• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X USULAN (PROPOSAL) RISET EPIDEMIOLOGI

10.2. Format Usulan (Proposal) Riset

Judul riset adalah gambaran dari tujuan riset. Dikarenakan tujuan riset itu dirumuskan dari masalah riset atau dapat dikatakan, tujuan riset itu merupakan jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan riset, maka

93

judul riset juga mencerminkan masalah riset. Apabila sebuah riset berjudul “ketidak sinambungan imunisasi polio pada anak-anak balita di wilayah Kabupaten Bogor”, maka hal ini mencerminkan bahwa masalah yang dihadapi oleh Kabupaten Bogor pada saat itu adalah angka “drop out” atau ketidaksinambungan imunisasi sangat tinggi. Judul riset tersebut juga mencerminkan bahwa tujuan riset akan mencoba mengungkapkan persoalan-persoalan (faktor-faktor) yang menyebabkan ketidaksinambungan imunisasi polio tersebut di Kabupaten Bogor. Dapat dikatakan, riset ini dengan tidak tampak akan mengidentifikasi aspek-aspek yang berefek atau berhubungan dengan “drop out” atau ketidak singkronan imuniasai polio ke anak kecil.

10.2.2. Latar Belakang Persoalan

Dilatar belakang persoalan riset, akan dijelaskan kenyataan-kenyataan, kejadian masa kemudian si pengamat, perolehan-perolehan riset orang lain, juga teori- teori yang mendasari persoalan yang akan diamati. Melalui penjelasan tentang kenyataan, masa kemudian dan teori-teori itu jadi orang lain (sisi pemasok uang atau pembimbing) dipastikan persoalan yang hendak disampaikan itu mendesak, dan “justified”. Dilatar belakang harus gamblang dijelaskan: Kenapa persoalan itu diambil? Apa perataannya, kenapa riset itu dilangsungkan di daerah khusus?

Jika judul riset seperti contoh di atas (Ketidak singkronan Imunisasi Polio keAnak Kecil di daerah Kabupaten Bogor), jadi latar belakang harus dijelaskan :

a.

Aksi atau dibutuhkannya imuniasai polio untuk anak kecil.

b.

Persoalan polio di Indonesia juga kegiatan imunisasi polio di Indonesia.

c.

Persoalan drop out atau ketidak singkronan imuniasai polio dengan massal di Indonesia.

d.

Persoalan drop out imuniasai polio di Kabupaten Bogor. Untuk persoalan yang hendak diamati itu sudah “justified” penjelasan latar belakang itu harus ditopang atau diikuti oleh informasi kenyataan-kenyataan.

10.2.3. Perancangan Persoalan

Sebelum dijelaskan cara merancang persoalan riset, lebih dulu didiskusikan apa yang diartikan dengan persoalan. Persoalan adalah gap antar anggapan dengan fakta, antar apa yang diharapkan atau yang ditargetkan dengan apa yang timbul atau realitanya. Kembali kemisal judul riset itu berasal dari persoalan riset yang tersedia, yakni gap antar anggapan (imunisasi polio pada anak akan selalu¶ berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II, dan polio III, tetapi kenyataannya

94

atau yang muncul tidak demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh imunisasi polio I saja).

Contoh lain: penyuluhan dan kampanye mengenai posyandu di Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilaksanakan baik oleh instansi kesehatan maupun di luar kesehatan, baik oleh petugas maupun oleh masyarakat sendiri. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan dimanfaatkan dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat, tetapi dari perolehan tahun 1990, hanya kisaran 40% penduduk menmajukan, merawat, dan memakai posyandu. Dari sini terdapat hambatan, kemudian inilah persoalan riset.

Mengenai cara menentukan persoalan riset yang benar, pada rangkaian rangkaian sebelumnya sudah dipaparkan. Menentukan persoalan riset baik yang akan dipakai untuk keuntungan kegiatan juga untuk keuntungan penyusunan ilmu bisa dipakai syarat syarat akan dirinci dibab yang lain.

Merancang persoalan riset ini bisa dipakai dibentuk statement (problem statement) juga dibentuk soal (research question).

Misal : Posyandu di Kabupaten Bogor telah banyak, ditiap RW memiliki posyandu. Sosialisasi mengenai imunisasi sudah disebarkan sangat baik di posyandu-posyandu. Tapi jumlah drop out imunisasi polio tetap banyak, kisaran 75%. Ini dapat dikatakan singkronisasi imunisasi polio dipergunakan anak balita di Kabupaten Bogor tetap sedikit. Dari statement riset ini kemudian bisa diteruskan melalui statement riset:

a)

Kenapa singkronisasi imuniasai polio dipergunakan anak balita di Kabupaten Bogor sedikit (kenapa jumlah drop out imuniasai polio banyak)?

b)

Aspek-aspek apa yang mengakibatkan atau berefek ketidak sinambungan imunisai polio dipergunakan anak balita di Kabupaten Bogor sedikit.

10.2.4. Target Riset

Target riset yakni sebuah arahan kemana, atau data apa yang mungkin didapat melalui riset itu. Target riset dirancang ke bentuk statement yang nyata bisa diamati dan dapat dihitung, misal:

a.

Mendapat info mengenai angka diagnosis ibu-ibu hamil di Kecamatan “X“ dalam periode kehamilan.

b.

Mendapat info terkait korelasi antar frekuensi diagnosis kehamilan dan berat badan bayi lahir.

Lazimnya, target riset ini dibedakan dalam dua, yakni target luas dan target spesifik. Target spesifik umunya adalah perincian dari target luas. Misal:

95 Target Luas

Diketahui korelasi pada kapasitas tempat air bersih yang dipakai dan timbulnya diare di daerah Kota Jakarta Pusat.

Target Spesifik

a.

Diketahui bentuk tempat air bersih yang dipakai penduduk Jakarta Pusat.

b.

Diketahui kondisi tempat air bersih itu.

c.

Diketahui korelasi kapasitas tempat air bersih dengan kualitas air didalamnya.

d.

Diketahui korelasi kapasitas tempat air bersih dengan penyakit diare. Jika target luas satu riset tidak mampu diperkecil, Selanjutya tidak butuh dirumuskannya target luas dan spesifik dan hanya dinamakan Target Riset.

10.2.5 Keuntungan Riset

Arti dari keuntungan riset adalah hasil risetnya, untuk keuntungan kemjuan kegiatan atau keuntungan sains. Karena itu, dikeuntungan riset ini wajib dijelaskan serinci mungkin kegunaan perolehan riset kedepannya. Dapat dikatakan, informasi akan didapat dalam riset itu akan dipakai dalam rangka apa, kaitannya dalam peningkatan kegiatan kesehatan. Dalam hal ilmu atau pengetahuan yang didapat dari riset itu memiliki campur tangan seperti apa dalam peningkatan sains.

Contoh :

1)

Perolehan riset ini bisa dipakai sebagai saran dalam hal mengangkat usaha-usaha menolak diare utamanya di daerah Kota Jakarta Pusat.

2)

Perolehan riset ini bisa meningkatkan pengetahuan ilmu mengenai kesehatan di masyarakat utamanya di ranah kebersihan lingkungan.

Sebagian mahasiswa terkadang mendapat manfaat riset ini pun untuk urusan personal pengamat, yaitu pengalaman kegiatan belajar mengajar utamanya di bidang Kegiatan Riset, namun untuk penulis, ini tidak butuh dimuat dikegunaan riset.

10.2.6. Pengamatan Literasi

Untuk menopang persoalan yang dipaparkan diproposal riset, dibutuhkan pengamatan literasi yang mendasar secara kuat. Pengamatan literasi ini dibutuhkan untuk menjadi fondasi riset yang akan dilaksanakan. Pengamatan literasi ini lazimnya terdiri dari dua:

a.

Pengamatan teori yang bersambung pada persoalan yang akan diamati. Ini ditujukan supaya memiliki pengetahuan yang banyak untuk fondasi meningkatkan atau mecari variabel-variabel yang mau diamati . Terlebih lagi, adanya pengamatan teori ini ditujukan untuk bisa menempatkan atau

96

mencari persoalan yang akan diamati itu dalam ranah sains yang tengah ditempuh. Untuk itu, tidak jarang dipengamatan literasi dijelaskan mengenai urutan teori untuk fondasi pengembangan urutan rancangan riset.

b.

Target dari perolehan riset lain yang berhubungan dalam persoalan yang ditamati.

Bagian ini penting, selain dapat memperbanyak penglihatan dan ilmu pengamat, juga pengamat bisa mengantisipasi “pengulang“ riset-riset yang sudah dilaksanakan oleh orang lain (menjaga keaslian riset). Dalam daftar bacaan ini, pengamat (calon pengamat) mencoba melihat pada teori-teori juga perolehan-perolehan riset orang lain saja. Ini bermakna ide dan usulan-usulan pencipta usulan riset tidak seharusnya ditujukan ke “daftar bacaan“ itu.

10.2.7. Bagan Rencana dan Dugaan

a.

Bagan Rencana

Diperolehan daftar bacaan dan bagan teori itu serta persoalan riset yang sudah dirancang tersebut, jadi dimunculkan sebuah “bagan rencana riset“. Arti bagan rencana riset adalah sebuah korelasi atau kaitan antar rencana satu pada lainnya dipersoalan yang akan diamati.

Rencana adalah sebuah ketidak jelasan yang diciptakan melalui menyamakan sebuah makna. Maka rencana tidak bisa dihitung dan diteliti dengan cepat. Agar bisa diteliti dan bisa dihitung, jadi rencana itu harus dipaparkan divariabel- variabel. Divariabel itu rencana dbisa diteliti juga dihitung.

Misal: ekonomi keluarga adalah sebuah rencana untuk menghitung rencana ekonomi, bisa lewat variabel penghasilan dan pengeluaran keluarga. Taraf sosial adalah rencana, jadi untuk menghitung taraf sosial seseorang bisa lewat variabel- variabel, juga pekerjaan contohnya.

Dari penjelasan ini bisa ditarik kesimpulan yang diartikan “bagan rencana” riset adalah sebuah korelasi atau kaitan antar rencana-rencana atau variabel-variabel yang ingin diteliti lewat riset yang diinginkan.

97

Gambar 10. 1 Bagan dan Rencana

Konsep-konsep (variabel-variabel) yang akan diamati berdasarkan contoh tersebut adalah: pendidikan, perilaku, status sosial ekonomi konsumen, dan kualitas sarana air bersih, kualitas air bersih sebagai independent variabels (variabel bebas) dan kejadian diare sebagai dependent variabels (variabel terikat). Sekaligus riset ini akan membuktikan pengaruh dari tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel terikat (kejadian diare). Namun demikian kualitas air bersih sebagai variabel dependen untuk variabel-variabel bebas: pendidikan, kualitas sarana air bersih, status ekonomi, dan lain sebagainya

b.

Hipotesis

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa hipotesis adalah sebuah jawaban sementara dari pertanyaan riset. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, variabel bebas, dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, Maknanya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. Kalau hipotesis tersebut terbukti maka menjadi “thesis”. Lebih dari itu rumusan hipotesis itu sudah akan tercermin variabel-variabel yang akan diamati atau diukur dan bentuk hubungan antara variabel-variabel yang akan dihipotesiskan. Oleh sebab itu hipotesis seyogyanya: spesifik, konkret, dan “observable” (dapat diamati/diukur). Kadang-kadang hipotesis tersebut dapat dijabarkan ke dalam hipotesis-hipotesis yang lebih spesifik lagi (subhipotesis). Beberapa orang sering membedakan adanya hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor masih lebih bersifat umum, sedangkan hipotesis minor merupakan penjabaran hipotesis mayor, oleh sebab itu bersifat khusus (spesifik).

Contoh : Hipotesis (hipotesis mayor).

Kualitas air bersih ditentukan oleh kualitas sarana air bersih, perilaku, pendidikan dan sosial ekonomi keluarga. Sub hipotesis (hipotesis minor).

98

1.

Makin tinggi pendidikan makin baik kualitas air bersihnya.

2.

Makin baik kualitas air bersih, makin baik kualitas air bersih.

3.

Makin baik perilaku, makin baik kualitas air bersih.

4.

Makin tinggi tingkat ekonomi, makin baik kualitas air bersih.

Apabila sebuah hipotesis sudah spesifik, dan sudah tidak perlu dijabarkan lagi, maka hipotesis minor (subhipotesis) tidak perlu disusun lagi.

c.

Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk menngarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur). Contoh :

1.

Tempat air bersih

Tempat atau fasilitas yang dipakai untuk memperoleh air bersih, berbentuk sumur tangan, sumur galian, pam, dan lainnya.

2.

Diare

Penyakit daerah perut yang dimulai dengan buang air besar cair dalam dari 3 atau lebih dalam sehari.

3.

Kurang darah ibu hamil

Kondisi tingkat hemoglobin didarah ibu hamil yang rendah dibandingkan tingkat biasa, yakni 11 gram%.

Saat merancang DO (Artian Operasional Variabel) umumnya juga dicari tingkat penghitungan variabel yang dipakai (berupa nominal, ordinal, interval, atau rasio) contoh variabel air bersih itu memakai tingkat penghitungan ordinal (baik, sedang, kurang) dan lain-lain.

10.2.8 Langkah-Langkah Riset

Dipoin ini dijelaskan mengenai langkah yang akan dipakai riset. Selanjutya, dipenjelasan itu sudah tergambar tata cara dan operasional riset yang akan dijalankan. Sebagian pengamat memakai sebutan “Rancangan Riset” (research design) karena akan terlihat rancangan riset yang hendak dijalankan. Sebagian pengamat lain memakai sebutan “Materi dan Langkah” (material and method). Berdasarkan penulis, sebutan ini bagus bagi riset-riset yang berhubungan dan memakai materi seperti mikroskop, object glass, materi-materi kimia juga lainnya riset pada tempat laboratorium.

Dipenjelasan langkah riset atau “materi dan langkah” ini terdiri dari hal-hal dibawah ini :

99 a. Bentuk riset,

Poinmenerangkan tergolong bentuk pendekatan yang seperti apa, riset yang diajukan itu. Contohnya: riset itu memakai langkah angket, dan memakai pendekatan “cross sectional” yang memakai data melibatkan variabel bebas atau resiko dan variabel khusus karena akan digolongkan disaat yang bersamaan.

b. Lingkungan dan contoh

Poin ini diterangkan lingkungan riset dan contoh. Dilingkungan diterangkan dengan detail mengenai siapa atau kelompok apa yang tergolong target riset itu.

1)

Contoh: lingkungan riset adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

2)

Lingkungan riset ini adalah pemuda-pemudi yang berusia antara 12-18 tahun yang berdomisili di DKI Jakarta sebagai contoh.

Sementara contoh, harus disertakan tata cara pengambilan contoh,secara random, dan random yang seperti apa. Selain tata cara pengambilan contoh, Selanjutya butuh diterangkan pula luasnya contoh, luasnya rancangan (jika ada).

c. Teknik Pengumpulan data

Menjelaskan teknik atau langkah yang dipakai untuk mengumpulkan data. Di sebuah riset terkadang tidak memakai satu teknik mengumpulkan data saja, contohnya: selain langkah interview, terkadang butuh ditambah dengan pengamatan dan juga sebaliknya. Langkah survey pula terkadang butuh ditambah wawancara.

Mengumpulkan data terkadang tidak dilaksanakan oleh pengamat tapi memakai orang lain yang dinamakan “surveyor”. Untuk menghindari terdapat data yang berat sebelah Selanjutya para surveyor itu dibekali pelatihan dari pengamat. Dalam riset ini disamping diberikan teknik-teknik pengumpulan data (wawancara, observasi, dan lain sebagainya) juga diberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisian instrumen (kuisioner), editing, coding dan lain sebagainya.

Yang dimaksud dengan instrumen riset adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen riset ini dapat berupa: kuisioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berhubungan dengan pencatatan data dan sebagainya. Apabila data yang akan dikumpulkan itu adalah data yang menyangkut pemeriksaan fisik maka instrumen riset ini dapat berupa: stetoskop, tensimeter, timbangan, meteran atau alat antropometrik lainnya untuk mengukur status gizi dan sebagainya.

100

perlu diuji coba (pre test) telebih dahulu. Yang dimakud “valid” disini adalah bahwa instrumen sebagai alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Sedangkan “reliabel” Maknanya instrumen sebagai alat ukur dapat memperoleh “hasil ukur” yang ajeg (consistant) atau tetap asas. Uji instrumen kuisioner ini dapat memakai rumus korelasi “product moment” seperti dijelaskan pada bagian lain dari tulisan ini.

a.

Rencana pemrosesan dan analisa data

Poin ini perlu dijelaskan gagasan yang hendak dilaksanakan untuk memproses kegiatan juga analisa data. Diterangkan langkah pemrosesan datanya mulai editing, coding, dan lainya hingga “data entry” (jika pemrosesan dilaksanakan memakai komputer). Dalam hal ini pula diterangkankan teknik pemrosesan datanya, secara manual memakai alat bantu berupa komputer. Selanjutya dijelaskan rancangan yang hendak dilaksanakan untuk menganalisa data, juga uji statistik yang hendak dipakai tergolong program komputer untuk uji statistik itu.

10.2.9. Rencana Kegiatan

Poin ini dijelaskan kegiatan kegiatan dari menulis usulan riset, hingga penyusunan laporan riset, juga jadwal terselenggaranya masing-masing program itu. Umumnya rencana kegiatan ini dituli disatu “gant’s chart”.

101 Gambaran Singkat : Kegunaan Bulan Ke : 1 2 3 4 5 6

1.

Penyusunan Proposal

2.

Penyusunan Instrumen

3.

Persiapan Lapangan

4.

Uji Coba Instrumen

5.

Pengumpulan Data

6.

Pengolahan Data

7.

Analisis Data

8.

Penyusunan Laporan x x xx xx xx xxx xx xx x xx x

Gambar 10. 2 Tabel Rencana Kegiatan

10.2.10. Organisasi

Dalam bagian ini diuraikan susunan atau organisasi riset tersebut. Lazimnya organisasi riset itu terdiri dari: Peneliti Utama (Principal Investigation), Peneliti (Anggota Peneliti), Surveyor (Petugas Pengumpulan Data) dan Sekretariat. Terkadang ditambah dengan penasihat dan konsultan.

10.2.11. Rencana Biaya (Anggaran)

Diuraikan besarnya biaya per-kegiatan, serta jumlah keseluruhan biaya riset tersebut. Kegiatan yang dapat dibiayai oleh sebuah kegiatan riset dimulai dari rapat-rapat penyusunan proposal, instrumen dan sebagainya sampai dengan penulisan hasil riset bahkan sampai dengan biaya seminar hasil riset.

10.2.12. Daftar Kepustakaan

Adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk mendukung dalam menyusun proposal tersebut. Literatur ini umumnya

102

terdiri dari buku-buku teks, majalah atau jurnal ilmiah, makalah ilmiah skripsi, thesis dan disertasi. Telah diuraikan teknik penyusunan proposal atau usulan riset, khususnya untuk kepentingan riset yang hasilnya akan digunakan untuk pembuatan Skripsi (S1), Thesis (S2) atau Disertasi (S3). Pedoman ini juga dapat digunakan untuk penyusunan proposal berhubungan dengan proyek atau kepentingan program, dengan catatan dan uraian mengenai “Tinjauan Kepustakaan” dan Kerangka Konsep dan Hipotesis biasanya lazim dimasukkan.(Azwar, 2003).

10.3 Rangkuman

Kegiatan riset terdiri dari 4 tahap yaitu: tahapan persiapan perencanaan, tahapan pelaksanaan (pengumpulan data), tahap pengolahan dan analisis data, dan tahap penulisan hasil riset (laporan). Format atau out line usulan riset, khususnya untuk kepentingan penulisan ilmiah adalah sebagai berikut

1.

Judul riset

2.

Latar belakang masalah

3.

Perumusan masalah

4.

Tujuan riset :

a.

Umum

b.

Khusus

5.

Manfaat riset

6.

Tinjauan kepustakaan

7.

Kerangka konsep hipotesis dan definisi operasional

8.

Langkah riset :

a.

Bentuk penlitian

b.

Populasi dan sampel

c.

Cara pengumpulan data

d.

Instrumen (alat pengumpulan data)

e.

Rencana pengolahan dan analisis data

9.

Rencana kegiatan

10.

Organisasi riset

11.

Rencana biaya (anggaran)

12.

Daftar kepustakaan 10.4. Bahan Diskusi

Diskusikan hal-hal apa saja yang diperlukan dalam membuat usulan (proposal) riset epidemiologi.

103 10.5. Referensi

Ada cukup banyak referensi yang dapat dibaca untuk lebih mendalami materi pada bab ini. Beberapa referensi diantaranya Notoatmodjo (2015) dan Azwar (2003).

10.6. Latihan Soal

1. Sebutkan langkah-langkah dalam membuat desain penelitian epidemiologi dibidang kesehatan!

2. Sebutkan format dalam penyusunan desain penelitian epidemiologi dibidang kesehatan

3. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian dari bagan dan rencana! 4. Jelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan “Hipotesis”! 5. Sebutkan dan jelaskan tentang langkah-langkah dalam sebuah riset!

105

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Rr Dianita Rahmah Julia NIM 141610101081 Pembimbing :

Dosen Pembimbing Utama : Dr. drg. Ristya Widi E., M. Kes Dosen Pembimbing Pedamping: drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes, Sp.

KGA Penguji :

Dosen Penguji Ketua : Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H, M. Kes Dosen Penguji Anggota : drg. Dyah Setyorini, M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018

106 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL 116 DAFTAR ISI 117 DAFTAR LAMPIRAN 118 BAB 1. PENDAHULUAN 119

1.1.

Latar Belakang 119

1.2.

Rumusan Masalah 119 1.3. Tujuan Riset 120 1.4. Manfaat Riset 120

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 121

2.1

Pendidikan 121

2.2

Perilaku 121

2.3

Tunagrahita 121

2.4

Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak

Tunagrahita 122

2.5

Hipotesis 122

2.6 Kerangka Konsep Riset... 122

BAB 3. METODOLOGI RISET 123

3.1 Bentuk Riset... 123

3.2 Tempat dan Waktu Riset 123

3.3 Populasi dan Sampel Riset... 123 3.4 Variabel Riset... 123

3.5

Definisi Operasional 124

3.6

Pengumpulan Data 124 3.7 Prosedur Riset... 124 3.8 Analisis Data... 124 3.9 Alur Riset 124 DAFTAR PUSTAKA 126 LAMPIRAN 127

107

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua Subyek. 127 Lampiran B Lembar Persetujuan Kepada Orang Tua Subyek. 129

Lampiran C Kuesioner 130

108

BAB I. PENDAHULUAN

Terdapat beberapa poin yang perlu dijelaskan secara rinci dalam bab ini dan terbagi dalam beberapa sub-bab, diantaranya:

1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Riset 4. Manfaat Riset

1.1 Latar Belakang

Pada Latar Belakang, peneliti dapat menjelaskan tentang alasan mengapa peneliti mengangkat suatu masalah atau kasus untuk diteliti. Dalam hal ini, peneliti dapat memaparkan masalah yang akan diteliti diparagraf pertama, contoh:

“Tunagrahita adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan (Sularyo dan M. Kadim, 2000). Persentase dari populasi di US yang mengalami disabilitas adalah 12,6%, dengan penyandang tunagrahita sekitar 4,8% yang merupakan disabilitas tertinggi kedua (Kraus, 2017).”

Pada paragraf-paragraf selanjutnya, peneliti dapat menjelaskan lebih lanjut tentang perkembangan masalah atau kasus tersebut dan hal apa yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti masalah atau kasus tersebut juga riset yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya terkait masalah tersebut dan tempat serta waktu riset.

1.2 Rumusan Masalah

Pada bagian ini peneliti dapat menuliskan rumusan masalah dari pemaparan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya. Rumusan masalah ini dapat menjadi fokus peneliti untuk menyelesaikan riset yang dilakukan.

1.3 Tujuan Riset

Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan tujuan riset yang merupakan hasil yang ingin dicapai oleh peneliti dalam memecahkan masalah atau kasus yang akan diteliti. Tujuan riset ini juga dapat mengacu pada hipotesis yang dipaparkan oleh peneliti di bab 2.

1.4 Manfaat Riset

Dalam manfaat riset, peneliti dapat memaparkan penjelasan tentang mafaat yang dapat diperoleh dari riset yang akan dilakukan oleh

109

peneliti. Manfaat riset disini dapat mencakup manfaat yang didapat oleh peserta riset, oleh lembaga lembaga yang membutuhkan hasil riset yang ada, dan peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan riset dibidang yang sama atau mengembangkan kekurangan dari riset yang ada.

110

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bagian ini terdapat beberapa sub-bab yang terdiri dari: 1. Pendidikan,

2. Perilaku, 3. Tunagrahita,

4. Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak Tunagrahita, 5. Hipotesis, dan

6. Kerangka Konsep Riset

Masing-masing sub-bab diatas merupakan poin dari kajian teori yang mendukung riset ini. Pada tiap sub-bab akan dibahas tentang teori-teori terkait masing-masing variabel yang terdapat riset ini.

2.1 Pendidikan

Pada bagian pendidikan mencakup pengertian pendidikan secara umum dan sederhana. Contoh, pada sub-bab pendidikan ini dapat memaparkan tentang pengertian, tujuan, dan juga jenjang pendidikan. Masing-masing dari tiga poin tersebut dapat dijelaskan secara rinci dan disertai dengan teori-teori dari beberapa ahli.

2.2 Perilaku

Pada sub-bab perilaku peneliti dapat memaparkan beberapa bagian diantaraya; pengertian perilaku, perilaku memelihara kesehatan, perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut, serta penilaian perilaku. Sama halnya dengan sub-bab pendidikan, pada sub-bab ini opini-opini dari