• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Spesies Tumbuhan Obat

5.2.6 Frekuensi pemanfaatan spesies tumbuhan obat

Frekuensi pemanfaatan spesies tumbuhan obat merupakan banyaknya jumlah masyarakat yang memanfaatkan spesies tumbuhan tertentu. Sebagai contoh, frekuensi pemanfaatan mustajab yang tertinggi terdapat di Kecamatan Jalancagak sebanyak 30%, artinya sebanyak 30% atau 27 orang dari jumlah keseluruhan masyarakat yang diwawancarai di kecamatan tersebut (90 orang) memanfaatkan mustajab. Sepuluh spesies dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi di setiap kecamatan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sepuluh spesies tumbuhan obat dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi di setiap kecamatan

Lokasi No Spesies tumbuhan obat

Frekuensi pemanfaatan

(%)

Kecamatan Jalancagak

1 Sirih (Piper betle) 33,33

2 Mustajab (Abelmonchus manihot) 30,00 3 Sembung (Blumea balsamifera) 24,44 4 Jambu batu (Psidium guajava) 18,89 5 Kunir hitam (Curcuma aeruginosa) 15,56 6 Bawang merah (Allium cepa) 14,44 7 Kunyit (Curcuma domestica) 14,44 8 Jawer kotok (Coleus scutellaroides) 13,33 9 Temulawak (Curcumaxanthorrhiza) 13,33 10 Kumis kucing (Orthosiphon spicatus) 13,33

Kecamatan Dawuan

1 Kunyit (Curcuma domestica) 40,00

2 Sirih (Piper betle) 35,56

3 Saga (Abrus precatorius) 25,56

4 Mustajab (Abelmonchus manihot) 18,89 5 Kumis kucing (Orthosiphon spicatus) 16,67

6 Murbei (Morus alba) 15,56

7 Jambu batu (Psidium guajava) 13,33

8 Kelapa (Cocos nucifera) 13,33

9 Alang-alang (Imperata cylindrica) 12,22 10 Mengkudu (Morinda citrifolia) 11,11 KecamatanTambakdahan

1 Sirih (Piper betle) 36,67

2 Kunyit (Curcuma domestica) 27,78 3 Jambu batu (Psidiun guajava) 22,22 4 Mengkudu (Morinda citrifolia) 13,33

Tabel 6 Sepuluh spesies tumbuhan obat dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi di setiap kecamatan (lanjutan)

Lokasi No Spesies tumbuhan obat

Frekuensi pemanfaatan

(%) 5 Ceplukan (Physalis peruviana) 12,22

6 Padi (Oryza sativa) 10,00

7 Saga (Abrus precatorius) 10,00

8 Pepaya ranti (Carica papaya) 7,78 9 Kumis kucing (Orthosiphon spicatus) 7,78 10 Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) 7,78

Spesies-spesies tumbuhan obat yang memiliki frekuensi pemanfaatan tertinggi di ketiga kecamatan tidak berbeda jauh. Sirih (Piper betle) dan kunyit (Curcuma domestica) merupakan spesies-spesies tumbuhan obat yang termasuk ke dalam sepuluh spesies tumbuhan obat tersebut di semua kecamatan. Hal tersebut disebabkan kondisi masyarakat masing-masing desa di setiap kecamatan lokasi penelitian yang dapat dikatakan telah maju dan memiliki akses yang mudah ke daerah lain, sehingga informasi mengenai pemanfaatan suatu spesies yang berkhasiat obat mudah menyebar dan mudah dibawa untuk dibudidayakan di daerah lainnya. Oleh karena itu, spesies-spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat cenderung sama.

Sembung (Blumea balsamifera) dan sirih (Piper betle) termasuk ke dalam sepuluh spesies tumbuhan dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi di Kecamatan Jalancagak. Frekuensi pemanfaatan sirih tertinggi terdapat di Kecamatan Dawuan sebanyak 35,56%, sedangkan jumlah masyarakat yang banyak memanfaatkan sembung terdapat di Kecamatan Jalancagak sebesar 24,44%. Kedua spesies tumbuhan tersebut dikenal dan banyak dimanfaatkan untuk mengobati kelompok penyakit dan perawatan kesehatan ibu hamil dan melahirkan dan kelompok penyakit dan perawatan kewanitaan. Selain sembung dan sirih, jawer kotok (Coleus scutellaroides) dan kunyit (Curcuma domestica) pun merupakan spesies yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati kedua kelompok penyakit tersebut. Jawer kotok dan kunyit juga dikenal dan dimanfaatkan untuk mengobati penyakit lain. Jawer kotok dimanfaatkan sebagai obat batuk, obat sakit mata dan obat tambah darah. Sedangkan kunyit, hampir di semua lokasi dikenal dan dimanfaatkan sebagai obat maag.

Kunir hitam (Curcuma aeruginosa) kerabat kunyit dari famili Zingiberaceae yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Jalancagak dengan frekuensi pemanfaatan 15,56%. Kunir hitam dimanfaatkan untuk mengobati maag, kurang darah, mengobati mencret pada bayi (indah) serta merupakan salah satu spesies tumbuhan dalam ramuan untuk perawatan kesehatan ibu melahirkan.

Bawang merah (Allium cepa) yang dicampurkan dengan minyak kelapa atau asam jawa (Tamarindus indica) merupakan obat untuk meredakan panas pada anak. Bawang merah termasuk ke dalam sepuluh spesies tumbuhan dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi di Kecamatan Jalancagak dengan frekuensi pemanfaatan sebesar 14,44%. Selain spesies tumbuhan tersebut, mustajab (Abelmonchus manihot) juga merupakan spesies tumbuhan obat yang dapat meredakan panas dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di kecamatan Jalancagak dan Kecamatan Dawuan.

Murbei (Morus alba) atau masyarakat biasanya menyebutnya bebesaran merupakan spesies tumbuhan obat yang termasuk ke dalam sepuluh spesies tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh masyarakat Kecamatan Dawuan. Daun murbei memiliki banyak khasiat, yaitu darah tinggi, panas, sakit kepala, sakit pinggang, batuk, maag, perut panas dan sesak nafas. Namun, khasiatnya sebagai obat darah tinggi lebih dikenal dan banyak dimanfaatkan masyarakat di semua kecamatan. Saga (Abrus precatorius) dikenal dan dimanfaatkan untuk mengobati sariawan, panas dalam dan batuk di Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Tambakdahan. Frekuensi pemanfaatan saga oleh masyarakat Kecamatan Dawuan mencapai 25,56%.

Pemanfaatan alang-alang (Imperata cylindrica), ceplukan (Physalis peruviana) dan pepaya ranti (Carica papaya) biasanya disatukan dalam satu ramuan. Ramuan yang terdiri dari akar alang-alang, akar atau seluruh bagian ceplukan dan akar pepaya ranti dimanfaatkan untuk mengobati penyakit-penyakit dalam kelompok penyakit tulang, otot dan sendi. Ramuan tersebut juga biasanya ditambahkan akar kelapa, akar pinang atau akar aren dan ditemukan dimanfaatkan hampir di lokasi. Penambahan ketiga spesies terakhir tersebut cenderung berbeda di setiap lokasi. Desa-desa yang terletak di daerah pegunungan dan dataran tinggi (Kecamatan Jalancagak) biasanya menggunakan akar aren, sedangkan akar kelapa

dan akar pinang banyak digunakan oleh masyarakat di desa-desa dataran dan berbukit (Kecamatan Dawuan) dan masyarakat di daerah dataran rendah (Kecamatan Tambakdahan). Kumis kucing (Orthosiphon spicatus) termasuk ke dalam sepuluh spesies tumbuhan obat dengan frekuensi tertinggi di semua kecamatan dan dimanfaatkan mengobati penyakit-penyakit dalam kelompok penyakit tulang, otot dan sendi, diantaranya sakit pinggang.

Sirih (Piper betle) merupakan spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Subang dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi, yaitu mencapai 35,19% atau sebanyak 95 orang responden memanfaatkan spesies tumbuhan tersebut dari 270 orang responden yang diwawancarai. Pemanfaatan sirih sebagai tumbuhan obat memang telah lama dikenal. Spesies ini memiliki banyak khasiat bagi pengobatan. Spesies tumbuhan obat lainnya yang termasuk ke dalam sepuluh spesies tumbuhan obat dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi oleh masyarakat Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sepuluh spesies tumbuhan obat dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi pada tingkat Kabupaten Subang.

No Nama spesies Frekuensi pemanfaatan (%)

1 Sirih (Piper betle) 35,19

2 Kunyit (Curcuma domestica) 27,41

3 Jambu batu (Psidium guajava) 18,15

4 Mustajab (Abelmonchus manihot) 17,04

5 Saga (Abrus precatorius) 14,44

6 Sembung (Blumea balsamifera) 14,07

7 Kumis kucing (Orthosiphon spicatus) 11,11

8 Mengkudu (Morinda citrifolia) 10,74

9 Randu (Ceiba pentandra) 10,37

10 Ceplukan (Physalis peruviana) 10,00

Spesies-spesies tumbuhan obat dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi di Kabupaten Subang pada umumnya digunakan oleh masyarakat untuk penyakit- penyakir ringan dan sering diderita masyarakat, seperti jambu batu (Psidium guajava) untuk mengobati diare, mustajab (Abelmonchus manihot) dan randu (Ceiba pentandra) untuk meredakan panas dan saga (Abrus precatorius) untuk mengobati sariawan. Pengobatan yang dilakukan dengan spesies tumbuhan obat tersebut pun lebih banyak merupakan pengobatan yang dilakukan dalam skala rumah tangga atau pengobatan sendiri.

(a) (b)

Gambar 31 Beberapa spesies tumbuhan obat dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi: (a) randu dan (b) saga.