• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi estetika yang terdapat pada benteng keraton Buton

Dalam dokumen ESTETIKA BENTENG KERATON BUTON (Halaman 77-92)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Penelitian

2. Fungsi estetika yang terdapat pada benteng keraton Buton

Karya seni rupa merupakan ciptaan yang lahir dari ide yang terkonsep atau suatu ide yang membenda. Artinya seni rupa erat kaitannya dengan dunia cipta dan benda. Dalam seni rupa, karya tidak hanya dilihat dari sisi keindahannya semata (seni rupa murni) melainkan juga dilihat dari sisi kegunaan atau fungsinya (seni rupa terapan). Benteng keraton Buton merupakan karya seni rupa tentu tidak hanya dinilai sisi keindahannya melainkan juga perlu dinilai sisi fungsinya. Maka untuk menemukan jejak fungsi karya seni perlu dilihat dari fungsi personal, fungsi sosial dan fungsi fisik. Dalam hasil observasi dan wawancara peneliti coba menguraikan dalam karya ilmiah ini tentang fungsi benteng keraton Buton.

a. Fungsi personal benteng keraton Buton

Merupakan tempat pemenuhan kebutuhan emosional dan kejiwaan karena benteng keraton Buton dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi setiap penikmatnya, serta menjadi tempat mengenang sejarah peradaban Buton, selain itu benteng keraton juga merupakn tempat berkontemplasi dikarenakan perjumpaan kita terhadap artefak-artefak sejarah yang bermuatan religi yang membawa kita ke dalam ruang perenungan dan penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual.

b. Fungsi sosial benteng keraton Buton

Secara fungsi sosial benteng keraton Buton merupakan tempat wisata dan rekreasi bagi masyarakat, serta merupakan tempat pegelaran upacara adat dan agama, dikarenakan didalam struktur benteng keraton Buton terdapat galampa sebagai tempat ritual upacara adat dan masjid sebagai tempat beribadah, selain itu benteng keraton Buton merupakan pusat pemerintahan kesultanan Buton.

c. Fungsi fisik benteng keraton Buton

Dilihat dari fungsi fisik benteng keraton Buton, dahulu benteng dijadikan sebagai garis demarkasi antara wilayah kerajaan dan wilayah pemukiman penduduk, kemudian baru di abad 17 benteng keraton Buton dijadikan tempat perlindungan dan pertahanan dari serangan musuh, sedangkan sekarang benteng keraton Buton lebih difungsikan sebagai cagar budaya dan tempat wisata atau rekreasi. Kemudian 12 pintu gerbang benteng (lawa) berfungsi sebagai strategi pertahan benteng keraton Buton dari 12 pintu gerbag tersebut terdapat 1 gerbang khusus (pintu rahasia) sebagai jalur atau tempat persembunyian, dan juga sebagai jalur penghubung antara perkampungan masyarakat dan wilayah kesultanan dalam benteng, selain itu menurut hasil observasi dan pengamatan serta analisis peneliti dalam melihat 12 pintu gerbang benteng keraton Buton, peneliti menilai bahwa keunikan dari 12 pintu gerbang benteng keraton Buton tidak finis pada persoalan Makna Filosofis semata yang menganggap 12 pintu gerbang benteng sebagai simbol lubang pada anatomi tubuh manausia, peneliti menggungkap bahwa 12 pintu gerbang benteng tentu tidak hanya disandarkan pada persoalan nilai filososfi

akan tetapi perlu dilihat juga dari nilai fungsionalnya.Serta yang tak kalah penting benteng juga merupakan wadah perkumpulan dan perjumpaan masyarakat, karena dalam struktur benteng keraton Buton terdapat kerajaan, masjid dan rumah adat serta Batu Popaua yang merupakan batu pelantikan Raja/Sultan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nilai estetika yang terdapat pada benteng keraton Buton berasal dari wujud atau rupa seperti kualitas estetik dari benteng keraton Buton yang terdiri dari bentuk tembok benteng yang besar dan tinggi, terbuat dari susunan batu gunung yang direkatkan menggunakan kapur putih dan memiliki 12 pintu gerbang juga bentuk fisiknya menyerupai huruf “Dal” dari aksara Arab. Bobot atau isi dari benteng keraton Buton berasal dari pemaknaan setiap bentuk komponen yang terdapat pada benteng, pemaknaan yang sarat akan nilai dan pesan. Bobot atau isi terdiri dari nilai filosofis dan history. Penampilan dan penyajian, benteng keraton Buton didirikan di atas bukit karena ingin menampilkan identitas diri sebagai bangsa yang besar dan kuat.

2. Fungsi benteng keraton Buton dilihat dari Fungsi Personal sebagai tempat pemenuhan kebutuhan emosional dan kejiwaan masyarakat Buton, Fungsi Sosial sebagai tempat rekreasi/wisata, tempat pegelaran upacara adat dan agama, Fungsi Fisik sebagai tempat pertahanan dan perlindungan dari serangan musuh

B. Saran

Berdasarkan nilai estetika benteng keraton Buton maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah kota Baubau untuk bisa mengangkat dan mengembangkan potensi wisata benteng keraton Buton sebagai tempat wisata bersejarah agar mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun manca Negara Sehingga mampu menjadi nilai jual bagi kota Baubau.

2. kepada pemerintah kota baubau untuk tetap menjaga keaslian dari bentuk, maupun artefak bersejarah yang ada di dalam benteng keraton Buton karena ini menjadi icon penting bagi sejarah peradaban Buton dan kota Bauabau. 3. kepada masyarakat maupun wisatawan untuk sama-sama menjaga peninggalan

bersejarah yang menjadi identitas masyarakat Buton karena bangunan bersejarah ini juga dapat menjadi sumber pembelajaran dalam dunia pendidikan, tidak hanya pelajar atau anak sekolah tetapi bagi seluruh elemen masyarakat.

4. Peran serta pemerintah serta kerjasama dengan masyarakat hendaknya terjalin dengan baik untuk mendukung pelestarian kawasan dan bangunan bersejarah di dalam benteng keraton Buton.

5. Masyarakat maupun pengelola bangunan bersejarah dapat memahami serta mengaplikasikan arahan pelestarian bangunan bersejarah, sebagai upaya perlindungan dan mempertahankan bangunan bersejarah di kawasan benteng keraton Buton.

Agmasari, S. 2016. Jalan-jalan ke Buton, Mampir ke Benteng Terluas di Dunia. kompas.com. (Online) (https://travel.kompas.com/read/2016/08/22/ 181638727/jalan-jalan-kebuton-mampir.ke.benteng.terluas.di.dunia) Diakses pada tanggal 25 Juli 2019

Aprilia, A. 2017. Baru Tahu! Benteng Terluas di Dunia ada di Indonesia. Okelifestyle, (Online) (https://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Benteng_Keraton_Buton=15165031”). Diakses pada tanggal 23 Juli 2019).

Ashari M. 16. Kritik Seni Sarana Apresiasi dalam Wahana Kontemplasi Seni. Makassar: Mediaqita Fondation.

Awat, R. 2007. Alternatif Pengembangan Sumber Daya Budaya di Keraton Buton Sulawesi Tenggara. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM.

Depdiknas. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Maulder, E.M. 2010. Persoalan-Persoalan Dasar Estetika. Jakatra: Selemba Humanika.

Feldman, E.B, 1967. Art as Image and Ideas, Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall, Inc.

Galiko, S. 2016. Mulai Buton Dari Nanas Penangkal Bajak Laut. Saraswati Art Community & Publication. (Online), (https://saraswati.co.id/featured/11/ buton-bermula-dari-nanas-penangkal-bajak-laut/). Diakses pada tanggal 7 agustus 2019)

Gunawan, I. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Guntur, A. Syukur, A. & Umasih. 2018. Keraton Buton Sebagai Sumber Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah. Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH, (Online), Vol. 7, No. 1 (https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/ jps/article/view/6567, akses 30 juli 2019).

Harkantiningsih, N. & Riyanto, S. 1996. Laporan Penelitian Survei Kepurbakalaan Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Berita Penelitian Arkeologi, 2(45): 11

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Miles dan Hubermen, M. 1994. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

view/279). Diakses 1 Agustus 2019.

Putri. 2002. Benteng Keraton Buton-Kota Bau-bau. (online) (wikimapia.org/ 9358237/id/Benteng-Keraton-Buton). Diakses pada tanggal 25 Juli 2019 Risnawidiawati. 2015. Sultan la Elangi (1578-1615) (Arkeologi Makam Sang

Perintis Martabat Tuju Kesultanan Buton). Jurnal khazana Keagamaan, (Online), vol. 3, No. 2, (http://blamakasar.e-journal.id/pusaka/article/ view/143,). Diakses 4 Agustus 2019).

Rizal, 2016. Belajar Sejarah Kesultanan Buton Di Buton Benteng Keraton Buton. INDONESIA Kaya. (online) (https://www.indonesiakaya.com/jelajah- indonesia/detail/belajar-sejarah-kesultanan-buton-di-benteng-keraton-wolio-bau-bau. Diakses pada tanggal 25 Juli 2019

Sugiharto, B. 2014. Untuk Apa Seni, cetakan II, Bandung: Penerbit Matahari. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan

L

A

M

P

I

R

A

N

2. Apa latar belakang didirikannya benteng keraton Buton ?

3. Bahan dan teknik apakah yang digunakan dalam pembangunan benteng keraton Buton?

4. Apa yang melatar belakangi sehingga benteng keraton Buton didirikan diatas bukit?

5. apa makna bentuk dari benteneng keraton buton ?

6. Nilai keindahan apa yang terdapat pada benteng keraton Buton? 7. Nilai filosofi apakah yang terdapat pada benteng keraton Buton ? 8. Apa fungsi personal dari benteng keraton Buton?

9. Apa fungsi sosial benteng keraton Buton? 10. Apa fungsi fisik dari benteng keraton Buton?

Pekerjaan : Dosen Umur : 45 Tahun 2. Nama : Abdul Mansyur

Alamat : Kelurahan Melai, Baubau Pekerjaan : Peneliti (Budayawan) Umur : 32 Tahun

3. Nama : Alimuddin

Alamat : Kelurahan Melai, Baubau Pekerjaan : Lurah

Umur : 50 Tahun

4. Nama : Al Mujazi Mulku Zahari Alamat : Kelurahan Baadia, Baubau

Pekerjaan : Penjaga Tradisi Kabanti dan Pemegang Naskah Tua Buton Umur : 64 Tahun

5. Nama : Wawan Heriawan Alamat : Kelurahan melai, Baubau Pekerjaan : Wiraswasta

Wawancara bersama bapak Dr. Tasrifin Tahara, M.Si

Wawancara bersama bapak Abdul Mansyur

Wawancara bersama bapak Al Mujazi Mulku Zahari

Rahlin Ramadhan, lahir di Bone Rombo 30 Januari 1996, anak ke 3 dari

4 bersaudara, merupakan buah cinta dari pasangan ayahanda Ralimun dan ibunda Halidina. Jenjang pendidikan yang di tempuh penulis mulai dari bangku Sekolah Dasar di SD Negeri 5 Kulisusu pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MTs Negeri 1 Pasarwajo pada tahun 2008 dan tamat pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di MA Negeri 1 Buton pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2014, di tahun 2014 penulis melanjutkan studi dengan mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Khusus Islam Negeri (UMPTKIN) dan diterima pada Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Politik dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penulis berproses di Jurusan Ilmu Politik 1 semester lamanya, kemudian cuti dan melanjutkan kembali studi S1 pada tahun 2015 dengan mengikutin Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan diterima pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam dokumen ESTETIKA BENTENG KERATON BUTON (Halaman 77-92)