• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frekuensi Pemunculan Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Bidang Masalah

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Frekuensi Pemunculan Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Bidang Masalah

Distribusi frekuensi pemunculan berita-berita pertanian pada beberapa kategori atau bidang masalah yang dimuat SKH Kompas selama satu tahun penerbitan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 702 artikel berita yang diterbitkan selama setahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011) 11,7% ialah berita tentang kehutanan, 10,1% ialah berita tentang pangan dan gizi, 9,4% ialah berita tentang pemasaran pertanian, 7,5% ialah berita tentang kesejahteraan petani, 6,1 % ialah berita tentang lingkungan pertanian, 5,7% ialah berita tentang komoditas pertanian dan iklim dan cuaca, 5% ialah berita tentang sumberdaya perairan, 4,7% ialah berita tentang kebijakan dan peraturan pertanian, dan 4,1% ialah berita tentang hama dan penyakit tanaman. Selebihnya masuk ke kategori-kategori lain, meliputi sarana produksi pertanian sampai ke ketenagakerjaan pertanian yang jumlahnya mencapai 25,7%.

Seperti yang telah dijelaskan diatas berita tentang kehutanan paling banyak dimunculkan selama satu tahun penerbitan. Dari ke-82 berita tentang kehutanan, yang paling banyak muncul adalah berita tentang kegiatan-kegiatan pemerintah dalam menangani permasalahan kehutanan dan penguasaan maupun penggunaan areal hutan. Hal tersebut menunjukkan kondisi kehutanan Indonesia yang memrihatinkan. Menurut data Kementerian Kehutanan, selain hutan di Sumatera, hutan di Kalimantan memiliki laju kerusakan yang besar. Dari total kerusakan hutan di Indonesia sebesar 1,08 juta hektar per tahun (Sri L 2010). Hal tersebut menarik perhatian pemerintah, masyarakat maupun media massa, termasuk SKH Kompas yang memuat lebih banyak berita tentang kehutanan daripada berita lainnya.

Tabel 3 menunjukkan juga bahwa berita tentang pangan dan gizi menempati jenjang kedua. SKH Kompas memuat 10,1% kategori tersebut dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas menganggap pentingnya isu pangan dan gizi di Indonesia pada pertengahan tahun 2010 sampai awal tahun 2011. Hal ini sejalan dengan penelitian Whitaker dan Dyer (2000) bahwa berita tentang pangan dan gizi banyak

mendapat perhatian oleh majalah-majalah setempat selama sepuluh tahun penerbitan (1987-1996).

Tabel 3. Frekuensi, Jumlah, Persentase, dan Peringkat Pemunculan Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Selama Setahun Penerbitan (N=702)

Kategori bidang masalah Frekuensi % Jenjang

1. Kehutanan 82 11.7 1.0

2. Pangan dan Gizi 71 10.1 2.0

3. Pemasaran Pertanian 66 9.4 3.0

4. Kesejahteraan Petani 53 7.5 4.0

5. Lingkungan Pertanian 43 6.1 5.0

6. Komoditas Pertanian 40 5.7 6.5

7. Iklim dan Cuaca 40 5.7 6.5

8. Sumberdaya Perairan 35 5.0 8.0

9. Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian 33 4.7 9.0 10. Hama dan Penyakit Tanaman 29 4.1 10.0 11. Sarana Produksi Pertanian 23 3.3 11.0 12. Pengolahan Hasil Perairan 22 3.1 12.0

13. Lahan dan Kondisinya 21 3.0 13.5

14. Budidaya Tanaman 21 3.0 13.5

15. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian 19 2.7 15.0 16. Prasarana Produksi Pertanian 18 2.6 16.5

17. Budidaya Ikan 18 2.6 16.5

18. Komunikasi dan Informasi Pertanian 17 2.4 18.0 19. Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian 14 2.0 19.5

20. Budidaya Ternak 14 2.0 19.5

21. Keteknikan Pertanian 13 1.9 21.0

22. Kesehatan Ternak 9 1.3 22.0

23. Ketenagakerjaan Pertanian 1 0.1 23.0

Secara keseluruhan, redaksi surat kabar cenderung memuat berita-berita pertanian yang berhubungan dengan suatu peristiwa dan ekonomi. Fakta ini ditunjukkan oleh Evans (1966:5) bahwa setiap harinya artikel-artikel pertanian lebih menekankan pada peristiwa-peristiwa ekonomi. Hal inilah yang membuat sebagian besar redaksi surat kabar memuat berita tentang pemasaran pertanian. Stedman dalam Evans (1966:5) mengungkapkan bahwa berita tentang pemasaran hasil-hasil pertanian memiliki porsi 20 persen dari seluruh berita pertanian yang dimuat surat kabar harian setempat pada tahun 1914 dan 1930. Porsi yang sama juga diterapkan oleh redaksi SKH Kompas untuk memuat berita-berita tentang pemasaran pertanian selama satu tahun penerbitan.

Namun, fakta tersebut tidak berlaku pada kategori sistem keuangan dan permodalan pertanian. Sekalipun kategori tersebut berhubungan dengan bidang ekonomi. Tabel 3 menunjukkan bahwa kategori tersebut hanya dimunculkan sebanyak 2% dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan. Hal ini sesuai dengan motto SKH Kompas yaitu “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Judul tersebut mencerminkan bahwa SKH Kompas lebih mengedepankan kepentingan rakyat serta mewakili setiap kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa SKH Kompas menganggap kategori sistem keuangan dan permodalan pertanian sulit dimengerti oleh khalayak karena tidak menyentuh langsung kepentingan masyarakat. Hal inilah yang dapat menyebabkan SKH Kompas kurang memunculkan kategori tersebut.

Sebenarnya seluruh bidang pertanian saling terkait satu sama lain. Dalam hubungan ini, pemasaran pertanian terkait dengan kesejahteraan petani. Naiknya harga produk pertanian akan memengaruhi kesejahteraan petani, baik dari segi pendapatan maupun dari kondisi psikis dan fisik petani, seperti keterpurukan atau kebahagiaan. Dengan cara yang sama, lingkungan pertanian pun terkait dengan iklim dan cuaca yang memengaruhi kondisi lingkungan tersebut.

Tabel 3 menunjukkan bahwa kategori kesejahteraan petani termasuk kategori yang berprioritas tinggi. SKH Kompas memuat berita tersebut sebanyak 7,5% dari 702 berita pertanian. Mengingat peran petani yang tidak pernah lepas dari pembangunan pertanian, maka tingkat kesejahteraan petani pun menjadi hal yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Menurut Yohandarwati

(2010:2) berbagai permasalahan masih menjadi kendala untuk dapat lebih mengoptimalkan peningkatan kesejahteraan petani dan menegaskan kesejahteraan petani yang lebih baik. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput berita tentang kesejahteraan petani yang secara tidak langsung memengaruhi pemerintah dalam menangani permasalahan tersebut.

Selanjutnya, kategori berita pertanian yang termasuk kategori yang berprioritas tinggi yaitu lingkungan pertanian. Hal ini terlihat dari banyaknya berita tentang kategori tersebut yang dimuat oleh SKH Kompas yakni sebesar 6,1% dari 702 berita pertanian. Hal ini sejalan dengan penelitian Hettel (1982) yaitu berita tentang lingkungan pertanian menempati peringkat ke-7 atau 3,4% dari 88 berita pertanian. Survey tersebut berbasis pada perhitungan redaksi tentang minat pembacanya. Hal ini menunjukkan bahwa redaksi-redaksi surat kabar termasuk SKH Kompas menganggap penting kategori lingkungan pertanian untuk diliput.

Bidang pertanian lain yang menjadi perhatian SKH Kompas ialah komoditas pertanian dan iklim dan cuaca yang menempati jenjang yang sama, yaitu 6,5. SKH Kompas memuat kedua kategori tersebut sebesar 5,7% dari 702 berita pertanian. Kategori komoditas pertanian termasuk kategori yang berprioritas tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Okorie dan Oyedepo (2010) yaitu kategori komoditas pertanian menempati jenjang teratas yakni 22,6% dari 750 berita pertanian yang diterbitkan oleh tiga surat kabar di Nigeria. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput isu tersebut.

Sama halnya dengan kategori iklim dan cuaca. Kategori tersebut memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dalam bidang pertanian. Fakta ini diperkuat oleh Putu (2011) yang mengungkapkan bahwa iklim dan cuaca adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman. Pada tahun 2010 sampai dengan awal tahun 2011 Indonesia mengalami kondisi iklim dan cuaca yang ekstrem. Kondisi tersebut dapat menentukan pola tanam, jadwal dan saat tanam, dan manajemen pertanian yang lebih efisien. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput isu tersebut selama satu tahun penerbitan.

Kesepuluh kategori berita pertanian yang menduduki peringkat teratas merupakan bidang masalah yang paling menarik perhatian SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Salah satunya adalah bidang sumberdaya perairan yang merupakan bidang yang paling disoroti dalam bidang perikanan pada khususnya. Sumberdaya perairan dan laut di Indonesia memiliki potensi yang besar, sehingga dibutuhkan pengendalian dan pemanfaatan yang efektif. Namun, pada kenyataannya beberapa potensi tersebut tidak terjadi karena pencemaran dan kerusakan yang diakibatkan oleh eksploitasi yang berlebihan. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput isu tersebut.

Sama halnya dengan kategori kebijakan dan peraturan pertanian yang menarik perhatian SKH Kompas. Pengendalian sistem pertanian di Indonesia diatur oleh kebijakan dan peraturan pemerintah. Informasi tentang kebijakan dan peraturan tersebut dibutuhkan oleh masyarakat khususnya petani dalam mengembangkan usahanya guna mencapai keberhasilan. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput informasi tersebut.

Lebih lanjut Tabel 3 menunjukkan bahwa kategori hama dan penyakit tanaman menempati jenjang kesepuluh. Dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan 3,3% berita tentang hama dan penyakit tanaman. Data tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas cukup memerhatikan kategori tersebut dalam liputannya. Kategori tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca yang ektrem, sehingga menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak terserang hama dan penyakit tanaman yang dapat mengganggu aktivitas serta produktivitas pertanian. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kondisi pertanian secara keseluruhan. Hal inilah yang dapat menarik perhatian SKH Kompas untuk memuat isu tersebut.

Selebihnya, kategori bidang masalah pertanian yang memiliki frekuensi yang lebih sedikit. Artinya, redaksi SKH Kompas kurang memerhatikan kategori-kategori tersebut. Salah satunya ialah kategori-kategori keteknikan pertanian. Proporsi kategori tersebut hanya 1,9% dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya inovasi-inovasi keteknikan pertanian karena kondisi pertanian di Indonesia yang bersifat subsisten dan kepemilikan lahan yang teramat kecil (Siregar, 2011). Hal inilah yang dapat membuat SKH Kompas kurang meliput isu tersebut.

Sama halnya dengan bidang budidaya ternak dan kesehatan ternak. Kategori tersebut kurang diperhatikan oleh SKH Kompas dalam memuat beritanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Okorie dan Oyedepo (2010) bahwa dari 750 berita pertanian yang diterbitkan oleh tiga surat kabar setempat hanya 9,6% tentang peternakan dan 10,6% tentang kesehatan ternak. Data tersebut menunjukkan bahwa bidang peternakan masih kurang diminati oleh redaksi-redaksi surat kabar termasuk redaksi-redaksi SKH Kompas.

Bidang masalah pertanian yang memiliki frekuensi paling rendah adalah ketenagakerjaan pertanian. Dari 702 berita pertanian, berita tentang ketenagakerjaan pertanian hanya muncul satu kali. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010 mengalami peningkatan jumlah pekerja di bidang jasa kemasyarakatan (11,52%) dan penurunan di sektor pertanian (2,92%) (BPS 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa pekerja Indonesia lebih dominan di sektor non pertanian karena ketenagakerjaan sektor pertanian masih ditempatkan pada posisi marginal. Sehingga isu tersebut kurang disoroti oleh media massa terutama SKH Kompas. 5.2 Volume Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah

Volume berita menunjukkan luas bidang cetak yang dialokasikan untuk menyajikan sebuah artikel atau berita pertanian. Tabel 4 menunjukkan sebaran volume berita 23 bidang masalah pertanian pada SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Ukuran atau besar kolom suatu berita ditentukan oleh kebijaksanaaan redaksional surat kabar tersebut. Kebijaksanaan redaksional ini mementingkan nilai suatu berita. Suatu berita yang bernilai tinggi akan mendapat prioritas pemuatan yang tinggi dan akan memeroleh alokasi volume yang besar.

Semakin besar volume suatu berita maka akan besar ukuran kolom yang dialokasikan untuk pemuatan berita tersebut. Hal ini juga menunjukkan kedalaman dan keluasan liputan berita itu. Artinya, semakin besar ukuran kolom yang disediakan suatu berita, maka akan semakin dalam dan luas penjelasan berita tersebut. Disamping itu, nilai berita suatu kejadian juga berpegaruh pada volume isi suatu berita. Semakin bernilai suatu berita maka semakin dalam pula uraiannya. Hal ini pada giliran berikutnya memengaruhi besar volume berita tersebut.

Tabel 4. Volume, Jumlah, Persentase, dan Peringkat Sajian Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Selama Setahun Penerbitan (N=702)

Kategori Bidang Masalah Volume (cmK)

Persen Jenjang

1. Keteknikan Pertanian 338.40 7.1 1.0 2. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian 307.91 6.4 2.0

3. Komoditas Pertanian 282.98 5.9 3.0

4. Kesejahteraan Petani 270.60 5.7 4.0 5. Prasarana Produksi Pertanian 268.48 5.6 5.0 6. Lingkungan Pertanian 243.34 5.1 6.0 7. Lahan dan Kondisinya 239.19 5.0 7.0 8. Pengolahan Hasil Perairan 233.91 4.9 8.0

9. Pemasaran Pertanian 230.03 4.8 10.0

10. Kehutanan 229.14 4.8 10.0

11. Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian 228.11 4.8 10.0

12. Budidaya Ternak 214.03 4.5 12.0

13. Sarana Produksi Pertanian 212.61 4.4 13.0

14. Pangan dan Gizi 204.18 4.3 14.0

15. Iklim dan Cuaca 199.06 4.2 15.5

16. Sumberdaya Perairan 198.64 4.2 15.5

17. Budidaya Tanaman 177.64 3.7 17.0

18. Budidaya Ikan 167.04 3.5 18.0

19. Komunikasi dan Informasi Pertanian 164.88 3.4 19.0 20. Hama dan Penyakit Tanaman 140.73 2.9 20.0 21. Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian 134.44 2.8 21.0

22. Kesehatan Ternak 84.72 1.8 22.0

23. Ketenagakerjaan Pertanian 11.67 0.2 23.0

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah volume berita pertanian yang diteliti ialah 4781.72 cmK selama satu tahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011). Tabel itu menunjukkan juga bahwa sebesar 7,1% diisi oleh keteknikan pertanian, 6,4% diisi oleh ketenagakerjaan pertanian, 5,9% diisi oleh komoditas pertanian, 5,7% diisi oleh kesejahteraan petani, 5,6% diisi oleh prasarana produksi pertanian, 5,1% diisi oleh lingkungan pertanian, 5% diisi oleh lahan dan kondisinya, 4,9% diisi oleh pengolahan hasil perairan, 4,8% diisi oleh pemasaran pertanian dan kehutanan. Selebihnya diisi oleh kategori-kategori lain, meliputi kebijakan dan peraturan bidang pertanian sampai ke ketenagakerjaan pertanian yang jumlahnya mencapai 44,7%.

Surat kabar berwenang dalam menentukan frekuensi pemunculan dan volume berita. Redaksi SKH Kompas cenderung meningkatkan frekuensi pemunculan berita daripada memperbesar volume berita. Dalam hubungan ini, SKH Kompas mengemas berita tentang keteknikan pertanian secara lebih mendalam dengan menampilkan gambar, grafik, dan ilustrasi-ilustrasi lain yang memengaruhi besarnya volume. Hal itu menyebabkan SKH Kompas memperbesar volume berita tentang keteknikan pertanian daripada frekuensi pemunculannya.

Selain itu, bentuk penyajian berita dapat menentukan besar-kecilnya volume berita pertanian. Misalnya, feature. Bentuk penyajian feature memerlukan kolom yang lebih besar karena materi isi yang lebih kompleks dan detil. Contoh lain adalah bentuk penyajian Pojok. Bentuk penyajian tersebut membutuhkan kolom yang kecil, karena materi isi yang hanya berupa komentar singkat yang terdiri dari satu sampai dua kalimat saja.

Tabel 4 menunjukkan bahwa volume terbesar diisi oleh kategori keteknikan pertanian. hal ini dapat disebabkan oleh bentuk penyajian yang digunakan. Sebagian besar berita tentang keteknikan pertanian dikemas dalam bentuk kolom atau artikel yang memerlukan ukuran yang lebih besar. Sehingga volumenya lebih besar daripada kategori lain.

Selanjutnya Tabel 4 menunjukkan kategori penyuluhan dan pendidikan pertanian menempati jenjang kedua. SKH Kompas meliput berita-berita tentang penyuluhan dan pendidikan pertanian yang lebih mendalam dan spesifik.

Sehingga feature lah yang menjadi pilihan. Misalnya saja cerita tentang beberapa tokoh yang mengembangkan masyarakat.

Bidang masalah selanjutnya yang cukup diperhatikan oleh SKH Kompas adalah komoditas pertanian. Rata-rata volume berita tentang komoditas pertanian adalah 282,98 cmK. Data ini menunjukkan bahwa bidang komoditas pertanian memiliki volume yang besar. Artinya, SKH Kompas menganggap bidang komoditas pertanian memiliki nilai berita yang tinggi.

SKH Kompas juga memerhatikan bidang kesejahteraan petani. Hal itu dapat dilihat dari besar volumenya yakni 270,6 cmK. Besarnya volume berita pertanian tentang kesejahteraan petani adalah wajar karena SKH Kompas juga sering memunculkan berita tentang bidang masalah tersebut. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa SKH Kompas menganggap bidang masalah kesejahteraan petani memiliki nilai berita yang tinggi.

Bidang masalah berikut yang juga diperhatikan oleh SKH Kompas adalah prasarana produksi pertanian. Bidang tersebut memiliki volume sebesar 268,48 cmK. Data tersebut menunjukkan bahwa volume berita yang dimiliki oleh bidang prasarana prosuksi pertanian cukup besar. Artinya, SKH Kompas memberi perhatian yang cukup besar dan memberi nilai yang cukup tinggi pada bidang tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, SKH Kompas menyediakan volume yang besar dan frekuensi pemunculan yang besar pula dalam menyajikan bidang lingkungan pertanian. SKH Kompas cukup memerhatikan bidang lingkungan pertanian karena kondisi dan situasi lingkungan pertanian di Indonesia pada saat itu mengalami keterpurukan akibat bencana alam yang terjadi di berbagai tempat.

Sama halnya dengan bidang lahan dan kondisinya. SKH Kompas memuat berita tentang lahan dan kondisinya dengan membahas beberapa permasalahan secara lebih mendalam. Sehingga dibutuhkan ruang cetak yang besar bagi bidang tersebut. Namun bidang masalah tersebut memiliki jumlah frekuensi pemunculan yang rendah. Isu-isu yang memuat lebih banyak tentang bidang lahan dan kondisinya adalah sengketa lahan, kondisi tanah, dan lain sebagainya. Sehingga menjadi menarik untuk dibahas secara mendalam. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketimpangan yang terjadi pada besarnya frekuensi pemunculan berita dan

volume berita menunjukkan bahwa frekuensi pemunculan berita tidak selalu memengaruhi volume sajiannya.

SKH Kompas menyediakan ruang berita yang cukup besar untuk bidang pengolahan hasil perairan. Bidang tersebut lebih didominasi oleh isu tentang hasil perairan yang diolah dan diproduksi sampai kepada konsumen. Isu tersebut membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam dan informasi yang mendetil. Sehingga dibutuhkan volume yang besar dalam menyajikan berita tersebut.

Kategori pemasaran pertanian juga cukup diperhatikan oleh SKH Kompas. Hal itu disebabkan oleh besarnya volume berita kategori tersebut yaitu 230,03 cmK. Data tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas memberikan porsi yang wajar pada bidang masalah pemasaran pertanian yang disesuaikan dengan besarnya frekuensi pemunculannya.

Besarnya frekuensi pemunculan berita tentang kehutanan tidak diikuti dengan besarnya volume beritanya. Hal ini tercermin dari jenjang yang ditempati pada Tabel 4 jauh berbeda dengan jenjang yang ditempati pada Tabel 3. Hal itu disebabkan oleh bentuk sajian yang digunakan oleh SKH Kompas dalam meliput berita tentang kehutanan lebih banyak tentang berita tak langsung yang tidak membutuhkan ruang cetak yang besar.

Berita tentang hama dan penyakit tanaman memiliki volume yang kecil yaitu sebesar 140,73 cmK. Namun demikian frekuensi pemunculannya terbilang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh berita yang disajikannya kurang mendalam, sehingga memengaruhi kecilnya volume yang disediakan oleh SKH Kompas pada bidang tersebut.

Lain halnya dengan bidang masalah sistem keuangan dan permodalan pertanian. Bidang masalah tersebut memiliki volume berita dan frekuensi pemuculan yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa SKH Kompas kurang memrioritaskan bidang masalah tersebut dibandingkan dengan bidang masalah yang lain.

Bidang masalah kesehatan ternak dan ketenagakerjaan pertanian memiliki volume berita yang kecil. Hal itu paralel dengan frekuensi pemunculan kedua bidang masalah tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhatian SKH Kompas pada kedua bidang tersebut sedikit.

Uraian ini menunjukkan bahwa SKH Kompas bersikap bahwa suatu peristiwa yang disoroti masyarakat dianggap mempunyai nilai berita. Nilai berita yang dikandung suatu peristiwa itulah, sehingga peristiwa itu layak ataupun tidak layak diberitakan. Terlepas dari aspek kekurangan ataupun kelebihan, pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, bangsa Indonesia sedang mengalami perubahan iklim yang tidak stabil yang mengakibatkan timbulnya permasalahan besar di bidang pertanian, seperti hama dan penyakit tanaman, kegagalan panen, krisis pangan, harga melonjak, dan lain sebagainya. Peristiwa-peristiwa ini menarik untuk dimuat dalam surat kabar dan berpengaruh pada tingginya frekuensi pemunculan berita pertanian ataupun volume berita pertanian. 5.3 Hubungan Frekuensi Pemunculan dan Volume Berita

Bagian ini membahas hubungan frekuensi pemunculan berita dan volume berita. Pengukuran hubungan tersebut bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan frekuensi pemunculan berita dan volume berita. Kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh keofisien korelasi Pearson. Hubungan searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, hubungan disebut tidak searah.

Koefesien korelasi ialah suatu ukuran derajat asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi itu positif maka hubungan kedua peubah searah. Peningkatan peubah pertama akan berhubungan dengan peningkatan peubah kedua. Kalau kedua koefisien korelasinya negatif maka peningkatan peubah pertama akan berhubungan dengan penurunan peubah kedua secara linier.

Pada penelitian ini data besarnya volume berita pertanian dikorelasikan dengan data frekuensi pemunculan berita-berita pertanian dengan mengikuti prosedur korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan volume kedua peubah tersebut, yaitu volume berita pertanian dan frekuensi pemunculan berita-berita pertanian berkorelasi positif sebesar 0,32, yang tidak nyata pada α=0,05.

Artinya ada kecenderungan bahwa peningkatan volume berita-berita akan diikuti oleh peningkatan frekuensi pemunculan berita-berita pertanian. Namun kecenderungan tersebut lemah karena koefisien korelasi Pearson itu rendah dan tidak nyata pada α=0,05.

Tabel 5. Hubungan Frekuensi Pemunculan dan Volume Berita Berdasarkan Kategori Bidang Masalah

Kategori bidang masalah Frekuensi Volume

1. Kehutanan 82 229.135

2. Pangan dan Gizi 71 204.181

3. Pemasaran Pertanian 66 230.027

4. Kesejahteraan Petani 53 270.604

5. Lingkungan Pertanian 43 243.341

6. Komoditas Pertanian 40 282.976

7. Iklim dan Cuaca 40 199.063

8. Sumberdaya Perairan 35 198.638

9. Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian 33 228.111 10. Hama dan Penyakit Tanaman 29 140.728 11. Sarana Produksi Pertanian 23 212.610 12. Pengolahan Hasil Perairan 22 233.910

13. Lahan dan Kondisinya 21 239.188

14. Budidaya Tanaman 21 177.643

15. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian 19 307.913 16. Prasarana Produksi Pertanian 18 268.481

17. Budidaya Ikan 18 167.041

18. Informasi Pertanian 17 164.875

19. Sistem Keuangan dan Permodalan 14 214.031

20. Budidaya Ternak 14 134.438 21. Keteknikan Pertanian 13 338.396 22. Kesehatan Ternak 9 84.722 23. Ketenagakerjaan Pertanian 1 11.667 Jumlah 702 4781.718 r= 0,32 α= 0,2

Berdasarkan Tabel 5, frekuensi pemunculan berita pertanian memiliki hubungan yang lemah dengan volume beritanya. Namun karena hubungan keduanya positif maka peningkatan frekuensi pemunculan berita pertanian akan diikuti oleh peningkatan volume berita pertanian.