the all intonation range is minus and the minusest range intonation found at the intonation range of imperative sentence is (11.52 st) Accoustic characteristic utttered by French learners conforms to female and male. Generally male voice is lower than female’s. It can be seen at the above description that the highest intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and intonation range of female’s voice is higher than male’s. The acoustic characteristic of French learners depend on the length of studying . The French learners having studied more than three years and having been three years, there is no significantly different.At the highest intonation the French learners having had time more than three years show that the highest intonation in all kinds of sentences is higher than French learners having studied for three years.At intonation range of French learners having studied French more than three years utter intonation lower than French learners having studied for three years. The final intonation of French learners having studied for three years is higher than French learners having studied more than three years. The acoustic characteristic of French learners utterance based on the area where they come from. French learners coming from Medan, Karo, Tobasa, Langkat, Asahan show that there are no significantly different in uttering declarative,absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. In uttering declarative and absolute interrogative, French learners coming from Tobasa utter the highest alur nada and the characteristic can be seen at high intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and range intonation while French learners coming from Karo uttered counturelower in declarative and absolute interrogative sentence compared with French learners coming from Medan, Langkat and Asahan. In partial interrogative and imperative sentence French learners coming from Langkat utter the lowest intonation than the French learners coming from other regions. French learners coming from Medan and Langkat have inclination of counture resemblance, this case can be seen at basic intonation, low intonation, final intonation and range intonation of all kinds of sentences uttered i.e., declarative sentence, absolute interrogative sentence, partial interrogative and imperative sentence.

(6)

Key words: Prosodic, French, learners, Speech Modes

KATA PENGANTAR

(7)

walaupun sengan segala keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki. Shalawat

dan salam semoga dicurahkan-Nya kepada jujungan kita, Nabi besar Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita pengikutnya sapai akhie zaman. Saya

menyadari keberhasilan ini terlaksana berkat sejumlah nama yang begitu berjasa

membimbing dan mengarahkan saya.

Untuk itu, pada kesempatan ini saya sampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Medan, yang

terhormat dan amat terpelajar Prof. DR. Dr Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc

(CTM), Sp.A (K), dan para pembantu Rektor Universitas Medan.

Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Medan, yang terhormat dan

amatterpelajar Prof. Dr. Ir A. Rahim Matondang, MSIE; Ketua Program Studi

Doktor Linguistik Universitas Medan, yang terhormat dan amat terpelajar Prof. T.

Silvana Sinar, MA, Ph.D. yang sekaligus sebagai promotor saya, yang senantiasa

memberikan semangat, dorongan, serta kepedulian, empati beliau yang sangat

besar yang diberikan kepada saya selama ini, serta mengingatkan saya untuk

segera menyelesaikan program S-3.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya

haturkan kepada ko-promotor saya, yang terhormat dan amat terpelajar Dr. Evi

Eviyanti, M.Pd yang secara khusus dan senang hati, sabar telah membimbing

saya, dan penuh perhatian memberikan semangat, dorongan serta kepedulian

kepada saya.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya haturkan

kepada ko-promotor saya, yang terhormat dan amat terpelajar Dr. Sugiyono

(8)

dengan kewibawaan ilmiah telah memberikan arahan, dan bimbingan serius,

memberikan masukan yang sangat berharga, dan empati beliau yang sangat besar

saya berikan kepada saya selama ini. Di sela-sela kesibukan beliau, masih

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan masukan atas

penyempurnaan tulisan ini.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya haturkan terima kasih yang tidak

terhingga kepada, yang terhormat dan amat terpelajar Prof. Robert Sibarani, M.S,

Prof. Paitoon M. Chaiyanara, Ph.D, Dr. T. Syarfina M.Hum, dan Dr.

Gustianingsih, M.Hum yang masing-masing sebagai penguji pada ujian seminar

hasil dan ujian tertutup yang telah memberikan bimbingan, arahan, sanggahan,

dan saran.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya haturkan

kepada Prof. Vincent Van Heuven yang telah bersedia menerima saya untuk

mengikuti perkuliahan fonetik selama tiga bulan pada saat saya mengikuti

sandwich-like program di Universiteit Leiden Belanda. Terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada DIKTI yang telah memberikan beasiswa

sandwich-like program periode 2010.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa saya sampaikan kepada Rektor

Universitas Negeri Medan, yang terhormat Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si yang telah

memberikan saya kesempatan dan telah memberikan kesempatan kepada saya

untuk mendedikasikan keilmuan saya di Prodi. Bahasa Prancis Universitas Negeri

(9)

saya untuk menyelesaikan program Doktor, motivasi yang diberikan beliau untuk

meningkatkan semangat saya menyelesaikan pendidikan ini secepatnya.

Terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada kedua orang tua saya,

Alm H. Rakiman dan Hj. Tusriyati. Walapun Bapak tidak dapat melihat langsung

atas keberhasilan anaknya menyelesaikan pendidikan ini, namun saya dapat

merasakan dorongan dan motivasi dari Bapak dan kepada Ibu saya, terima kasih

atas dorongan dan dukungan secara moral dan material dan selalu mendoakan atas

keberhasilan anaknya. Begitu juga kepada kedua mertua saya Bapak Drs. H.

Chairuddin Yousuf Pane dan Hj. Asnar Hasibuan yang selalu mendo’akan dan

mendampingi saya, membantu menjaga anak-anak pada saat saya harus bertugas.

Terima kasih khusus kepada suami tercinta dan tersayang Imam Faisal

Pane ST., MT., yang telah memberi izin kepada saya untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang Doktor, rela ditinggal-tinggal, selalu memberikan kasih

sayang yang tulus, selalu ada pada saat saya membutuhkan, memberi motivasi,

dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi ini.

Begitu juga kepada adik-adik saya Desy Triantoro beserta Istri Irre Anggraini dan

Linda Puspasari, SH, yang selalu memberi dukungan dan doa untuk keberhasilan

ini.

Kepada anak-anakku tersayang, Raihan Rafif Pane dan Naura Ariqa Pane yang

telah berkorban dan senantiasa ditinggal-tinggal ibunya untuk menyelesaikan

pendidikan ini. Semoga kelak mereka dapat mengikuti langkah-langkah ibunya.

Melalui kesempatan ini saya juga menyampaikan ucapkan terima kasih

(10)

dengan segala keendahan hati telah membantu dari awal hingga akhir

penyelesaian pendidikan ini. Seluruh teman-teman saya di Program Doktor

Linguistik yang telah bersedia memberikan semangat, dorongan, penilaian,

koreksian dan sejumlah saran demi perbaikan disertasi ini.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada sahabat saya Rabiah Adawi,

S.Pd., M.Hum dan Nurilam Harianja, S.Pd., M.Hum yang selalu setia

mendengarkan keluh kesah saya dan selalu memberikan semangat kepada saya.

Rekan-rekan kerja di Program Studi bahasa prancis dan staf pegawai

Fakultas Bahasa dan Seni Unimed yang selalu mendukung dan memberikan

semangat. Para mahasiswa bahasa Prancis Unimed yang telah membantu dan

berdoa untuk penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Juga seluruh pihak terkait

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu di sini. Kepada para nara sumber dan

informan yang bertindak sebagai responden yang telah bersedia direkam suaranya

untuk dijadikan data penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Akhirnya kepada pihak-pihak yang telah disebutkan di atas, baik yang

disebutkan secara langsung maupun tidak telah mebantu saya secara moril,

materil, maupun doa. Semoga Allah SWT memberikan limpahan kasih dan

kemuliaan-Nya kepada mereka semua. Amin

(11)

Hesti Fibriasari

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xix

(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 16

1.3 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Kegunaan Penelitian... 17

1.5 Kemaknawian ... 17

1.6 Sistematika... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

2.1 Pengantar ... 19

2.2 Konsep ... 19

2.3 Landasan Teori ... 22

2.3.1 Fonetik dan Fonologi ... 22

2.3.2 Prosodi ... 27

2.3.2.1 Frekuensi... 41

2.3.2.2 Durasi ... 41

2.3.2.3 Nada Dasar ... 42

(13)

2.3.2.6 Julat Nada ... 43

2.3.2.7 Alir Nada ... 43

2.3.2.8 Kontur Intonasi ... 43

2.3.2.9 jeda ... 43

2.3.2.10 Ambang Atas... 44

2.3.2.11 Ambang Bawah ... 44

2.3.2.12 Deklinasi ... 44

2.3.2.13 Inklinasi ... 44

2.3.2.14 Persepsi ... 45

2.3.3 Sistem Bunyi Bahasa ... 45

2.3.3.1 Sistem Bunyi Bahasa Prancis... 47

2.3.3.2 Sistem Bunyi Bahasa Karo ... 52

2.3.3.3 Sistem Bunyi Bahasa Toba ... 54

2.3.3.4 Sistem Bunyi Bahasa Melayu ... 57

2.3.4 Modus ... 59

2.3.4.1 Modus Bahasa Indonesia ... 60

2.3.4.2 Modus Bahasa Prancis ... 61

2.3.4.2.1 Modus Berita ... 62

2.3.4.2.2 Modus Tanya... 62

2.3.4.2.3 Modus Perintah ... 66

2.3.4.2.4 Modus Seru ... 67

(14)

2.4 Tinjauan Pustaka ... 69

2.5 Kerangka Berpikir ... 80

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 82

3.1 Pengantar ... 82

3.2 Hipotesis ... 85

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 86

3.4 Data dan Sumber Data... 86

3.5 Instrumen ... 87

3.6 Populasi dan Sampel ... 89

3.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 89

BAB IV EKSPERIMEN PRODUKSI DAN PERSEPTUAL ... 98

4.1 Pengantar ... 98

4.2 Eksperimen Produksi ... 98

4.2.1 Instrumen ... 99

4.2.2 Subjek ... 101

4.2.3 Data ... 101

4.2.4 Analisis Akustik ... 102

4.3 Eksperimen Persepsi ... 104

(15)

4.3.3 Data ... 107

4.3.4 Pengukuran Persepsi ... 107

4.3.5 Uji Statistik dan Signifikasi ... 102

BAB V PROSODI TUTURAN PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS ... 110

5.1 Pengantar ... 110

5.2 Prosodi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Modus ... 111

52.1 Nada ... 111

5.2.1.1 Nada Modus Deklaratif ... 111

5.2.1.2 Nada Modus Interogatif Absolut ... 112

5.2.1.3 Nada Modus Interogatif Parsial ... 113

5.2.1.4 Nada Modus Imperatif ... 113

5.2.1.5 Simpulan ... 114

5.2.2 Durasi ... 115

5.2.2.1 Durasi Modus Deklaratif ... 115

5.2.2.2 Durasi Modus Interogatif Absolt ... 115

5.2.2.3 Durasi Modus Interogati Parsial ... 116

5.2.2.4 Durasi Modus Imperatif... 117

5.2.2.5 Simpulan ... 118

5.3 Prosodi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Jenis Kelamin ... 118

5.3.1 Nada ... 118

(16)

5.3.1.2 Nada Tuturan Laki-laki ... 120

5.3.1.3 Simpulan ... 121

5.3.2 Durasi ... 121

5.3.2.1 Durasi Tuturan Pembelajar Menurut Jenis Kelamin ... 121

5.3.2.2 Simpulan ... 125

5.4 Prosodi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Lama Belajar ... 128

5.4.1 Nada ... 128

5.4.1.1 Nada Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Lama Belajar Lebih dari Tiga Tahun ... 128

5.4.1.2 Nada Tutran Pembelajar Bahasa Prancis Lama belajar Tiga Tahun .... 129

5.4.1.3 Simpulan ... 130

5.4.2 Durasi ... 131

5.4.2.1 Durasi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Lama belajar .... 131

5.4.2.2 Simpulan ... 137

5.5 Prosodi Menurut Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Daerah Asal ... 138

5.5.1 Nada ... 138

5.5.1.1 Nada Modus Deklaratif Menurut Daerah Asal ... 138

5.5.1.2 Nada Modus Interogatif Absolut Menurut Daerah Asal ... 139

5.5.1.3 Nada Modus Interogatif Parsial Menurut Daerah Asal ... 140

5.5.1.4 Nada Modus Imperatif Menurut Daerah Asal ... 141

5.5.1.5 Simpulan ... 142

(17)

5.5.2.1 Durasi Modus Deklaratif Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal daerah

... 142

5.5.2.2 Durasi Modus Interogatif Absolut Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 144

5.5.2.3 Durasi Modus Interogatif Parsial Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 147

5.5.2.4 Durasi Modus Imperatif Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 149

5.5.2.4 Durasi Modus Imperatif Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 149

5.5.2.5 Simpulan ... 151

BAB VI PERSEPSI TUTURAN PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS .. 153

6.1 Pengantar ... 153

6.2 Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Persepsi ... 154

6.2.1 Basis Stimulus ... 154

6.3 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Deklaratif yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 158

6.3.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 158

6.3.1.1 Dasar Pemikiran ... 158

6.3.1.2 Stimulus ... 159

6.3.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 160

(18)

6.3.2.1 Dasar Pemikiran ... 162

6.3.2.2 Stimulus ... 163

6.3.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 164

6.4 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Interogatid Absolut yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 167

6.4.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 167

6.4.1.1 Dasar Pemikiran ... 167

6.4.1.2 Stimulus ... 168

6.4.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 169

6.4.2 Eksperimen 2 (Penutur Asli Prancis Perempuan) ... 172

6.4.2.1 Dasar Pemikiran ... 172

6.4.2.2 Stimulus ... 172

6.4.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 173

6.5 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Interogatif Parsial yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 176

6.5.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 176

6.5.1.1 Dasar Pemikiran ... 176

6.5.1.2 Stimulus ... 177

6.5.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 178

(19)

6.5.2.2 Stimulus ... 181

6.5.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 182

6.6 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Imperatif yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 185

6.6.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 185

6.6.1.1 Dasar Pemikiran ... 185

6.6.1.2 Stimulus ... 185

6.6.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 187

6.6.3 Eksperimen 2 (Penutur Asli Prancis Perempuan) ... 189

6.6.2.1 Dasar pemikiran ... 189

6.6.2.2 Stimulus ... 190

6.6.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 191

6.7 Simpulan ... 194

BAB VII KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN ... 197

7.1 Pengantar ... 197

7.2 Kendala Produksi Pembelajar Bahasa Prancis di Medan ... 198

7.2.1 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal Daerah Medan ... 198

(20)

7.2.3 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal

Daerah Tobasa ... 199

7.2.4 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal Daerah Langkat ... 200

7.2.5 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal Daerah Asahan ... 200

7.3 Kendala Persepsi Pembelajar Bahasa Prancis di Medan ... 201

7.4 Implikasi Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis ... 201

7.5 Simpulan ... 213

BAB VIII SIMPULAN dan SARAN ... 215

8.1 Simpulan ... 215

8.2 Saran ... 216

DAFTAR PUSTAKA ... 217

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Kontur Nada Penutur Asli dan Pembelajar Bahasa Prancis ... 14

Gambar 3.1: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Deklaratif ... 93

Gambar 3.2: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Interogatif Absolut . 94 Gambar 3.3: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Interogatif Parsial ... 94

Gambar 3.4: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Imperatif ... 95

Gambar 4.1: Suara ... 103

Gambar 6.1: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Perempuan ... 154

Gambar 6.2: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki ... 155

Gambar 6.3: Basis Stimulus Interogatif absolut Penutur Prancis Perempuan . 155 Gambar 6.4: Basis Stimulus Interogatif absolut Penutur Prancis Laki-Laki ... 156

Gambar 6.5: Basis Stimulus Interogatif Parsial Penutur Prancis Perempuan .. 156

Gambar 6.6: Basis Stimulus Interogatif Parsial Penutur Prancis Laki-Laki .... 157

Gambar 6.7: Basis Stimulus Imperatif Penutur Prancis Perempuan ... 157

Gambar 6.8: Basis Stimulus Imperatif Penutur Prancis Laki-Laki ... 158

Gambar 6.9: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki ... 159

Gambar 6.10: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Perempuan ... 164

Gambar 6.11: Basis Stimulus Interogatif Absolut Penutur Prancis Laki-laki.. 168

Gambar 6.12: Basis Stimulus Interogatif Absolut Penutur Prancis Perempuan ... 173

(22)

Gambar 6.14: Basis Stimulus Interogatif Parsial Penutur Prancis Perempuan 182

Gambar 6.15: Basis Stimulus Imperatif Penutur Prancis Laki-laki ... 186

(23)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1: Jumlah Data Menurut Tipe Tuturan ... 101

Tabel 4.2: Patokan Kuantifikasi Hasil Uji Persepsi ... 108

Tabel 6.1: Persepsi Terhadap Kalimat Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki . 160

Tabel 6.2: Statistik Kalimat Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki ... 162

Tabel 6.3: Persepsi Terhadap Kalimat Deklaratif Penutur Prancis

Perempuan ... 165

Tabel 6.4: Statistik Kalimat Deklaratif Penutur Prancis Perempuan ... 166

Tabel 6.5: Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis

Laki-laki ... 169

Tabel 6.6: Statistik Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis Laki-laki .... 171

Tabel 6.7: Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis

Perempuan ... 174

Tabel 6.8: Statistik Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis Perempuan . 175

Tabel 6.9: Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis

Laki-laki ... 178

Tabel 6.10: Statistik Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis Laki-laki .... 180

Tabel 6.11:Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis

(24)

Tabel 6.12: Statistik Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis Perempuan . 184

Tabel 6.13: Persepsi Terhadap Kalimat Imperatif Penutur Prancis Laki-laki .. 187

Tabel 6.14: Statistik Kalimat Imperatif Penutur Prancis Laki-laki ... 189

Tabel 6.15: Persepsi Terhadap Kalimat Imperatif Penutur Prancis

Perempuan ... 192

(25)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1: Nada Modus Deklaratif ... 112

Grafik 5.2: Nada Modus Interogatif Absolut ... 112

Grafik 5.3: Nada Modus Interogatif Parsial ... 113

Grafik 5.4: Nada Modus Imperatif ... 114

Grafik 5.5: Durasi Modus Deklaratif ... 115

Grafik 5.6: Durasi Modus Interogatif Absolut ... 116

Grafik 5.7: Durasi Modus Interogatif Parsial ... 117

Grafik 5.8: Durasi Modus Imperatif ... 117

Grafik 5.9: Prosodi Tuturan Jenis Kelamin Perempuan ... 119

Grafik 5.10: Prosodi Tuturan Jenis Kelamin Laki-laki ... 120

Grafik 5.11: Durasi Modus Deklaratif Berdasarkan Jenis kelamin ... 122

Grafik 5.12: Durasi Modus Interogatif Absolut Berdasarkan Jenis Kelamin . 123

Grafik 5.13: Durasi Modus Interogatif Parsial Berdasarkan Jenis Kelamin .... 124

Grafik 5.14: Durasi Modus Imperatif Berdasarkan Jenis Kelamin ... 125

Grafik 5.15: Prosodi Lama Belajar Lebih dari Tiga Tahun ... 129

(26)

Grafik 5.17: Durasi Modus Deklaratif Berdasarkan Lama Belajar ... 132

Grafik 5.18: Durasi Modus Interogatif Absolut Berdasarkan Lama Belajar ... 134

Grafik 5.19: Durasi Modus Interogatif Parsial Berdasarkan Lama Belajar ... 135

Grafik 5.20: Durasi Modus Imperatif Berdasarkan Lama Belajar ... 136

Grafik 5.21: Nada Modus Deklaratif Menurut Daerah Asal ... 138

Grafik 5.22: Nada Modus Interogatif Absolut Menurut Daerah Asal ... 139

Grafik 5.23: Nada Modus Interogatif Parsial Menurut Daerah Asal ... 140

Grafik 5.24: Nada Modus Imperatif Menurut Daerah Asal ... 141

Grafik 5.25: Durasi Modus Deklaratif Menurut Daerah Asal ... 144

Grafik 5.26: Durasi Modus Interogatif Absolut Menurut Daerah Asal ... 147

Grafik 5.27: Durasi Modus Interogatif Parsial Menurut Daerah Asal ... 149

(27)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

STB = Sangat Tidak Baik

TB = Tidak Baik

CB = Cukup Baik

B = Baik

SB = Sangat Baik

Dek = Deklaratif

Inter. Absolut = Interogatif Absolut

Inter. Parsial = Interogatif Parsial

NT = Nada Final

NR = Nada Rendah

ND = Nada Dasar

NF = Nada Final

JN = Julat Nada

JK = Jenis Kelamin

LB = Lama Belajar

AD = Asal Daerah

PR = Perempuan

LK = Laki-laki

PA = Penutur Asli

PEM = Pembelajar

MDN = Medan

KR = Karo

TBS = Tobasa

LKT = Langkat

(28)

UNIMED = Universitas Negeri Medan

UMSU = Universitas Negeri Medan

STBA HARAPAN = Sekolah Tinggi Bahasa Asing HARAPAN

STBA ITMI = Sekolah Tinggi Bahasa Asing Institut Teknologi

Menejemen Indonesia

+ = Kendala

st = Semiton

Hz = Hertz

md = Milidetik

dB = desibel

SMU = Sekolah Menengah Umum

IPO = Instituut voor Perceptie Onderzoek

(29)

ABSTRAK

KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN, Hesti Fibriasari, Program S3 Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

(30)

Prancis berasal dari Karo memiliki alir nada yang lebih rendah pada kalimat deklaratif dan interogatif absolut dibandingkan dengan pembelajar berasal dari Medan, Langkat dan Asahan. Pada kalimat interogatif parsial dan kalimat imperatif penutur bahasa Prancis berasal dari langkat memilki nada paling rendah dari penutur yang berasad dari daerah lain. Pembelajar bahasa Prancis berasal dari Medan dan Langkat memiliki kecenderungan kemiripan alir nada, hal ini terlihat pada nada dasar, nada rendah, nada dasar, nada final dan julat nada dari seluruh kalimat yang dituturkan yaitu kalimat deklaratif, interogatif absolut, interogatif parsial dan imperatif.

Kata kunci: Prosodi Bahasa Prancis, Pembelajar, Modus Tuturan

(31)

PROSODIC CONSTRAIN OF FRENCH SPOKEN BY INDONESIAN LEARNERS IN MEDAN, Hesti Fibriasari, S3 Doctoral Linguistics Program, Linguistics Studies Post-graduate of the University of The University of North Sumatera

This dissertation deals with the analysis of prosodic constrain of French spoken by Indonesian learners in Medan. The purpose of this analysis is to know how the prosody of French learners are , based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. This analysis finds that there is constraint of the French learners in uttering the four aspects above. This analysis assumes that studying prosody is as a part of production system of speakers that consist of prosody components i.e., segmental and lexical. In production experiment, the researcher finds that the intonation contour system consisting of basic intonation, final intonation, peak intonation and range intonation is signified by duration at declarative sentence, absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. Generally, it can be concluded that the acoustic characteristic of declarative sentence at French learners ‘ utterances based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. The basic intonation in absolute interrogative sentence (10.72 st) indicates the highest intonation and the lowest final intonation found in imperative sentence (8,94 st). The lowest intonation at low intonation in declarative sentence is (4,34 st). The highest intonation is found in absolute interrogative sentence (14,69 st) whereas the all intonation range is minus and the minusest range intonation found at the intonation range of imperative sentence is (11.52 st) Accoustic characteristic utttered by French learners conforms to female and male. Generally male voice is lower than female’s. It can be seen at the above description that the highest intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and intonation range of female’s voice is higher than male’s. The acoustic characteristic of French learners depend on the length of studying . The French learners having studied more than three years and having been three years, there is no significantly different.At the highest intonation the French learners having had time more than three years show that the highest intonation in all kinds of sentences is higher than French learners having studied for three years.At intonation range of French learners having studied French more than three years utter intonation lower than French learners having studied for three years. The final intonation of French learners having studied for three years is higher than French learners having studied more than three years. The acoustic characteristic of French learners utterance based on the area where they come from. French learners coming from Medan, Karo, Tobasa, Langkat, Asahan show that there are no significantly different in uttering declarative,absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. In uttering declarative and absolute interrogative, French learners coming from Tobasa utter the highest alur nada and the characteristic can be seen at high intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and range intonation while French learners coming from Karo uttered counturelower in declarative and absolute interrogative sentence compared with French learners coming from Medan, Langkat and Asahan. In partial interrogative and imperative sentence French learners coming from Langkat utter the lowest intonation than the French learners coming from other regions. French learners coming from Medan and Langkat have inclination of counture resemblance, this case can be seen at basic intonation, low intonation, final intonation and range intonation of all kinds of sentences uttered i.e., declarative sentence, absolute interrogative sentence, partial interrogative and imperative sentence.

(32)

Key words: Prosodic, French, learners, Speech Modes

KATA PENGANTAR

(33)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana komunikasi antarmanusia yang digunakan untuk

berinteraksi dalam masyarakat. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting

dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan yang ada dalam diri manusia tersebut. Manusia bukan

sekedar animal rational – istilah yang digunakan Aristoleles – melainkan juga

animal symbolicum. Perbedaan manusia dengan mahluk lain bukan terletak pada

ciri metafisik atau ciri fisiknya, melainkan lebih pada apa yang dilakukannya.

Kemanusiaan tidak dapat diidentifikasi secara langsung pada manusia itu, tetapi

harus dikenali melalui analisis kesemestaan simbol-simbol yang telah diciptakan

manusia. Itulah sebabnya, manusia disebut sebagai animal symbolicum, yaitu

mahluk pembuat simbol-simbol. Faktanya, manusia memang selalu mencari

bentuk-bentuk simbol untuk melambangkan semua aspek pengalamannya

(Cassier, dalam Sugiyono:2012). Kata, istilah, dan ungkapan baru adalah simbol

yang menandai konsep, hal peristiwa, atau benda yang ada dalam pengalaman

manusia sebagai mahluk pembuat tanda itu. Apabila yang ditandai berupa

peristiwa, penandanya berupa kata kerja atau kelompok kata kerja atau sifat,

sebaliknya apabila yang ditandai itu berupa hal atau benda tertentu, penandanya

berupa kata benda, baik yang konkret maupun abstrak. Dalam hal ini, tampak

betapa eratnya hubungan antara tanda, penanda yang dihubungkan oleh konsep

makna yang abstrak sifatnya yang ada dalam dunia pengalaman manusia. Dalam

(34)

hubungan tanda atau simbol dengan benda atau hal, atau peristiwa yang ditandai

ada dibalik pemikiran kita, yaitu yang disebut konsep. Konsep ini berupa

pengertian tentang benda tertentu yang diberikan kepada tanda yang diacunya.

Kata kambing, misalnya, merupakan penuangan konsep (+mahluk hidup),

(insani), (+berkaki empat), (+makan rumput), dan sebagainya. Dalam kenyataan,

konsep-konsep itu menunjuk kepada binatang yang sekarang kemudian disebut

sebagai kambing.

Manusia mengungkapkan konsep-konsep tersebut melalui pikiran dan

perasaan dengan mengeluarkan suara yang dihasilkan oleh alat ucap. Sebelum

bahasa keluar melalui alat ucap, pada awalnya manusia mendapatkan informasi

melalui panca indranya. Panca indra tersebut seperti mata, telinga, hidung, dan

kulit. Mata mendapatkan informasi melalui pengelihatan, telinga mendapatkan

informasi melalui mendengar, hidung mendapatkan informasi dengan mencium

dan kulit memberikan informasi dengan meraba. Semua panca indra tersebut

memberikan informasi yang distimuluskan ke otak, setelah itu otak

memerintahkan alat ucap untuk mengungkapkan apa yang dirasakan oleh

manusia. Alat ucap yang berupa organ tubuh manusia pada saat bergerak akan

menghasilkan suara.

Manusia berbicara dengan suara yang dihasilkan dari alat ucap. Alat ucap

manusia menghasilkan tuturan-tuturan. Tuturan adalah udara dalam hembusan

nada yang keluar tanpa hambatan, pada saat terjadi hambatan maka terjadilah

(35)

Bahasa Prancis sebagai bahasa internasional berkembang sangat pesat,

dipakai oleh separuh penduduk dunia termasuk di 53 negara berBahasa Prancis

atau negara-negara Francophonies antara lain, Swiss, Belgia, Luxembourg,

Aljazair, Maroko, Canada, Vietnam, dan di negara-negara non-berbahasa Prancis.

Di Indonesia posisi Bahasa Prancis merupakan salah satu bahasa asing

yang diajarkan di beberapa SMA, SMK, MA dan Perguruan Tinggi. Dengan

statusnya demikian, program pengajaran dan pembelajaran Bahasa Prancis di

Indonesia juga mengarah pada pengembangan diri para siswa dan mahasiswanya

dalam menghadapi dunia global ini, sehingga proses pembelajarannya disiapkan

dan direncanakan sebaik-baiknya. Peran pengajar dalam proses pembelajaran

tersebut sangat besar. Oleh karena itu, seorang pengajar dengan segala

keprofesionalannya harus memiliki sejumlah pengetahan dan kemampuan dalam

memilih dan mengaplikasikan berbagai metode pengajaran yang efektif dan

efisien. Berdasarkan perkembangannya, metode atau endekatan dalam

pembelajaran bahasa asing mengalami beberapa kemajuan. Para ahli secara terus

menerus melakukan inovasi dalam pembelajaran kelas bahasa ini.

Dalam proses pembelajaran Bahasa Prancis, pembelajar diharapkan

mampu menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak

(Compréhension Orale), membaca (Compréhension Ecrite), berbicara

(Expression Orale), dan menulis (Expression Ecrite). Keterampilan bahasa asing,

dalam hal ini Bahasa Prancis, tidak dapat dimiliki oleh seorang pembelajar dalam

waktu elatif singkat tetapi diperlukan waktu yang cukup sesuai dengan tujuan

(36)

Dalam hal ini mahasiswa pembelajar Bahasa Prancis perlu memiliki empat

komptensi tersebut walaupun kompetensinya tidak sama tingkatannya. Mahasiswa

dapat memiliki kompetensi yang baik dalam berbicara tetapi dalam kompetensi

lain misalnya menulis memiliki kompetensi yang baik, begitu juga sebaliknya.

Menyimak (Compréhension Orale) dalam Bahasa Prancis (BP) adalah

salah satu kegiatan berbahasa yang cukup mendasar dalam aktivitas

berkomunikasi dalam BP. Kegiatan yang terjadi di masyarakat kita menunjukkan

bahwa dalam kegiatan menyimak lebih banyak dilakukan daripada kegiatan

berbahasa yang lain yaitu berbicara, membaca dan menulis. Meyimak memiliki

makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang

lain. Jelas faktor kesenjangan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar

daripada mendengarkankarena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami

apa yang disimak dan dalam kegiatan mendengarkan tingkat pemahaman belum

dilakukan.

Dalam menyimak harus memperhatikan tekanan (keras lembutnya suara),

durasi (panjang pendeknya suara), nada (tinggi rndahnya suara), intonasi (naik

turunnya suara) dan ritme (pemberan tekanan nada dalam kalimat). Secara

sederhana menyimak merupakan suatu peristiwa penerimaan pesan, gagasan,

pikiran atau perasaan seseorang. Penerima pesan dapat memberi rsponsi atau

tanggapan terhadap pembicaraan itu. Hal tersebut merupakan peristiwa

komunikasi antara pembicara dan penyimak dengan hubungan dua arah.

(37)

disampaikan oleh penulis melalui media yang berupa tulisan dan dikenal dengan

bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan

suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna

kata-kata secara individual akan dapat dipahami. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka

pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan

proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Menulis (Expression Ecrite) ialah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang

sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau

mereka memahami bahasa dan lambang grafik tersebut. (Tarigan:2007)

berpendapat bahwa “Lambang-lambang grafik yang dditulis merupakan presenasi

bahasa tertentu sehingga memiliki makna tertentu pula yang dapat dipahami oleh

orang lain (pembaca)”.

Berbicara (Expression Orale) ialah kemampuan seseorang untuk

menyatakan maksud dan perasaan secara lisan. Berbicara adalah proses individu

berkomunikasi maksudnya berbicara digunakan sebagai sarana mengontrol

lingkungan. Berbicara ekspresif yang kreatif, artinya berbicara tidak sekedar alat

mengkomunikasikan ide, tetapi juga sebagai alat untuk menciptakan dan

mempformulasikan ide baru atau memanifstaskan kepribadian seseorang.

Berbicara adalah tingkah laku, maksudnya berbicara mampu mencerminkan

(merefleksikan) kepribadian seseorang. Keterampilan berbicara merupakan

keterampilan mekanitif, semakin banyak pelatihan akan semakin baik oleh karena

itu prosespelatihan keterampilan berbicara mencakup pelafalan, pengontrolan

(38)

dan pelafalannya, pemakaian bahasa yang baik dan pengorganisasian. Berbicara

disimulasikan oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang berbicara dipenuhi

oleh kualitas dan kantitas pengalaman yang dimilikinya. Semakin banyak

pengalaman seseorang biasanya akan semakin baik pula keterampilan

berbicaranya.

Bunyi bahasa dibedakan antara unsur segmental dari suprasegmental.

Unsur segmental adalah bunyi yang terdapat secara berurutan, sedangkan

suprasegmental adalah bunyi bahasa yang menyertai bunyi segmental yang

bersama-sama membentuk makna sebuah ujaran. Runtunan bunyi merupakan arus

ujaran yang sambung menyambung terus-menerus yang di selang-selingi oleh

jeda, disertai dengan frekuensi, durasi dan intensitas. Bunyi bahasa yang di

realisasikan dengan konsonan dan vokal termasuk frekuensi, durasi dan intensitas

adalah Prosodik.

Prosodik atau faktor suprasegmental membuat tuturan lebih mudah

dipahami oleh orang yang mendengarkannya sebab dengan faktor itu seorang

penutur dapat memberikan batas-batas satuan makna dan memberikan penekanan

pada bagian tuturan tertentu yang dianggap penting. Akan tetapi, setiap manusia

dapat menghasilkan nada yang bervariasi, baik variasi karena organ-organ tutur

maupun variasi karena interferensi dari sistem prosodi bahasa-bahasa lain yang

dikuasai oleh seorang penutur.

Meskipun demikian, interaksi antara pembicara dan pendengar tetap saja

(39)

ikuti dalam mensosialisasikan sebuah tuturan, bagaimanapun cirri prosodi

mempunyai toleransi yang disebabkan perbedaan yang beragam. Apabila ciri

prosodi telah melampau batasnya maha bisa terjadi ketidakbermaknaan pada satu

tuturan.

Meskipun disadari batapa pentingnya faktor suprasegmental dengan faktor

leksikal dan faktor segmentalnya, di Indonesia terlebih lagi di Sumatera Utara

kajian tentang suprasegmental belum familiar. Terlebih lagi pada kajian tentang

pembelajaran bahasa Prancis di Sumatera Utara. Dari paparan di atas dilihat

betapa pentingnya prosodik atau faktor suprasegmental dalam bertutur. Namun,

penelitian tentang prosodi bahasa-bahasa di Indonesia masih sedikit dilakukan.

Beberapa penelitian yang mengkaji dari perspektif prosodik yaitu Halim

(1968,1974,1984), Ebing (1992, 1994, 1997), Ebing dan Van Heuven (1997), Van

Heuven dan Van Zanten (1997).

Secara akustik, prosodi merupakan bahasa lisan yang melibatkan variasi

pada panjang pendeknya suatu kata frekuensi dan durasi. Prosodi melibatkan

irama panjangnya, dan tekanan dalam pengucapan kata ang dibuat dengan

ekspresi. Ilmu prosodi terkenal sukar untuk menyampaikan secara tertulis, satu

alasannya adalah sebagai contoh, email boleh dengan mudah menyebabkan

kesalah pahaman. Konvensi ortographi atau ejaan yang tepat untuk

menyampaikan ilmu prosodi meliputi pemberian tanda baca seperti tanda koma,

tanda seru, tanda tanya, menggunakan tenda katup, dan elipsis atau penghilangan

kata, ormat penukaran seperti huruf miring, tebal dan garis bawah, orthografi atau

bahasa tulisan berbeda dengan bahas lisan yang dihasilkan oleh bunyi bahasa dari

(40)

Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dapat dilihat dari

sudut pandang yaitu objek fisikal atau yang disebut fonetik akustik. Bunyi bahasa

sebagian besar dengan menyatakan bagaimana mereka dibuat, akan tetapi ini juga

mengkin untuk menguraikan bunyi dengan kaitan yang lain. Menggunakan istilah

apa yang didengar dengan cara mendengar suatu bunyi bergantung pada struktur

akustik. Dalam fonetik akustik dapat digambarkan bunyi-bunyi yang dapat

dikacaukan dengan bunyi-bunyi yang lain. Untuk mengetahui adanya bunyi-bunyi

yang dikacaukan oleh bunyi-bunyilain dapat menggunakan cara merekam dengan

tape recorder, setelah itu dianalisis dengan program praat dalam kajian fonetik

akustik terdapat bunyi segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental

merupakan bunyi-bunyi tunggal yang berurutan sedangkan bunyi suprasegmental

merupakan bunyi yang mengkarakterisasi unsur segmental yang membentuk

makna sebuah ujaran. Setiap bunyi segmental memiliki frekuensi dan durasi.

Bilingualitas yang terjadi oleh pembelajar bahasa Prancis disebabkan

karena pembelajar memiliki beraneka ragam bahasa daerah yang ada di Sumatera

Utara. Bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara yaitu bahasa Batak, bahasa

Karo, bahasa Jawa, bahasa Melayu dan bahasa Mandailing. Pembelajar bahasa

Prancis di Sumatera Utara masih menggunakan dua bahasa atau lebih. Pembelajar

menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi di lingkungan akademik dan

pada lingkup formal, sedangkan diluar kelas mereka masih menggunakan bahasa

daerah mereka masing-masing. Maka pembelajar bahasa asing, khususnya bahas

Prancis mereka semua merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan

(41)

pembelajar dalam menguasai dua bahasa atau lebih disebut kedwibahasaan

(bilingualitas).

Kedwibahasaan (bilingualitas) adalah orang yang dua bahasa. Hubungan

antara kemampuan dalam kedua bahasa itu pada orang yang berdwibahasa secara

penuh dan seimbang, kemampuan dan tingkahlaku dalam kedua bahasa itu adalah

terpisah dan bekerja sendiri-sendiri. Bilingualitas tersebut adalah bilingualitas

sejajar. Tipe bilingualitas yang lain sering terdapat dalam keadaan belajar bahasa

kedua setelah kita menguasai satau bahasa dengan baik, khususnya dalam keadaan

belajar bahasa kedua/ bahasa asing di sekolah.

Dalam hal ini kemampuan dan kebiasaan orang dalam bahasa pertama

(disingkat B1) berpengaruh atas penggunaannya dari bahasa ke dua (B2).

Kedwibahasaan tersebut disebut bilingualitas majemuk. (Ervin dan Osgood: 1965,

dalam Nababan: 1984) yang meluncurkan kedua istilah ini menggambarkan kedua

konsep ini seperti dalam diagram berikut.

Majemuk Sejajar

rm im rm1 --- im1

I A R A I A R A

rm2 --- im2

I B R B

I B R B

(42)

Dengan diagram ini digambarkan adanya dua perangkat isyarat (IA dan IB),

masing-masing termasuk dua bahasa, bahasa A dan B. kedua perangkat isyarat ini

dihubungkan dengan satu perangkat proses mediasi (= berpikir) representasi yang

sama, yaitu rm-im. pada sisi interpretasi, proses mediasi ini di hubungkan dengan

dua perangkat penerima (response) yang terdapat dalam kedua bahasa, bahasa A

dan B. oleh karena proses mediasinya sama, maka yang “masuk” dari IA dapat saja

“keluar” pada RB, dan sebaliknya masukan dari IB dapat juga keluar pada RA.

kalau terjadi begitu, maka disebutlah proses itu “pengacauan” atau interferensi.

Suatu proses yang lain terjadi dalam bilingualitas sejajar, seperti

digambarkan pada gambaran sebelah kanan. Di sini terdapat dua proses mediasi

terpisah sehingga tidak ada pengacauan atau interferensi. Inilah gambaran dari apa

yang dapat disebut bilingualitas “sejati”. Jika kemampuan dalam kedua bahasa itu

kira-kira sama, maka hal itu disebut bilingualitas seimbang.

Jarang orang yang betul-betul bilingualitas seimbang, yang banyak

terdapat ialah orang-orang yang sama-sama baik dalam dua bahasa tetapi

umumnya dalam lapangan kebahasaan (language domain) yang berbeda-beda. Ini

berarti bahwa seseorang dapat baik berbahasa B dalam suatu bidang ilmu (seperti

ilmu hukum atau sosiologi) dan tidak begitu baik dalam ilmu lain dan sebagainya.

Dalam hal tersebut di atas pun juga dapat terjadi interferensi, sehingga

yang diungkapkan atau dipakai dalam bahasa A ialah unsur atau struktur dari

bahasa B, dan sebaliknya. Hal ini dapat disebut dengan interferensi produktif, dan

(43)

Prosodi pembelajar Bahasa Prancis di Medan memiliki durasi dengan alir

nada yang dipengaruhi oleh latarbelakang etnis dari pengguna Bahasa Prancis

tersebut. Alir nada tersebut dipengaruhi oleh dialek daerah pengguna Bahasa

Prancis di Medan yang merupakan pengguna dua bahasa atau yang disebut juga

denga bilingualitas.

Jika dilihat tingkatan-tingkatan kemampuan mahasiswa dalam bahasa

Prancis dapat diperoleh profil kemampuan dalam bahasa itu. Dapat dibandingkan

kemampuan mahasiswa dilihat dari latar belakang mahasiswa tersebut, jenis

kelamin mahasiswa dan lama belajar bahasa Prancis.

Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan pembelajar

bahasa Prancis dalam memproduksi tuturan bahasa Prancis dan mempersepsikan

tuturan bahasa Prancis dengan menggunakan program praat. Program tersebut

digunakan untuk mengetahui prosodi suara salam menuturkan atau kata maupun

kalimat. Dalam hal ini kalimat dapat terdiri dari beberapa jenis seperti kalimat

perintah, tanya dan lain-lain. Untuk membedakan antara kalimat-kalimat tersebut

salah satunya dapat menggunakan Prosodi/intonasi atau nada bicara. Cara ini

sekarang sedang berkembang karena dpata membantu mempermudah

berkomunikasi, dimana dalam berkomunikasi kita menggunakan intonasi dan

nada dalam berbicara.

Dilihat dari latarbelakang pembelajar yang berbeda-beda kemampuan

mahasiswa dalam memproduksi tuturan bahasa Prancis dalam fekuensi dan durasi

(44)

Pengajar bahasa Prancis di UNIMED adalah vountier dari Prancis yang

mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang memiliki ijazah

pengajaran bahasa Prancis untuk orang asing (Français Language Etrangère) dan

berpengalaman mengajar bahasa Prancis di negara lain namun ada yang tidak

memilili latarbelakang pndidikan bahasa misalnya bidang hukum atau ekonomi.

Dengan kondisi perbedaan tersebut membuat para pengajar bahasa Prancis kurang

memahami ujaran bahasa Prancis pembelajar di Indonesia khususnya di Medan.

Dalam penelitian ini juga dapat dilihat bahwa adanya kemungkinan

terhadap pengacauan atau interferensi, baik yang produktif maupun yang reseptif,

pada mahasiswa yang mempelajari bahasa Prancis. Interferensi yang terjadi pada

mahasiswa merupakan interferensi perlakuan. Interferensi perlakuan ini terjadi

pada saat mahasiswa masih belajar bahasa Prancis. Hal inilah yang banyak

kelihatan dalam proses belajar mengajar bahasa dan membuat peneliti sebagai

pengajar bahasa asing tertarik untuk melakukan penelitian agar dapat mengetahui

kendala-kendala apa yang dihadapi oleh mahasiswa di Medan pada saat belajar

bahasa Prancis.

Kajian ini tentang kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan.

Di Medan bahasa Prancis dipelajari di beberapa universitas yaitu UNIMED,

AKPAR, UMSU dan STBA HARAPAN. Peneliti memilih lokasi penelitian di

UNIMED karena UNIMED memiliki program studi Bahasa Prancis dan memiliki

pengajar bahasa Prancis, native speaker dan fasilitas laboratorium bahasa yang

dapat digunakan untuk penelitian. ITMI, UMSU dan STBA HARAPAN dipilih

(45)

polulasi untuk melakukan uji persepsi tuturan bahasa Prancis yang dituturkan oleh

native speaker.

Kendala prosodi yang dialami pembelajar bahasa Prancis di Medan dalam

penggunaan prosodi atau intonasi dan nada bicra yang tidak sesuai dengan penutur

asli Prancis. Latarbelakang yang berbeda-beda mempengaruhi nada bicara

pembelajar dalam menuturkan modus deklaraif, interogatif dan imperatif.

Penggunaan intonasi da nada bicara yang tidak sesuai dapat mempengarhi

pendengar maupun lawan bicara salah mempersepsikan modus apa yang

dituturkan oleh pembelajar. Nada bicara yang tidak sesuai juga berpengaruh besar

dalam berkomunikasi dengan terjadinya kesalah pahaman. Salnya pembicara

bermaksud untuk menyampaikan kabar berita tetapi pembicara menggunakan

intonasi modus imperatif, maka pendengar akan mempersepsikan bahwa

pembicara emosi atau tidak suka dalam menyampaikan berita tersebut kepada

pendengar. Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman antara pembicara dan

pendengar.

Peneliti tertarik melakukan penelitian pada mahasiswa-mahasiswa dari

beberapa universitas, tersebut karena adanya latar belakang budaya di Medan

yang beraneka ragam dan lama belajar mahasiswa untuk mempelajari bahasa

Prancis mempengaruhi mahasiswa berutur bahasa Prancis dengan benar.

Berdasarkan penelitian awal yang sudah dilakukan terhadap satu orang

penutur asli dan beberapa mahasiswa yang memiliki latarbelakang suku yang

(46)

kalimat yang dinarasikan kepada penutur asli dan mahasiswa yang mempelajari

bahasa Prancis di Medan yaitu:

Penutur Asli Bahasa Prancis Pembelajar Bahasa Prancis

pi i e r r e v a a u c i n e m a

Dalam penuturan kalimat tersebut terdapat perbedaan kontur nada dalam

penuturannya. Penutur asli bahasa Prancis dalam kalimat deklaratif memiliki

kontur nada naik-turun-naik-turun. Pembelajar bahasa Prancis dalam kalimat

deklaratif memiliki alir nada naik-turun. Diduga ada 60% mahasiswa di Medan

masih memiliki kendala prosodi. Kemampuan prosodi yang dimiliki oleh

mahasiswa di Medan masih memiliki rentangan yang jauh dengan penutur asli

bahasa Prancis itu sendiri.

Mahasiswa-mahasiswa yang belajar bahasa Prancis tersebut berasal dari

suku Melayu, Toba, Karo dan Jawa. Latar belakang suku yang berbeda-beda

mempengaruhi prosodi mahasiswa dalam menuturkan bahasa Prancis.

Ujaran-ujaran yang diucapkan oleh mahasiswa masih memiliki rentangan yang cukup

jauh. Hal ini di dasari dengan adanya persepsi bunyi dari tiap-tiap mahasiswa

pembelajar bahasa Prancis di Medan.

Kendala prosodi yang dialami oleh pembelajar bahasa Prancis di Medan

(47)

yang direalisasikan dengan konsonan dan vokal yang tercakup dalam frekuensi,

durasi dan intensitas dalam suatu ujaran. Intensitas adalah variasi dalam

ketinggian nada laring yang meliputi rangkaian kata dan membentuk kurva melodi

dari kalimat. Intonasi menandai adanya tinggi rendahnya suara pembicara yang

mencerminkan ekspresi si pembicara. Nada adalah bunyi yang keluar dari suara

manusia dengan fungsi khas yang sama dengan fonem. Tekanan adalah

pengembangan suku kata pada bahasa tertentu, dalam satuan aksential.

Prosodi bahasa Prancis dalam hal ini ujaran, memiliki tekanan gramatikal

dan sintaksis yang merupakan aksen tata bahasa untuk membantu memahami satu

kalimat dengan memotong kalimat yang penting pada saat membaca maupun

berbicara. Pada saat mendengarkan seseorang membaca maupun berbicara bahasa

Prancis, diharuskan untuk memahami adanya tekanan yang selalu jatuh pada suku

kata terakhir. Selain itu juga, pendengar maupun pembaca harus cermat dalam

menekankan pada saat membaca dengan tekanan yang emosional maupun

ekspresif. Tujuan penekanan tersebut adalah untuk menyoroti sebuah kata yang

ditekankan untuk menunjukkan perasaan pembicara.

Prosodi bahasa Prancis oleh pembelajar, dalam hal ini

mahasiswa-mahasiswa di Sumatera Utara masih terdapat kendala-kendala dalam bahasa asing

termasuk pada pengucapan. Mengingat hal pengucapan itu penting maka prosodi

merupakan cerminan dari ujaran seseorang dalam berbicara, apakah ujaran

tersebut emosional, apakah suatu ucapan memberikan pernyataan, apakah ucapan

yang memberikan pernyataan atau perintah, apakah pembicara sedang sarkastik,

(48)

berbeda, besar kemungkinannya mempengaruhi penguasaan pembelajaran

tersebut.

Pengucapan yang memiliki intonasi sangat berperan dalam bahasa

sehari-hari. Intonasi menggambarkan struktur bahasa secara hirarkis, dan struktur

kalimat dari suatu wacana. Intonasi juga membedakan sebuah pertanyaan dari satu

jawaban dan intonasi mengungkapkan sikap dan intonasi.

Persepsi orang terhadap bunyi-bunyi segmental sangat memiliki banyak

variasi bergantung oleh faktor suprasegmental. Pendengaran normal merupakan

salah satu syarat untuk memiliki persepsi yang baik apabila persyaratan akustis

tertentu baik pada faktor suprasegmental atau prosodik membuat tuturan lebih

mudah di pahami oleh orang yang mendengarkannya.

1.2. Perumusan masalah

Dari uraian diatas masalah yang dapat dii rumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosodi Bahasa Prancis yang dituturkan oleh pembelajar

Bahasa Prancis di Medan?

2. Bagaimana persepsi pembelajar Bahasa Prancis di Medan terhadap

Prosodi Bahasa Prancis?

3. Ciri akustik apa yang menjadi kendala Bahasa Prancis di Medan?

1.3. Tujuan penelitian

1. Mendeskrisikan pola prosodi kalimat deklaratif, interogatif dan imperatif

(49)

2. Mendeskripsikan kendala prosodi penelitian ini juga dilakukan untuk

menemukan pola prosodi dengan prespektif produksi dan persepsi.

3. Mendeskripsikan prosodi apa yang menjadi kendala pembelajar.

1.4. Kegunaan Penelitian

Temuan penelitian bermanfaat dalam Pembelajaran Bahasa Prancis untuk

membentuk penutur bahasa Prancis di Medan supaya menjadi native-like speaker.

Mendeskripsikan standar pola prosodi seperti native-like dan kendala di Medan.

Dengan penemuan ini pendidikan Bahasa Prancis di Medan dapat menemukan

standar dan dapat mengatasi kendala Bahasa Prancis. Sehingga dengan

menemukan standar pembelajaran bahasa Prancis di Medan akan menemukan

kurikulum untuk pembelajaran bahasa Prancis di Medan.

Manfaat dalam bidang linguistik untuk menambah khazanah penelitian

dalam bidang ciri akustik, khususnya penelitian prosodik. Memberikan

pengetahuan baru kepada pengajar Bahasa tentang penelitian fonologi dengan

menggunakan software dan dianalisis secara komputerisasi. Penelitian ini dapat

menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang bidang kajiannya sesuai

dengan bidang kajian ini.

1.5 Kemaknawian

Penelitian ini juga bertujuan untuk memudahkan prosodi yang signifikan

menjadi penanda modus dan mendeskripsikan nada distingtif dari nada dasar

(50)

berapa beda durasi distigtif itu dari durasi silabel penutur asli. Kemudian

penelitian ini menghitung intensitas bagian mana di dalam tuturan yang

membedakan modus dan berapa beda intensitas distigtif itu dibandingkan dengan

intensitas rata-rata dalam tuturan. Penelitian ini membutuhkan lebih jauh modus

yang membedakan asal daerah yang satu dengan yang lain. Penetuan harga modus

tuturan yang diamati menandai asal daerah tertentu atau hanya kode tertentu saja

yang membedakan kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain.

1.6 Sistematika

Penelitian ini terdiri atas delapan Bab. Bab I berupa pendahuluan yang

didalamnya berisi latar belakang, ruanglingkup permasalahan, tujuan, asumsi dan

hipotesis, kemaknawian dan sistematika penulisan. Bab II berupa konsep, ladasan

teori, dan tinjauan pustaka. Di dalam bab ini akan diuraikan konsep penelitian,

teori rosodi dan penelitian yang pernah dilakukan para pakar, baik para pakar

dalam negeri maupun luar negeri. Bab III berupa metode kajian yang berisi

populasi, pengumpulan data, pengolahan data, dan komposisi data. Bab IV berupa

eksperimen produksi dan perseptual. Bab V berupa prosodi tuturan pembelajar

bahasa Prancis. Bab VI berupa persepsi tuturan pembelajar bahasa Prancis. Bab

VII berupa kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan. Sementara itu

(51)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengantar

Ciri prosodi merupakan tanda yang menjadi bagian dari sistem lambang

bahasa. Lambang bahasa yang memiliki fungsi, bahwa ciri prosodi merupakan

satu aspek tuturan yang harus dilihat dari dua sudut pandang yaitu, bagaimana

prosodi dihasilkan oleh penutur (produksi suara) dan bagaimana ciri prosodi dapat

dipahami atau dipersepsi (peseptual) oleh pendengar.

Bab ini akan membahas konsep kendala prosodi pembelajar bahasa

Prancis di Medan, membahas beberapa teori dan pendekatan yang menyangkut

fonetik dan fonologi, prosodi, sistem bunyi bahasa, modus dan metode pengajaran

bahasa Prancis aerta tinjauan pustaka dari penelitian-peneitian yang terdahulu.

2.2Konsep

Konsep penelitian yang digunakan dalam kajian ini memfokuskan pada

kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan berdasarkan variabel jenis

kelamin (perempuan dan laki-laki), lama belajar (3 tahun dan lebih dari 3 tahun)

dan asal daerah (Medan, Karo, Tobasa, Langkat dan Asahan). Prosodi

memperlihatkan adanya frekuensi dan durasi serta adanya uji persepsi. Frekuensi

memperlihatkan kontur tuturan dalam modus deklaratif, interogatif absolut,

interogatif parsial dan imperatif. Durasi memperlihatkan nada tinggi, nada rendah,

nada dasar, nada final dan julat nada. Uji persepsi memperlihatkan kemampuan

(52)

diagram 2.1 berikut ini adalah bagan konsep berisi tentang konsep-konsep yang

(53)
(54)

2.3Landasan Teori

2.3.1 Fonetik dan Fonologi

Ferdinand De Saussure dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale

‘Kuliah Linguistik umum’, Saussure dalam (Bally dan Sechehaye: 1916)

mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi bahasa manusia.

Dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya

hanyalah unsur – unsur yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu

menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran.

Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunakkan kriteria yang semata – mata

fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros

sintagmatik. Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah

kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu

membedakan kata itu dengan yang lain.

Istilah fonetik secara umum didefinisikan sebagai suatu kajian ilmiah

tentang bunyi-bunyi suatu bahasa. Dengan demikian kajian ini merupakan cabang

dari kajian linguistik seperti halnya morfologi, sintaksis, dan semantik. Secara

khusus, fonetik mengkaji komponen-komponen bunyi (phonique) suatu bahasa

lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan

penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh

bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi). Kajian fonetik itu

sendiri dapat ditelaah tanpa mengikutsertakan kajian semantik. Atau dengan kata

lain, kajian fonetik merupakan kajian bebas makna. Oleh karena itu, kita dapat

melakukan kajian karakteristik fonetik suatu bahasa meskipun kita tidak mengerti

(55)

Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasilah yang dikaji

dalam fonetik, sementara bunyi di luar itu seperti bunyi batuk, berdahak, helaan

nafas, termasuk pula bunyi-bunyi non insani, seperti kicauan burung, suara

guntur, guruh, dan lain-lain bukan merupakan kajian fonetik. Sebaliknya, kajian

fonologi tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang makna karena kajian ini

berkaitan dengan fungsi-fungsi ujaran dalam menyampaikan pesan (message).

Oleh karena itu, dalam mengkaji fonologi, kita harus memahami aspek semantik

bahasa tersebut.

Pada saat mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan dianalisis secara akustik

memerlukan telinga yang berfungsi sebagai panca indra pendengaran untuk

menganalisis bnyi-bunyi tersebut. Melalui telinga dapat diketahui pembicara

tersebut muda, tua, berpendidikan, tidak berpendidikan maupun asal daerah.

Tindakan tersebut merupakan analisis fonetik. Tetapi pada saat otak menganalisi

secara akustik bunyi-bunyi bahasa yang diterima oleh telinga maka otak

mengetahui bunyi bahasa apakah yang sedang didengarkan. Misalnya contoh

modus bahasa Prancis:

C’est long [selõ] atau C’est bon [sebõ] atau C’est rond [serõ]

Ini panjang Ini enak Ini bulat

(Leon et Bhatt:2005)

Bunyi bahasa tersebut merupakan tuturan yang memiliki ciri khas dari

bahasa tertentu.(Verhaar:1999) berpendapat bahwa bunyi bahasa diselidiki oleh

fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut pelafalannya, dan

menurut sifat akustiknya. Sedangkan fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu

menurut fungsinya. Misalnya saja bunyi [p] pada bahasa Prancis. Bunyi [p]

(56)

merupakan konsonan occlusive misalnya épais [ɛpɛ], [p] juga merupakan

konsonan sourdes tidak bergetar misalnya pâte [pɑt], [p] juga merupakan

konsonan dengan yang forte misalnya pas [pa] (Léon:1966). Oleh karena itu

fonetik mengkaji komponen-komponn bunyi (phonique) suatu bahasa lebih

khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan

penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh

bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi).

La phonétique est l’étude de la production, de la transmission et de la

perception des sons de la parole (Léon:2005). Fonetik mempelajari tetang

bagaimana memproduksi bunyi, mentransmisikan bunyi dan mempersepsikan

bunyi. Tiga cabang fonetik yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik

auditive. Fonetik artikulatoris meneliti alat-alat ucap manusia melalui organ bicara

seperti lidah, langit-langit, dan gigi yang digunakan untuk menghasilkan bunyi

ujaran. Misalnya [p] dalam bahasa Prancis, kedua bibir harus dikatupkan

bersama-sama, dihembuskan udara dari paru-paru, dan bibir dibuka sehingga membuat

(57)

http://id.wikipedia.org/wiki/berkas.places_of_articulation.svg

Daerah artikulasi (pasif & aktif):

1. Bibir luar, 2. Bibir dalam, 3. Gigi, 4. Rongga-gigi, 5. Pascarongga-gigi, 6.

Pralangit-langit, 7. Langit-langit, 8. Langit-langit belakang, 9. Tekak, 10. Hulu

kerongkongan, 11. Celah suara, 12. Katup napas, 13. Akar lidah, 14. Lidah

belakang, 15. Punggung lidah, 16. Lidah depan, 17. Ujung lidah, 18. Bawah ujung

lidah.

Komponen-komponen yang sangat penting dalam mendeskripsikan aspek

fisik bunyi suatu bahasa adalah gerakan larynk dan juga corde vocal (rongga

mulut), posisi organes mobiles (artikulator) pada cavite bucale (rongga mulut)

seperti lidah, dan fungsi des cavités nasales (rongga hidung) yang berfungsi

sebagai resonator.

Fonetik akustik mempelajari bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai bunyi

Gambar

Gambar 3.1: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Deklaratif
Gambar 3.3: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Interogatif Parsial
Gambar 3.4: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Imperatif
Gambar 4.1: Suara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul “ DAMPAK PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP BAHASA TULIS PEMBELAJAR BIPA TINGKAT DASAR (STUDI KASUS DI UPT BAHASA UNIVERSITAS SEBELAS MARET) ”.. ini adalah karya

Dari sejarah peradaban manusia, bahwa bahasa lisan telah ada semenjak manusia ada, sedangkan bahasa tulis baru dikembangkan sekitar enam ribu tahun yang lalu (Lapoliwa

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kemampuan menulis pembelajar BIPA tingkat dasar dalam kompetensi menulis teks sederhana, gambaran

Pelatihan Tata Bahasa Inggris Dasar untuk Pembelajar Pemula Pada gambar diatas, dosen selaku narasumber menerangkan bahwa Grammar adalah himpunan dari berbagai aturan yang jelas

Penelitian ini menganalisis bunyi tuturan bahasa Arab yang diujarkan oleh pembelajar bahasa Arab dan penutur asli melalui analisis frekuensi, intensitas dan durasi tuturan pada

4.1.1 Frekuensi Modus Tuturan Pembelajar Bahasa Arab dan Penutur Asli Frekuensi modus tuturan ini dilakukan dalam bentuk modus deklaratif, interogatif dan imperatif

Apabila dibandingkan antara kedua penutur ini diperoleh hasil bahwa untuk frekuensi dasar yang lebih tinggi terletak pada penutur perempuan, pada frekuensi final

Tesis yang berjudul “DAMPAK PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP BAHASA TULIS PEMBELAJAR BIPA TINGKAT DASAR (STUDI KASUS DI UPT BAHASA UNIVERSITAS SEBELAS MARET)”2. ini adalah karya