• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Spesies Tumbuhan Obat

5.2.4 Jumlah spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan berdasarkan tipe habitat

Persentase pemanfaatan spesies tumbuhan obat yang berasal dari pekarangan pada setiap kecamatan berkisar antara 55 - 60%, yang berarti bahwa lebih dari separuh spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat berasal dari pekarangan. Selain pekarangan, masyarakat di semua kecamatan pun banyak memanfaatkan spesies tumbuhan obat yang berasal dari kebun. Persentase spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat di setiap kecamatan dan pada tingkat Kabupaten Subang disajikan pada Gambar 23. Pemanfaatan spesies tumbuhan obat dari kedua habitat tersebut menunjukan bahwa telah ada upaya budidaya terhadap tumbuhan yang dirasakan memiliki manfaat dalam memenuhi keperluan hidup oleh masyarakat, termasuk tumbuhan untuk keperluan pengobatan.

Pekarangan merupakan tipe habitat yang terletak lebih dekat dengan tempat tinggal masyarakat dibandingkan dengan tipe habitat lainnya, sehingga memudahkan masyarakat untuk mengambil suatu spesies tumbuhan obat tertentu yang diperlukan. Spesies tumbuhan obat yang ditanam di pekarangan biasanya memiliki fungsi lain, seperti untuk hiasan (tanaman hias), tanaman pagar, bumbu masakan dan pangan. Contoh spesies tumbuhan obat yang juga merupakan tanaman hias, yaitu melati (Jasminum sambac), jawer kotok (Coleus scutellaroides), kemuning (Murraya paniculata), kembang sepatu (Hibiscus rosa- sinensis), kenanga (Canangium odoratum), tapak dara (Catharanthus roseus) dan puring (Codiaeum variegatum).

Gambar 23 Persentase spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat pada setiap kecamatan dan pada tingkat Kabupaten Subang.

Kedongdong cina (Polyscias fructicosa) merupakan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai lalapan. Efek dari memakan daun kedongdong cina adalah beser atau banyak dan sering mengeluarkan air seni. Selain itu, air seni yang dikeluarkan pun memiliki bau khas yang tajam. Karena hal tersebut, masyarakat juga memanfaatkan spesies tumbuhan tersebut untuk melancarkan air seni dan penyakit lain yang berhubungan dengan ginjal dan saluran kemih. Kedongdong cina sering sengaja ditanam sebagai penghias dan pembatas pekarangan masyarakat (pagar). Selain berbagai manfaatnya tersebut, ternyata kedongdong cina dapat memberikan keuntungan berupa pendapatan bagi masyarakat di daerah lain. Para petani di Sukabumi telah lama mengekspor kedongdong cina ke berbagai negara di wilayah Asia Timur, seperti Cina, Korea Selatan dan Jepang. Spesies tumbuhan tersebut dimanfaatkan sebagai tanam hias dan dianggap dapat membawa keberuntungan menurut fengshui. Selain itu, baunya yang khas dapat memberi kenyamanan dalam ruangan (Rayadie 2011).

Spesies-spesies famili Zingiberaceae, seperti kunyit (Curcuma domestica), lengkuas (Alpinia galanga) dan jahe (Zingiber officinale) merupakan bumbu masak selain juga merupakan tumbuhan obat. Sedangkan daun kapol (Amomum cardamomum) digunakan sebagai pembungkus kue tradisional oleh masyarakat, selain dimanfaatkan untuk mengobati sakit kuning.

(a) (b) (c)

Gambar 24 Spesies-spesies tumbuhan obat yang ditanam di pekarangan: (a) puring, (b) kenanga dan (c) kedongdong cina.

Kebun ditanami masyarakat dengan tumbuhan buah-buahan, tumbuhan penghasil kayu, pangan dan tumbuhan lainnya yang biasanya tidak dapat ditanam di pekarangan. Spesies-spesies tumbuhan tersebut juga seringkali dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Contoh spesies tumbuhan obat yang ditanam di kebun, yaitu jengkol (Archidendron pauciflorum), rambutan (Nephelium lappaceum), sawo (Manilkara zapota), mangga (Mangifera indica) dan mahoni (Swietenia macrophylla). Kulit buah jengkol merupakan obat darah tinggi, pucuk rambutan dapat meredakan panas pada anak dan buah muda sawo adalah obat kuat pria. Masyarakat juga memanfaatkan pucuk daun mangga untuk obat sariawan, sedangkan kulit batang dan biji mahoni dimanfaatkan untuk obat kencing manis.

Gambar 25 Kebun, sawah dan sungai yang merupakan beberapa habitat spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat.

Masyarakat Kecamatan Tambakdahan yang terletak di daerah dataran rendah memanfaatkan spesies tumbuhan obat yang berasal dari sawah lebih banyak dibandingkan kecamatan lainnya. Biji padi (Oryza sativa) yang disebut beras merupakan salah satu spesies tumbuhan obat. Selain padi, tidak banyak spesies tumbuhan obat yang diambil masyarakat dari sawah. Contoh spesies

tumbuhan obat yang berasal dari sawah selain padi, yaitu turi (Sesbania grandiflora), alang-alang (Imperata cylindrica) dan randu (Ceiba pentandra). Turi dan randu biasanya sengaja ditanam di pinggir-pinggir sawah sebagai peneduh. Selain sebagai peneduh, daun turi juga merupakan makanan ternak. Sedangkan alang-alang seringkali tumbuh liar di pinggir-pinggir sawah.

Hutan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Jalancagak, terutama masyarakat di Desa Jalancagak dan Desa Bunihayu. Hal tersebut disebabkan letak kedua desa ini yang berada dekat dengan hutan. Kecamatan Jalancagak merupakan satu-satunya kecamatan diantara kecamatan lokasi penelitian lainnya yang masih memiliki wilayah hutan. Hutan yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan tumbuhan obat berupa hutan tanaman pinus. Keberadaan vegetasi alami, seperti hutan mempengaruhi pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitarnya. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sedikitnya akan tergantung pada sumberdaya yang terdapat di dalam hutan tersebut, termasuk sumberdaya berupa tumbuhan yang berkhasiat obat.

Gambar 26 Hutan tanaman pinus yang menjadi lokasi pengambilan tumbuhan obat oleh masyarakat Kecamatan Jalancagak.

Spesies tumbuhan obat yang diambil masyarakat Kecamatan Jalancagak dari hutan, antara lain ki koneng (Arcangelisia flava), jukut tiris, lame (Alstonia scholaris), mara (Macaranga tanarius), combrang (Etlingera elatior) dan lamtoro (Leucaena leucocephala). Beberapa masyarakat telah membudidayakan combrang di pekarangan, namun masih ada juga masyarakat yang mengambilnya langsung dari hutan. Lame dan mara juga dapat ditemukan di kebun-kebun masyarakat yang berbatasan dengan hutan, hal tersebut diperkirakan karena lahan yang kini

dimanfaatkan sebagai kebun oleh masyarakat dahulu merupakan hutan. Menurut masyarakat, lamtoro yang berasal dari hutan berbeda dengan lamtoro yang telah ditanam masyarakat. Masyarakat menyebut lamtoro yang berasal dari hutan dengan nama selong. Buah selong lebih pendek dibandingkan buah lamtoro. Biji selong yang disangray, yaitu digoreng tanpa minyak, ditumbuk dan dibuat seperti kopi serta digunakan dengan cara diseduh dapat mengobati cacingan.

Pemanfaatan spesies tumbuhan obat yang terdapat di pinggir sungai hanya dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Dawuan. Ki buset (Mimosa pigra) merupakan spesies tumbuhan yang ditemukan di pinggir sungai. Spesies tumbuhan tesebut biasanya tumbuh di pasir-pasir sungai atau di sekitar sungai. Akar ki buset dimanfaatkan untuk mengobati kencing manis.

Spesies-spesies tumbuhan obat yang tidak diperoleh dari habitat di sekitar lingkungan masyarakat, diperoleh dengan cara membeli. Hal tersebut disebabkan penggunaan spesies tumbuhan tersebut tidak dapat lagi dipisahkan dalam pengobatan. Spesies-spesies tumbuhan tersebut, antara lain bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Allium sativum).

5.2.5 Jumlah spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan berdasarkan