• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 5. Sampel Surat Kabar Harian Kompas

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

Sebagai salah satu media komunikasi, media massa memiliki peran penting dalam memengaruhi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak. Salah satu media massa yang cukup sering digunakan dalam komunikasi adalah surat kabar. Pengelola surat kabar memuat berita-berita dari berbagai sektor termasuk pertanian untuk menambah pengetahuan khalayak. Sekalipun demikian, pertanian sering menjadi isu dan masalah yang sensitif. Penelitian yang secara khusus mengaji isi berita pertanian masih jarang dilakukan.

Peranan media massa dalam menyebarluaskan informasi yang diperlukan masyarakat telah diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Dalam pasal 6 ayat (1) undang-undang tersebut dinyatakan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui (Public’s right to know) dan lembaga pers berperan memenuhinya. Tidak hanya itu, hak masyarakat untuk memeroleh informasi dijamin pula dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM), sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 14 ayat (1) “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memeroleh informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya” (Eko 2006:27)

SKH Kompas adalah surat kabar berskala nasional yang memiliki pembaca yang cukup banyak. Hal tersebut dibuktikan oleh Muhsin (1998) yang menunjukkan fakta bahwa SKH Kompas menjangkau hampir 50% pembaca surat kabar harian nasional di Indonesia.

Maka dari itu, penelitian ini mengaji berita-berita pertanian yang dikemas oleh SKH Kompas. Penelitian ini tidak membahas masalah dampak media kepada khalayaknya, akan tetapi menekankan pada isi media itu sendiri dalam memuat berita-berita pertanian.

Berkaitan dengan uraian di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana frekuensi pemunculan berita-berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011)

2. Bagaimana volume berita-berita pertanian pada setiap kategori bidang masalah pada SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011)

3. Sumber-sumber informasi apa saja yang digunakan oleh penulis berita pertanian yang disajikan pada SKH Kompas selama setahun (Maret 2010-Februari 2011)

4. Apa bentuk penyajian berita-berita pertanian yang disajikan di dalam SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011)

5. Bagaimana posisi berita-berita pertanian yang disajikan di dalam SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui frekuensi pemunculan berita- berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011).

2. Mengetahui volume pemberitaan setiap kategori berita pertanian pada SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011).

3. Mengetahui sumber-sumber informasi yang digunakan oleh penulis berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011).

4. Mengetahui bentuk penyajian berita-berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011).

5. Mengetahui posisi berita-berita pertanian yang disajikan di dalam SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011).

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Kompas, sebagai masukan bagi redaksi Kompas dalam menyempurnakan isi berita yang akan dimuat.

2. Wartawan, memberi pandangan pada pentingnya liputan berita pertanian di dalam suratkabar.

3. Redaksi Kompas, sebagai masukan dalam menyeimbangkan bidang masalah pertanian.

4. Penelitian, memberi rangsangan tumbuhnya penelitian-penelitian baru khususnya penelitian analisis isi media massa.

II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang membahas isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik atau metode penelitian. Holsti dalam Eko (2006:40) menunjukkan tiga bidang yang banyak menggunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7%), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%).

Analisis isi dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat digunakan jika memenuhi syarat berikut: (1) Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, rekaman, naskah), (2) Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan sesuatu dan sebagai metode pendekatan pada data tersebut, dan (3) Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan atau data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas dan spesifik (Andre 2009).

Lebih lanjut Martono (2010:77) mengungkapkan bahwa, berbagai data dapat dimanfaatkan dalam penelitian dengan analisis isi ini, misalnya berita kenaikan harga pangan yang diperoleh dari surat kabar. Dari berita tersebut peneliti dapat mencari tahu seberapa sering berita tersebut dimunculkan oleh surat kabar dan seberapa besar berita yang dimuat surat kabar tersebut. Sehingga dengan menggunakan metode kuantitatif, kita dapat menjelaskan seberapa pentingkah media massa menganggap suatu berita.

2.1.2 Metode Analisis Isi

Menurut Fluornoy dalam Eko (2006:38), metode analisis isi adalah suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi pesan komunikasi. Metode ini sering digunakan untuk mengetahui karakteristik isi surat kabar tentang frekuensi dan volume berdasarkan bidang masalah, penggunaan sumber informasi, dan kecenderungan isi.

Holsti dalam Eko (2006:38), menyebutkan bahwa teknik penelitian yang menggunakan analisis isi bisa menggambarkan secara objektif, sistematik, dan kuantitatif tentang isi komunikasi yang tersurat. Objektivitas diperoleh dengan menggunakan kategori analisis yang diklasifikasi secara tepat sehingga orang lain yang menggunakannya untuk menganalisis isi yang sama akan memeroleh hasil yang sama pula. Sistematis artinya prosedur tertentu diterapkan dengan cara yang sama pada semua isi yang dianalisis. Kuantitatif di sini menunjukkan bahwa penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif melalui perhitungan angka-angka.

Menurut Muhsin (1998:20), analisis isi dipakai untuk mengaji pesan-pesan yang dimuat oleh media. Pendekatan ini digunakan untuk menguji isi secara kuantitatif, keyakinan-keyakinan, kepentingan-kepentingan editor, dan kecenderungan isi pesan. Lebih lanjut Muhsin (1998:20) berpendapat bahwa pendekatan analisis isi dapat menjadi titik awal untuk memelajari efek pesan komunikasi. Studi-studi tentang analisis isi surat kabar sudah banyak dilakukan, misalnya oleh Asri (2010) dan Mintarsih (1987). Dalam penelitian tersebut aspek yang paling menonjol adalah perbandingan isi berita ekonomi rakyat yang dimuat oleh dua surat kabar. Lain halnya dengan penelitian Yunanto (2001) yang merujuk pada arah perubahan pemberitaan surat kabar dalam kurun waktu tertentu.

2.1.3 Reliabilitas Analisis Isi

Pendekatan kuantitatif mensyaratkan suatu penelitian, termasuk analisis isi memiliki keterandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang baik. Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat diulang (replicable) dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Eko (2006) tidak ditemukan penjelasan tentang peran juri dalam uji reliabilitas. Peneliti hanya menjelaskan

tentang penghitungan tingkat keterpercayaan intercoder dengan menggunakan intercoder reliability Holsti.

Tingkat keterandalan (reliability) metode analisis isi mengacu pada tingkat konsistensi yang ditampilkan oleh satu atau lebih juri dalam mengklasifikasi isi menurut nilai tertentu dalam variabel spesifik. Reliabilitas dapat didemonstrasikan dengan mengaji hubungan antara penilaian dari sampel yang sama untuk butir relevan, oleh juri yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh juri yang sama dalam saat yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh juri yang sama dalam saat yang berbeda (intra-coder reliability). Untuk mencapai tingkat reliabilitas (kepercayaan) yang tinggi, peneliti harus:

1. Mendefinisikan variabel dan nilai secara jelas dan tepat dan menjamin bahwa semua juri dapat memahami definisi ini dalam cara yang sama.

2. Melatih juri dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap variabel dan nilai.

3. Mengukur konsistensi inter-coder di mana dua atau lebih juri menerapkan kriteria (definisi-definisi) dengan menggunakan kumpulan contoh serupa. Hasilnya dapat diketahui apakah kategorisasi data dalam penelitiannya handal.

Analisis isi tidak berpotensi untuk menunjukkan bagaimana pengamat mamahami atau menilai apa yang mereka lihat atau dengar. Analisis isi hanya menunjukkan apa yang diberi prioritas atau dianggap penting dan apa yang tidak. Tingkat validitas analisis isi ditentukan oleh penarikan kesimpulan dan kesesuaian dengan teori yang berlaku. Jika reliabilitas merujuk pada konsistensi internal analisis isi, maka validitas merujuk pada konsistensi eksternal dari keseluruhan riset atau teori yang terkait.

Analisis isi bisa menyajikan deskripsi dimensi-dimensi kuantitatif dan representasi suatu teks. Metode ini dapat digunakan untuk menyajikan peta latar belakang (background-map) representasi teks itu. Setelah menggunakan analisis isi, Philip Bell menyarankan peneliti menginterpretasikan teks dengan metode kualitatif, seperti metode semiotik atau interpretasi teks individual (Bell dalam Agus 2006:24).

2.1.4 Kategori obyek analisis

Sesuatu yang menjadi ciri dari penelitian analisis isi adalah kategori obyek yang akan dianalisis baik dari macam atau topik berita atau sumber berita, konsep berita maupun kategori lainnya yang disesuaikan dengan tujuan studi. Suatu kategori dapat dipakai dalam sebuah penelitian apabila kategori tersebut sesuai dengan tujuan studi, bersifat fungsional serta dapat dikelola, artinya tidak terlalu banyak sehingga orang mudah mengingatnya. Sama halnya dengan penelitian Saiful et al (2005) tentang kategori berita dalam Rubrik Kandha Raharja yang didasarkan pada pengamatan dan kecenderungan dalam rubrik yang didasarkan penelitian-penelitian terdahulu.

2.1.5 Frekuensi Pemunculan

Jumlah pemunculan suatu teks pada suatu unit analisis dihitung untuk menentukan berapa banyak frekuensi pemunculan teks yang ingin diketahui. Sebagaimana analisis isi di dalam surat kabar, penentuan frekuensi pemunculan atau banyaknya jumlah pemberitaan yang dimunculkan pada surat kabar akan dihitung guna mengetahui seberapa banyak berita-berita tertentu yang akan diketahui pada suatu penelitian. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bagaimana pengelola surat kabar menganggap penting suatu berita. Pada akhirnya, frekuensi dapat diartikan sebagai jumlah pemunculan tiap pemberitaan yang disajikan di dalam surat kabar atau teks lainnya.

2.1.6 Volume Berita

Volume sebuah teks yang dimuat di dalam surat kabar seringkali menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola surat kabar. Besarnya ruang pemberitaan yang disajikan oleh surat kabar menunjukkan seberapa penting berita tersebut bagi pengelola surat kabar atau redaksi. Kebijakan redaksional berpengaruh penting pada pemunculan ataupun luasnya suatu berita. Semakin besar ruang pemberitaan yang dialokasikan maka semakin penting penilaian redaksi pada pemberitaan tersebut. Artinya volume berita yang besar mengandung lebih banyak keterangan informasi atau ulasan yang lebih mendalam tentang suatu berita. Tidak semua berita memiliki volume yang besar, tergantung pada pengelola surat kabar yang menganggap seberapa penting suatu berita. Pada akhirnya volume berita diartikan

sebagai luas ruang atau kolom yang digunakan tiap berita dan diukur dalam sentimeter kolom (cmK).

2.1.7 Posisi Berita

Posisi berita ialah lokasi berita pada suatu kolom surat kabar berdasarkan halaman penempatan dan letak berita itu. Seseorang cenderung membaca surat kabar sesuai dengan penglihatannya mulai dari halaman awal dan terus berlanjut ke halaman paling belakang. Begitu seterusnya sampai menemukan apa yang dicari. Oleh sebab itu, halaman penempatan suatu berita dapat menunjukkan seberapa tinggi pengelola surat kabar menilai berita tersebut. Posisi berita juga dapat ditentukan oleh letak kolom suatu berita. Letak berita pada bagian atas halaman surat kabar menujukkan berita tersebut memiliki nilai tinggi sedangkan letak berita pada bagian bawah halaman surat kabar menujukkan kurangnya nilai berita tersebut. Posisi berita dapat pula diartikan sebagai lokasi berita yang disajikan oleh surat kabar.

2.1.8 Bidang Masalah

Bidang masalah ialah pokok permasalahan atau materi yang dikandung dalam suatu tulisan atau gambar yang dimuat oleh suatu media termasuk surat kabar (Mulyadi 2001:25). Bidang masalah harus sesuai dengan tujuan penelitian untuk memudahkan proses penelitian analisis isi. Hendaknya pemuatan bidang masalah dalam penelitian analisis isi didasarkan atas pengetahuan yang tepat dari peneliti. Konstruksi bidang masalah ditunjukkan dengan kategori yang digunakan dalam analisis isi dan harus berhubungan erat dengan variabel penelitian.

Mintarsih (1987:40) mengategorikan lima bidang masalah pertanian sebagai berikut: (1) Produksi Pertanian, (2) Teknologi Pasca Panen, (3) Manajemen Usaha Tani, (4) Pembaruan Pertanian, dan (5) Kebijakan Pemerintah.

Nasoetion (1990:34) menyatakan bahwa pertanian ialah suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan untuk menyediakan bahan makanan bagi manusia. Lebih lanjut Nasoetion (1990:34) mengungkapkan bahwa usaha pertanian pada dasarnya bersandar pada kegiatan menyadap energi surya agar menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini kemudian menjadi bagian tumbuhan atau hewan yang dapat dijadikan makanan manusia, bahan sandang dan papan, sumber energi, dan bahan baku industri.

Lebih lanjut Nasoetion (1990:34) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan bahan-bahan organik itu tumbuhan dan hewan harus dapat hidup di dalam suatu lingkungan yang terdiri atas tanah, air dan udara pada suatu iklim yang sesuai. Oleh karena itu, ilmu-ilmu pertanian mencakup, antara lain: ilmu tanah, tata air, cuaca, dan iklim yang tergolong ke dalam kelompok ilmu-ilmu lingkungan kehidupan dan budidaya.

Sanusi (1989:43-44) membagi bidang masalah dalam menganalisis isi surat kabar pedesaan menjadi 17 kategori, yaitu;

(1)Pertanian, (2) Kesehatan, (3) Lingkungan, (4) Pendidikan, (5) Koperasi, (6) Transmigrasi, (7) Kebudayaan dan Pariwisata, (8) Ekonomi dan Industri, (9) Hukum dan Kamtibnas, (10) Teknologi Terapan, (11) Olahraga, (12) Pembangunan Fisik, (13) Politik dan Kegiatan Pemerintahan, (14) Pembangunan Spiritual, (15) Energi dan Tambang, (16) Hiburan, dan (17) Iklan.

Selanjutnya Sihombing (1994:7-11) menunjukkan bahwa kategori bidang masalah pertanian yang dianalisis, ialah:

1) Sosial Ekonomi Pertanian, (2) Penyuluhan dan Komunikasi, (3) Iklim dan Cuaca, (4) Keteknikan Pertanian, (5) Farming System, (6) Pangan dan Gizi, (7) Peraturan Bidang Pertanian, (8) Lahan dan Kondisinya, (9) Budidaya Tanaman, (10) Hama dan Penyakit, (11) Budidaya Ikan, (12) Sumberdaya Perairan, (13) Pengolahan Hasil Pertanian, (14) Budidaya Ternak, (15) Kesehatan Ternak, (16) Kehutanan, dan (17) Bidang lain.

Sebagaimana kategori-kategori bidang masalah pertanian di atas, maka kategori bidang masalah pertanian yang digunakan pada penelitian ini, ialah: 1) Lingkungan Pertanian, 2) Kesejahteraan Petani, 3) Ketenagakerjaan Pertanian, 4) Pemasaran Pertanian, 5) Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian, 6) Sarana Produksi Pertanian, 7) Prasarana Produksi Pertanian, 8) Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian, 9) Komunikasi dan Informasi Pertanian, 10) Komoditas Pertanian, 11) Iklim dan Cuaca, 12) Keteknikan Pertanian, 13) Pangan dan Gizi, 14) Peraturan Bidang Pertanian, 15) Lahan dan Kondisinya, 16) Budidaya Tanaman, 17) Hama dan Penyakit, 18) Budidaya Ikan, 19) Sumberdaya Perairan, 20) Pengolahan Hasil Pertanian, 21) Budidaya Ternak, 22) Kesehatan Ternak, dan 23) Kehutanan.

Suatu kategori dapat dipakai dalam sebuah penelitian apabila kategori tersebut sesuai dengan tujuan studi. Oleh karena itu, kategori-kategori diatas disesuaikan dengan tujuan penelitian yakni mengetahui proporsi berita-berita pertanian. Penentuan kategori bidang masalah pertanian berdasarkan pengamatan dan kecenderungan yang ada pada SKH Kompas serta berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Penjelasan dari masing-masing kategori bidang masalah pertanian tersebut adalah:

1. Lingkungan Pertanian

Lingkungan pertanian adalah suatu sistem yang berasal dari luar pertanian yang berpengaruh atas keadaan pertanian tersebut (Notohadiprawiro 1989:3). Dalam suatu bangunan pertanian, perlu diperhatikan aspek-aspek lingkungan mikro dan pengendaliannya yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi dan bangunan tersebut sesuai dengan tujuan dibangunnya. Dalam hal ini, kategori lingkungan pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: keadaan alam yang terjadi di lingkungan sekitar pertanian, dampak kerusakan alam pada pertanian, manajemen sumber daya alam, tata ruang lingkungan pertanian, tata pertanaman, dan kerusakan alam (banjir, erosi, longsor, dll). Segala sesuatu yang memengaruhi ketahanan lingkungan pertanian dan berdampak pada kerusakan lingkungan pertanian juga termasuk ke dalam kategori lingkungan pertanian.

2. Kesejahteraan Petani

Pengertian kesejahteraan petani menurut kamus Bahasa Indonesia adalah hal atau keadaan sejahtera yang dialami oleh petani. Kesejahteraan petani dalam hal ini adalah kondisi sosial yang dialami oleh petani, seperti kerugian, keuntungan, dan kestabilan produktivitas pertanian. Dalam hal ini, kategori kesejahteraan petani mencakup beberapa hal, yaitu: kondisi sosial petani (termasuk nelayan, peternak, dan pedagang) baik psikis maupun materiil (petani terpuruk, petani melarat), tingkat pengetahuan dan keahlian petani dalam bidang pertanian, sikap petani dalam pengambilan keputusan, dan tindakan petani dalam menangani masalah pertanian. Bukan hanya itu, bagaimana petani mengambil keputusan dan bertindak pada kondisi yang

sedang dialaminya serta seberapa besar tingkat pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh petani.

3. Ketenagakerjaan Pertanian

Ketenagakerjaan pertanian adalah banyaknya tenaga kerja petani sawah yang membudidayakan atau mengusahakan tanaman padi dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup (Unikom 2004:13). Tenaga kerja itu sendiri didefinisikan sebagai penduduk yang berada pada usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memroduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Dalam hal ini, kategori ketenagakerjaan petani mencakup beberapa hal, yaitu: tingkat tenaga kerja petani dan buruh tani, pekerja upahan, buruh angkut, pemilik penggarap, penyakap, penyewa, dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, ketenagakerjaan pertanian juga meliputi tingkat upah petani, penawaran dan permintaan buruh tani, produktivitas tenaga kerja petani.

4. Pemasaran Pertanian

Pengertian pemasaran menurut Stanton dalam Ahmad (2009) adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan memromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Dalam hal ini, kategori pemasaran pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: kenaikan dan penurunan harga komoditas pertanian, sistem tataniaga pertanian, pendapatan pemasaran pertanian, harga produksi pertanian, serta biaya (termasuk biaya operasional lembaga) dalam bidang pertanian (pupuk, tanaman, dan perikanan).

5. Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian

Sistem keuangan itu sendiri menurut Cunningham (2009) merupakan seluruh rangkaian dari berbagai unsur yang saling terkait yang terdiri dari rumah tangga, lembaga pemerintah, lembaga keuangan yang membentuk pasar keuangan. Sedangkan pengertian permodalan menurut Tri (2011) adalah usaha untuk memeroleh dana yang dibutuhkan oleh badan usaha secara efisien

serta bagaimana menggunakan dana tersebut. Sistem keuangan dan permodalan pertanian di sini mencakup stabilisasi pertumbuhan ekonomi, seperti laju inflasi, anggaran, investasi, dan indeks harga yang dipengaruhi oleh stabilisasi harga-harga komoditas pertanian. Bukan hanya itu, Sistem keuangan dan permodalan pertanian juga mencakup laju inflasi dalam bidang pertanian, anggaran pertanian, laju kenaikan dan penurunan harga di bidang pertanian, indeks harga, investasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh nilai kurs rupiah.

6. Sarana Produksi Pertanian

Sarana produksi pertanian adalah fasilitas yang diperlukan dalam menunjang kegiatan-kegiatan pertanian. Sarana produksi pertanian termasuk pada salah satu subsistem agribisnis yaitu subsistem agribisnis hulu yakni kegiatan industri dan perdagangan yang menghasilkan sarana produksi pertanian yakni pembenihan (pembibitan) tumbuhan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak) dan industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian) serta industri pendukung lainnya. Dalam hal ini, kategori sarana produksi pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: penyediaan, pengawasan serta pendistribusian pupuk, bibit unggul, insektisida, pestisida, obat ternak, dan lain-lain. Bukan hanya itu, sarana produksi pertanian juga mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan pembenihan atau pembibitan, pemupukan, serta penyediaan sarana-sarana pertanian lainnya yang dapat menunjang produktivitas pertanian.

7. Prasarana Produksi Pertanian

Prasarana produksi pertanian diperlukan untuk memanfaatkan sumberdaya pertanian dan membangun pertanian komersial. Ketersediaan prasarana merupakan syarat untuk menghasilkan, memasok, dan menyalurkan sarana pertanian yang langsung diperlukan bagi kegiatan produksi. Dengan demikian, ketersediaan prasarana menjadi penting karena secara tidak langsung menentukan berhasil tidaknya kegiatan produksi (Sudi et al 2005:18). Dalam hal ini, kategori prasarana produksi mencakup penyediaan dan pengawasan infrastruktur pertanian, seperti: jalan, jembatan, bendungan,

dan lain-lain. Bukan hanya itu, prasarana produksi pertanian juga meliputi gudang dan lantai jemur.

8. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian

Menurut Suharyanto (2008) pengertian penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik. Sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permalasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Dalam hal ini, kategori penyuluhan dan pendidikan pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: pendidikan, kursus dan pelatihan bagi masyarakat petani, pembinaan keswadayaan petani, pembentukan organisasi petani, pemberdayaan petani, profesionalitas penyuluh, serta upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya.

9. Informasi Pertanian

Menurut Davis dalam Rahmat (2005) informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi di bidang pertanian adalah suatu data di bidang pertanian yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, baik petani maupun masyarakat luas. Dalam hal ini, kategori informasi pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: informasi panen raya, petani yang berhasil, perlombaan usaha tani, pejabat pemerintah yang memajukan usaha pertanian, kenaikan pangkat dan pergantian pejabat di lingkup departemen pertanian, informasi penelitian terbaru di bidang pertanian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, kategori informasi pertanian juga mencakup beberapa informasi pertanian yang tidak termasuk ke dalam bidang masalah lain. Misalnya, hasil penemuan oleh seorang ahli pertanian, pejabat pemerintah yang turut ikut menanam padi unggul, mutu informasi pertanian dan mutu saluran komunikasi, relasi gender dengan penggunaan informasi dan sebagainya. Termasuk kegiatan-kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani, pemerintah, LSM, dan masyarakat.

10.Komoditas Pertanian

Pengertian komoditas menurut Wibisono (2010) adalah barang yang disediakan dari alam yang diolah maupun diambil secara langsung (extracting) untuk memenuhi kebutuhan manusia. Komoditas ini dapat berupa hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil perikanan, peternakan, dan lain-lain. Dalam hal ini, kategori komoditas pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: