• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Wujud Bahasa Nonverbal

4.2.1.1 Wujud Bahasa Nonverbal Dinamis

4.2.1.1.3 Kontak Mata

Wujud bahasa nonverbal yang ketiga adalah kontak mata. Kontak mata merupakan salah satu wujud bahasa nonverbal yang secara signifikan digunakan dalam suatu interaksi pembelajaran. Perekaman data di lapangan menunjukkan kontak mata muncul ditandai dengan berbagai gerakan pada alis dan gerakan pada mata. Kontak mata ke arah atas muncul pada saat seorang penutur memikirkan perkataan yang ingin diucapkan atau penutur yang sedang membayangkan sesuatu hal kemudian diungkapkan melalui tuturan. Kontak mata melihat ke atas menggambarkan penutur dan mitra tutur sedang membayangkan sesuatu yang ada dalam pikirannya. Kontak mata tersebut juga menggambarkan penutur dan mitra tutur mengingat sesuatu.

Data 29

1. Wujud: kontak mata penutur 1. Keterangan: gerakan terjadi ketika

presentator tersebut memberikan penjelasan. Gerakan mata ke atas menunjukkan situasi penutur yang berusaha mengingat sesuatu. Gerakan tersebut muncul bersamaan dengan tuturan verbal. Gerakan tangan juga memperjelas situasi penutur yang berusaha mengingat sesuatu. 2. Tuturan: lalu kita tu harus pandai

mengambil eee langkah mana di setiap pelajaran itu eeee gimana ya harus eeee apa ya?

3. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal disertai gerakan mata.

4. Konteks: konteks linguistik, yaitu presentasi kelompok di dalam kelas, penutur sedang menjelaskan materi. Konteks linguistik merujuk pada frasa ‘eee gimana ya eee apa ya’. Gerakan mata dilakukan oleh mahasiswa dalam kelas program studi Pendidikan Ekonomi.

Data di atas menunjukkan seorang penutur yang mengarahkan mata ke atas. Penutur melakukan hal tersebut dikarenakan berpikir tentang tuturan yang tepat. Pada tuturannya, penutur memang terlihat kesulitan memberikan verbal yang tepat sehingga beberapa kali muncul huruf /e/ sebagai jeda. Jeda merupakan waktu di antara tuturan (Frank, 2013). Kontak mata pada data 29 merupakan kontak mata kognitif, yaitu kontak mata yang cenderung memalingkan muka ketika kesulitan memproses informasi atau memutuskan apa yang harus dikatakan (Knapp, 2013). Berdasarkan pernyataan tersebut, gerak mata penutur memang menunjukkan penutur tersebut sedang dalam proses menenkoding atau mengepak kata, frasa,

dan/atau klausa verbal yang tepat untuk diungkapkan. Penanda kompetensi

encoding tersebut adalah gerak mata yang mengarah ke arah atas. Dengan

demikian, gerakan tersebut membantu penutur dalam mengungkapkan tuturan verbal yang tepat.

Data 30

1. Wujud: kontak mata penutur 1. Keterangan: gerakan terjadi ketika

presentator tersebut memberikan penjelasan. Penutur memberikan penjelasan dengan memandang ke arah atas. Gerakan tangan menjadi bahasa nonverbal kedua yang mendukung gerakan mata ketika mengilustrasikan pernyataan verbal.

2. Tuturan: tiga sektor industri kreatif

yang saat ini berkembang pesat salah satunya tu fesyen

3. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal dengan gerakan mata.

4. Konteks: konteks situasional, yaitu presentasi kelompok di dalam kelas, penutur sedang menjelaskan materi. Gerakan mata dilakukan oleh

mahasiswa dalam kelas program studi Pendidikan Ekonomi.

Data di atas menunjukkan kontak mata yang mengarah ke atas ketika penutur tersebut mengungkapkan tuturan. Kontak mata tersebut menjadi tanda bahwa penutur sedang memproses informasi untuk diungkapkan kepada mitra tutur. Kontak mata mencerminkan tindakan kognitif penutur, yaitu kontak mata yang cenderung memalingkan muka ketika kesulitan memproses informasi atau memutuskan apa yang harus dikatakan (Knapp, 2013). Pernyataan tersebut menegaskan bahwa kontak mata ke arah atas menjadi tanda penutur sedang dalam

proses encoding informasi yang kemudian diungkapkan melalui tuturan verbal. Dengan demikian, kontak mata penutur yang mengarah ke atas menjadi sebuah tanda bahasa, yaitu tanda penutur sedang menencoding gramatikal dalam pikiran dan kemudian diungkapkan melalui tuturan verbal.

Data 35

1. Wujud: kontak mata penutur 2. Keterangan: gerakan terjadi ketika

dosen memberikan penjelasan dan mengajukan pertanyaan retoris. Penutur sedang memikirkan dan mengingat sesuatu terkait dengan materi yang dijelaskannya.

3. Tuturan: ada berpikir pake bahasa lho

temen-temen. Opo yo yang tanpa bahasa ya?

4. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal disertai dengan gerakan mata.

5. Konteks: konteks linguistik, yaitu interaksi pembelajaran di dalam kelas, penutur sedang menjelaskan materi. Penutur memberikan penekanan pada kata ‘opo yo’ disertai dengan gerakan mata. Gerakan dosen tersebut terjadi dalam kelas mata kuliah Bahasa Indonesia program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Data di atas menunjukkan gerak mata ke arah atas. Penutur menggerakan mata ke arah atas menjadi tanda bahwa penutur sedang mengingat sesuatu. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan tuturan verbal penutur, salah satunya tepat pada klausa ‘Opo yo yang tanpa bahasa ya?’ Pada bagian verbal tersebut disertai dengan gerakan mata ke arah atas. Kontak mata pada penutur menampilkan tindakan penutur secara kognitif, artinya kontak mata yang cenderung memalingkan muka ketika kesulitan memproses informasi atau memutuskan apa

yang harus dikatakan (Knapp, 2013). Proses kognitif penutur adalah proses

encoding atau pengepakan kata-kata dalam pikiran yang kemudian diungkapkan

melalui tuturan verbal. Pada kasus data 35, penutur sedang mengingat sesuatu hal sehingga tindakan penutur tersebut dengan ditandai dengan penggunaan kontak mata ke arah atas sebagai wujud bahasa nonverbal yang menyertai tuturan verbal.

Data 37

1. Wujud: kontak mata penutur 2. Keterangan: gerakan terjadi ketika

mahasiswa tersebut bertanya kepada presentator dengan memberikan contoh. Penutur mencoba mengingat sesuatu hal terkait penjelasannya dengan cara memandang ke arah atas.

3. Tuturan: bahasa itu digunakan untuk

berkomunikasi ya kan trus apakah juga bisa untuk berkomunikasi dengan eeee yang lain misalnya

4. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal dengan disertai gerakan mata.

5. Konteks: konteks kultural, yaitu interaksi pembelajaran, sesi tanya-jawab. Penutur memiliki kebiasaan menggerakan mata ke atas saat mengingat sesuatu hal. Tindakan tersebut ditandai dengan ucapan penutur bunyi ‘eeee’. Gerakan tersebut dilakukan oleh seorang mahasiswa dalam kelas mata kuliah Bahasa Indonesia program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Data di atas menunjukkan wujud bahasa nonverbal kontak mata dengan melihat ke arah atas. Seorang penutur sedang menjelaskan sesuatu tetapi penutur terhambat dalam penjelasan. Pada tuturan muncul sebuah jeda ditandai dengan paralinguistik huruf /e/. Tepat pada jeda tersebut penutur menggerakan mata ke arah

atas. Gerakan tersebut menjadi tanda bahwa penutur sedang berusaha menencoding kata-kata yang tepat untuk diungkapkan melalui tuturan verbal. Gerakan mata ke arah atas merupakan bentuk kognitif penutur. Kognitif berarti orang cenderung memalingkan muka ketika kesulitan memproses informasi atau memutuskan apa yang harus dikatakan (Knapp, 2013).

Data 38

1. Wujud: kontak mata penutur 2. Keterangan: gerakan terjadi ketika

presentator tersebut memberikan penjelasan. Penutur mengingat sesuatu hal yang membantu memperjelas penjelasannya tentang materi presentasinya.

3. Tuturan: karena ketidakpuasan dan

ingini memperbarui gereja itu Luther ya akhirnya memisahkan diri dari gereja

4. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal disertai gerakan mata.

5. Konteks: konteks kultural, yaitu presentasi kelompok di dalam kelas, penutur sedang menjelaskan materi. Penutur memandang ke atas menjadi kebiasaanya untuk mengingat ungkapan yang tepat dalam tuturan pembelajaran di kelas. Peristiwa tersebut terjadi pada kelas program studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik dan gerakan dilakukan oleh seorang mahasiswa yang

mengikuti mata kuliah Agama.

Data di atas menunjukkan seorang penutur yang sedang melihat ke arah atas di sela-sela bertutur verbal. Kontak mata ke arah atas membantu penutur untuk mengingat dan membayangkan sesuatu hal yang menarik dan sesuai dengan topik tuturan. Berdasarkan gambar di atas, penutur merasa kesulitan untuk

menyampaikan sesuatu sehingga perlu untuk kembali mengingat dengan cara membuang tatapan ke arah atas atau tidak melihat sama sekali mitra tutur. Reaksi tersebut dikenal dengan tatapan kognitif, artinya orang cenderung memalingkan muka ketika mengalami kesulitan memproses informasi atau memutuskan apa yang harus dikatakan (Knapp, 2013: 297). Kontak mata ke arah atas berperan sebagai ilustrator, artinya membantu penutur dalam menjelaskan suatu tuturan.

Kontak mata dengan alis muncul pada seseorang baik penutur maupun mitra tutur ketika sedang menatap sesuatu atau saling bertatap muka. Kontak mata tersebut biasa dapat diartikan hal tersebut sebagai kebiasaan seseorang ketika sedang berbicara.

Data 41

1. Wujud: kontak mata mitra tutur 2. Keterangan: gerakan terjadi ketika

mahasiswa tersebut mendengarkan penjelasan presentator. Mitra tutur tersebut mengangkat alis sebagai bentuk respon terhadap penjelasan jawaban dari penutur.

3. Tuturan: Seperti di lembaga bahasa itu

sudah ditetapkan buku sendiri sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pembelajar BIPA tersebut

4. Kompetensi: kompetensi decoding, yaitu intepretasi pesan tuturan verbal dengan gerakan alis.

5. Konteks: konteks situasional, yaitu presentasi kelompok di dalam kelas, sesi tanya-jawab. Mitra tutur sedang menyimak penjelasan penutur terhadap pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Gerakan alis dilakukan oleh mahasiswa di kelas mata kuliah BIPA program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jika gambar tersebut diamati dengan saksama, terlihat bahwa mitra tutur mengalami keterkejutan. Mitra tutur menggerakkan alisnya ketika sedang mendengarkan penutur menjelaskan materi. Kontak mata dengan gerakan alis ke atas seperti pada data 41 menunjukkan wujud bahasa nonverbal kontak mata yang ekspresif. Secara spontan, mitra tutur mengungkapkan emosi ekspresif melalui kontak mata. Mitra tutur terkejut dengan ungkapan tuturan verbal yang disimaknya. Ekspresif, yaitu tingkat dan sifat keterlibatan atau gairah emosional dapat diungkapkan melalui penampilan (Knapp, 2013). Selain itu, kontak mata dengan alis menggambarkan pandangan di area kontak mata terkait dengan perasaan. Pandangan sekilas ke area mata dapat memberi kita banyak informasi tentang emosi yang diungkapkan (Knapp, 2013: 302). Kontak mata tersebut juga dapat menggambarkan bahwa orang tersebut sedang dalam keadaan terkejut dengan sesuatu hal yang baru saja didengarnya. Salah satu tanda keterkejutan adalah alis yang terangkat (Knapp, 2013).

Data 32

1. Wujud: kontak mata penutur 2. Keterangan: gerakan terjadi ketika

dosen tersebut bertanya kepada mahasiswa. Penutur mengangkat alis dan mata mengarah kepada mitra tutur. Penutur berusaha mengajak mitra tutur berpikir dan menjawab pertanyaan. 3. Tuturan: diputar satu putaran penuh.

Seperti apa? Hem? Seperti opo?

4. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal disertai gerakan pada alis.

5. Konteks: konteks linguistik, yaitu interaksi pembelajaran di dalam kelas, penutur sedang menjelaskan materi. Penutur memberikan penekanan pada kata ‘hem’ dengan disertai gerakan alis.

Peristiwa tersebut terjadi pada kelas program studi Pendidikan Matematika.

Datr di atas menunjukkan seorang penutur yang melihat ke arah mitra tutur dengan gerakan alis terangkat. Penutur pada gambar di atas sedang bertanya kepada mitra tutur, “diputar satu putaran penuh. Seperti apa? Hem? Seperti opo?” Penutur memandang mitra tutur dengan mengangkat alis. Bahasa nonverbal tersebut seolah-olah berpesan bahwa penutur kurang yakin kepada mitra tutur untuk mampu menjawab pertanyaannya. Pesan yang lain adalah penutur menantang mitra tutur untuk berani menjawab pertanyaannya. Bukti pada pesan tersebut adanya kata ‘hem’. Kontak mata tersebut merupakan regulator, artinya gestur tersebut memberikan penekanan pada kata tertentu dalam tuturan. Tanggapan yang dituntut atau ditekan melalui pandangan (Knapp, 2013: 297), artinya tatapan panjang atau lama menandakan untuk berkeinginan memulai percakapan (Knapp, 2013: 298). Berdasarkan data di atas, penutur setelah mengajukan pertanyaan menatap mitra tutur dan mengharapkan mitra tutur untuk memberi tanggapan. Gerakan alis yang selanjutnya adalah gerakan alis yang terjadi pada penutur yang bertanya kepada mitra tutur. Gerakan tersebut lebih menunjukkan pada penutur yang berusaha mengkonfirmasi pada mitra tutur. Penutur bertanya kepada mitra tutur, kemudian penutur menunggu jawaban dari mitra tutur.

Data 39

1. Wujud: kontak mata penutur 2. Keterangan: gerakan terjadi ketika

dosen memberikan tanggapan dan pertanyaan. Gerakan alis tersebut menekankan pada kata ‘bertahap’ penutur berharap penjelasannya mudah dipahami oleh mitra tutur.Tuturan: nah

maka yang dibuat Intan, ini namanya laporan apa ini? Laporan format apa ini? Ber…..bertahap

3. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal disertai gerakan alis.

4. Konteks: konteks linguistik, yaitu interaksi pembelajaran di dalam kelas, penutur sedang mengkonfirmasi jawaban soal dari mitra tutur. Penutur memberikan penekanan tuturan tepat pada kata ‘bertahap’ dengan disertai gerakan alis. Peristiwa tersebut terjadi pada kelas program studi Pendidikan Akuntansi.

Data di atas menunjukka seorang penutur sedang menggerakan alis dengan kontak mata ke arah mitra tutur. Gerakan pada alis tersebut muncul ketika penutur selesai bertanya dan menunggu jawaban dari mitra tutur. Gerakan tersebut seolah-olah menyiratkan pesan bahwa penutur agak mendesak mitra tutur untuk cepat tanggap untuk memberikan jawaban. Kontak mata dengan alis pada data 39 berperan sebagai regulator, artinya memberikan penekanan dalam tuturan. Regulator/pengaturan, yaitu respons mungkin dituntut atau ditekan dengan melihat (Knapp, 2013). Penekanan penutur adalah encoding tuturan verbal dengan disertai kontak mata melalui gerakan alis.

Salah satu wujud kontak mata yang lain adalam mengernyit. Gerakan mata mengernyit menunjukkan seseorang yang merasa aneh, mustahil, dan tidak masuk

akal. Emosi tersebut tentu saja dapat diselidiki pula melalui tuturan verbalnya sehingga gerakan mata mengernyit memberikan gambaran akan emosi tersebut.

Data 26

1. Wujud: kontak mata penutur 1. Keterangan: gerakan terjadi ketika

dosen memberikan tanggapan atas pertanyaan mahasiswa. Ekspresi serius ditunjukkan penutur saat menanggapi pernyataan mitra tutur.

2. Tuturan: logis? Tidak logis, lampunya

berhenti disitu kenapa ada ikuti, gitu kan

3. Kompetensi: kompetensi encoding, yaitu penyampaian pesan tuturan verbal disertai gerakan mata.

4. Konteks: konteks situasional, yaitu interkasi pembelajaran di dalam kelas, sesi tanya-jawab. Konteks situasiolan merujuk pada waktu ketika dosen mengekspresikan gerakan mata. Gerakan mata dilakukan oleh seorang dosen dalam kelas mata kuliah Bahasa Indonesia program studi Pendidikan Sejarah.

Data di atas menunjukkan penutur yang sedang mengernyit. Penutur berkata, “logis? tidak logis, lampunya berhenti disitu kenapa ada ikuti, gitu kan.” Pandangan penutur tersebut memang diarahkan kepada mitra tutur. Hal tersebut supaya mitra tutur memahami penutur. Penutur menunjukkan ketidaklogisan melalui gerakan mata mengernyit. Gerakan tersebut berperan sebagai regulator, artinya memberikan penekanan terutama pada kata ‘tidak logis’. Kontak mata menampilkan emosi ekpresif penutur. Secara tersirat, kontak mata tersebut menunjukkan bahwa penutur mengungkapkan perasaan tidak logis dengan gerakan mata mengernyit. Gerakan mata yang ekspresif merupakan tingkat dan sifat

keterlibatan atau gairah emosional dapat diungkapkan melalui penampilan (Knapp, 2013).

Dokumen terkait