• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan bahasa nonverbal dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa FKIP, Universitas Sanata Dharma: kajian etnopragmatik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan bahasa nonverbal dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa FKIP, Universitas Sanata Dharma: kajian etnopragmatik"

Copied!
366
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGGUNAAN BAHASA NONVERBAL DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA FKIP, UNIVERSITAS SANATA DHARMA: KAJIAN ETNOPRAGMATIK TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister. Oleh: STEFANUS CANDRA SAPUTRA NIM: 161232025. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO. DUC IN ALTUM (Luk 5:4). PERSEMBAHAN Saya persembahkan Tesis ini kepada Tuhan Tri Tunggal Mahakudus sebagai wujud syukur atas berkat melimpah, kelancaran, dan kekuatan. Saya persembahkan Tesis ini kepada keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Saputra, Stefanus Candra. 2020. “Penggunaan Bahasa Nonverbal dalam Interaksi Pembelajaran Antara Dosen dan Mahasiswa FKIP, Universitas Sanata Dharma: Kajian Etnopragmatik”. Tesis. Yogyakarta: Program Magister Pendidikan Bahasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Bahasa nonverbal merupakan fenomena interaksi yang signifikan menyertai bahkan mengganti bahasa verbal sebagai elemen nonkebahasaan dalam penyampaian makna pragmatik. Fenomena penggunaan bahasa nonverbal memiliki kekhasan sesuai dengan latar belakang kebudayaan. Bahasa nonverbal memiliki peran yang penting dalam membangun sebuah komunikasi interpersonal dalam interaksi pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan kajian etnopragmatik. Kajian etnopragmatik secara komprehensif mengungkap berbagai fenomena penggunaan bahasa nonverbal, meliputi (1) wujud bahasa nonverbal, (2) fungsi bahasa nonverbal, dan (3) makna pragmatik bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal diobservasi secara langsung dengan alat rekam sehingga mendapatkan data yang alamiah dan spontan. Penelitian ini menggunakan sumber data sebuah interaksi pembelajaran di dalam kelas antara dosen dan mahasiswa FKIP, Universitas Sanata Dharma. Langkah analisis data, meliputi (1) mentranskrip tuturan verbal, (2) memotong rekaman sesuai tuturan tersebut menjadi gambar, (3) mengelompokkan gambar dan tuturan verbal berdasarkan jenis wujud bahasa nonverbal, dan (4) mengintepretasi dan memaknai gambar bahasa nonverbal. Hasil penelitian memberikan tiga hal simpulan, meliputi (1) wujud bahasa nonverbal yang ditemukan merupakan wujud bahasa nonverbal dinamis dan wujud bahasa nonverbal statis. Bahasa nonverbal dinamis, yaitu gestur, ekspresi wajah, dan kontak mata. Bahasa nonverbal statis, yaitu postur fisik dan aksesoris. (2) Bahasa nonverbal berfungsi signifikan dalam menyediakan informasi, mengekspresikan emosi, mempresentasikan diri, dan manajemen suatu interaksi. (3) Makna pragmatik bahasa nonverbal dalam interaksi pembelajaran, meliputi makna pragmatik ‘menutupi maksud sebenarnya’, makna pragmatik ‘memberi respon’, makna pragmatik ‘mengatur cara’, makna pragmatik ‘prinsip kerja sama’, makna pragmatik ‘menekankan’, makna pragmatik ‘memperkaya’, makna pragmatik ‘mempengaruhi’ makna pragmatik ‘mewakili’, makna pragmatik ‘menyatakan’, makna pragmatik ‘mempertimbangkan’, makna pragmatik ‘memperhalus’, makna pragmatik ‘menjaga perasaan’, dan makna pragmatik ‘memelihara perasaan’. Bahasa nonverbal tidak hanya mempertegas maksud tetapi bahasa nonverbal mampu menentukan maksud. Bahasa nonverbal menentukan makna pragmatik ‘memperhalus’, makna pragmatik ‘menjaga perasaan’ dan makna pragmatik ‘memelihara perasaan’ diselidiki melalui kesantunan dan perspektif etnopragmatik.diperhitungkan perannya dalam membangun makna pragmatik dalam suatu interaksi pembelajaran. Kata kunci: Bahasa Nonverbal, Interaksi Pembelajaran, Etnopragmatik.. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Saputra, Stefanus Candra. 2020. “The Use of Nonverbal Languages in Learning Interaction between Lecturers and Students of FKIP, Sanata Dharma University: Ethnopragmatic Study”. Thesis. Yogyakarta: Master of Indonesian Language Education, The Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. Nonverbal language is a significant interaction phenomenon accompanying and even replacing verbal language as a non-linguistic element in the delivery of pragmatic meaning. The phenomenon of the use of nonverbal languages is unique in accordance with cultural background. Nonverbal language has an important role in building an interpersonal communication in learning interactions in class. This research is a qualitative research with ethnopragmatic study. Ethnopragmatic studies comprehensively reveal various phenomena of the use of nonverbal languages, including (1) the form of nonverbal languages, (2) the function of nonverbal languages, and (3) the pragmatic meaning of nonverbal languages. Nonverbal language is observed directly with the recording tool so as to get natural and spontaneous data. This study uses the data source of a learning interaction in the classroom between FKIP lecturers and students, Sanata Dharma University. The data analysis steps include (1) transcribing verbal speech, (2) cutting the recording according to the speech into images, (3) grouping verbal images and speech based on the type of nonverbal language form, and (4) interpreting and interpreting nonverbal language images. The results of the study provide three conclusions, including (1) the form of nonverbal language found is the form of dynamic nonverbal language and the form of static nonverbal language. Dynamic nonverbal language, namely gestures, facial expressions, and eye contact. Static nonverbal language, namely physical posture and accessories. (2) Nonverbal language functions significantly in providing information, expressing emotions, presenting oneself, and managing an interaction. (3) The pragmatic meaning of nonverbal language in learning interactions, includes the pragmatic meaning of 'covering up the real intention', the pragmatic meaning of 'responding', the pragmatic meaning of 'regulating means', the pragmatic meaning of 'the principle of cooperation', the pragmatic meaning of 'emphasizing', the pragmatic meaning 'enriching', pragmatic meaning 'influences' pragmatic meaning 'represents', pragmatic meaning 'states', pragmatic meaning 'considers', pragmatic meaning 'refines', pragmatic meaning 'preserves feelings', and pragmatic meaning 'preserves feelings'. Nonverbal languages not only reinforce intentions but nonverbal languages are able to determine intent. Nonverbal language determines the pragmatic meaning of 'smoothing', the pragmatic meaning of 'guarding feelings' and the pragmatic meaning of 'nurturing feelings' is investigated through politeness and ethnopragmatic perspective. Its role is taken into account in constructing pragmatic meaning in a learning interaction. Keywords: Nonverbal Language, Learning Interaction, Ethnopragmatic.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Tri Tunggal Mahakudus karena berkat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Penggunaan Bahasa Nonverbal dalam Interaksi Pembelajaran antara Dosen dan Mahasiswa FKIP, Universitas Sanata Dharma: Kajian Etnopragmatik”. Penulis yakin tangan Tuhan merenda dalam proses perjuangan penulis menyelesaikan tesis sehingga penyusunan tesis berjalan lancar mulai dari penentuan topik, seminar proposal, pengumpulan data, analisis data, dan pelaporan hasil penelitian. Penyelesaian tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh penulis untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan dari Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa perjuangan dalam berproses penyelesaian tesis tidak lepas dari dorongan dan dukungan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sebagai berikut. 1.. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan FKIP, USD, Yogyakarta yang telah mendukung penulis hingga pada proses akhir perjuangan di Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.. 2.. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Program Magister PBSI, FKIP, USD, yang telah mendorong, memotivasi, dan memberikan kata-kata bijak kepada penulis dalam berproses di Program Magister. Beliau sekaligus sebagai pembimbing II yang dengan semangat, perhatian, kesabaran, dan ketelitian membimbing penulis dalam proses penyelesaian tesis. Beliau memberikan berbagai masukan berharga baik secara akademis maupun kehidupan.. 3.. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku pembimbing I yang mendorong penulis untuk meneliti topik baru dalam bidang kebahasaan. Beliau menjadi inspirasi penulis untuk berani melakukan penelitian dengan topik baru. Dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian, beliau membimbing penulis untuk menyelesaikan tesis. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.. Semua dosen prodi baik S-1 maupun S-2 yang telah memberikan dukungan selama berproses dalam program S-1 dan S-2 PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. 5.. Nicolaus Widiastoro yang dengan penuh perhatian telah berjasa pada penulis membantu segala proses administrasi mulai dari proses perizinan ke tiap program studi FKIP, Universitas Sanata Dharma, proses perizinan triangulator, dan semua proses administrasi selama penulis berproses kuliah di program Magister PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.. 6.. Para ketua program studi S-1, yaitu prodi PGSD, prodi Pend. Matematika, prodi Pend. Sejarah, prodi Pend. Ekonomi, prodi, Pend. Akuntansi, prodi Pend. Fisika, prodi Pend. Biologi, prodi IPPAK, dan prodi PBSI di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma dengan penuh perhatian membantu penulis dengan mengizinkan penulis mengumpulkan data di tiap kelas sesuai saran dan anjuran.. 7.. Para dosen program studi S-1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang secara langsung mengizinkan penulis untuk proses perekaman di kelas.. 8.. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku triangulator hasil analisis penelitian. Beliau memberikan penilaian, komentar, dan saran yang membangun hasil analisis penelitian.. 9.. Orang tua dan keluarga, Yosep Parto Sutijo, Melania Mia Kristani, Fredericus Tri Widodo, Florentina Menik Prastiwi, Maria Nike Prasetyo, Lorensia Dwi Mawarti, Aurelia Triana Larasati, Hilarius Nanda Wibisana. Mereka adalah pendukung utama penulis yang selalu memberikan dukungan cinta dan kasih sayang sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian.. 10. Beberapa rekan-rekan S-1 PBSI, FKIP, USD, yakni Cosmas Krisna, Insep Pitomo, Aluisius Titus, Yolenta Elsa Ambon, yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis dalam proses penyusunan tesis serta memberikan dukungan. 11. Semua teman-teman program studi S-2 PBSI, FKIP, USD mulai angkatan 2016 sampai dengan angkatan 2019 yang telah menjalin persahabatan dan keluarga yang baik dengan penulis. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penelitian dari awal hingga akhir proses penyusunan. Penulis menyadari bahwa tesis ini sepenuhnya belum sempurna. Penulis dengan terbuka menerima segala kritikan dan saran yang membangun untuk tesis ini. Penulis berharap tesis ini menjadi salah satu alternatif ide ilmiah untuk melakukan penelitian baru mendatang. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.. Penulis. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO ................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ASBTRACT ......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................10 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................11 1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................11 1.5 Batasan Istilah ..................................................................................................13. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.6 Sistematika Penyajian ......................................................................................15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................17 2.1 Kajian Teori .....................................................................................................17 2.1.1 Perspektif Pragmatik pada Penggunaan Bahasa Nonverbal..........................17 2.1.2 Sudut Pandang Etnografi terhadap Pengguna Bahasa Nonverbal.................21 2.1.3 Etnopragmatik Paradigma Keilmuan Baru ...................................................25 2.1.4 Komunikasi Interpersonal melalui Bahasa Nonverbal ..................................27 2.1.5 Penggunaan Bahasa Nonverbal dalam Interaksi Pembelajaran ....................31 2.1.5.1 Bahasa Nonverbal Dinamis ........................................................................34 2.1.5.2 Bahasa Nonverbal Statis ............................................................................40 2.1.6 Fungsi Bahasa Nonverbal dalam Komunikasi ..............................................43 2.1.6.1 Bahasa Nonverbal dapat Menyediakan Informasi .....................................43 2.1.6.2 Bahasa Nonverbal dapat Mengekspresikan Emosi ....................................45 2.1.6.3 Bahasa Nonverbal dapat Mengidentifikasi dan Mempresentasi Diri .........46 2.1.6.4 Bahasa Nonverbal dapat Memanajemen Interaksi .....................................47 2.1.7 Konteks dalam Penggunaan Bahasa Nonverbal............................................48 2.1.8 Peran Kompetensi Nonverbal dalam Komunikasi ........................................49 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................................50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................53 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................53. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3.2 Sumber Data dan Data .....................................................................................55 3.3 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................57 3.4 Instrumen Penelitian.........................................................................................60 3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................61 3.6 Triangulasi........................................................................................................64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................67 4.1 Deskripsi Data ..................................................................................................67 4.2 Hasil Penelitian ................................................................................................70 4.2.1 Wujud Bahasa Nonverbal .............................................................................70 4.2.1.1 Wujud Bahasa Nonverbal Dinamis ............................................................71 4.2.1.1.1 Gestur ......................................................................................................71 4.2.1.1.2 Ekspresi Wajah......................................................................................138 4.2.1.1.3 Kontak Mata ..........................................................................................154 4.2.1.2 Wujud Bahasa Nonverbal Statis...............................................................165 4.2.1.2.1 Postur Fisik ...........................................................................................165 4.2.1.2.2 Penggunaan Aksesoris ..........................................................................172 4.2.1.2.3 Pakaian Formal......................................................................................172 4.2.2 Fungsi Bahasa Nonverbal ...........................................................................176 4.2.2.1 Bahasa Nonverbal dapat Menyediakan Informasi ...................................177 4.2.2.2 Bahasa Nonverbal dapat Mengekspresikan Emosi ..................................187. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.2.2.3 Bahasa Nonverbal dapat Mengidentifikasi dan Mempresentasi Diri .......192 4.2.2.4 Bahasa Nonverbal dapat Memanajemen Interaksi ...................................196 4.2.3 Makna Pragmatik Bahasa Nonverbal dalam Komunikasi ..........................205 4.2.3.1 Makna Pragmatik ‘Menutupi Maksud Sebenarnya’ ................................206 4.2.3.2 Makna Pragmatik ‘Memberi Respon’ ......................................................209 4.2.3.3 Makna Pragmatik ‘Mengatur Cara’ .........................................................212 4.2.3.4 Makna Pragmatik ‘Prinsip Kerja Sama’ ..................................................214 4.2.3.5 Makna Pragmatik ‘Menekankan’ .............................................................223 4.2.3.6 Makna Pragmatik ‘Memperkaya’ ............................................................225 4.2.3.7 Makna Pragmatik ‘Mempengaruhi’ .........................................................228 4.3.2.8 Makna Pragmatik ‘Mewakili’ ..................................................................229 4.3.2.9 Makna Pragmatik ‘Menyatakan’ ..............................................................231 4.3.2.10 Makna Pragmatik ‘Mempertimbangkan’ ...............................................229 4.3.2.11 Makna Pragmatik ‘Memperhalus’ .........................................................232 4.3.2.12 Makna Pragmatik ‘Menghargai’ ............................................................239 4.3.2.13 Makna Pragmatik ‘Menjaga Perasaan’ ..................................................243 4.3.2.14 Makna Pragmatik ‘Memelihara Perasaan’ .............................................246 4.3 Pembahasan ....................................................................................................251 4.3.1 Wujud Bahasa Nonverbal ...........................................................................252 4.3.2 Fungsi Bahasa Nonverbal ...........................................................................254. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.3.3 Makna Pragmatik Bahasa Nonverbal ..........................................................260 BAB V PENUTUP ..............................................................................................263 5.1 Simpulan ........................................................................................................263 5.2 Saran ...............................................................................................................267 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................269 LAMPIRAN ........................................................................................................274 BIODATA PENULIS .........................................................................................348. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Rencana Penelitian .................................................................................63 Tabel 4.1 Wujud Bahasa Nonverbal ......................................................................69 Tabel 4.2 Intepretasi Data Penelitian .....................................................................70. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Proses Gerakan Tangan berdasarkan Properti Linguistik ....................36 Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian ...............................................................52 Gambar 3. Kerangka Penggunaan Teknik Pengumpulan Data ..............................60. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan enam hal, yaitu (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) sistematika penyajian, dan (6) batasan istilah. Keenam hal tersebut dipaparkan sebagai berikut ini.. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa nonverbal dalam dunia pendidikan khususnya interaksi pembelajaran berpengaruh terhadap penegasan maksud komunikasi. Maksud komunikasi dalam merujuk pada makna pragmatis dari penutur dan/atau mitra tutur. Makna pragmatik muncul melalui suatu percakapan antara penutur dan mitra tutur. Komunikasi nonverbal membantu penutur untuk menekankan makna pragmatik secara eksplisit dan juga untuk menerapkan beberapa asumsi di dalam pikiran lawan bicara (Kaluska, 2013:218). Asumsi pikiran tersebut tentu berwujud bahasa nonverbal yang menyertai bahasa verbal lisan. Komunikasi yang disertai bahasa nonverbal dapat dilihat melalui gerakan anggota tubuh, gerakan kepala, gerakan wajah, kontak mata, bahkan hingga model suatu pakaian (Barry, 2011:2). Komunikasi nonverbal dalam dunia pendidikan dapat dilihat melalui interaksi pengajar dengan peserta didik. Interaksi tersebut menampilkan berbagai bentuk komunikasi nonverbal melalui bahasa tubuh (gestur), ekspresi wajah, dan sebagainya (Wang, 2009:155). Bahasa tubuh (gestur) dan ekspresi wajah menjadi ciri utama komunikasi nonverbal digunakan untuk berkomunikasi.. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Seorang pengajar biasanya menggunakan gestur, ekspresi wajah untuk memberikan penekanan makna pragmatik dari tiap penjelasan yang disampaikan kepada peserta didik. Misalnya, pengajar menggunakan ekspresi wajah, seperti kontak mata yang tajam. Kontak mata dapat diartikan bahwa pengajar memang benar-benar memperhatikan peserta didiknya secara personal dan intim, pengajar juga seperti ingin mengajak peserta didik untuk berinteraksi, dan pengajar mendorong peserta didik untuk berkontribusi dalam menyampaikan gagasan (Zeki, 2009:1444). Penggunaan bahasa nonverbal tentu saja semakin berperan menentukkan makna pragmatik pengajar dalam menyampaikan materi ajar kepada peserta didik. Komunikasi face to face merupakan fenomena kebahasaan yang mengonstruksi maksud dengan berbagai strategi komunikasi. Strategi komunikasi tentu berkaitan dengan topik, cara, dan alasan topik tersebut disampaikan (Pranowo, 2012). Ketika berkomunikasi, peneliti masih menemukan topik-topik pembicaraan yang kabur atau topik tersebut tumpang tindih satu sama lain. Oleh karena itu, maksud tidak tersampaikan dengan baik karena topik komunikasi tidak diketahui. Cara menyampaikan topik komunikasi juga tidak terterima dengan baik. Seorang penutur masih gagal dalam menyampaikan suatu topik komunikasi dengan berbagai penyebab yang melatarbelakangi hal tersebut. Penutur kadang mempertimbangkan penyampaian topik komunikasi karena kesulitan dalam pemilihan diksi yang tepat dalam bertutur. Kesulitan tersebut menghambat tuturan verbal yang hendak disampaikan kepada mitra tutur. Penutur sebenarnya sudah mempunyai topik tetapi masih tidak diungkapkan karena mempertimbangkan berbagai konteks seperti.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. kultur dan situasi mitra tutur. Fenomena tersebut mengakibatkan penutur tidak menyampaikan topik pembicaraan secara langsung. Topik semakin kabur karena maksud yang hendak disampaikan tidak dikatakan. Jika melihat kembali maksim Grice bahwa seorang penutur berkomunikasi menyampaikan informasi secukupnya saja (prinsip kuantitas), fenomena tersebut tentu sudah melanggar maksim tersebut. Sebuah tuturan di atas merupakan kebiasaan pemakaian kebahasaan dengan mempertimbangkan konteks kultur dan situasi. Jika melihat kembali tentang strategi komunikasi, cara penyampaian perlu diperhatikan baik oleh penutur maupun mitra tutur. Cara penyampaian yang menjadi alternatif adalah penggunaan bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal menjadi elemen yang berguna untuk menentukkan maksud dalam suatu topik pembicaraan. Pesan-pesan nonverbal memperkuat apa yang disampaikan secara verbal (Liliweri, 2009:176). Komunikasi melalui bahasa nonverbal menjadi kompetensi komunikasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan tentu saja menentukan maksud dalam komunikasi tersebut. Dalam situasi di kelas, pengajar sedang berinteraksi dengan peserta didik melalui diskusi. Pengajar memberikan penekanan tertentu dengan gerakan tangan. Pengajar menunjukkan dua jempol tangan ke arah peserta didik disertai ucapan “tanggapan bagus”. Gestur terserbut berfungsi untuk memberikan sanjungan terhadap peserta didik. Sanjungan melalui tuturan verbal disertai dengan bahasa nonverbal semakin menguatkan sebuah maksud dari komunikasi. Contoh tersebut memberikan gambaran bahwa gerakan jempol memperkuat bahasa verbal. Sebenarnya ungkapan verbal sudah dapat terterima dengan baik. Bahasa nonverbal mengonstruksi maksud yang sama dengan.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. maksud verbal dan juga melengkapi atau semakin memberikan kejelasan maksud (Gregersen, 2010:56). Komunikasi dengan penggunaan bahasa nonverbal menciptakan komunikasi yang lebih efektif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dapat dipahami oleh mitra tutur. Komunikasi tentu mengekspresikan suatu pikiran, gagasan, perasaan, pengetahuan, keterampilan. Komunikasi tersebut merupakan kombinasi antara bahasa verbal dan bahasa nonverbal (Bunglowala, 2015:371). Dalam proses komunikasi selain penutur mengekspresikan sesuatu juga menyampaikan suatu maksud tertentu. Pengidentifikasian sebuah maksud dapat ditelusuri melalui penggunaan elemen bahasa nonverbal sesuai dengan konteks (Deda, 2013:63). Maka dari itu, komunikasi dengan penggunaan elemen bahasa nonverbal, yaitu penggunaan gestur, postur dapat menciptakan suatu komunikasi yang lebih efektif. Fenomena tuturan dosen dengan mahasiswa dalam membahas suatu topik presentasi. Dosen memberikan paparan penjelasan kemudian disela penjelasan, dosen memberikan suatu sudut pandang yang berasal dari pengalamannya, “Saya tidak tahu dengan hal seperti itu, (“tangan menopang dagu, kemudian kepala menggeleng”). Sejak dulu saya tidak pernah tertarik dengan penderitaan seperti itu (“mahasiswa tertawa”), (“tangan menopang dagu, mata memandang para mahasiswa disertai ekpresi senyuman”) ngeres rasanya begitu ya, menyiksa batin saya kalau belajar bahasa isyarat.” Tuturan verbal yang disertai ekspresi senyum dan kontak mata yang ditunjukkan langsung kepada mitra tutur menciptakan kesan yang baik terutama dalam interaksi pembelajaran..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa tersebut menjadi efektif. Efektif karena informasi dan maksud terterima dengan baik oleh mitra tutur. Baik pengajar seperti dosen maupun peserta didik seperti mahasiswa perlu untuk memahami penggunaan bahasa nonverbal. Pengajar sering mengeluh tentang kedisiplinan, kurangnya perhatian, dan motivasi, serta banyak masalah lainnya, banyak diantaranya mengarah pada gangguan komunikasi antara guru dan siswa atau antarsiswa itu sendiri. Guru sering lupa atau meremehkan pentingnya komunikasi nonverbal dalam kinerja mereka sendiri dan siswa mereka (Ledbury et al., 2004 dalam Zeki, 2009:1443). Pengajar tidak terlalu memperhatikan fungsi bahasa nonverbal sehingga pengajar kurang memahami maksud yang disampaikan oleh peserta didik. Komunikasi yang perlu dibangun antara pengajar dan peserta didik adalah komunikasi yang interpersonal. Komunikasi interpersonal tidak hanya menganggap komunikasi sebagai media untuk menyalurkan informasi, tetapi komunikasi yang memperhatikan mitra tuturnya, menjaga hubungan keakraban, dan mengelola suatu relasi (Beebe, 2009). Komunikasi yang efektif dapat dikatakan sebagai komunikasi yang interpersonal karena ada suatu hubungan yang terus dibangun supaya lebih baik dan lebih dekat. Penggunaan bahasa nonverbal tidak hanya memberikan penekanan-penekanan yang memudahkan penyampaian maksud. Penggunaan bahasa nonverbal mampu membangun komunikasi interpersonal antara dosen sebagai pengajar dan mahasiswa sebagai peserta didik. Bahasa nonverbal belum banyak menjadi sorotan kajian para linguis dan para pengajar. Kajian yang banyak menjadi sorotan seorang linguis adalah bahasa verbal. Bahasa verbal meliputi verbal lisan dan verbal tulisan. Kedua jenis tersebut.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. adalah fokus dari ilmu linguistik. Namun, McGraw mengungkapkan bahwa 93% komponen komunikasi adalah bahasa nonverbal (Lappako, 2007:1). Komunikasi face to face diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu bentuk verbal dan nonverbal. Menurut Larry A. Samovar, komunikasi interpersonal face to face mengandung maksud verbal hanya 35% dan sisanya maksud ditentukan melalui bahasa nonverbal (Wang, 2009:155). Penelitian lain (Leathers, 1992; Miller, 2005b) menyebutkan bahwa 93% komunikasi face to face adalah nonverbal (Barry, 2011:2). Selain itu, seorang peneliti Albert Mehrabian menemukan bahwa komunikasi efektif, meliputi verbal (kata - 7%), vokal (intonasi, nada, dan bunyi – 38%), dan visual (gestur, postur – 55%) (Yammiyavar, 2008:32). Meskipun bahasa nonverbal banyak diselidiki dan dikaji oleh para ahli komunikasi, para linguis juga dapat memberikan kajian lain berkaitan dengan penggunaan bahasa nonverbal dan suatu komunikasi lisan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa suatu komunikasi lebih banyak diungkapkan melalui bahasa nonverbal. Maka dari itu, pernyataan 93% penggunaan bahasa nonverbal dalam suatu komunikasi perlu dikaji dengan menggunakan perspektif ilmu linguistik, yaitu perspektif etnopragmatik. Perspektif memberi sudut pandang baru dalam mengkaji bahasa nonverbal berdasarkan etnis dan maksud. Hasil-hasil penelitian tersebut memberikan suatu peluang terhadap bidang kebahasaan untuk mengungkap fenonema bahasa nonverbal melalui perspektif yang berbeda. Perspektif kebahasan yang dapat digunakan dalam mengungkap bahasa nonverbal dapat menggunakan perspektif pragmatik dan perspektif etnolinguistik..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Kajian pragmatik sebagai kajian tepat untuk mengungkapkan fungsi bahasa nonverbal. Banyak orang masih tidak memperhatikan fakta bahwa komunikasi verbal, bahasa nonverbal seperti gestur juga berpotensi mengandung sebuah pesan (Bunglowala, 2015:371). Pesan tersebut banyak mengandung maksud. Kompetensi pragmatik mengacu pada kemampuan untuk memahami, membangun, dan menyampaikan makna yang akurat dan sesuai untuk situasi sosial dan budaya di mana komunikasi terjadi (Deda, 2013:67). Pragmatik tepat digunakan untuk mengungkapkan fungsi bahasa nonverbal. Komunikasi sering menyampaikan sebuah maksud menggunakan elemen verbal yang didukung dengan elemen nonverbal. Kedua elemen itulah yang menentukkan maksud yang ingin disampaikan melalui komunikasi. Canale (1983:4) mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran dan negosiasi informasi antara minimal dua individu melalui penggunaan bahasa verbal dan simbol nonverbal (Kaluska, 2013:21). Penggunaan bahasa verbal dan nonverbal tentu menjadi kemampuan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari komunikasi. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Widdowson yang mengatakan bahwa kompetensi komunikasi merupakan kemampuan untuk menempatkan bahasa terhadap tujuan komunikasi (Deda, 2013:66). Kajian etnolinguistik sebagai kajian yang memandang lebih spesifik terhadap penggunaan bahasa nonverbal oleh penutur dan mitra tutur dengan konteks latar belakang sosial dan budaya. Pemakaian bahasa tentu berbeda antara bahasa yang satu dengan yang lain. Hipotesis Sapir-Whorf mengatakan bahwa suatu budaya mempengaruhi bahasanya. Budaya yang melekat dan menjadi pribadi manusia.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. menimbulkan keragaman bahasa dan kebiasaan penggunaan bahasa. Cakupan kajian etnolinguistik melingkupi hubungan antara bahasa dan budaya, tindakan komunikatif, dan model kognitif pikiran dan bahasa (Riley, 2007:11). Etnolinguistik berfokus pada kebahasaan sebagai alat komunikasi penutur dan mitra tutur. dengan. berlatar. belakang. budayanya.. Etnolinguistik. berusaha. mendeskripsikan dan memahami peran bahasa dalam sebuah anggota kelompok tertentu. Pesan-pesan verbal dan pesan-pesan nonverbal digunakan oleh setiap orang atau kelompok orang dalam masyarakat berbudaya (Liliweri, 2009:185). Misalnya seorang mahasiswa memberikan gelengan dan anggukan kepala ketika menyimak suatu penjelasan dosen atau seorang mahasiswa sedang menunjuk menggunakan jempol yang melambangkan kesantunan terhadap seorang dosen. Fenomena bahasa nonverbal tersebut, tentu mencirikan latar belakang budaya tertentu baik penutur maupun mitra tutur. Berkaitan dengan pesan nonverbal, seperti pernyataan tersebut, seorang dosen dan mahasiswa memiliki karakteristik yang berbeda dalam penggunaan bahasa nonverbal. Identifikasi budaya lebih difokuskan sebagai konteks interaksi pembelajaran yang terjadi antara penutur dan mitra tutur. Konteks tersebut menggambarkan situasi aktual interaksi berlangsung, artinya penutur dan mitra tutur sebagai kelompok sosial terpengaruhi latar belakang budaya Jawa. Kelompok sosial tersebut menampilkan bahasa nonverbal sesuai dengan konteks kebudayaan Jawa yang notabene kebudayaan Jawa tersebut melingkupi kehidupan sehari-hari penutur dan mitra tutur. Penggunaan bahasa nonverbal yang menjadi lingkup area perspektif etnolinguistik. Perspektif pragmatik dan perspektif etnolinguistik menjadi kajian.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. interdisipliner dalam penelitian ini. Kajian etnopragmatik secara khusus mengkaji penggunaan bahasa nonverbal dengan latar belakang sosial budaya. Kajian tersebut secara spesifik memandang penggunaan bahasa nonverbal pada penutur dan mitra tutur yang memiliki latar belakang budaya Jawa. Penutur dan mitra tutur, yaitu antara dosen dan mahasiswa adalah kelompok sosial di lingkungan Fakultas Pendidikan dan Keguruan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Latar belakang kebudayaan Jawa khususnya D.I. Yogyakarta menjadi konteks interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa. Maka dari itu, penelitian ini tetap fokus memandang secara komprehensif penggunaan bahasa nonverbal berkonteks kebudayaan Jawa. Pengaruh fungsi bahasa nonverbal menjadi elemen yang penting dalam menentukan maksud komunikasi.. Menurut Larry A. Samovar, komunikasi. nonverbal melibatkan semua rangsangan nonverbal dalam setting komunikasi yang memiliki nilai pesan potensial untuk sumber atau penerima (Wang, 2009:155). Nilai pesan yang potensial merupakan maksud yang disampaikan melalui penggunaan bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal mempengaruhi komunikasi sehingga turut menentukan maksud pula dari komunikasi tersebut. Pengajar seperti dosen ketika berkomunikasi dengan peserta didik menggunakan gestur tangan dan kontak mata supaya pesan tersampaikan dengan baik. Pengajar menggunakan kontak mata untuk melihat karakteristik dari tiap peserta didiknya atau pengajar menggunakan gerakan tangan untuk memberikan penegasan supaya diperhatikan dengan baik oleh peserta didik. Jika komunikasi nonverbal pengajar itu jelas dan hidup akan sangat membantu pemahaman peserta didik atas pengetahuan di kelas.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. dan juga lebih mudah bagi siswa untuk mengingat pengetahuan (Bunglowala, 2015:372). Fungsi bahasa nonverbal dalam komunikasi pengajar akan berpengaruh penting untuk menentukan maksud komunikasi. Miller (1998) menyatakan guru atau pengajar harus menyadari komunikasi nonverbal karena dua alasan mendasar, yaitu (1) guru menjadi penerima pesan siswa yang lebih baik dan (2) guru mampu mengirim sinyal positif terhadap peserta didik yang memperkuat pembelajaran dan saat bersamaan guru juga menjadi lebih mahir dalam menghindari sinyal negatif yang menghambat pembelajaran. (Bunglowala, 2015:372-373). Penelitian ini merupakan kajian yang menyelidiki tentang penggunaan bahasa nonverbal, meliputi. wujud,. fungsi,. dan. maksud. dengan. menggunakan. perspektif. etnopragmatik. Secara menyeluruh, hasil penelitian menjadi kajian yang membenarkan bahwa penggunaan bahasa nonverbal lebih signifikan digunakan daripada bahasa verbal. Maka dari itu, perspektif etnopragmatik menjadi wadah besar sebuah kajian tentang peran bahasa nonverbal dalam menentukan maksud.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah utama penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan bahasa nonverbal dalam pembelajaran antara dosen dan mahasiswa, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?” Atas dasar rumusan masalah tersebut dapat disusun submasalah sebagai berikut ini. 1. Wujud bahasa nonverbal apa sajakah yang ditemukan dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa, FKIP, Universitas Sanata Dharma?.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. 2. Fungsi bahasa nonverbal apa sajakah yang digunakan dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa, FKIP, Universitas Sanata Dharma? 3. Makna pragmatik bahasa nonverbal apa sajakah yang menyertai bahasa verbal dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa beretnis Jawa, FKIP, Universitas Sanata Dharma?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuna penelitian dirumuskan berdasarkan rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut ini. 1. Mendeskrispsikan wujud bahasa nonverbal yang ditemukan dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa, FKIP, Universitas Sanata Dharma. 2. Mendeskrispsikan fungsi bahasa nonverbal yang digunakan dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa, FKIP, Universitas Sanata Dharma. 3. Mendeskrispsikan makna pragmatik bahasa nonverbal yang menyertai bahasa verbal dalam interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa, FKIP, Universitas Sanata Dharma.. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Adapun, uraian kedua manfaat tersebut sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Beberapa manfaat teoretis dari hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut ini..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pustaka mengenai fenomena bahasa nonverbal dalam komunikasi sebagai fenomena kebahasaan. Meskipun bahasa nonverbal merupakan elemen nonlinguistik, bahasa nonverbal dapat menjadi elemen yang berperan penting dalam kebahasaan tentu dengan perspektif keilmuan bahasa yang sesuai dan tepat. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kemajuan ilmu dalam bidang linguistik terutama ilmu pragmatik. Ilmu pragmatik dipandang dan diyakini ilmu kebahasaan yang ekstralingual, artinya ranah-ranah di luar linguistik, ilmu pragmatik mampu menjadi wadah keilmuan untuk ranah luar linguistik, seperti bahasa nonverbal. c. Hasil penelitian tentang bahasa nonverbal dapat memberikan gagasan baru bahwa bahasa nonverbal termasuk objek kajian yang dapat dikaji melalui khazanah linguistik khususnya ilmu etnopragmatik. Etnopragmatik adalah ilmu interdisipliner yang mampu memaknai bahasa nonverbal sebagai elemen komunikasi yang mengandung makna pragmatik bernuansa latar belakang budaya.. 2. Manfaat Praktis Beberapa manfaat praktis dari hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut ini. a. Hasil penelitian ini dapat menjadi ancangan untuk diterapkan ke dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan komunikasi. Pendekatan pembelajaran yang komunikatif tidak melulu bertumpu pada kualitas materi pembelajaran. Proses interaksi pembelajaran berperan penting dalam.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. membangun habitus keakraban antara pengajar dan peserta didik. Penggunaan bahasa nonverbal hadir sebagai elemen yang mampu membangun habitus tersebut. b. Hasil penelitan ini dapat menjadi alternatif cara untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan bahasa Indonesia yang berperan dalam interaksi adalah keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Kemahiran keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara bukan hanya diukur berdasarkan pengetahuan melainkan kemahiran tersebut dapat ditingkatkan dengan melihat secara menyeluruh melalui bahasa nonverbal yang terkait dengan psikomotorik dan afeksi. c. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan bagi peneliti lain untuk merancang sebuah penelitian lain yang dapat dielaborasikan pada penelitian dengan perspektif ilmu lain dan/atau perspektif pendidikan. Bahasa nonverbal tentu tidak berhenti pada perspektif keilmuan tertentu. Penelitian lain perlu menambah khazanah baru dengan ilmu terapan lainnya, seperti pragmasemantik, ekopragmatik, pragmatik antarbahasa, dan masih banyak ilmu terapan lainnya.. 1.5 Batasan Istilah Ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh beberapa istilah. Paparan istilah pada subbab ini bertujuan supaya penelitian ini fokus dalam memaparkan hasil dan pembahasan yang lebih jelas dan lebih dalam. Adapun, batasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut ini..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. 1. Pragmatik merupakan perspektif ilmu bahasa yang mengkaji hubungan antara bahasa dan konteks. Perspektif pragmatik bertujuan untuk menjelaskan fenomena penggunaan bahasa yang digunakan dengan konteks secara kontekstual menentukan makna pragmatik. 2. Etnopragmatik merupakan perspektif keilmuan interdisipliner yang mengkaji praktik-praktik bicara yang dilakukan baik oleh penutur dan mitra tutur. Praktik bicara tersebut tidak dapat terpisahkan dengan nilai-nilai adat, kepercayaan dan sikap, kategori sosial, emosi. 3. Etnografi merupakan perspektif keilmuan yang fokus terhadap keunggulan penutur dan mitra tutur dalam menjelaskan kompetensi atau pengetahuan tentang suatu budaya tertentu, asumsi-asumsi yang tidak tertulis yang menentukan intepretasi terhadap pengalaman tertentu. 4. Komunikasi merupakan pertukaran gagasan dan informasi antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi seringkali penutur mengirim pesan komunikasi dan orang yang menerima pesan tersebut adalah mitra tutur atau penerima. 5. Kelompok sosial yang signifikan didefinisikan sebagai sejumlah faktor kelas, komitmen politik, pekerjaan, etnis, asal daerah, preferensi agama, usia, dan jenis kelamin serta tempat tinggal. Kelompok sosial ditunjukkan kepada dosen dan mahasiswa dalam konteks interaksi pembelajaran di lingkungan spesifik. 6. Bahasa nonverbal merupakan proses seseorang dalam membangun maksud di pikiran yang disampaikan kepada orang lain dengan tanda-tanda maksud nonlinguistik, seperti ekspresi wajah, gestur, dan bahasa tubuh lainnya..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. 7. Konteks merupakan lingkungan fisik terjadi interaksi antara penutur dan mitra tutur. Konteks menjadi lingkungan yang menggambarkan tempat dan waktu interkasi berlangsung. 8. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang. Kompetensi tergantung pada pengetahuan dan kemampuan untuk digunakan.. 1.6 Sistematika Penyajian Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang mempaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang memaparkan dua pokok uraian, meliputi 1) kajian teori yang relevan, dan 2) kerangka berpikir. Kajian teori yang relevan, yaitu teori-teori yang berkaitan dengan fokus kajian dalam penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian ini terkait dengan alur kerangka penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Bab III berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab tersebut akan memaparkan tentang pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab tersebut memaparkan mengenai deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Bagian deskripsi data merupakan paparan data-data yang dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian. Bagian analisis data adalah paparan hasil analisis data tentang bahasa nonverbal dalam sebuah komunikasi. Bagian pembahasan membicarakan temuan hasil penelitian dengan mengaitkan teori yang relevan.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. dengan topik. Bab V adalah bagian penutup. Bab tersebut memaparkan simpulan secara keseluruhan. Selain itu, pada bab ini juga dipaparkan tentang keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.. Ikhtisar Penelitian berfokus pada penggunaan bahasa nonverbal pada interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa yang berlatar belakang budaya Jawa. Bahasa nonverbal menjadi elemen nonlinguistik yang berpengaruh terhadap penyampaian maksud dalam suatu interaksi. Peneliti meyakini bahwa bahasa nonverbal mengiringi dan/atau mengganti bahasa verbal dalam penyampaian sebuah maksud interaksi. Latar belakang budaya Jawa dipilih dikarenakan budaya tersebut diyakini memiliki kekhasan bahasa nonverbal. Dosen dan mahasiswa sebagai penutur dan mitra tutur terpengaruh konteks spesifik kebudayaan Jawa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan perspektif etnopragmatik untuk mengungkapkan maksud khas bahasa nonverbal dari penutur dan mitra tutur. Penelitian ini berfokus pula pada tiga hal penting terkait bahasa nonverbal, meliputi wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal, dan makna pragmatik bahasa nonverbal..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang melandasi penelitian ini. Teori-teori tersebut dikolaborasikan dengan penelitian-penelitian yang relevan. Teori-teori tersebut, meliputi (1) Pragmatik, (2) Etnografi, (3) Etnopragmatik, (4) Komunikasi Interpersonal, (5) Bahasa Nonverbal, (6) Fungsi Bahasa Nonverbal, (7) Konteks, dan (8) Kompetensi, serta Kerangka Berpikir.. 2.1 Kajian Teori Penelitian menggunakan beberapa kajian teori yang relevan, meliputi pragmatik, etnografi, etnopragmatik, komunikasi, bahasa nonverbal, dan konteks. Kajian teori tersebut menjadi fokus untuk digunakan dalam penelitian ini. Kemudian hasil penelitian dan pembahasan juga mengaitkan dengan kajian teori tersebut sehingga relevan dengan topik.. 2.1.1. Perspektif Pragmatik pada Penggunaan Bahasa Nonverbal Seringkali tuturan dalam komunikasi tidak hanya disampaikan melalui cara. verbal saja. Kebiasaan menyampaikan maksud dengan cara lain tentu perlu diperhatikan terutama oleh penerima/mitra tutur sehingga maksud atau pesan tertentu dapat dipahami dengan baik. Wharton (2009:1) mengungkapkan seseorang melalui tingkah lakunya mengucapkan sebuah kalimat dengan diwarnai atau diberi berbagai gerakan alami, gerak tubuh dan wajah yang menunjukkan keadaan internal, sikap, informasi, bahkan emosi atau perasaan.. 17.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. Pengucapan ujaran tersebut perlu menjadi perhatian supaya orang yang mendengar ujaran tersebut memahami maksudnya. Pengucapan ujaran tentu tidak hanya sekadar diungkapkan secara langsung verbal tetapi ada elemen penggunaan bahasa nonverbal untuk memperkuat makna pragmatik yang diungkapkan. Fenomena tersebut sebenarnya hendak menggambarkan bahwa tuturan yang diungkapkan bukan sesuatu yang kadang dimaksudkan. Bahasa merupakan cermin kepribadian. (Pranowo,. 2012:3).. Cerminan. kepribadian. tersebut. tentu. mempengaruhi seseorang dalam bertutur secara verbal dan bertutur secara nonverbal. Peran bahasa nonverbal, seperti gestur, mimik/ekspresi, dan kontak mata digunakan untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin disampaikan. Tuturan yang diungkapkan bukan sesuatu yang dimaksudkan, justru yang dikatakan bukan yang dimaksudkan (Pranowo, 2012). Kebiasaan dalam menggunakan bahasa verbal dalam tuturan memang tidak secara langsung mengungkapkan suatu makna pragmatik.. Kebiasaan. tersebut. dipengaruhi. penggunaan. bahasa. yang. memperhatikan konteks kultural dan situasi baik penutur maupun mitra tutur. Tuturan verbal justru diungkapkan melalui penggunaan bahasa nonverbal yang membantu dalam mengungkapkan makna pragmatik suatu tuturan. Makna pragmatik tersebut dapat diselidiki melalui wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal, dan makna pragmatik bahasa nonverbal yang menyertai bahasa verbal. Pragmatik menjadi perspektif ilmu linguistik yang tepat untuk membuka tabir fenomena di atas. Fenomena penggunaan bahasa tidak lagi hanya terbatas pada proses pengkodingan tetapi penggunaan bahasa secara kompleks juga berkaitan dengan hal lain, seperti kultur dan kehidupan sosial. Hal tersebut sejalan dengan.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. pernyataan bahwa penelitian Paul Grice secara meningkat memberi kesadaran bahwa komunikasi verbal lebih dari sekadar proses koding-dekoding (Wharton, 2009:2). Komunikasi verbal menyangkut berbagai aspek yang lebih kompleks dalam menggunakan bahasa. Pragmatik adalah perspektif fungsional yang berusaha untuk menjelaskan aspek struktur linguistik dengan mengacu pada pengaruh dan gejala nonlinguistik (Levinson, 1987:7). Perspektif fungsional memandang pragmatik sebagai ilmu yang berlingkup pada penggunaan bahasa yang tidak hanya terbatas pada struktur linguistik. Pernyataan Levinson didukung oleh pernyataan Verschueren, yaitu kajian linguistik pragmatik adalah manusia pengguna bahasa dalam bentuk kebiasaan atau tindakan sosial. (Verschueren, 1999:6). Kedua dimensi tersebut memberikan kejelasan tentang maksud dalam perspektif fungsional. Oleh karena itu, pragmatik dapat disimpulkan sebagai perspektif dimaksudkan untuk memberi persepsi ke dalam hubungan antara bahasa dan kehidupan manusia. Pragmatik juga dapat disebut sebagai hubungan antara linguistik dengan humaniora dan ilmu sosial (Verschueren, 1999:7). Prinsip kajian pragmatik tidak hanya menjadi kajian struktur linguistik melainkan juga nonlinguistik. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa lingkup pragmatik menjadi ilmu kebahasaan yang merambah pula di luar kajian linguistik. Hal tersebut telah ditegaskan oleh Levinson yang mengatakan bahwa pragmatik merupakan perspektif fungsional bahasa yang menjelaskan aspek linguistik dan aspek nonlinguistik (Levinson, 1987:7). Aspek nonlinguistik tersebut merujuk pada penggunaan bahasa yang menggunakan elemen struktur linguistik (bunyi, kata, kalimat, dan makna) digabungkan dengan elemen nonlinguistik. Elemen.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. nonlinguistik mencakup ekpresi wajah dan gestur (Wharton, 2009:5). Bahasa nonverbal menjadi bagian yang dapat dikaji melalui perspektif pragmatik. Maka dari itu, prinsip pragmatik yang mengkaji penggunaan bahasa dari unsur eksternalnya, yaitu penggunaan bahasa secara fungsional. Penggunaan bahasa secara fungsional tersebut berkaitan dengan komunikasi yang menuntut adanya kompetensi-kompetensi yang membantu dalam menggunakan bahasa dengan baik. Pragmatik menjadi cara untuk menyampaikan makna pragmatik melalui komunikasi. Makna pragmatik termasuk elemen verbal dan elemen nonverbal dan variasinya sesuai konteks. Beberapa fenomena pragmatik yang menjadi rujukan terhadap penelitian bahasa nonverbal adalah makna alamiah dan makna nonalamiah. Paul Grice menyampaikan suatu teori tentang bahasa alami yang mengekspresikan makna alami dan makna nonalamiah (Grice, 1989). Pernyataan tersebut kembali disinggung oleh Wharton (2009) bahwa suatu tuturan tidak hanya dilihat melalui tuturan verbal tetapi dilihat melalui komponen lain yang mendukung tuturan tersebut. Fenomena pragmatik yang digunakan dalam menyelidiki penggunaan bahasa nonverbal adalah implikatur. Implikatur merujuk pada sesuatu yang dipikirkan lebih besar daripada sesuatu yang diungkapkan (Kroeger, 2018). Fenomena pragmatik tersebut membuka pemahaman bahwa fenomena pragmatik lainnya, seperti prinsip kerjasama (Grice, 1989), Tindak tutur (Austin, 1962), Tindak tutur (Searle, 1969), dan Kesantunan (Leech, 2014) dapat diadaptasi untuk menganalisis penggunaan bahasa nonverbal..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, pragmatik dapat disimpulkan sebagai perspektif utuh yang terdiri dari struktur linguistik dan nonlinguistik untuk mengkaji fenomena-fenomena penggunaan bahasa yang secara fungsional digunakan oleh manusia melalui komunikasi sesuai dengan konteks. Pengkajian fungsi bahasa nonverbal sebagai penentu maksud dalam komunikasi sangat tepat dikaji menggunakan perspektif pragmatik. Hal tersebut dikarenakan, bahasa nonverbal merupakan salah satu elemen nonlinguistik yang mendukung kemampuan seseorang dalam berkomunikasi secara verbal.. 2.1.2. Sudut Pandang Etnografi terhadap Pengguna Bahasa Nonverbal Latar belakang sosial budaya adalah perspektif penting dalam penggunaan. bahasa. Pengkajian tentang penggunaan bahasa yang dipandang melalui segi manusia sebagai pengguna bahasa, maka perlu ada perspektif yang mendukung pengkajian tersebut. Setiap anggota komunitas atau kelompok sosial tidak hanya mengekspresikan; mereka juga menciptakan pengalaman melalui bahasa (Kramsch, 1998:3). Manusia sebagai kelompok sosial menggunakan bahasa sebagai media yang mengandung maksud tertentu dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Penggunaan bahasa memang menjadi penting dan berlatar belakang sosial budaya karena manusialah yang menciptakannya. Masyarakat menggunakan bahasa untuk berbicara, menulis, atau media untuk melihat bahasa itu sendiri dalam membuat maksud yang dapat dimengerti dalam kelompoknya (Kramsch, 1998:3). Aspek bahasa verbal dan bahasa nonverbal merupakan bentuk realitas kultur..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Etnografi dipandang sebagai konteks spesifik tentang penggunaan bahasa nonverbal dalam interaksi antara penutur dan mitra tutur. Penggunaan bahasa nonverbal terikat pada konteks budaya tertentu yang mencakup pula makna. Interaksi bahasa dan kehidupan sosial harus mencakup banyak hubungan antara makna linguistik dan makna sosial (Hymes, 1972:39). Penggunaan bahasa nonverbal dilihat lebih komprehensif melalui latar belakang budaya pengguna, yaitu penutur dan mitra tutur. Penutur dan mitra tutur dalam interaksi pembelajaran tidak semua berlatar belakang budaya Jawa. Namun, peneliti meyakini konteks situasi dan tempat berlangsung interaksi pembelajaran telah mempengaruhi penutur dan mitra tutur. Meskipun penutur dan mitra tutur tidak berasal dari budaya Jawa, mereka telah bersikap dan bertindak sesuai dengan latar belakang budaya Jawa. Budaya sebagai penanda (Riley, 2007), artinya budaya, bahasa, dan identitas dapat ditemukan melalui penanda budaya. Penutur dan mitra tutur dalam interaksi pembelajaran merupakan komunitas bicara dalam konteks budaya yang spesifik, yaitu budaya Jawa. Konteks kebudayaan Jawa memiliki beberapa ciri dalam penggunaan bahasa nonverbal. Acuan konteks kebudayaan Jawa dalam penggunaan bahasa nonverbal adalah etika. Suseno (1984) menjelaskan etika sebagai keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Penggunaan bahasa nonverbal dalam interaksi antara penutur dan mitra tutur mengandung etika-etika tertentu yang mewakili nilai-nilai budaya Jawa. Ciri pertama nilai budaya Jawa adalah orang Jawa memiliki sikap alus. Alus berarti halus, murni, sopan, dan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. beradab (Geertz, 1976). Dalam interaksi pembelajaran, penutur dan mitra tutur memang sebaiknya mencerminkan sikap alus ketika berinteraksi sehingga menciptakan hubungan kekerabatan. Ciri kedua nilai budaya Jawa adalah ethokethok. Sikap tersebut merupakan sikap yang baik di mata orang Jawa. Orang Jawa sebaiknya menutupi segala perasaan yang negatif di hadapan umum. Walaupun seseorang sedang diliputi kesedihan yang mendalam, ia diharapkan tersenyum (Suseno, 1984). Ciri ketiga nilai budaya Jawa adalah sikap hormat. Sikap hormat ditunjukkan oleh seseorang saat sedang berinteraksi. Seseorang menghormati lawan bicaranya merupakan tindakan positif. Setiap orang dalam cara berbicara dan membawa diri selalu harus menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai derajat dan kedudukannya (Suseno, 1984). Ciri keempat nilai budaya Jawa adalah sikap andhap asor. Sikap andhap asor adalah sikap rendah hati, seseorang tidak menyombongkan diri sendiri ketika berbicara dengan orang lain. Andhap asor berarti merendahkan diri secara sopan dan tindakan yang benar untuk beradaptasi dengan orang yang memiliki kedudukan (Geertz, 1974). Perspektif etnografi melingkupi kajian tentang aspek bahasa nonverbal dalam kelompok komunitas tertentu. Inti penting dalam perspektif etnografi adalah fokus dengan maksud suatu tindakan dan kegiatan masyarakat yang sedang diselidiki untuk dimengerti dan dipahami (Spradley, 1980:5). Kelompok masyarakat memang secara ekslusif memiliki karakateristik penggunaan bahasa yang berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Cook (2003:52) menjelaskan tentang komunikasi lintas budaya antara anggota berbeda budaya atau komunikasi etnis termasuk aktivitas ranah linguistik terapan. Pernyataan tersebut memberikan arahan.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. terhadap peran etnografi, suatu wilayah tertentu, seperti Yogyakarta muncul fenomena adanya komunikasi lintas budaya. Jika disesuaikan dengan topik penelitian ini, kelompok tersebut adalah kelompok akademik, yaitu dosen dan mahasiswa. Kramsch mendeskripsikan tentang pengguna bahasa dalam komunitas menjadi tiga aspek, meliputi komunitas tuturan, komunitas percakapan, dan aksen percakapan (Kramsch, 1998:6-7). Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan aspek tersebut menjadi cara peneliti etnografi untuk menyelidiki suatu penggunaan bahasa dalam komunitas. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Spradley, yaitu ketika etnografer mengkaji budaya, mereka menggunakan tiga aspek pengalaman manusia, yaitu apa yang mereka lakukan, apa yang mereka tahu, dan benda apa yang mereka gunakan dan buat (Spradley, 1980:5). Jika deskripsikan satu persatu tiga aspek tersebut, komunitas tuturan berarti masyarakat menggunakan bahasa melalui kode linguistik, kode linguistik digunakan dalam percakapan antaranggota kelompok sosial. Selain itu kode linguistik tidak hanya gramatikal, leksikal, dan fonologi tetapi juga kode-kode lain. Etnografer yakin bahwa masyarakat menciptakan maksud tentang dunia mereka dalam tiap aktivitasnya (Ladner, 2014:23). Mereka mengungkapkan informasi dengan gaya mereka berinteraksi menjadi aksen percakapannya. Pernyataan tersebut menjadi poin penting bahwa elemen bahasa nonverbal menjadi salah satu aksen percakapan dalam kelompok sosial tertentu yang digunakan dalam komunikasi. Aksen percakapan yang digunakan tentu mengandung maksud. Kultur adalah budaya adalah makna yang orang anggap sebagai objek, orang, aktivitas, dan institusi (Geertz, 1973). Etnografer mengungkap makna tersebut (Ladner,.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. 2014:24). Dengan mengadaptasi akvitas etnografer, penelitian ini akan mengungkapkan secara spesifik tentang penggunaan bahasa nonverbal dalam penutur dan mitra tutur dalam konteks interaksi pembelajaran di latar belakang spesifik kebudayaan Jawa. Interaksi merupakan tindakan yang mengandung maksud. Interaksi yang dilakukan oleh penutur dan mitra tutur menjadi tindakan untuk menyampaikan maksud sesuai dengan konteks. Konteks yang digunakan tentu berkaitan dengan konteks sosial dan kontesk kultur. Secara spesifik, konteks sosial mengacu pada pertanyaan “apa yang dikatakan” dan “bagaimana dikatakan” (Kramsch, 1998:26). Konteks kultur mengacu pada keterkaitan antara kata, keyakinan, dan cara pikir penutur dalam kelompok sosial tertentu. Interaksi yang dipengaruhi dengan pernyataan-pernyataan tersebut mengonstruksi maksud tertentu.. 2.1.3. Etnopragmatik Paradigma Keilmuan Baru Etnopragmatik adalah paradigma baru dalam mengkaji bahasa nonverbal.. Bahasa secara fungsional digunakan oleh manusia untuk menyampaikan maksud. Namun, penyampaian maksud tersebut dilatarbelakangi adanya konteks kultur. Konteks tersebut tidak hanya dipahami sebagai latar belakang asal penutur tertentu tetapi menjadi cakupan luas tentang bahasa dan budaya. Seperti ungkapan Geertz (1973) budaya adalah maksud manusia yang diungkap melalui berbagai faktor salah satunya adalah etnis. Perspektif etnopragmatik secara lebih spesifik menyelidiki bentuk kompleks dari maksud bahasa melalui bahasa nonverbal pada etnis tertentu. Dalam rumusan yang asli, ‘pragmatik’ adalah bagian etnopragmatik yang.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. dimaksudkan untuk mengenali fokus pada kehidupan kontekstual bahasa secara umum dan bahasa secara khusus, serta bagian ‘etno’ menyoroti kebutuhan untuk memahami praktik komunikatif lokal dan sikap pembicara terhadap makna dan dampak dari praktik-praktik tersebut (Durranti, 2011:151). Etnopragmatik adalah paradigma keilmuan interdisipliner tentang kebahasaan yang kontekstual dengan penutur kebahasaan yang memiliki kekhasan komunikasi dan sikap. Etnopragmatik. tepat. sebagai. perspektif. kajian. bahasa. nonverbal.. Etnopragmatik tidak mengabaikan bukti nonlinguistik (Goddard, 2006:14). Bukti nonlinguistik adalah bahasa nonverbal yang digunakan dalam tiap tindakan komunikasi penutur. Bukti nonlinguistik yang dimaksud adalah bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal muncul seiring penutur menggunakan bahasa secara verbal dalam komunikasi. Etnopragmatik menempatkan penekanan khusus pada bukti linguistik dengan tiga alasan (Goddard, 2006:14-15). Tiga alasan tersebut, meliputi bukti penggunaannya berlabuh dalam kegiatan sehari-hari, dalam praktik komunikasi rutin setiap hari. Kata-kata dan ekspresi umum, pola-pola frasa, rutinitas interaksional, dan sejenisnya, adalah bagian dari tekstur kehidupan seharihari. Kedua, penggunaan bahasa sebagian besar tidak disadari, dalam arti bahwa itu tidak tunduk pada pemantauan dan penyesuaian yang disengaja. Alasan ketiga untuk kepentingan yang melekat pada bukti linguistik adalah bahwa, jika dianalisis dengan alat yang tepat, bukti linguistik memungkinkan kita untuk tetap dekat dengan perspektif orang dalam. Pada ilmu pragmatik salah satu fenomena pragmatik adalah kesantunan. Kesantunan memiliki beragam indikator. Dalam konteks kultural kebudayaan Jawa.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. tidak semua indikator kesantunan sesuai dengan jati diri budaya Jawa. Fenomena pragmatik lain seperti prinsip kerja sama Grice sebenarnya sudah memberikan indikator santun dalam sebuah tuturan. Namun, hal tersebut hanya berlaku pada budaya barat, artinya penutur dan mitra tutur berlatar belakang budaya barat. Penggunaan bahasa nonverbal dalam konteks kultural perlu diselidiki dengan kajian yang tepat, sesuai, dan spesifik. Rahardi (2016:58) menyatakan bahwa perlu adanya pertimbangan latar belakang sosial kebudayaan yang berbeda dan berlaku spesifik. Sebagai contoh masyarakat Jawa yang sebenarnya justru melanggar prinsip kerja sama Grice. Masyarakat Jawa ketika berkomunikasi tidak mengandalkan rasio, tetapi lebih banyak dipandu oleh rasa (Pranowo, 2012:42). Pernyataan tersebut ternyata tidak jauh berbeda dengan penemuan Goddard (2006) tentang karakteristik orang Melayu. Deskripsi tentang maksud bahasa nonverbal perspektif etnopragmatik diklasifikasikan, meliputi jaga hati orang (look after people’s feeling), memelihara perasaan (looking after feeling), dan menimbang perasaan (weighing feeling). Maka dari itu, etnopragmatik dalam penggunaan bahasa nonverbal disesuaikan dengan pernyataan Goddard. Penutur dan mitra tutur dalam konteks budaya Jawa diselidiki sesuai dengan perasaan mereka yang menggunakan bahasa nonverbal.. 2.1.4. Komunikasi Interpersonal melalui Bahasa Nonverbal Pada dasarnya komunikasi merupakan pertukaran informasi antara dua. individu atau lebih yang disampaikan secara verbal. Namun, penyampaian informasi verbal tentu didukung pula bahasa nonverbal. Seorang penutur.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. menyampaikan sebuah pesan kepada mitra tutur melalui komunikasi. Komunikasi menjadi bagian penting manusia untuk mengekspresikan pikiran, pengetahuan, perasaan, keterampilan, dan gagasan (Bunglowala, 2015:371). Dalam proses komunikasi penutur tidak hanya mengirim sebuah sinyal-sinyal tanpa mengandung pesan melainkan proses komunikasi yang terjadi dilandasi pada adanya sistem signifikansi (Eco, 2016:8). Sistem signifikansi yang dimaksud adalah kombinasi antara sinyal dengan kode-kode tertentu. Komunikasi perlu memiliki sebuah tujuan yang tidak hanya stimulus tetapi merangsang adanya respon sehingga komunikasi dua individu berjalan dengan baik. Proses komunikasi merupakan kombinasi sistem dan tanda. Sistem merupakan kombinasi sinyal-sinyal yang membentuk sebuah ujaran. Sinyal yang dikirimkan oleh pengirim atau penutur diterima oleh penerima atau mitra tutur. Sinyal berperan dalam memproduksi suatu ujaran. Dardjowidjojo (2016: 117) mengungkapkan bahwa proses dalam memproduksi ujaran dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu tingkat pesan (message) di mana pesan yang akan disampaikan diproses, tingkat fungsional, di mana bentuk leksikal dipilih lalu diberi peran dan fungsi sintaktik, tingkat posisional, di mana konstituen dibentuk dan afiksasi dilakukan, dan tingkat fonologi, di mana struktur fonologi ujaran itu diwujudkan. Dengan penggabungan sistem tersebut maka pesan yang disampaikan menjadi bermakna. Pemaknaan dalam komunikasi oleh karena itu perlu dipahami oleh penerima atau penutur dengan memberikan respon. Serangkaian respon adalah bukti bahwa pesan telah diterima dengan baik (Eco, 2016:52).. Selain itu,. penggunaan bahasa dalam proses komunikasi juga dipengaruhi adanya tanda..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. Bahasa biasanya didefinisikan sebagai sistem tanda dan aturannya dalam kombinasi (Foley, 2001:27). Kombinasi yang dimaksudkan tersebut adalah kombinasi antara ikon, simbol, dan indeksikal yang berhubungan dengan makna. Fungsi tanda mencakup bentuk isi (content-form) dan bentuk ekspresi (expression-form), maka kedua fungsi tersebut menjelaskan bahwa penggunaan bahasa dalam komunikasi memang didukung adanya bentuk isi (bunyi, kata, kalimat) dan bentuk ekspresi (Eco, 2016:70-71). Kombinasi tersebut tentu mendukung sebuah proses komunikasi yang sedang terjadi, sehingga proses komunikasi merupakan tuturan utuh yang mengirimkan suatu sinyal yang membentuk sebuah sistem struktur linguistik dan tanda yang membentuk suatu makna. Komunikasi yang baik adalah komunikasi interpersonal. Penjelasanpenjelasan di atas tentu berkaitan dengan penjelasan teoretis tentang sebuah proses komunikasi. Komunikasi memang merupakan transfer bahasa melalui sebuah sinyal yang dikodekan melalui kebahasaan, seperti bunyi, kata, kalimat, dan kodekode kebahasaan, seperti simbol, indeks, ikon, dan bahasa nonverbal. Jadi dapat dikatakan proses komunikasi yang disalurkan merupakan sinyal verbal dan nonverbal. Namun, semua hal tersebut semata-semata bertujuan untuk menjalin sebuah komunikasi yang interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi manusia yang melibatkan hubungan saling mempengaruhi yang bertujuan untuk mengelola sebuah hubungan (Beebe, 2009:5). Komunikasi tersebut menganggap tidak hanya komunikasi bertukar informasi dan gagasan, tetapi komunikas lebih-lebih menjadi media untuk semakin meningkatkan hubungan kekerabatan. Komunikasi interpersonal antara penutur dan mitra tutur tentu.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. dikaitkan dengan penelitian, yaitu dosen dan mahasiswa sangatlah penting. Komunikasi yang terjalin antara mereka sebaiknya tidak hanya komunikas bertukar pikiran tetapi juga perasaan yang semakin meningkatkan hubungan kekerabatan. Penggunaan bahasa nonverbal berperan dalam menigkatkan komunikasi interpersonal. Pesan nonverbal yang menyertai pesan verbal mampu menciptakan suatu maksud (Beebe, 2009:187). Petunjuk nonverbal membantu dalam mengelola pesan verbal. Ketika seorang penutur mengungkapkan suatu tuturan verbal kadang berhenti karena sulit diungkapkan, bahasa nonverbal akan membantu tuturan verbal untuk mengilustrasikan tuturan tersebut. Tuturan verbal juga semakin meyakinkan ketika menggunakan bahasa nonverbal (Beebe, 2009). Komunikasi adalah cerminan kultur. Komunikasi disebut kultur berarti memandang komunikasi dalam lingkup sistem tanda (Durranti, 1997:33). Kultur memberi pengaruh terkait dengan kemampuan dalam berkomunikasi. Poyatos (2002:3) juga mengatakan kultur adalah komunikasi. Budaya berkembang sebagai kumpulan orang yang hidup sesuai dengan pola kepercayaan, sikap dan perilaku umum tertentu tetapi mereka tidak gagal untuk mengkomunikasikan diri mereka dan tentang polanya. Sistem tanda yang dipakai dalam berkomunikasi, seperti bentuk ekspresi berbeda atau kultur yang satu dengan kultur yang lain. Clifford Geertz menyatakan pandangan tentang komunikasi menjadi bagian produk dari kultur. Oleh karena itu, proses komunikasi perlu dikaji menggunakan pendekatan yang mengacu pada human interest (Durranti, 1997:36). Bahasa nonverbal merupakan elemen yang berhubungan dengan kultur. Penutur dengan latar belakang kultur yang berbeda tentu akan berbeda dalam mengungkapkan bahasa.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. nonverbal. Manifestasi kultural adalah tindakan komunikasi (Durranti, 1997:37). Maka dari itu, komunikasi akan mencerminkan suatu kultur tertentu sesuai latar belakang penutur. Komunikasi mencakup tiga aspek, yaitu komunikasi sebagai proses informasi, sebagai interaksi, dan sebagai adaptasi situasional (Rickheit, 2006:2). Ketiga aspek tersebut perlu diperhatikan dengan baik karena berkaitan dengan konteks kultur.. 2.1.5. Penggunaan Bahasa Nonverbal dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa nonverbal menjadi stimulus dalam komunikasi yang mengandung. pesan potensial yang ditunjukkan kepada penerima. Bahasa nonverbal merupakan proses seseorang dalam membangun maksud di pikiran yang disampaikan kepada orang lain dengan tanda-tanda maksud nonlinguistik, seperti ekspresi wajah, gestur, dan bahasa tubuh lainnya (Negi, 2009:101). Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Miller (2005a) bahwa bahasa nonverbal merupakan semua aspek penyampaian pesan tanpa kata-kata yang dapat diidentifikasi melalui proses komunikasi, seperti gestur, kontak mata, ekpresi wajah (Barry, 2011:2). Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, meliputi tiga penelitian tentang bahasa nonverbal. Pertama, penelitian berjudul The Importance of Non-verbal Communication in Classroom Management karya Canan P. Zeki (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji persepsi mahasiswa mengenai kontak mata; ekspresi wajah (mimik) dan gestur (bahasa tubuh). Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian 67 mahasiswa tahun ketiga. Metode yang digunakan adalah critical moments reflection. Hasil penelitian tersebut.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. mengungkapkan bahwa komunikasi nonverbal dapat menjadi sumber penting motivasi dan konsentrasi bagi pembelajaran mahasiswa sebaik alat atau media menjaga perhatian. Relevansi penelitian Zeki (2009) dengan penelitian ini adalah subjek penelitian merupakan mahasiswa. Penelitian tersebut memberikan referensi terkait dengan peran bahasa nonverbal dalam peningkatan pembelajaran mahasiswa. Selain itu, penelitian ini menghasilkan data berupa wujud bahasa nonverbal, seperti kontak mata, ekspresi wajah, dan gestur. Kedua, penelitian berjudul Nonverbal Communication and The Effect on Interpersonal Communication karya Haiyan Wang (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh komunikasi nonverbal dalam komunikasi interpersonal. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kajian komunikasi nonverbal dan pengaruhnya dalam komunikasi interpersonal mempunyai signifikansi praktis. Ketiga, penelitian berjudul Non verbal Communication: An Integral Part of Teaching Learning Process karya Arifa Bunglowala dan Aaquil Bunglowala (2015). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan komunikasi nonverbal sebagai bagian integrasi dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa komunikasi nonverbal meningkatkan pemerolehan pengetahuan dan penggunaan yang efektif dalam komunikasi. Relevansi penelitian Wang (2009) dengan penelitian ini adalah interaksi pembelajaran. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa bahasa nonverbal termasuk komunikasi interpersonal yang berdampak positif terhadap pemerolehan pengetahuan dalam proses pembelajaran..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. Penelitian-penelitian di atas memberikan penjelasan yang spesifik bahwa suatu penggunaan bahasa nonverbal terutama dalam interaksi pembelajaran berperan signifikan. Signifikansi penggunaan bahasa nonverbal dapat diselidiki melalui wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal, dan makna pragmatik bahasa nonverbal. Komunikasi melalui bahasa nonverbal berperan penting. Mcgraw memberi simpulan yang mengatakan bahwa komunikasi nonverbal sebesar 93% lebih besar komunikas verbal (Lappako, 2007). Albert Mehrabian juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu komunikasi verbal sebesar 7%, paralinguistik sebesar 38%, dan bahasa nonverbal sebesar 55% (Liliweri, 2009:181). Bahasa nonverbal multifungsi yang berarti bahwa penggunaan bahasa nonverbal menjadi bagian komunikasi yang dapat digunakan untuk mengirim pesan secara simultan yang tidak dapat disampaikan hanya melalui bentuk verbal (Burgoon, 2016:4). Berdasarkan kedua pernyataan tersebut menyatakan bahwa dalam komunikasi khususnya interaksi belajar tentu banyak menggunakan bahasa nonverbal yang menyertai bahasa verbal. Bahasa nonverbal digunakan dalam suatu komunikasi antarmanusia. Komunikasi terkait dengan proses menciptakan maksud antara penutur dan mitra tutur melalui pertukaran tanda dan simbol (Burgoon, 2016:11). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bahasa nonverbal diidentifikasi melalui komunikasi yang berperan dalam mengonstruksi sebuah makna. Konstruksi bahasa nonverbal dalam komunikasi sama dengan kontruksi bahasa verbal, yaitu penutur dan mitra tutur yang bertukar pesan. Pesan sebagai kognisi pengirim, yaitu enkode (pengepakan sinyal) yang dapat dipahami kodenya atau disebut dekode (interpretasi sinyal) oleh.

Gambar

Tabel 3.1 Rencana Penelitian ................................................................................
Gambar 1. Proses Gerakan Tangan berdasarkan Properti Linguistik .................... 36  Gambar 2
Gambar 2. Kerangka berpikir penelitian
Gambar 3. Kerangka penggunaan teknik pengumpulan data
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas mengenai tindak tutur mahasiswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret

Pertama, pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma dari segi materi perkuliahan, sikap sosial,

Kajian ilmu pragmatik dapat diartikan sebagai studi yang berkaitan dengan pemakaian bahasa yang menghubungkan dengan suatu makna dalam konteks untuk disampaikan, diterima,

Dalam penelitian ini dijumpai enam bahasa selain bahasa Indonesia digunakan dalam interaksi pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Arab, Cina, Myanmar, dan

pencopet, bandit, dan sebangsanya yang memiliki fungsi sebagai bahasa rahasia, namun sekarang bahasa tersebut digunakan oleh remaja khususnya di Jakarta.. Artinya variasi

Dalam penelitian ini dijumpai enam bahasa selain bahasa Indonesia yang digunakan dalam interaksi pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu bahasa Inggris, Perancis, Arab,

Data CK/06/15042021 diatas merupakan tindak komunikasi yang mengalami peristiwa campur kode yang terjadi pada tuturan mitra tutur siswa kelas XI saat menjawab pertanyaan dari penutur

Bentuk Tindak Tutur lokusi Guru Dan Siswa Dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII SMPN 1 Banjarsari Tindak tutur lokusi adalah tindak dasar tuturan atau