KENDALA PROSODI PEMBELAJAR
BAHASA PRANCIS DI MEDAN
DISERTASI
HESTI FIBRIASARI
078107002/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Disertasi : KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN
Nama Mahasiswa : Hesti Fibriasari
Nomor Pokok : 078107002
Program Studi : Doktor (S3) Linguistik
Menyetujui:
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D)
Promotor
(Dr. Evi Eviyanti, M.Pd) (Dr. Sugiyono.)
Ko. Promotor Ko. Promotor
Ketua Program Studi, Direktur Sekolah Pascasarjana,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
ABSTRAK
KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN, Hesti Fibriasari, Program S3 Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Prancis berasal dari Karo memiliki alir nada yang lebih rendah pada kalimat deklaratif dan interogatif absolut dibandingkan dengan pembelajar berasal dari Medan, Langkat dan Asahan. Pada kalimat interogatif parsial dan kalimat imperatif penutur bahasa Prancis berasal dari langkat memilki nada paling rendah dari penutur yang berasad dari daerah lain. Pembelajar bahasa Prancis berasal dari Medan dan Langkat memiliki kecenderungan kemiripan alir nada, hal ini terlihat pada nada dasar, nada rendah, nada dasar, nada final dan julat nada dari seluruh kalimat yang dituturkan yaitu kalimat deklaratif, interogatif absolut, interogatif parsial dan imperatif.
Kata kunci: Prosodi Bahasa Prancis, Pembelajar, Modus Tuturan
PROSODIC CONSTRAIN OF FRENCH SPOKEN BY INDONESIAN LEARNERS IN MEDAN, Hesti Fibriasari, S3 Doctoral Linguistics Program, Linguistics Studies Post-graduate of the University of The University of North Sumatera
This dissertation deals with the analysis of prosodic constrain of French spoken by Indonesian learners in Medan. The purpose of this analysis is to know how the prosody of French learners are , based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. This analysis finds that there is constraint of the French learners in uttering the four aspects above. This analysis assumes that studying prosody is as a part of production system of speakers that consist of prosody components i.e., segmental and lexical. In production experiment, the researcher finds that the intonation contour system consisting of basic intonation, final intonation, peak intonation and range intonation is signified by duration at declarative sentence, absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. Generally, it can be concluded that the acoustic characteristic of declarative sentence at French learners ‘ utterances based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. The basic intonation in absolute interrogative sentence (10.72 st) indicates the highest intonation and the lowest final intonation found in imperative sentence (8,94 st). The lowest intonation at low intonation in declarative sentence is (4,34 st). The highest intonation is found in absolute interrogative sentence (14,69 st) whereas the all intonation range is minus and the minusest range intonation found at the intonation range of imperative sentence is (11.52 st) Accoustic characteristic utttered by French learners conforms to female and male. Generally male voice is lower than female’s. It can be seen at the above description that the highest intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and intonation range of female’s voice is higher than male’s. The acoustic characteristic of French learners depend on the length of studying . The French learners having studied more than three years and having been three years, there is no significantly different.At the highest intonation the French learners having had time more than three years show that the highest intonation in all kinds of sentences is higher than French learners having studied for three years.At intonation range of French learners having studied French more than three years utter intonation lower than French learners having studied for three years. The final intonation of French learners having studied for three years is higher than French learners having studied more than three years. The acoustic characteristic of French learners utterance based on the area where they come from. French learners coming from Medan, Karo, Tobasa, Langkat, Asahan show that there are no significantly different in uttering declarative,absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. In uttering declarative and absolute interrogative, French learners coming from Tobasa utter the highest alur nada and the characteristic can be seen at high intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and range intonation while French learners coming from Karo uttered counturelower in declarative and absolute interrogative sentence compared with French learners coming from Medan, Langkat and Asahan. In partial interrogative and imperative sentence French learners coming from Langkat utter the lowest intonation than the French learners coming from other regions. French learners coming from Medan and Langkat have inclination of counture resemblance, this case can be seen at basic intonation, low intonation, final intonation and range intonation of all kinds of sentences uttered i.e., declarative sentence, absolute interrogative sentence, partial interrogative and imperative sentence.
Key words: Prosodic, French, learners, Speech Modes
KATA PENGANTAR
walaupun sengan segala keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki. Shalawat
dan salam semoga dicurahkan-Nya kepada jujungan kita, Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita pengikutnya sapai akhie zaman. Saya
menyadari keberhasilan ini terlaksana berkat sejumlah nama yang begitu berjasa
membimbing dan mengarahkan saya.
Untuk itu, pada kesempatan ini saya sampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Medan, yang
terhormat dan amat terpelajar Prof. DR. Dr Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc
(CTM), Sp.A (K), dan para pembantu Rektor Universitas Medan.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Medan, yang terhormat dan
amatterpelajar Prof. Dr. Ir A. Rahim Matondang, MSIE; Ketua Program Studi
Doktor Linguistik Universitas Medan, yang terhormat dan amat terpelajar Prof. T.
Silvana Sinar, MA, Ph.D. yang sekaligus sebagai promotor saya, yang senantiasa
memberikan semangat, dorongan, serta kepedulian, empati beliau yang sangat
besar yang diberikan kepada saya selama ini, serta mengingatkan saya untuk
segera menyelesaikan program S-3.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya
haturkan kepada ko-promotor saya, yang terhormat dan amat terpelajar Dr. Evi
Eviyanti, M.Pd yang secara khusus dan senang hati, sabar telah membimbing
saya, dan penuh perhatian memberikan semangat, dorongan serta kepedulian
kepada saya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya haturkan
kepada ko-promotor saya, yang terhormat dan amat terpelajar Dr. Sugiyono
dengan kewibawaan ilmiah telah memberikan arahan, dan bimbingan serius,
memberikan masukan yang sangat berharga, dan empati beliau yang sangat besar
saya berikan kepada saya selama ini. Di sela-sela kesibukan beliau, masih
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan masukan atas
penyempurnaan tulisan ini.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya haturkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada, yang terhormat dan amat terpelajar Prof. Robert Sibarani, M.S,
Prof. Paitoon M. Chaiyanara, Ph.D, Dr. T. Syarfina M.Hum, dan Dr.
Gustianingsih, M.Hum yang masing-masing sebagai penguji pada ujian seminar
hasil dan ujian tertutup yang telah memberikan bimbingan, arahan, sanggahan,
dan saran.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya haturkan
kepada Prof. Vincent Van Heuven yang telah bersedia menerima saya untuk
mengikuti perkuliahan fonetik selama tiga bulan pada saat saya mengikuti
sandwich-like program di Universiteit Leiden Belanda. Terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada DIKTI yang telah memberikan beasiswa
sandwich-like program periode 2010.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa saya sampaikan kepada Rektor
Universitas Negeri Medan, yang terhormat Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si yang telah
memberikan saya kesempatan dan telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mendedikasikan keilmuan saya di Prodi. Bahasa Prancis Universitas Negeri
saya untuk menyelesaikan program Doktor, motivasi yang diberikan beliau untuk
meningkatkan semangat saya menyelesaikan pendidikan ini secepatnya.
Terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada kedua orang tua saya,
Alm H. Rakiman dan Hj. Tusriyati. Walapun Bapak tidak dapat melihat langsung
atas keberhasilan anaknya menyelesaikan pendidikan ini, namun saya dapat
merasakan dorongan dan motivasi dari Bapak dan kepada Ibu saya, terima kasih
atas dorongan dan dukungan secara moral dan material dan selalu mendoakan atas
keberhasilan anaknya. Begitu juga kepada kedua mertua saya Bapak Drs. H.
Chairuddin Yousuf Pane dan Hj. Asnar Hasibuan yang selalu mendo’akan dan
mendampingi saya, membantu menjaga anak-anak pada saat saya harus bertugas.
Terima kasih khusus kepada suami tercinta dan tersayang Imam Faisal
Pane ST., MT., yang telah memberi izin kepada saya untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang Doktor, rela ditinggal-tinggal, selalu memberikan kasih
sayang yang tulus, selalu ada pada saat saya membutuhkan, memberi motivasi,
dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi ini.
Begitu juga kepada adik-adik saya Desy Triantoro beserta Istri Irre Anggraini dan
Linda Puspasari, SH, yang selalu memberi dukungan dan doa untuk keberhasilan
ini.
Kepada anak-anakku tersayang, Raihan Rafif Pane dan Naura Ariqa Pane yang
telah berkorban dan senantiasa ditinggal-tinggal ibunya untuk menyelesaikan
pendidikan ini. Semoga kelak mereka dapat mengikuti langkah-langkah ibunya.
Melalui kesempatan ini saya juga menyampaikan ucapkan terima kasih
dengan segala keendahan hati telah membantu dari awal hingga akhir
penyelesaian pendidikan ini. Seluruh teman-teman saya di Program Doktor
Linguistik yang telah bersedia memberikan semangat, dorongan, penilaian,
koreksian dan sejumlah saran demi perbaikan disertasi ini.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada sahabat saya Rabiah Adawi,
S.Pd., M.Hum dan Nurilam Harianja, S.Pd., M.Hum yang selalu setia
mendengarkan keluh kesah saya dan selalu memberikan semangat kepada saya.
Rekan-rekan kerja di Program Studi bahasa prancis dan staf pegawai
Fakultas Bahasa dan Seni Unimed yang selalu mendukung dan memberikan
semangat. Para mahasiswa bahasa Prancis Unimed yang telah membantu dan
berdoa untuk penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Juga seluruh pihak terkait
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu di sini. Kepada para nara sumber dan
informan yang bertindak sebagai responden yang telah bersedia direkam suaranya
untuk dijadikan data penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Akhirnya kepada pihak-pihak yang telah disebutkan di atas, baik yang
disebutkan secara langsung maupun tidak telah mebantu saya secara moril,
materil, maupun doa. Semoga Allah SWT memberikan limpahan kasih dan
kemuliaan-Nya kepada mereka semua. Amin
Hesti Fibriasari
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xxiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 16
1.3 Tujuan Penelitian ... 16
1.4 Kegunaan Penelitian... 17
1.5 Kemaknawian ... 17
1.6 Sistematika... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19
2.1 Pengantar ... 19
2.2 Konsep ... 19
2.3 Landasan Teori ... 22
2.3.1 Fonetik dan Fonologi ... 22
2.3.2 Prosodi ... 27
2.3.2.1 Frekuensi... 41
2.3.2.2 Durasi ... 41
2.3.2.3 Nada Dasar ... 42
2.3.2.6 Julat Nada ... 43
2.3.2.7 Alir Nada ... 43
2.3.2.8 Kontur Intonasi ... 43
2.3.2.9 jeda ... 43
2.3.2.10 Ambang Atas... 44
2.3.2.11 Ambang Bawah ... 44
2.3.2.12 Deklinasi ... 44
2.3.2.13 Inklinasi ... 44
2.3.2.14 Persepsi ... 45
2.3.3 Sistem Bunyi Bahasa ... 45
2.3.3.1 Sistem Bunyi Bahasa Prancis... 47
2.3.3.2 Sistem Bunyi Bahasa Karo ... 52
2.3.3.3 Sistem Bunyi Bahasa Toba ... 54
2.3.3.4 Sistem Bunyi Bahasa Melayu ... 57
2.3.4 Modus ... 59
2.3.4.1 Modus Bahasa Indonesia ... 60
2.3.4.2 Modus Bahasa Prancis ... 61
2.3.4.2.1 Modus Berita ... 62
2.3.4.2.2 Modus Tanya... 62
2.3.4.2.3 Modus Perintah ... 66
2.3.4.2.4 Modus Seru ... 67
2.4 Tinjauan Pustaka ... 69
2.5 Kerangka Berpikir ... 80
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 82
3.1 Pengantar ... 82
3.2 Hipotesis ... 85
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 86
3.4 Data dan Sumber Data... 86
3.5 Instrumen ... 87
3.6 Populasi dan Sampel ... 89
3.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 89
BAB IV EKSPERIMEN PRODUKSI DAN PERSEPTUAL ... 98
4.1 Pengantar ... 98
4.2 Eksperimen Produksi ... 98
4.2.1 Instrumen ... 99
4.2.2 Subjek ... 101
4.2.3 Data ... 101
4.2.4 Analisis Akustik ... 102
4.3 Eksperimen Persepsi ... 104
4.3.3 Data ... 107
4.3.4 Pengukuran Persepsi ... 107
4.3.5 Uji Statistik dan Signifikasi ... 102
BAB V PROSODI TUTURAN PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS ... 110
5.1 Pengantar ... 110
5.2 Prosodi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Modus ... 111
52.1 Nada ... 111
5.2.1.1 Nada Modus Deklaratif ... 111
5.2.1.2 Nada Modus Interogatif Absolut ... 112
5.2.1.3 Nada Modus Interogatif Parsial ... 113
5.2.1.4 Nada Modus Imperatif ... 113
5.2.1.5 Simpulan ... 114
5.2.2 Durasi ... 115
5.2.2.1 Durasi Modus Deklaratif ... 115
5.2.2.2 Durasi Modus Interogatif Absolt ... 115
5.2.2.3 Durasi Modus Interogati Parsial ... 116
5.2.2.4 Durasi Modus Imperatif... 117
5.2.2.5 Simpulan ... 118
5.3 Prosodi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Jenis Kelamin ... 118
5.3.1 Nada ... 118
5.3.1.2 Nada Tuturan Laki-laki ... 120
5.3.1.3 Simpulan ... 121
5.3.2 Durasi ... 121
5.3.2.1 Durasi Tuturan Pembelajar Menurut Jenis Kelamin ... 121
5.3.2.2 Simpulan ... 125
5.4 Prosodi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Lama Belajar ... 128
5.4.1 Nada ... 128
5.4.1.1 Nada Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Lama Belajar Lebih dari Tiga Tahun ... 128
5.4.1.2 Nada Tutran Pembelajar Bahasa Prancis Lama belajar Tiga Tahun .... 129
5.4.1.3 Simpulan ... 130
5.4.2 Durasi ... 131
5.4.2.1 Durasi Tuturan Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Lama belajar .... 131
5.4.2.2 Simpulan ... 137
5.5 Prosodi Menurut Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Daerah Asal ... 138
5.5.1 Nada ... 138
5.5.1.1 Nada Modus Deklaratif Menurut Daerah Asal ... 138
5.5.1.2 Nada Modus Interogatif Absolut Menurut Daerah Asal ... 139
5.5.1.3 Nada Modus Interogatif Parsial Menurut Daerah Asal ... 140
5.5.1.4 Nada Modus Imperatif Menurut Daerah Asal ... 141
5.5.1.5 Simpulan ... 142
5.5.2.1 Durasi Modus Deklaratif Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal daerah
... 142
5.5.2.2 Durasi Modus Interogatif Absolut Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 144
5.5.2.3 Durasi Modus Interogatif Parsial Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 147
5.5.2.4 Durasi Modus Imperatif Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 149
5.5.2.4 Durasi Modus Imperatif Pembelajar Bahasa Prancis Menurut Asal Daerah ... 149
5.5.2.5 Simpulan ... 151
BAB VI PERSEPSI TUTURAN PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS .. 153
6.1 Pengantar ... 153
6.2 Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Persepsi ... 154
6.2.1 Basis Stimulus ... 154
6.3 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Deklaratif yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 158
6.3.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 158
6.3.1.1 Dasar Pemikiran ... 158
6.3.1.2 Stimulus ... 159
6.3.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 160
6.3.2.1 Dasar Pemikiran ... 162
6.3.2.2 Stimulus ... 163
6.3.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 164
6.4 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Interogatid Absolut yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 167
6.4.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 167
6.4.1.1 Dasar Pemikiran ... 167
6.4.1.2 Stimulus ... 168
6.4.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 169
6.4.2 Eksperimen 2 (Penutur Asli Prancis Perempuan) ... 172
6.4.2.1 Dasar Pemikiran ... 172
6.4.2.2 Stimulus ... 172
6.4.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 173
6.5 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Interogatif Parsial yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 176
6.5.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 176
6.5.1.1 Dasar Pemikiran ... 176
6.5.1.2 Stimulus ... 177
6.5.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 178
6.5.2.2 Stimulus ... 181
6.5.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 182
6.6 Tidak Terdapat Perbedaan Antara Pembelajar Bahasa Prancis dalam Mempersepsikan Kalimat Imperatif yang Dituturkan oleh Penutur Asli Prancis ... 185
6.6.1 Eksperimen 1 (Penutur Asli Prancis Laki-Laki) ... 185
6.6.1.1 Dasar Pemikiran ... 185
6.6.1.2 Stimulus ... 185
6.6.1.3 Hasil Uji Persepsi ... 187
6.6.3 Eksperimen 2 (Penutur Asli Prancis Perempuan) ... 189
6.6.2.1 Dasar pemikiran ... 189
6.6.2.2 Stimulus ... 190
6.6.2.3 Hasil Uji Persepsi ... 191
6.7 Simpulan ... 194
BAB VII KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN ... 197
7.1 Pengantar ... 197
7.2 Kendala Produksi Pembelajar Bahasa Prancis di Medan ... 198
7.2.1 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal Daerah Medan ... 198
7.2.3 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal
Daerah Tobasa ... 199
7.2.4 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal Daerah Langkat ... 200
7.2.5 Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis dalam Aspek Produksi Asal Daerah Asahan ... 200
7.3 Kendala Persepsi Pembelajar Bahasa Prancis di Medan ... 201
7.4 Implikasi Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis ... 201
7.5 Simpulan ... 213
BAB VIII SIMPULAN dan SARAN ... 215
8.1 Simpulan ... 215
8.2 Saran ... 216
DAFTAR PUSTAKA ... 217
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Kontur Nada Penutur Asli dan Pembelajar Bahasa Prancis ... 14
Gambar 3.1: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Deklaratif ... 93
Gambar 3.2: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Interogatif Absolut . 94 Gambar 3.3: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Interogatif Parsial ... 94
Gambar 3.4: Rekaman Setelah di Stilistik Pada Kalimat Imperatif ... 95
Gambar 4.1: Suara ... 103
Gambar 6.1: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Perempuan ... 154
Gambar 6.2: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki ... 155
Gambar 6.3: Basis Stimulus Interogatif absolut Penutur Prancis Perempuan . 155 Gambar 6.4: Basis Stimulus Interogatif absolut Penutur Prancis Laki-Laki ... 156
Gambar 6.5: Basis Stimulus Interogatif Parsial Penutur Prancis Perempuan .. 156
Gambar 6.6: Basis Stimulus Interogatif Parsial Penutur Prancis Laki-Laki .... 157
Gambar 6.7: Basis Stimulus Imperatif Penutur Prancis Perempuan ... 157
Gambar 6.8: Basis Stimulus Imperatif Penutur Prancis Laki-Laki ... 158
Gambar 6.9: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki ... 159
Gambar 6.10: Basis Stimulus Deklaratif Penutur Prancis Perempuan ... 164
Gambar 6.11: Basis Stimulus Interogatif Absolut Penutur Prancis Laki-laki.. 168
Gambar 6.12: Basis Stimulus Interogatif Absolut Penutur Prancis Perempuan ... 173
Gambar 6.14: Basis Stimulus Interogatif Parsial Penutur Prancis Perempuan 182
Gambar 6.15: Basis Stimulus Imperatif Penutur Prancis Laki-laki ... 186
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Jumlah Data Menurut Tipe Tuturan ... 101
Tabel 4.2: Patokan Kuantifikasi Hasil Uji Persepsi ... 108
Tabel 6.1: Persepsi Terhadap Kalimat Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki . 160
Tabel 6.2: Statistik Kalimat Deklaratif Penutur Prancis Laki-Laki ... 162
Tabel 6.3: Persepsi Terhadap Kalimat Deklaratif Penutur Prancis
Perempuan ... 165
Tabel 6.4: Statistik Kalimat Deklaratif Penutur Prancis Perempuan ... 166
Tabel 6.5: Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis
Laki-laki ... 169
Tabel 6.6: Statistik Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis Laki-laki .... 171
Tabel 6.7: Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis
Perempuan ... 174
Tabel 6.8: Statistik Kalimat Interogatif Absolut Penutur Prancis Perempuan . 175
Tabel 6.9: Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis
Laki-laki ... 178
Tabel 6.10: Statistik Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis Laki-laki .... 180
Tabel 6.11:Persepsi Terhadap Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis
Tabel 6.12: Statistik Kalimat Interogatif Parsial Penutur Prancis Perempuan . 184
Tabel 6.13: Persepsi Terhadap Kalimat Imperatif Penutur Prancis Laki-laki .. 187
Tabel 6.14: Statistik Kalimat Imperatif Penutur Prancis Laki-laki ... 189
Tabel 6.15: Persepsi Terhadap Kalimat Imperatif Penutur Prancis
Perempuan ... 192
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1: Nada Modus Deklaratif ... 112
Grafik 5.2: Nada Modus Interogatif Absolut ... 112
Grafik 5.3: Nada Modus Interogatif Parsial ... 113
Grafik 5.4: Nada Modus Imperatif ... 114
Grafik 5.5: Durasi Modus Deklaratif ... 115
Grafik 5.6: Durasi Modus Interogatif Absolut ... 116
Grafik 5.7: Durasi Modus Interogatif Parsial ... 117
Grafik 5.8: Durasi Modus Imperatif ... 117
Grafik 5.9: Prosodi Tuturan Jenis Kelamin Perempuan ... 119
Grafik 5.10: Prosodi Tuturan Jenis Kelamin Laki-laki ... 120
Grafik 5.11: Durasi Modus Deklaratif Berdasarkan Jenis kelamin ... 122
Grafik 5.12: Durasi Modus Interogatif Absolut Berdasarkan Jenis Kelamin . 123
Grafik 5.13: Durasi Modus Interogatif Parsial Berdasarkan Jenis Kelamin .... 124
Grafik 5.14: Durasi Modus Imperatif Berdasarkan Jenis Kelamin ... 125
Grafik 5.15: Prosodi Lama Belajar Lebih dari Tiga Tahun ... 129
Grafik 5.17: Durasi Modus Deklaratif Berdasarkan Lama Belajar ... 132
Grafik 5.18: Durasi Modus Interogatif Absolut Berdasarkan Lama Belajar ... 134
Grafik 5.19: Durasi Modus Interogatif Parsial Berdasarkan Lama Belajar ... 135
Grafik 5.20: Durasi Modus Imperatif Berdasarkan Lama Belajar ... 136
Grafik 5.21: Nada Modus Deklaratif Menurut Daerah Asal ... 138
Grafik 5.22: Nada Modus Interogatif Absolut Menurut Daerah Asal ... 139
Grafik 5.23: Nada Modus Interogatif Parsial Menurut Daerah Asal ... 140
Grafik 5.24: Nada Modus Imperatif Menurut Daerah Asal ... 141
Grafik 5.25: Durasi Modus Deklaratif Menurut Daerah Asal ... 144
Grafik 5.26: Durasi Modus Interogatif Absolut Menurut Daerah Asal ... 147
Grafik 5.27: Durasi Modus Interogatif Parsial Menurut Daerah Asal ... 149
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
STB = Sangat Tidak Baik
TB = Tidak Baik
CB = Cukup Baik
B = Baik
SB = Sangat Baik
Dek = Deklaratif
Inter. Absolut = Interogatif Absolut
Inter. Parsial = Interogatif Parsial
NT = Nada Final
NR = Nada Rendah
ND = Nada Dasar
NF = Nada Final
JN = Julat Nada
JK = Jenis Kelamin
LB = Lama Belajar
AD = Asal Daerah
PR = Perempuan
LK = Laki-laki
PA = Penutur Asli
PEM = Pembelajar
MDN = Medan
KR = Karo
TBS = Tobasa
LKT = Langkat
UNIMED = Universitas Negeri Medan
UMSU = Universitas Negeri Medan
STBA HARAPAN = Sekolah Tinggi Bahasa Asing HARAPAN
STBA ITMI = Sekolah Tinggi Bahasa Asing Institut Teknologi
Menejemen Indonesia
+ = Kendala
st = Semiton
Hz = Hertz
md = Milidetik
dB = desibel
SMU = Sekolah Menengah Umum
IPO = Instituut voor Perceptie Onderzoek
ABSTRAK
KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN, Hesti Fibriasari, Program S3 Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Prancis berasal dari Karo memiliki alir nada yang lebih rendah pada kalimat deklaratif dan interogatif absolut dibandingkan dengan pembelajar berasal dari Medan, Langkat dan Asahan. Pada kalimat interogatif parsial dan kalimat imperatif penutur bahasa Prancis berasal dari langkat memilki nada paling rendah dari penutur yang berasad dari daerah lain. Pembelajar bahasa Prancis berasal dari Medan dan Langkat memiliki kecenderungan kemiripan alir nada, hal ini terlihat pada nada dasar, nada rendah, nada dasar, nada final dan julat nada dari seluruh kalimat yang dituturkan yaitu kalimat deklaratif, interogatif absolut, interogatif parsial dan imperatif.
Kata kunci: Prosodi Bahasa Prancis, Pembelajar, Modus Tuturan
PROSODIC CONSTRAIN OF FRENCH SPOKEN BY INDONESIAN LEARNERS IN MEDAN, Hesti Fibriasari, S3 Doctoral Linguistics Program, Linguistics Studies Post-graduate of the University of The University of North Sumatera
This dissertation deals with the analysis of prosodic constrain of French spoken by Indonesian learners in Medan. The purpose of this analysis is to know how the prosody of French learners are , based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. This analysis finds that there is constraint of the French learners in uttering the four aspects above. This analysis assumes that studying prosody is as a part of production system of speakers that consist of prosody components i.e., segmental and lexical. In production experiment, the researcher finds that the intonation contour system consisting of basic intonation, final intonation, peak intonation and range intonation is signified by duration at declarative sentence, absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. Generally, it can be concluded that the acoustic characteristic of declarative sentence at French learners ‘ utterances based on declarative modus, absolute interrogative, partial interrogative and imperative. The basic intonation in absolute interrogative sentence (10.72 st) indicates the highest intonation and the lowest final intonation found in imperative sentence (8,94 st). The lowest intonation at low intonation in declarative sentence is (4,34 st). The highest intonation is found in absolute interrogative sentence (14,69 st) whereas the all intonation range is minus and the minusest range intonation found at the intonation range of imperative sentence is (11.52 st) Accoustic characteristic utttered by French learners conforms to female and male. Generally male voice is lower than female’s. It can be seen at the above description that the highest intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and intonation range of female’s voice is higher than male’s. The acoustic characteristic of French learners depend on the length of studying . The French learners having studied more than three years and having been three years, there is no significantly different.At the highest intonation the French learners having had time more than three years show that the highest intonation in all kinds of sentences is higher than French learners having studied for three years.At intonation range of French learners having studied French more than three years utter intonation lower than French learners having studied for three years. The final intonation of French learners having studied for three years is higher than French learners having studied more than three years. The acoustic characteristic of French learners utterance based on the area where they come from. French learners coming from Medan, Karo, Tobasa, Langkat, Asahan show that there are no significantly different in uttering declarative,absolute interrogative, partial interrogative and imperative sentence. In uttering declarative and absolute interrogative, French learners coming from Tobasa utter the highest alur nada and the characteristic can be seen at high intonation, low intonation, basic intonation, final intonation and range intonation while French learners coming from Karo uttered counturelower in declarative and absolute interrogative sentence compared with French learners coming from Medan, Langkat and Asahan. In partial interrogative and imperative sentence French learners coming from Langkat utter the lowest intonation than the French learners coming from other regions. French learners coming from Medan and Langkat have inclination of counture resemblance, this case can be seen at basic intonation, low intonation, final intonation and range intonation of all kinds of sentences uttered i.e., declarative sentence, absolute interrogative sentence, partial interrogative and imperative sentence.
Key words: Prosodic, French, learners, Speech Modes
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana komunikasi antarmanusia yang digunakan untuk
berinteraksi dalam masyarakat. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan yang ada dalam diri manusia tersebut. Manusia bukan
sekedar animal rational – istilah yang digunakan Aristoleles – melainkan juga
animal symbolicum. Perbedaan manusia dengan mahluk lain bukan terletak pada
ciri metafisik atau ciri fisiknya, melainkan lebih pada apa yang dilakukannya.
Kemanusiaan tidak dapat diidentifikasi secara langsung pada manusia itu, tetapi
harus dikenali melalui analisis kesemestaan simbol-simbol yang telah diciptakan
manusia. Itulah sebabnya, manusia disebut sebagai animal symbolicum, yaitu
mahluk pembuat simbol-simbol. Faktanya, manusia memang selalu mencari
bentuk-bentuk simbol untuk melambangkan semua aspek pengalamannya
(Cassier, dalam Sugiyono:2012). Kata, istilah, dan ungkapan baru adalah simbol
yang menandai konsep, hal peristiwa, atau benda yang ada dalam pengalaman
manusia sebagai mahluk pembuat tanda itu. Apabila yang ditandai berupa
peristiwa, penandanya berupa kata kerja atau kelompok kata kerja atau sifat,
sebaliknya apabila yang ditandai itu berupa hal atau benda tertentu, penandanya
berupa kata benda, baik yang konkret maupun abstrak. Dalam hal ini, tampak
betapa eratnya hubungan antara tanda, penanda yang dihubungkan oleh konsep
makna yang abstrak sifatnya yang ada dalam dunia pengalaman manusia. Dalam
hubungan tanda atau simbol dengan benda atau hal, atau peristiwa yang ditandai
ada dibalik pemikiran kita, yaitu yang disebut konsep. Konsep ini berupa
pengertian tentang benda tertentu yang diberikan kepada tanda yang diacunya.
Kata kambing, misalnya, merupakan penuangan konsep (+mahluk hidup),
(insani), (+berkaki empat), (+makan rumput), dan sebagainya. Dalam kenyataan,
konsep-konsep itu menunjuk kepada binatang yang sekarang kemudian disebut
sebagai kambing.
Manusia mengungkapkan konsep-konsep tersebut melalui pikiran dan
perasaan dengan mengeluarkan suara yang dihasilkan oleh alat ucap. Sebelum
bahasa keluar melalui alat ucap, pada awalnya manusia mendapatkan informasi
melalui panca indranya. Panca indra tersebut seperti mata, telinga, hidung, dan
kulit. Mata mendapatkan informasi melalui pengelihatan, telinga mendapatkan
informasi melalui mendengar, hidung mendapatkan informasi dengan mencium
dan kulit memberikan informasi dengan meraba. Semua panca indra tersebut
memberikan informasi yang distimuluskan ke otak, setelah itu otak
memerintahkan alat ucap untuk mengungkapkan apa yang dirasakan oleh
manusia. Alat ucap yang berupa organ tubuh manusia pada saat bergerak akan
menghasilkan suara.
Manusia berbicara dengan suara yang dihasilkan dari alat ucap. Alat ucap
manusia menghasilkan tuturan-tuturan. Tuturan adalah udara dalam hembusan
nada yang keluar tanpa hambatan, pada saat terjadi hambatan maka terjadilah
Bahasa Prancis sebagai bahasa internasional berkembang sangat pesat,
dipakai oleh separuh penduduk dunia termasuk di 53 negara berBahasa Prancis
atau negara-negara Francophonies antara lain, Swiss, Belgia, Luxembourg,
Aljazair, Maroko, Canada, Vietnam, dan di negara-negara non-berbahasa Prancis.
Di Indonesia posisi Bahasa Prancis merupakan salah satu bahasa asing
yang diajarkan di beberapa SMA, SMK, MA dan Perguruan Tinggi. Dengan
statusnya demikian, program pengajaran dan pembelajaran Bahasa Prancis di
Indonesia juga mengarah pada pengembangan diri para siswa dan mahasiswanya
dalam menghadapi dunia global ini, sehingga proses pembelajarannya disiapkan
dan direncanakan sebaik-baiknya. Peran pengajar dalam proses pembelajaran
tersebut sangat besar. Oleh karena itu, seorang pengajar dengan segala
keprofesionalannya harus memiliki sejumlah pengetahan dan kemampuan dalam
memilih dan mengaplikasikan berbagai metode pengajaran yang efektif dan
efisien. Berdasarkan perkembangannya, metode atau endekatan dalam
pembelajaran bahasa asing mengalami beberapa kemajuan. Para ahli secara terus
menerus melakukan inovasi dalam pembelajaran kelas bahasa ini.
Dalam proses pembelajaran Bahasa Prancis, pembelajar diharapkan
mampu menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak
(Compréhension Orale), membaca (Compréhension Ecrite), berbicara
(Expression Orale), dan menulis (Expression Ecrite). Keterampilan bahasa asing,
dalam hal ini Bahasa Prancis, tidak dapat dimiliki oleh seorang pembelajar dalam
waktu elatif singkat tetapi diperlukan waktu yang cukup sesuai dengan tujuan
Dalam hal ini mahasiswa pembelajar Bahasa Prancis perlu memiliki empat
komptensi tersebut walaupun kompetensinya tidak sama tingkatannya. Mahasiswa
dapat memiliki kompetensi yang baik dalam berbicara tetapi dalam kompetensi
lain misalnya menulis memiliki kompetensi yang baik, begitu juga sebaliknya.
Menyimak (Compréhension Orale) dalam Bahasa Prancis (BP) adalah
salah satu kegiatan berbahasa yang cukup mendasar dalam aktivitas
berkomunikasi dalam BP. Kegiatan yang terjadi di masyarakat kita menunjukkan
bahwa dalam kegiatan menyimak lebih banyak dilakukan daripada kegiatan
berbahasa yang lain yaitu berbicara, membaca dan menulis. Meyimak memiliki
makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang
lain. Jelas faktor kesenjangan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar
daripada mendengarkankarena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami
apa yang disimak dan dalam kegiatan mendengarkan tingkat pemahaman belum
dilakukan.
Dalam menyimak harus memperhatikan tekanan (keras lembutnya suara),
durasi (panjang pendeknya suara), nada (tinggi rndahnya suara), intonasi (naik
turunnya suara) dan ritme (pemberan tekanan nada dalam kalimat). Secara
sederhana menyimak merupakan suatu peristiwa penerimaan pesan, gagasan,
pikiran atau perasaan seseorang. Penerima pesan dapat memberi rsponsi atau
tanggapan terhadap pembicaraan itu. Hal tersebut merupakan peristiwa
komunikasi antara pembicara dan penyimak dengan hubungan dua arah.
disampaikan oleh penulis melalui media yang berupa tulisan dan dikenal dengan
bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan
suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna
kata-kata secara individual akan dapat dipahami. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka
pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan
proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Menulis (Expression Ecrite) ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan lambang grafik tersebut. (Tarigan:2007)
berpendapat bahwa “Lambang-lambang grafik yang dditulis merupakan presenasi
bahasa tertentu sehingga memiliki makna tertentu pula yang dapat dipahami oleh
orang lain (pembaca)”.
Berbicara (Expression Orale) ialah kemampuan seseorang untuk
menyatakan maksud dan perasaan secara lisan. Berbicara adalah proses individu
berkomunikasi maksudnya berbicara digunakan sebagai sarana mengontrol
lingkungan. Berbicara ekspresif yang kreatif, artinya berbicara tidak sekedar alat
mengkomunikasikan ide, tetapi juga sebagai alat untuk menciptakan dan
mempformulasikan ide baru atau memanifstaskan kepribadian seseorang.
Berbicara adalah tingkah laku, maksudnya berbicara mampu mencerminkan
(merefleksikan) kepribadian seseorang. Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan mekanitif, semakin banyak pelatihan akan semakin baik oleh karena
itu prosespelatihan keterampilan berbicara mencakup pelafalan, pengontrolan
dan pelafalannya, pemakaian bahasa yang baik dan pengorganisasian. Berbicara
disimulasikan oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang berbicara dipenuhi
oleh kualitas dan kantitas pengalaman yang dimilikinya. Semakin banyak
pengalaman seseorang biasanya akan semakin baik pula keterampilan
berbicaranya.
Bunyi bahasa dibedakan antara unsur segmental dari suprasegmental.
Unsur segmental adalah bunyi yang terdapat secara berurutan, sedangkan
suprasegmental adalah bunyi bahasa yang menyertai bunyi segmental yang
bersama-sama membentuk makna sebuah ujaran. Runtunan bunyi merupakan arus
ujaran yang sambung menyambung terus-menerus yang di selang-selingi oleh
jeda, disertai dengan frekuensi, durasi dan intensitas. Bunyi bahasa yang di
realisasikan dengan konsonan dan vokal termasuk frekuensi, durasi dan intensitas
adalah Prosodik.
Prosodik atau faktor suprasegmental membuat tuturan lebih mudah
dipahami oleh orang yang mendengarkannya sebab dengan faktor itu seorang
penutur dapat memberikan batas-batas satuan makna dan memberikan penekanan
pada bagian tuturan tertentu yang dianggap penting. Akan tetapi, setiap manusia
dapat menghasilkan nada yang bervariasi, baik variasi karena organ-organ tutur
maupun variasi karena interferensi dari sistem prosodi bahasa-bahasa lain yang
dikuasai oleh seorang penutur.
Meskipun demikian, interaksi antara pembicara dan pendengar tetap saja
ikuti dalam mensosialisasikan sebuah tuturan, bagaimanapun cirri prosodi
mempunyai toleransi yang disebabkan perbedaan yang beragam. Apabila ciri
prosodi telah melampau batasnya maha bisa terjadi ketidakbermaknaan pada satu
tuturan.
Meskipun disadari batapa pentingnya faktor suprasegmental dengan faktor
leksikal dan faktor segmentalnya, di Indonesia terlebih lagi di Sumatera Utara
kajian tentang suprasegmental belum familiar. Terlebih lagi pada kajian tentang
pembelajaran bahasa Prancis di Sumatera Utara. Dari paparan di atas dilihat
betapa pentingnya prosodik atau faktor suprasegmental dalam bertutur. Namun,
penelitian tentang prosodi bahasa-bahasa di Indonesia masih sedikit dilakukan.
Beberapa penelitian yang mengkaji dari perspektif prosodik yaitu Halim
(1968,1974,1984), Ebing (1992, 1994, 1997), Ebing dan Van Heuven (1997), Van
Heuven dan Van Zanten (1997).
Secara akustik, prosodi merupakan bahasa lisan yang melibatkan variasi
pada panjang pendeknya suatu kata frekuensi dan durasi. Prosodi melibatkan
irama panjangnya, dan tekanan dalam pengucapan kata ang dibuat dengan
ekspresi. Ilmu prosodi terkenal sukar untuk menyampaikan secara tertulis, satu
alasannya adalah sebagai contoh, email boleh dengan mudah menyebabkan
kesalah pahaman. Konvensi ortographi atau ejaan yang tepat untuk
menyampaikan ilmu prosodi meliputi pemberian tanda baca seperti tanda koma,
tanda seru, tanda tanya, menggunakan tenda katup, dan elipsis atau penghilangan
kata, ormat penukaran seperti huruf miring, tebal dan garis bawah, orthografi atau
bahasa tulisan berbeda dengan bahas lisan yang dihasilkan oleh bunyi bahasa dari
Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dapat dilihat dari
sudut pandang yaitu objek fisikal atau yang disebut fonetik akustik. Bunyi bahasa
sebagian besar dengan menyatakan bagaimana mereka dibuat, akan tetapi ini juga
mengkin untuk menguraikan bunyi dengan kaitan yang lain. Menggunakan istilah
apa yang didengar dengan cara mendengar suatu bunyi bergantung pada struktur
akustik. Dalam fonetik akustik dapat digambarkan bunyi-bunyi yang dapat
dikacaukan dengan bunyi-bunyi yang lain. Untuk mengetahui adanya bunyi-bunyi
yang dikacaukan oleh bunyi-bunyilain dapat menggunakan cara merekam dengan
tape recorder, setelah itu dianalisis dengan program praat dalam kajian fonetik
akustik terdapat bunyi segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental
merupakan bunyi-bunyi tunggal yang berurutan sedangkan bunyi suprasegmental
merupakan bunyi yang mengkarakterisasi unsur segmental yang membentuk
makna sebuah ujaran. Setiap bunyi segmental memiliki frekuensi dan durasi.
Bilingualitas yang terjadi oleh pembelajar bahasa Prancis disebabkan
karena pembelajar memiliki beraneka ragam bahasa daerah yang ada di Sumatera
Utara. Bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara yaitu bahasa Batak, bahasa
Karo, bahasa Jawa, bahasa Melayu dan bahasa Mandailing. Pembelajar bahasa
Prancis di Sumatera Utara masih menggunakan dua bahasa atau lebih. Pembelajar
menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi di lingkungan akademik dan
pada lingkup formal, sedangkan diluar kelas mereka masih menggunakan bahasa
daerah mereka masing-masing. Maka pembelajar bahasa asing, khususnya bahas
Prancis mereka semua merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan
pembelajar dalam menguasai dua bahasa atau lebih disebut kedwibahasaan
(bilingualitas).
Kedwibahasaan (bilingualitas) adalah orang yang dua bahasa. Hubungan
antara kemampuan dalam kedua bahasa itu pada orang yang berdwibahasa secara
penuh dan seimbang, kemampuan dan tingkahlaku dalam kedua bahasa itu adalah
terpisah dan bekerja sendiri-sendiri. Bilingualitas tersebut adalah bilingualitas
sejajar. Tipe bilingualitas yang lain sering terdapat dalam keadaan belajar bahasa
kedua setelah kita menguasai satau bahasa dengan baik, khususnya dalam keadaan
belajar bahasa kedua/ bahasa asing di sekolah.
Dalam hal ini kemampuan dan kebiasaan orang dalam bahasa pertama
(disingkat B1) berpengaruh atas penggunaannya dari bahasa ke dua (B2).
Kedwibahasaan tersebut disebut bilingualitas majemuk. (Ervin dan Osgood: 1965,
dalam Nababan: 1984) yang meluncurkan kedua istilah ini menggambarkan kedua
konsep ini seperti dalam diagram berikut.
Majemuk Sejajar
rm im rm1 --- im1
I A R A I A R A
rm2 --- im2
I B R B
I B R B
Dengan diagram ini digambarkan adanya dua perangkat isyarat (IA dan IB),
masing-masing termasuk dua bahasa, bahasa A dan B. kedua perangkat isyarat ini
dihubungkan dengan satu perangkat proses mediasi (= berpikir) representasi yang
sama, yaitu rm-im. pada sisi interpretasi, proses mediasi ini di hubungkan dengan
dua perangkat penerima (response) yang terdapat dalam kedua bahasa, bahasa A
dan B. oleh karena proses mediasinya sama, maka yang “masuk” dari IA dapat saja
“keluar” pada RB, dan sebaliknya masukan dari IB dapat juga keluar pada RA.
kalau terjadi begitu, maka disebutlah proses itu “pengacauan” atau interferensi.
Suatu proses yang lain terjadi dalam bilingualitas sejajar, seperti
digambarkan pada gambaran sebelah kanan. Di sini terdapat dua proses mediasi
terpisah sehingga tidak ada pengacauan atau interferensi. Inilah gambaran dari apa
yang dapat disebut bilingualitas “sejati”. Jika kemampuan dalam kedua bahasa itu
kira-kira sama, maka hal itu disebut bilingualitas seimbang.
Jarang orang yang betul-betul bilingualitas seimbang, yang banyak
terdapat ialah orang-orang yang sama-sama baik dalam dua bahasa tetapi
umumnya dalam lapangan kebahasaan (language domain) yang berbeda-beda. Ini
berarti bahwa seseorang dapat baik berbahasa B dalam suatu bidang ilmu (seperti
ilmu hukum atau sosiologi) dan tidak begitu baik dalam ilmu lain dan sebagainya.
Dalam hal tersebut di atas pun juga dapat terjadi interferensi, sehingga
yang diungkapkan atau dipakai dalam bahasa A ialah unsur atau struktur dari
bahasa B, dan sebaliknya. Hal ini dapat disebut dengan interferensi produktif, dan
Prosodi pembelajar Bahasa Prancis di Medan memiliki durasi dengan alir
nada yang dipengaruhi oleh latarbelakang etnis dari pengguna Bahasa Prancis
tersebut. Alir nada tersebut dipengaruhi oleh dialek daerah pengguna Bahasa
Prancis di Medan yang merupakan pengguna dua bahasa atau yang disebut juga
denga bilingualitas.
Jika dilihat tingkatan-tingkatan kemampuan mahasiswa dalam bahasa
Prancis dapat diperoleh profil kemampuan dalam bahasa itu. Dapat dibandingkan
kemampuan mahasiswa dilihat dari latar belakang mahasiswa tersebut, jenis
kelamin mahasiswa dan lama belajar bahasa Prancis.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan pembelajar
bahasa Prancis dalam memproduksi tuturan bahasa Prancis dan mempersepsikan
tuturan bahasa Prancis dengan menggunakan program praat. Program tersebut
digunakan untuk mengetahui prosodi suara salam menuturkan atau kata maupun
kalimat. Dalam hal ini kalimat dapat terdiri dari beberapa jenis seperti kalimat
perintah, tanya dan lain-lain. Untuk membedakan antara kalimat-kalimat tersebut
salah satunya dapat menggunakan Prosodi/intonasi atau nada bicara. Cara ini
sekarang sedang berkembang karena dpata membantu mempermudah
berkomunikasi, dimana dalam berkomunikasi kita menggunakan intonasi dan
nada dalam berbicara.
Dilihat dari latarbelakang pembelajar yang berbeda-beda kemampuan
mahasiswa dalam memproduksi tuturan bahasa Prancis dalam fekuensi dan durasi
Pengajar bahasa Prancis di UNIMED adalah vountier dari Prancis yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang memiliki ijazah
pengajaran bahasa Prancis untuk orang asing (Français Language Etrangère) dan
berpengalaman mengajar bahasa Prancis di negara lain namun ada yang tidak
memilili latarbelakang pndidikan bahasa misalnya bidang hukum atau ekonomi.
Dengan kondisi perbedaan tersebut membuat para pengajar bahasa Prancis kurang
memahami ujaran bahasa Prancis pembelajar di Indonesia khususnya di Medan.
Dalam penelitian ini juga dapat dilihat bahwa adanya kemungkinan
terhadap pengacauan atau interferensi, baik yang produktif maupun yang reseptif,
pada mahasiswa yang mempelajari bahasa Prancis. Interferensi yang terjadi pada
mahasiswa merupakan interferensi perlakuan. Interferensi perlakuan ini terjadi
pada saat mahasiswa masih belajar bahasa Prancis. Hal inilah yang banyak
kelihatan dalam proses belajar mengajar bahasa dan membuat peneliti sebagai
pengajar bahasa asing tertarik untuk melakukan penelitian agar dapat mengetahui
kendala-kendala apa yang dihadapi oleh mahasiswa di Medan pada saat belajar
bahasa Prancis.
Kajian ini tentang kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan.
Di Medan bahasa Prancis dipelajari di beberapa universitas yaitu UNIMED,
AKPAR, UMSU dan STBA HARAPAN. Peneliti memilih lokasi penelitian di
UNIMED karena UNIMED memiliki program studi Bahasa Prancis dan memiliki
pengajar bahasa Prancis, native speaker dan fasilitas laboratorium bahasa yang
dapat digunakan untuk penelitian. ITMI, UMSU dan STBA HARAPAN dipilih
polulasi untuk melakukan uji persepsi tuturan bahasa Prancis yang dituturkan oleh
native speaker.
Kendala prosodi yang dialami pembelajar bahasa Prancis di Medan dalam
penggunaan prosodi atau intonasi dan nada bicra yang tidak sesuai dengan penutur
asli Prancis. Latarbelakang yang berbeda-beda mempengaruhi nada bicara
pembelajar dalam menuturkan modus deklaraif, interogatif dan imperatif.
Penggunaan intonasi da nada bicara yang tidak sesuai dapat mempengarhi
pendengar maupun lawan bicara salah mempersepsikan modus apa yang
dituturkan oleh pembelajar. Nada bicara yang tidak sesuai juga berpengaruh besar
dalam berkomunikasi dengan terjadinya kesalah pahaman. Salnya pembicara
bermaksud untuk menyampaikan kabar berita tetapi pembicara menggunakan
intonasi modus imperatif, maka pendengar akan mempersepsikan bahwa
pembicara emosi atau tidak suka dalam menyampaikan berita tersebut kepada
pendengar. Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman antara pembicara dan
pendengar.
Peneliti tertarik melakukan penelitian pada mahasiswa-mahasiswa dari
beberapa universitas, tersebut karena adanya latar belakang budaya di Medan
yang beraneka ragam dan lama belajar mahasiswa untuk mempelajari bahasa
Prancis mempengaruhi mahasiswa berutur bahasa Prancis dengan benar.
Berdasarkan penelitian awal yang sudah dilakukan terhadap satu orang
penutur asli dan beberapa mahasiswa yang memiliki latarbelakang suku yang
kalimat yang dinarasikan kepada penutur asli dan mahasiswa yang mempelajari
bahasa Prancis di Medan yaitu:
Penutur Asli Bahasa Prancis Pembelajar Bahasa Prancis
pi i e r r e v a a u c i n e m a
Dalam penuturan kalimat tersebut terdapat perbedaan kontur nada dalam
penuturannya. Penutur asli bahasa Prancis dalam kalimat deklaratif memiliki
kontur nada naik-turun-naik-turun. Pembelajar bahasa Prancis dalam kalimat
deklaratif memiliki alir nada naik-turun. Diduga ada 60% mahasiswa di Medan
masih memiliki kendala prosodi. Kemampuan prosodi yang dimiliki oleh
mahasiswa di Medan masih memiliki rentangan yang jauh dengan penutur asli
bahasa Prancis itu sendiri.
Mahasiswa-mahasiswa yang belajar bahasa Prancis tersebut berasal dari
suku Melayu, Toba, Karo dan Jawa. Latar belakang suku yang berbeda-beda
mempengaruhi prosodi mahasiswa dalam menuturkan bahasa Prancis.
Ujaran-ujaran yang diucapkan oleh mahasiswa masih memiliki rentangan yang cukup
jauh. Hal ini di dasari dengan adanya persepsi bunyi dari tiap-tiap mahasiswa
pembelajar bahasa Prancis di Medan.
Kendala prosodi yang dialami oleh pembelajar bahasa Prancis di Medan
yang direalisasikan dengan konsonan dan vokal yang tercakup dalam frekuensi,
durasi dan intensitas dalam suatu ujaran. Intensitas adalah variasi dalam
ketinggian nada laring yang meliputi rangkaian kata dan membentuk kurva melodi
dari kalimat. Intonasi menandai adanya tinggi rendahnya suara pembicara yang
mencerminkan ekspresi si pembicara. Nada adalah bunyi yang keluar dari suara
manusia dengan fungsi khas yang sama dengan fonem. Tekanan adalah
pengembangan suku kata pada bahasa tertentu, dalam satuan aksential.
Prosodi bahasa Prancis dalam hal ini ujaran, memiliki tekanan gramatikal
dan sintaksis yang merupakan aksen tata bahasa untuk membantu memahami satu
kalimat dengan memotong kalimat yang penting pada saat membaca maupun
berbicara. Pada saat mendengarkan seseorang membaca maupun berbicara bahasa
Prancis, diharuskan untuk memahami adanya tekanan yang selalu jatuh pada suku
kata terakhir. Selain itu juga, pendengar maupun pembaca harus cermat dalam
menekankan pada saat membaca dengan tekanan yang emosional maupun
ekspresif. Tujuan penekanan tersebut adalah untuk menyoroti sebuah kata yang
ditekankan untuk menunjukkan perasaan pembicara.
Prosodi bahasa Prancis oleh pembelajar, dalam hal ini
mahasiswa-mahasiswa di Sumatera Utara masih terdapat kendala-kendala dalam bahasa asing
termasuk pada pengucapan. Mengingat hal pengucapan itu penting maka prosodi
merupakan cerminan dari ujaran seseorang dalam berbicara, apakah ujaran
tersebut emosional, apakah suatu ucapan memberikan pernyataan, apakah ucapan
yang memberikan pernyataan atau perintah, apakah pembicara sedang sarkastik,
berbeda, besar kemungkinannya mempengaruhi penguasaan pembelajaran
tersebut.
Pengucapan yang memiliki intonasi sangat berperan dalam bahasa
sehari-hari. Intonasi menggambarkan struktur bahasa secara hirarkis, dan struktur
kalimat dari suatu wacana. Intonasi juga membedakan sebuah pertanyaan dari satu
jawaban dan intonasi mengungkapkan sikap dan intonasi.
Persepsi orang terhadap bunyi-bunyi segmental sangat memiliki banyak
variasi bergantung oleh faktor suprasegmental. Pendengaran normal merupakan
salah satu syarat untuk memiliki persepsi yang baik apabila persyaratan akustis
tertentu baik pada faktor suprasegmental atau prosodik membuat tuturan lebih
mudah di pahami oleh orang yang mendengarkannya.
1.2. Perumusan masalah
Dari uraian diatas masalah yang dapat dii rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosodi Bahasa Prancis yang dituturkan oleh pembelajar
Bahasa Prancis di Medan?
2. Bagaimana persepsi pembelajar Bahasa Prancis di Medan terhadap
Prosodi Bahasa Prancis?
3. Ciri akustik apa yang menjadi kendala Bahasa Prancis di Medan?
1.3. Tujuan penelitian
1. Mendeskrisikan pola prosodi kalimat deklaratif, interogatif dan imperatif
2. Mendeskripsikan kendala prosodi penelitian ini juga dilakukan untuk
menemukan pola prosodi dengan prespektif produksi dan persepsi.
3. Mendeskripsikan prosodi apa yang menjadi kendala pembelajar.
1.4. Kegunaan Penelitian
Temuan penelitian bermanfaat dalam Pembelajaran Bahasa Prancis untuk
membentuk penutur bahasa Prancis di Medan supaya menjadi native-like speaker.
Mendeskripsikan standar pola prosodi seperti native-like dan kendala di Medan.
Dengan penemuan ini pendidikan Bahasa Prancis di Medan dapat menemukan
standar dan dapat mengatasi kendala Bahasa Prancis. Sehingga dengan
menemukan standar pembelajaran bahasa Prancis di Medan akan menemukan
kurikulum untuk pembelajaran bahasa Prancis di Medan.
Manfaat dalam bidang linguistik untuk menambah khazanah penelitian
dalam bidang ciri akustik, khususnya penelitian prosodik. Memberikan
pengetahuan baru kepada pengajar Bahasa tentang penelitian fonologi dengan
menggunakan software dan dianalisis secara komputerisasi. Penelitian ini dapat
menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang bidang kajiannya sesuai
dengan bidang kajian ini.
1.5 Kemaknawian
Penelitian ini juga bertujuan untuk memudahkan prosodi yang signifikan
menjadi penanda modus dan mendeskripsikan nada distingtif dari nada dasar
berapa beda durasi distigtif itu dari durasi silabel penutur asli. Kemudian
penelitian ini menghitung intensitas bagian mana di dalam tuturan yang
membedakan modus dan berapa beda intensitas distigtif itu dibandingkan dengan
intensitas rata-rata dalam tuturan. Penelitian ini membutuhkan lebih jauh modus
yang membedakan asal daerah yang satu dengan yang lain. Penetuan harga modus
tuturan yang diamati menandai asal daerah tertentu atau hanya kode tertentu saja
yang membedakan kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain.
1.6 Sistematika
Penelitian ini terdiri atas delapan Bab. Bab I berupa pendahuluan yang
didalamnya berisi latar belakang, ruanglingkup permasalahan, tujuan, asumsi dan
hipotesis, kemaknawian dan sistematika penulisan. Bab II berupa konsep, ladasan
teori, dan tinjauan pustaka. Di dalam bab ini akan diuraikan konsep penelitian,
teori rosodi dan penelitian yang pernah dilakukan para pakar, baik para pakar
dalam negeri maupun luar negeri. Bab III berupa metode kajian yang berisi
populasi, pengumpulan data, pengolahan data, dan komposisi data. Bab IV berupa
eksperimen produksi dan perseptual. Bab V berupa prosodi tuturan pembelajar
bahasa Prancis. Bab VI berupa persepsi tuturan pembelajar bahasa Prancis. Bab
VII berupa kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan. Sementara itu
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengantar
Ciri prosodi merupakan tanda yang menjadi bagian dari sistem lambang
bahasa. Lambang bahasa yang memiliki fungsi, bahwa ciri prosodi merupakan
satu aspek tuturan yang harus dilihat dari dua sudut pandang yaitu, bagaimana
prosodi dihasilkan oleh penutur (produksi suara) dan bagaimana ciri prosodi dapat
dipahami atau dipersepsi (peseptual) oleh pendengar.
Bab ini akan membahas konsep kendala prosodi pembelajar bahasa
Prancis di Medan, membahas beberapa teori dan pendekatan yang menyangkut
fonetik dan fonologi, prosodi, sistem bunyi bahasa, modus dan metode pengajaran
bahasa Prancis aerta tinjauan pustaka dari penelitian-peneitian yang terdahulu.
2.2Konsep
Konsep penelitian yang digunakan dalam kajian ini memfokuskan pada
kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan berdasarkan variabel jenis
kelamin (perempuan dan laki-laki), lama belajar (3 tahun dan lebih dari 3 tahun)
dan asal daerah (Medan, Karo, Tobasa, Langkat dan Asahan). Prosodi
memperlihatkan adanya frekuensi dan durasi serta adanya uji persepsi. Frekuensi
memperlihatkan kontur tuturan dalam modus deklaratif, interogatif absolut,
interogatif parsial dan imperatif. Durasi memperlihatkan nada tinggi, nada rendah,
nada dasar, nada final dan julat nada. Uji persepsi memperlihatkan kemampuan
diagram 2.1 berikut ini adalah bagan konsep berisi tentang konsep-konsep yang
2.3Landasan Teori
2.3.1 Fonetik dan Fonologi
Ferdinand De Saussure dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale”
‘Kuliah Linguistik umum’, Saussure dalam (Bally dan Sechehaye: 1916)
mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi bahasa manusia.
Dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya
hanyalah unsur – unsur yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu
menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran.
Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunakkan kriteria yang semata – mata
fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros
sintagmatik. Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah
kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu
membedakan kata itu dengan yang lain.
Istilah fonetik secara umum didefinisikan sebagai suatu kajian ilmiah
tentang bunyi-bunyi suatu bahasa. Dengan demikian kajian ini merupakan cabang
dari kajian linguistik seperti halnya morfologi, sintaksis, dan semantik. Secara
khusus, fonetik mengkaji komponen-komponen bunyi (phonique) suatu bahasa
lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan
penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh
bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi). Kajian fonetik itu
sendiri dapat ditelaah tanpa mengikutsertakan kajian semantik. Atau dengan kata
lain, kajian fonetik merupakan kajian bebas makna. Oleh karena itu, kita dapat
melakukan kajian karakteristik fonetik suatu bahasa meskipun kita tidak mengerti
Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasilah yang dikaji
dalam fonetik, sementara bunyi di luar itu seperti bunyi batuk, berdahak, helaan
nafas, termasuk pula bunyi-bunyi non insani, seperti kicauan burung, suara
guntur, guruh, dan lain-lain bukan merupakan kajian fonetik. Sebaliknya, kajian
fonologi tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang makna karena kajian ini
berkaitan dengan fungsi-fungsi ujaran dalam menyampaikan pesan (message).
Oleh karena itu, dalam mengkaji fonologi, kita harus memahami aspek semantik
bahasa tersebut.
Pada saat mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan dianalisis secara akustik
memerlukan telinga yang berfungsi sebagai panca indra pendengaran untuk
menganalisis bnyi-bunyi tersebut. Melalui telinga dapat diketahui pembicara
tersebut muda, tua, berpendidikan, tidak berpendidikan maupun asal daerah.
Tindakan tersebut merupakan analisis fonetik. Tetapi pada saat otak menganalisi
secara akustik bunyi-bunyi bahasa yang diterima oleh telinga maka otak
mengetahui bunyi bahasa apakah yang sedang didengarkan. Misalnya contoh
modus bahasa Prancis:
C’est long [selõ] atau C’est bon [sebõ] atau C’est rond [serõ]
Ini panjang Ini enak Ini bulat
(Leon et Bhatt:2005)
Bunyi bahasa tersebut merupakan tuturan yang memiliki ciri khas dari
bahasa tertentu.(Verhaar:1999) berpendapat bahwa bunyi bahasa diselidiki oleh
fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut pelafalannya, dan
menurut sifat akustiknya. Sedangkan fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu
menurut fungsinya. Misalnya saja bunyi [p] pada bahasa Prancis. Bunyi [p]
merupakan konsonan occlusive misalnya épais [ɛpɛ], [p] juga merupakan
konsonan sourdes tidak bergetar misalnya pâte [pɑt], [p] juga merupakan
konsonan dengan yang forte misalnya pas [pa] (Léon:1966). Oleh karena itu
fonetik mengkaji komponen-komponn bunyi (phonique) suatu bahasa lebih
khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan
penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh
bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi).
La phonétique est l’étude de la production, de la transmission et de la
perception des sons de la parole (Léon:2005). Fonetik mempelajari tetang
bagaimana memproduksi bunyi, mentransmisikan bunyi dan mempersepsikan
bunyi. Tiga cabang fonetik yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik
auditive. Fonetik artikulatoris meneliti alat-alat ucap manusia melalui organ bicara
seperti lidah, langit-langit, dan gigi yang digunakan untuk menghasilkan bunyi
ujaran. Misalnya [p] dalam bahasa Prancis, kedua bibir harus dikatupkan
bersama-sama, dihembuskan udara dari paru-paru, dan bibir dibuka sehingga membuat
http://id.wikipedia.org/wiki/berkas.places_of_articulation.svg
Daerah artikulasi (pasif & aktif):
1. Bibir luar, 2. Bibir dalam, 3. Gigi, 4. Rongga-gigi, 5. Pascarongga-gigi, 6.
Pralangit-langit, 7. Langit-langit, 8. Langit-langit belakang, 9. Tekak, 10. Hulu
kerongkongan, 11. Celah suara, 12. Katup napas, 13. Akar lidah, 14. Lidah
belakang, 15. Punggung lidah, 16. Lidah depan, 17. Ujung lidah, 18. Bawah ujung
lidah.
Komponen-komponen yang sangat penting dalam mendeskripsikan aspek
fisik bunyi suatu bahasa adalah gerakan larynk dan juga corde vocal (rongga
mulut), posisi organes mobiles (artikulator) pada cavite bucale (rongga mulut)
seperti lidah, dan fungsi des cavités nasales (rongga hidung) yang berfungsi
sebagai resonator.
Fonetik akustik mempelajari bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai bunyi