PANDUAN PENYUSUNAN OPINI 9.1 Gambaran Umum
9.7 Format dan Contoh Opini
Untuk memenuhi kesesuaian dengan SPKN, berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan opini pemeriksaan.
1) Panduan umum
(1) Sebelum merumuskan opini, pemeriksa harus mempunyai pemahaman yang cukup mengenai entitas termasuk risikonya;
(2) Jika ada pembatasan lingkup, apakah prosedur alternatif sudah dilakukan; (3) Jika ada penyimpangan dari SAP, apakah koreksi atau penyempurnaan
telah diusulkan oleh pemeriksa;
(4) Pada prinsipnya gunakan format dan bahasa yang diatur (dicontohkan dalam SPAP), kecuali diatur lain oleh juknis, juklak, atau panduan tertulis; (5) Jika laporan keuangan entitas komparatif, maka sebaiknya opini
komparatif; 2) Opini WTP
Untuk opini WTP dapat mengikuti bahasa standar, kecuali untuk hal-hal tertentu yang diatur lain. Sementara itu, apabila diperlukan paragraf penjelasan, pemeriksa dapat memberikan opini WTP Dengan Paragraf Penjelas dengan panduan sebagai berikut:
(1) Bahasa penjelasan sifatnya menjelaskan hal-hal yang sudah ditentukan; (2) Seyogyanya bahasa penjelasan tidak menjelaskan mengenai keterbatasan
lingkup yang material, adanya risiko yang tidak dapat dicover, atau penyimpangan prinsip akuntansi tetapi tidak dapat diterima oleh pemeriksa. Hindari bahasa yang dapat ditafsirkan sebagai pengecualian.
3) Opini WDP
Apabila opini WDP diberikan karena pembatasan lingkup, maka pemeriksa perlu memperhatikan panduan berikut.
(1) Situasi itu harus dijelaskan dalam paragraf penjelasan terpisah sebelum paragraf opini;
(2) Penjelasan sedapat mungkin mengacu pada pos, atau catatan atas laporan keuangan;
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19
(3) Kata-kata pada paragraf opini, harus menunjukkan bahwa pengecualian tersebut berkaitan dengan dampak yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan dan bukan terhadap pembatasan itu sendiri;
(4) Opini harus dimulai dengan prase “kecuali”. Demikian juga dalam paragraf lingkup, harus dimulai dengan prase “kecuali”.
Apabila opini WDP diberikan karena adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi, pemeriksa perlu memperhatikan hal-hal berikut.
(1) Jelaskan semua alasan yang menyebabkan pemeriksa berkesimpulan bahwa terdapat penyimpangan dari PABU dalam paragraf penjelasan terpisah sebelum paragraf opini;
(2) Penjelasan sedapat mungkin mengacu pada pos laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan. Paragraf penjelasan harus menjelaskan dampak dari pemyimpangan tersebut;
(3) Jika laporan keuangan sudah mengungkap penjelasan atas penyimpangan, maka dapat mengacu pada penjelasan tersebut.
(4) Pada paragraf scope tidak perlu ada prase “kecuali”. Pada paragraf opini, yang dikecualikan adalah dampak dari penyimpangan terhadap SAP, bukan akunnya.
4) Opini Tidak Memberikan Pendapat
(1) Diberikan jika pemeriksa tidak dapat merumuskan opini karena tidak dapat melaksanakan audit yang lingkupnya cukup untuk menyatakan pendapat. (2) Kemukakan semua alasan substantif yang menyebabkan tidak memberikan
pendapat.
(3) Tidak boleh ada kalimat yang menyatakan BPK sudah melaksanakan audit sesuai dengan standar.
5) Opini Tidak Wajar
(1) Pemeriksa harus menjelaskan dua hal dalam laporan yaitu, semua alasan yang mendukung dan dampak utama yang menyebabkan pendapat tersebut.
(2) Semua alasan harus dikemukakan pada paragraf terpisah sebelum paragraf opini.
Contoh-contoh mengenai opini dapat dilihat pada Lampiran 9.5. Contoh-contoh tersebut terdiri dari:
1) Opini Wajar Tanpa Pengecualian
2) Opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk Tahun Sekarang dan Opini Wajar Dengan Pengecualian untuk Tahun Lalu
3) Opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk Tahun Sekarang dan Opini Tidak Memberikan Pendapat untuk Tahun Lalu
4) Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan
5) Opini Wajar Dengan Pengecualian (Karena Pembatasan Ruang Lingkup) 6) Opini Wajar Dengan Pengecualian (Karena Adanya Penyimpangan Standar
Akuntansi Pemerintahan)
7) Opini Wajar Dengan Pengecualian untuk Tahun Sekarang (Karena Pembatasan Ruang Lingkup) dan Opini Tidak Memberikan Pendapat untuk Tahun Lalu
8) Opini Tidak Wajar
9) Opini Tidak Memberikan Pendapat.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1
GUIDELINE UNTUK SEKTOR PUBLIK
UNTUK TINGKAT KOMPLEKSITAS AKUN
Akun Kompleksitas Akun
Kas di Kasda Tinggi
Kas di Bendahara Pengeluaran Tinggi Kas di Bendahara Penerimaan Tinggi
Kas di BLUD Tinggi
Piutang – Pinjaman Rendah
Piutang – Non Pinjaman Rendah
Persediaan Rendah
Investasi Non Permanen Rendah
Investasi Permanen Rendah
Aset Tetap Rendah
Dana Cadangan Rendah
Aset Lainnya Rendah
Hutang PFK Tinggi
Hutang Jk Pendek Lainnya Rendah
Hutang Jk Panjang Tinggi
Pendapatan Asli Daerah Rendah
Pendapatan Transfer Rendah
Lain-lain Pendapatan yg Sah Rendah
Belanja Pegawai Rendah
Belanja Barang dan Jasa Tinggi
Belanja Modal Tinggi
Belanja Bunga Rendah
Belanja Subsidi Rendah
Belanja Hibah Rendah
Belanja Bansos Rendah
Belanja Tak Terduga Rendah
Belanja Transfer Rendah
Pengeluaran Pembiayaan – Pemberian Pinjaman Rendah Pengeluaran Pembiayaan – Bayar Utang Rendah Pengeluaran Pembiayaan – Penyertaan Modal Rendah Penerimaan Pembiayaan – Silpa Tahun Lalu Tinggi Penerimaan Pembiayaan – Lainnya Rendah
MATRIKS ANALISIS TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ………….. TA ……
No Akun yang terpengaruh Temuan Judul Nilai (Rp) Misstatement? Apakah Apakah Ada Pembatasan Lingkup?
Batas Materialitas
(Nilai TE) Materialitas
Nilai Unaudited (Rp) Pervasiveness Proporsi Terhadap FS Pengungkapan Kompleksitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Kas di
Kasda SPI No.1
Kepatuh an No.7 2 Pendapatan Pajak
Total Akun yg diaudit: ……… Keterangan:
Kolom 5 : diisi ya atau tidak (sifat masalah pengakuan, penyajian, atau pengungkapan) Kolom 6 : diisi ya atau tidak
Kolom 8 : diisi ya atau tidak, material jika nilai (kolom 4) melebihi nilai TE (kolom 7)
Kolom 10 : diisi prosentase nilai akun terpengaruh (kolom 4) terhadap keseluruhan nilai laporan keuangan (akun) yang diperiksa Kolom 11 : diisi apakah terdapat keharusan memerlukan pengungkapan atau tidak (atas permasalahan yang ditemukan)
Kolom 12 : diisi apakah dampak permasalahannya (baik misstatement ataupun tidak cukup bukti) bersifat kompleks atau tidak (lihat guideline untuk sektor publik)
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1
MATRIKS KESIMPULAN OPINI
LKPD PROVINSI/KOTA/KABUPATEN …………..TA ………..
A. TEMUAN SALAH SAJI/PELANGGARAN TERHADAP PRINSIP AKUNTANSI (MISTATEMENT)
No terpengaruh Akun yang Temuan Judul Nilai (Rp) Proporsi (%) Pengungkapan Kompleksitas
1 Kas di Kasda
2 Belanja Modal
JUMLAH (A)
PM (B) SELISIH ( = … Kali dari PM)
SELISIH (A-B)
B. TEMUAN TIDAK CUKUP BUKTI (PEMBATASAN LINGKUP)
No terpengaruh Akun yang Temuan Judul Nilai (Rp) Proporsi (%) Pengungkapan Kompleksitas
1 Pendapatan Pajak
2 Belanja Modal
JUMLAH (C)
PM (B) SELISIH (= …. Kali dari PM)
SELISIH (C-B)
KESIMPULAN:
URAIAN MATERIAL PERVASIVE *) OPINI
SALAH SAJI Material/sangat Material* Tidak Material / (Proporsi…..%) Ya/Tidak* WTP/WDP/TW* PEMBATASAN
LINGKUP Material/sangat Material* Tidak Material / (Proporsi…..%) Ya/Tidak* WTP/WDP/TMP*
KESIMPULAN AKHIR OPINI WTP/WDP/TW/TMP*
* Pervasive = dipertimbangkan secara keseluruhan, baik masalah proporsi, kompleksitas dan pengungkapan.
DAFTAR PANDUAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS KUALITATIF DALAM PENENTUAN PENGARUH SUATU MASALAH TERHADAP OPINI LKPD
No Masalah Terkait Asersi Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas di Opini yang Pernah Ada Contoh Paragraf
1 Pendapatan yang diguna-kan langsung tanpa mela-lui APBD/LRA (misalnya pendapatan Jamkesmas di RSUD non BLUD, retribusi, pendapatan sewa kekayaan daerah dll)
Kelengkapan - Pada prinsipnya semua pendapatan dan belanja APBD dilaporkan dalam LRA.
Jika nilai yang dikelola di luar APBD sudah diadministrasikan dan dipertanggungjawabkan secara tertib serta pemeriksa dapat menguji bukti-bukti, maka :
Jika nilainya lebih kecil dari 50% PM, maka cukup dapat dipertimbangkan diungkap-kan dalam CaLK tanpa mempengaruhi opini.
Jika nilainya melebihi 50% dari PM, maka dapat dipertimbang-kan untuk mempengaruhi opini.
Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.1.3.2 Pemerintah Kabupaten ABC menyajikan PAD Tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp55miliar dan Rp54miliar. Jumlah tersebut belum termasuk pendapatan dari pengelolaan dana Jamkesmas pada RSUD masing-masing sebesar Rp10miliar dan Rp8,2miliar, karena pendapatan tersebut digunakan langsung untuk operasional di RSUD non BLUD. Jumlah penggunaan langsung dana Jamkesmas untuk belanja Tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp9miliar dan 8miliar, sehingga masih terdapat sisa dana sebesar Rp1,2miliar. Dalam belanja tersebut diantaranya digunakan untuk membeli aset tetap masing-masing sebesar Rp500juta dan Rp700juta, namun aset tetap tersebut tidak dicatat dalam neraca Pemkab ABC. Jika Pemkab ABC mengakui pendapatan dan belanja dari dana Jamkesmas Tahun 2010 dan 2009 tersebut, maka PAD akan bertambah sejumlah masing-masing sebesar Rp10 miliar dan Rp8,2miliar, serta belanja akan bertambah masing-masing sebesar Rp9 miliar dan Rp8 miliar sesuai dengan jenis belanjanya. Selain itu kas akan bertambah masing-masing sebesar Rp1miliar dan Rp200juta, serta aset tetap akan bertambah sebesar Rp500juta dan Rp700juta.
2 Dalam belanja barang
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2
No Masalah Terkait Asersi Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas di Opini yang Pernah Ada Contoh Paragraf
miliar digunakan untuk
pengadaan aset tetap. (aset tetap) mepertimbangkan risiko kesalah-an klasifikasi tersebut, serta intensi (niat) mengapa terjadi salah klasifikasi.
Jika salah klasifikasi menimbulkan adanya aset tetap yang tidak tercatat, maka materialitasnya dapat menggunakan nilai sekitar 50% dari PM.
Jika salah saji tersebut tidak menimbulkan risiko lain, hanya masalah salah klasifikasi (risiko informasi) maka dapat digunakan pertimbangan berikut:
• Jika nilai kesalahan klasifikasi di bawah 10% dari total belanja dan telah diungkapkan dalam CaLK , serta aset tetapnya sudah dicatat di neraca maka tidak perlu mempengaruhi opini.
Jika nilai kesalahan klasifikasi di atas 10% dari total belanja, maka dapat dipertimbangkan untuk mempengaruhi opini.
dengan realisasi sebesar Rp100miliar. Dari jumlah realisasi tersebut diantaranya sebesar Rp59miliar merupakan realisasi belanja untuk pengadaan aset tetap pemda. Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur bahwa pengadaan aset tetap diklasifikasikan pada anggaran belanja modal. Adanya kesalahan klasifikasi dapat memberikan informasi yang keliru pada belanja barang dan belanja modal. Lebih lanjut, aset tetap yang diperoleh dari belanja barang tersebut belum disajikan
sebagai aset tetap pada Neraca per 31 Desember 2010, sehingga akun aset tetap
menjadi kurang saji sebesar Rp59 miliar.
3 Permasalahan klasifikasi belanja barang, belanja sosial dan hibah.
Jika hibah/bantuan sosial dalam bentuk barang dianggarkan dalam belanja barang dan atau belanja modal, maka dapat
dipertimbang-No Masalah Terkait Asersi Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas di Opini yang Pernah Ada Contoh Paragraf
kan tidak mempengaruhi opini, karena ada permasalahan pengaturan di Permendagri dan SAP, sepanjang sifat dari pembelian barang tersebut adalah untuk diberikan kepada masyarakat.
Namun jika belanja barang dan atau belanja modal digunakan untuk hibah dalam bentuk tunai, maka dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini, dengan pertimbangan materialitas sebesar 50% dari PM.
4 Terhadap persediaan per 31 Desember 2010, pemda hanya melakukan
stock opname pada 3
SKPD dari 30 SKPD, sehingga persediaan di neraca hanya meliputi 3 SKPD. Diantara SKPD yang tidak melakukan inventarisasi adalah SKPD yang umumnya mem-punyai persediaan dalam jumlah material yaitu Dinas Kesehatan, RSUD dan Dinas Pendidikan. Pemeriksa tidak dapat melakukan perhitungan Kelengkapan Penilaian Tidak dapat memperoleh bukti persedia-an per 31 Des 20xx
Terhadap kasus ini, pemeriksa dapat mepertimbangkan material-litas sekitar 50% PM. Karena permasalahan ini adalah pembatasan lingkup, maka pemeriksa harus memperhitung-kan kemungkinan risiko nilai persediaan yang tidak disajikan pada 27 SKPD. Apakah risiko tersebut mungkin menjadi material. Oleh karena itu pemeriksa harus mempertimbang-kan apakah SKPD yang belum melakukan
stock opname adalah SKPD yang
secara normal memiliki persediaan yang nilainya cukup material.
Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.1 Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten ABC mencatat persediaan per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp10 miliar
dan Rp8miliar. Saldo persediaan per 31 Desember 2010 sebesar Rp10miliar
merupakan nilai persediaan pada tiga SKPD dari 30 SKPD yang ada pada Pemkab ABC. Terhdadap 27 SKPD lainnya, Pemkab ABC belum melakukan inventarisasi, sehingga nilai persediaan tidak dapat disajikan dalam neraca per 31 Desember 2010. Nilai persediaan dapat berbeda secara signifikan jika pemerintah kabupaten ABC melakukan inventarisasi persediaan secara menyeluruh dan mencatatannya di dalam neraca. BPK tidak
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4
No Masalah Terkait Asersi Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas di Opini yang Pernah Ada Contoh Paragraf
tersebut, karena sistem pencatatan persediaan yang tidak tertib. Seluruh persediaan dinilai ber-dasarkan harga perolehan saat pembelian (bukan nilai perolehan terakhir).
pembatasan lingkup, maka pemeriksa harus menerapkan prosedur alternatif misalnya dengan meminta pemda melakukan stock opname,
kemudian nilainya ditarik mundur.
memadai untuk dapat meyakini nilai persediaan karena Pemda Kabupaten ABC tidak menyelenggarakan administrasi persediaan secara memadai.
5 Piutang tidak lengkap dan tidak didukung dengan bukti yang memadai
Eksistensi Kelengkapan Penilaian Tidak dapat memperoleh bukti kebera-daan dan nilai piutang
Untuk akun piutang yang tidak lengkap dan atau tidak didukung dengan bukti yang memadai pemeriksa dapat mempertimbang-kan menggunamempertimbang-kan materialitas sekitar 50% dari PM.
Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.1 Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten ABC menyajikan saldo piutang per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp64miliar dan Rp35miliar. Dalam piutang tersebut diantaranya terdapat piutang pajak daerah yang ditetapkan berdasarkan estimasi, dan tidak dilengkapi dengan bukti-bukti penetapan ataupun penagihan. Jumlah tersebut juga tidak dapat ditelusuri ke rincian piutang untuk masing-masing debitur. Dokumen dan catatan yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk dapat melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk dapat memperoleh keyakinan mengenai piutang per 31 Desember 2010.
6 Inventarisasi dan revaluasi aset tetap yang
diperoleh sebelum Tahun 2004 Eksistensi Penilaian Kelengkapan Tidak dapat memperoleh data aset tetap dan nilai yang sebenar-nya
Untuk aset tetap jenis ini, pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan materialitas sekitar 50% dari PM. Jika masalahnya hanya ini, maka pemeriksa dapat mempertimbangkan bukan sebagai masalah yang perpasive, sehingga cenderung memberikan opini WDP karena pembatasan lingkup.
Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.7 Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC Tahun 2010, Pemkab ABC mencatat aset tetap per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp800miliar dan Rp700miliar. Dalam jumlah terebut diantaranya termasuk aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004. Pemerintah Kabupaten ABC belum melakukan inventarisasi dan penilaian atas aset tetap yang
No Masalah Terkait Asersi Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas di Opini yang Pernah Ada Contoh Paragraf
diperoleh sebelum Tahun 2004 sebagaimana yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi Pemerintah. Nilai aset tetap dapat berbeda secara signifikan jika Pemerintah Kabupaten ABC telah melakukan inventarisasi dan penilaian kembali atas aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004.
7 Administrasi aset tetap tidak tertib. Tidak ada KIB. Aset tetap secara masif tidak dapat ditelusuri rinciannya ke SKPD. Rincian yang ada tidak mencerminkan data yang sebenarnya secara massif. Eksistensi Kelengkapan Penilaian Hak dan kewajiban. Pemeriksa tidak dapat menjalankan prosedur audit untuk meya-kini eksistensi, kelengkapan maupun penilaiannya.
Untuk aset tetap, pemeriksa dapat memberikan pertimbangan kualitatif materialitas sekitar 50% dari PM. Aset tetap biasanya merupakan nilai yang dominan dibanding aset lainnya. Sehingga secara proporsi dapat menjadi
perpassive (sangat material),
sehingga mungkin dapat mengakibatkan opini TMP.
Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.7.1 Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten ABC mencatat aset tetap per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp450 miliar dan Rp400miliar. Nilai tersebut merupakan nilai aset tetap berdasarkan data yang dimiliki DPKAD. Pemerintah Kabupaten ABC tidak melakukan administrasi asset tetap secara memadai, antara lain tidak adanya kartu inventaris pada masing-masing SKPD, sehingga nilai aset tetap yang disajikan di neraca tidak dapat ditelusuri rinciannya pada masing-masing SKPD. Selain itu, Pemerintah Kabupaten ABC belum melakukan inventarisasi dan penilaian atas aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004 sebagaimana yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi Pemerintah. Dokumen dan catatan yang tersedia tidak memungkinkan BPK melakukan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk dapat meyakini nilai aset tetap per 31 Desember 2010 dan 2009.
BPK RI Perwakilan Provinsi……. 1
FORMAT DAN CONTOH OPINI
1. OPINI “WAJAR TANPA PENGECUALIAN” 1.a. Format Opini
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA Perwakilan [Nama Perwakilan BPK],
Penanggung Jawab Pemeriksaan,
[Tanda Tangan] [Nama Penanggungjawab]
BPK RI Perwakilan Provinsi……. 3
1.b. Contoh Opini
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Jakarta, 30 April 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA Perwakilan Provinsi DKI Jakarta Penanggung Jawab Pemeriksaan,
Budi Santoso, Ak.
BPK RI Perwakilan Provinsi……. 5
2. OPINI “WAJAR TANPA PENGECUALIAN UNTUK TAHUN SEKARANG” DAN ”WAJAR DENGAN PENGECUALIAN UNTUK TAHUN LALU”
2.a. Format Opini
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN], BPK menyatakan pendapat, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan atas [NAMA DAMPAK YANG DIKECUALIKAN], Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS], menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan