• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.6 Fungsi Bahasa Nonverbal dalam Komunikasi

Bahasa nonverbal sebagai perilaku penutur dan mitra tutur dalam berinteraksi tentu memiliki tujuan, yaitu pesan komunikasi yang tersampaikan. Bahasa nonverbal menjadi aspek nonlinguistik yang berfungsi sama dengan bahasa verbal dalam komunikasi. Fungsi merupakan tujuan komunikasi (Muller, 2013:615). Beberapa klasifikasi fungsi komunikasi bahasa nonverbal, meliputi untuk menyediakan informasi, mengatur interaksi, mengekspresikan keintiman, melakukan kontrol sosial, dan memfasilitasi tujuan (Patterson, 1983:11). Komunikasi nonverbal, khususnya, telah terhubung dengan fungsi-fungsi berikut: produksi dan pemrosesan pesan, ekspresi emosi, identifikasi dan presentasi diri, dan manajemen interaksi (Muller, 2013:615). Adapun deskripsi fungsi-fungsi bahasa nonverbal sebagai berikut ini.

2.1.6.1 Bahasa Nonverbal dapat Menyediakan Informasi

Kemampuan manusia dalam berkomunikasi adalah produksi dan pemahaman pesan komunikasi. Kemampuan tersebut tentu bermanfaat bagi penutur dan mitra tutur dalam penyampaian pesan komunikasi. Penutur dapat memahami apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain dalam interaksi sambil mengantisipasi pesan yang akan mereka berikan pada interaksi (Muller, 2013). Dalam proses interaksi

tersebut, bahasa nonverbal memfasilitasi dalam penyampaian pesan komunikasi. Bahasa nonverbal membantu menarik perhatian mitra tutur dan gerakan pada tubuh, seperti gerakan lambang/emblem atau gerakan ilustrator juga memperkuat makna bahasa verbal. Bahasa nonverbal menyediakan informasi tertentu baik menyertai maupun mengganti bahasa verbal dalam interaksi pembelajaran. Dengan demikian, bahasa nonverbal merupakan bagian integral dari produksi dan pemrosesan pesan. Tata bahasa bahasa verbal, meliputi aturan-aturan morfologi, sintaksis, dan semantik yang mengatur sebuah komposisi kode. Bahasa verbal dikonstruksi melalui aturan-aturan tersebut dan akhirnya diungkapkan sebagai pesan verbal. Bahasa nonverbal muncul menyertai ungkapan bahasa verbal yang telah dikodekan berdasarkan aturan tata bahasa. Aturan morfologi untuk membentuk ekspresi, aturan sintaksis untuk meminta informasi, dan aturan semantik untuk menyatakan makna (Burgoon, 2010:205-206). Ekspresi simbolis adalah contoh yang paling jelas. Lambang V untuk kemenangan, misalnya harus ditampilkan dengan telapak tangan menghadap ke luar dan bukan ke arah tubuh. Senyum dan ekspresi cemberut tidak muncul secara bersamaan karena itu akan menciptakan ekspresi yang aneh. Hal tersebut terkait dengan aturan dalam membentuk ekspresi. Tampilan nonverbal juga memiliki kombinasi dan meminta informasi. Bahasa nonverbal menjadi gerakan illustrator muncul dalam tindakan berbicara. Sambutan diikuti dulu dengan kontak mata sebelum gerakan berjabat tangan bukan sebaliknya. Perilaku nonverbal juga mengikuti aturan semantik. Tertawa mungkin dapat mengekspresikan kebahagiaan, kecemasan, atau sindiran (Burgoon, 2016:206). Bahasa nonverbal menyertai bahasa verbal dalam menyediakan informasi.

Penyediaan informasi dengan bahasa nonverbal juga berkaitan dengan pengulangan ekspresi dan serangkaian bahasa nonverbal dalam satu ungkapan tuturan verbal. Secara sosial, bahasa nonverbal ditentukan berdasarkan pada kapan dan bagaimana bentuk kebahasaan digunakan dan mekanisme verbal untuk membuat koherensi sebuah dialog (Burgoon, 2010:206). Selain itu, kata-kata dalam bahasa verbal memiliki makna ganda. Bahasa nonverbal juga memiliki persamaan dengan bahasa verbal, yaitu bermakna ganda. Burgoon (2016) menjelaskan kegandaan makna tidak hanya ditemukan pada bahasa verbal tetapi juga pada bahasa nonverbal. Polisemi bahasa nonverbal terlihat dari beberapa wujud bahasa nonverbal yang seringkali menunjukkan persamaan dalam konteks komunikasi. Maka dari itu, intepretasi polisemi memerlukan konteks kultural penutur dan mitra tutur ketika berinteraksi.

2.1.6.2 Bahasa Nonverbal dapat Mengekspresikan Emosi

Bahasa nonverbal yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur tidak hanya berfungsi untuk menyediakan sebuah informasi tetapi bahasa nonverbal juga merefleksikan emosi penutur dan mitra tutur. Emosi merupakan bagian dari manusia yang dapat menciptakan interaksi yang lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, ekspresi emosi melalui bahasa nonverbal dalam interaksi pembelajaran lebih menunjukkan bahasa nonverbal yang dapat memperkuat, melengkapi, bahkan mempertentangkan bahasa verbal. Ekspresi emosi dibedakan menjadi dua hal, yaitu pengalaman emosional dan ekspresi emosional. Pengalaman emosional adalah apa yang terjadi dalam pikiran dan tubuh kita; ekspresi emosional adalah apa yang

ditunjukkan kepada orang lain (Burgoon, 2016:288). Pengalaman emosional menggambarkan situasi dan keadaan seseorang yang ditampilkan saat berinteraksi. Ketika, penutur mengungkapkan tuturan verbal dengan mengeskpresikan senyuman berarti ekspresi tersebut memperkuat bukti bahwa penutur sedang dalam situasi positif. Ekspresi emosi adalah bagian eksternal, bagian dari emosi itu terjadi ketika seseorang mengkomunikasikan perasaan kepada orang lain, baik secara spontan atau strategis. Mayoritas ekspresi emosi bersifat spontan dan berbentuk nonverbal, yaitu ekspresi wajah (Burgoon, 2016). Fungsi Ekspresi emosi sebagai respon sosial dan relasi merujuk pada pengaruh situasi sosial penutur dan mitra tutur dalam lingkungan sosial tertentu, misalnya penutur dan mitra tutur dalam lingkungan pembelajaran lebih menonjolkan emosi positif untuk membangun keakraban. Dengan demikian, bahasa nonverbal mengeskpresikan emosi bertujuan untuk membangun komunikasi interpersonal antara penutur dan mitra tutur

2.1.6.3 Bahasa Nonverbal dapat Mengidentifikasi dan Mempresentasi Diri Setiap individu dalam suatu interaksi - peran, posisi atau bahkan kepribadian biasanya dikomunikasikan secara nonverbal. Meskipun peran spesifik dapat didefinisikan untuk peserta dalam interaksi, misalnya peran guru dan siswa mungkin jelas dalam pengaturan ruang kelas. (Muller, 2013:617). Pemberlakuan peran atau artinya disampaikan secara nonverbal. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa penggunaan bahasa nonverbal bukan hanya untuk membuat penyampaian lebih komunikatif melainkan membuat sebuah identitas dan presentasi diri. Presentasi diri adalah proses seseorang menggunakan komunikasi

nonverbal dan verbal untuk mengedepankan citra positif diri kita untuk konsumsi publik (Burgoon, 2016:263). Identifikasi dan presentasi diri diklasifikasi ke dalam dua bentuk, yaitu identifikasi diri berdasarkan jenis kelamin dan identifikasi berdasarkan usia.

2.1.6.4 Bahasa Nonverbal dapat Memanajemen Interaksi

Interaksi yang baik adalah interaksi yang terjadi secara bertatap muka dan sinyal pesan tersampaikan dengan baik dalam interaksi tersebut. Penyampaian pesan dalam interaksi adalah melalui bahasa nonverbal, seperti gestur, kontak mata, dan ekspresi wajah. Dalam proses interaksi, sebagian besar pesan tuturan diungkapkan melalui orientasi gerak tubuh, kontak mata, dan gestur (Muller, 2016:618). Manajemen interaksi dengan penggunaan bahasa nonverbal bertujuan untuk menciptakan interaksi yang baik dan berlangsung sesuai aturan, artinya penutur dan mitra tutur saling tukar gagasan, pikiran, pernyataan melalui interaksi. Penggunaan bahasa nonverbal mengikuti beberapa aturan interaksi, meliputi (1) mengawali interaksi merujuk pada wujud bahasa nonverbal sebagai sapaan antara penutur dan mitra tutur, dan (2) mengakhiri interaksi merujuk pada wujud bahasa nonverbal sebagai tanda berakhirnya suatu tuturan. Selain aturan tersebut, manajemen interaksi juga dilihat berdasarkan proses turn taking dalam interaksi. Proses tersebut lebih melihat sisi penutur dan mitra tutur sebagai pelaku interaksi, meliputi (1) perilaku dan sinyal penutur, (2) perilaku dan sinyal mitra tutur.

Dokumen terkait