HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Analisis Penelitian
1. Nilai estetika yang terdapat pada benteng keraton Buton
Nilai merupakan suatu aspek penunjang dari setiap hasil akhir, bicara tentang nilai selalu dikaitkan dengan tingkat ketersukaan dan apresiasi, dalam dunia seni, nilai selalu disandarkan dengan pemaknaan baik atau buruk, benar atau salah dan indah atau jelek.
Tentu setiap karya diciptakan memiliki nilai, baik yang datang dari kualitas rupa atau nilai yang berangkat dari selera perasaan personal. Peranan nilai dalam dunia seni menjadi aspek penting dikarenakan nilai jadi tolak ukur utama untuk menentukan kualitas dari suatu karya seni. Nilai yang kemudian diperhadapkan oleh penggiat seni dan ciptaannya adalah nilai keindahan atau sering dikenal dengan nama estetika, kata estetika sering kali kita jumpai disetiap sudut perbincangan ataupun penciptaan karya seni, karena estetika merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang karya secara fundamental dan komprehensip.
Untuk menemukan nilai keindahan dari benteng keraton Buton maka perlu pengkajian berlandaskan estetika, dikarenakan estetika tidak hanya sekedar membahas keindahan melainkan estetika bicara lebih dari itu, estetika membahas tentang subject matter, bicara tentang pengalaman artistik dan bahkan estetika membahas pengalaman estetik. Bentuk pemahaman pengalaman estetik yang dimaksud adalah apresiasi. Apresiasi bukan merupakan penikmatan, melainkan apresiasi merupakan proses sadar yang dilakukan untuk menafsirkan sebuah
makna yang terkandung dalam sautu karya seni. Jadi untuk menemukan nilai keindahan benteng keraton Buton secara mendalam, maka perlu juga dilacak mengunakan estetika dari aspek intrinsik dan ekstrinsik. Nilai intrinsik adalah keindahan yang hadir dari bentuk objek visual atau dari kualitas estetik benteng keraton Buton dan nilai ekstrinsik adalah keindahan yang lahir dari mengungkap makna yang terkandung di balik benteng keraton Buton.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mencoba untuk mengungkap nilai estetika benteng keraton Buton. Nilai keindahan benteng keraton Buton dapat dilihat dari:
a. Wujud atau rupa ( nilai intrinsik) benteng keraton Buton
Secara bentuk, benteng keraton Buton memiliki bentuk bangunan yang sangat besar dan kokoh yang terbuat dari susunan batu gunung dengan kapur putih sebagai perekat dengan ketebalan dinding 1-2 meter, selain itu benteng keraton Buton juga memiliki tinggi dinding yang berbeda-beda berdasarkan tingkat permukaan tanah, dengan tinggi 2-7 meter, dan panjang keliling benteng keraton Buton sekitar 2.740 meter yang menjadikan benteng keraton Buton sebagai benteng terluas di Dunia. Dari sisi yang sama, keindahan benteng keraton Buton juga dapat dilihat dari 12 pintu gerbang yang dimilikinya dimana setiap gerbang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda berdasarkan filosofi lubang pada tubuh manusia. Selain itu dalam struktur benteng terdapat artefak dan arkiologi seperti kuburan Raja dan Sultan, meriam tua, dan tiang bendera/Kasulana Tombi yang didirikan tahun 1712 M, Jangkar/Samparaja, Baruga/Galampa Syara, dan
Masjid Quba Baadia yang didirikan tahun 1826, serta Batu Popaua yang merupakan batu pelantikan Raja/Sultan. Benteng keraton Buton juga memiliki desain arsitek yang unik dan menarik menyerupai huruf “Dal” dari aksara arab serta posisinya yang berada di puncak ketinggian memberikan kesan takjub bagi setiap orang yang baru pertama melihatnya. Benteng keraton Buton menjadi penanda akan suatu sejarah peradaban masyarakat Buton.
b. Bobot atau isi (nilai ekstrinsik) benteng keraton Buton
Selain dari sisi intrinsik, keindahan benteng keraton Buton juga dapat dilihat dari sisi ekstrinsiknya atau disebut bobot atau isi. Nilai ekstrinsik berasal dari nilai-nilai yang terdapat dibalik berdirinya benteng keraton Buton, nilai tersebut bisa berupa nilai filosofis atau history.
Keindahan benteng keraton Buton tidak terlepas dari pemaknaan disetiap bentuk dari benteng keraton Buton itu sendiri, pemaknaan yang sarat akan makna, nilai dan pesan, yang berasal dari suatu kepercayaan dan keyakinan masyarakat akan kekuatan luhur, kekuatan luhur ini juga yang kemudian menjadi ruh dalam aktivitas artistik masyarakat Buton. Dari hasil wawancara, peneliti dihadapkan dengan ungkapan informan yang mengatakan bahwa benteng keraton Buton memiliki filosofi seperti anatomi tubuh manusia yang memiliki 12 lubang, yang tergambarkan dari pintu gerbang benteng yang berjumlah 12. Pemaknaan filosofi tubuh manusia tidak hanya sekedar disandarkan sebagai isapan jempol belaka, memang sarat akan muatan mitos, akan tetapi filosofi anatomi tubuh manusia yang mempunyai 12 lubang ini telah menjadi keyakinan dan kepercayaan. Bentuk
kayakinan atau kepercayaan bahwa manusia sebagai mahluk yang sempurna, 12 lubang pada tubuh manusia yang dimaksud adalah dua lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung, satu lubang mulut, satu lubang pusar, satu lubang anus, satu lubang kencing, satu lubang mani, dan satu lubang pori- pori, kesemua lubang tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, inilah yang kemudian mendasari penciptaan 12 pintu gerbang pada benteng keraton Buton.
Keindahan secara filosofis beteng keraton Buton terdapat pada baluara (bastion), bastion memiliki bentuk persegi dan lingkaran atau disebut dengan bentuk cincin, bentuk cincin diartikan secara konotasi sebagai kebulatan tekat dan kesunggu-sungguhan dalam mengawal benteng keraton Buton sedangkan bentuk persegi diartikan sebagi harapan, pandangan yang terukur serta visi kekuatan dalam menjaga kedaulatan. Pemaknaan tersebut tidaklah berlebihan sebab dikarenakan fungsional baluara (bastion) merupakan tempat pertahanan dan pengintaiyan musuh yang datang dari luar.
Selain itu masyarakat Buton membangun benteng keraton berlandaskan nilai spirit kebersamaan, bermula dari praktek artistik yang dilakukan secara kolektif dalam membangun suatu benteng yang bertujuan sebagai perlindungan atau pertahanan menjadikan masyarakat Buton kompak dan bersatu hal inilah yang membuat/memicu lahirnya kekuatan besar yang berasal dari jiwa kebersamaan masyarakat, sehingga kesultanan Buton disegani diseluruh penjuru negeri. Di sisi lain nilai sejarah yang menjadikan Benteng keraton Buton semakin menarik. Ketertarikan yang dilihat dari nilai sejarah ditemukan pada lamanya
proses pembuatan benteng keraton Buton yang dibangun dalam kurun waktu kurang lebih satu abad lamnaya dengan tiga masa pemerintahan yang berbeda.
Selain itu Bentuk benteng keraton Buton menyerupai huru “Dal” dalam aksara Arab. Menurut analisis peneliti huruf dal dijadikan simbol bentuk karena terpengaruh oleh kuatnya dominasi Islam di tanah Buton, kenapa huruf dal”yang kemudian dipilih untuk dijadiakan simbol karena huruf dal dalam aksara Arab memiliki makna “ Dayyanu yaumi al-din” yang artinya yang maha kuasa di hari pembalasan. Kata maha kuasa inilah kemudian diserap menjadi kata penguasa yang diartikan pula sebagai bentuk kekuasaan atau penguasaan, kekuasaan atau penguasaan yang dimaksud adalah bentuk penguasaan pada wilayah pulau Buton. jika diartikan secara konotatif benteng keraton Buton merupakan simbol penguasaan terhadap pulau Buton. Dominasi Islam memang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat tidak terkecuali budaya dan seni. Islamisasi di tanah Buton menjadiakan manusia Buton berprinsipkan nilai-nilai islam termaksud dalam pengkariyaan, sehingga terciptalah beteng keraton Buton yang berbentuk huruf “Dal”.
c. Penampilan atau penyajian
Dilihat dari eksistensinya benteng keraton Buton didirikan di atas bukit. Bila dikaji secara symbolic, kenapa benteng keraton Buton didirikan di atas bukit karena benteng keraton Buton dijadikan suatu simbol atau penanda bahwa ada sebuah negeri yang menduduki daratan pulau Buton, keberadaan benteng diatas bukit merupakan strategi dari bentuk pertahanan. keberadaan benteng diatas bukit
juga sebagai bentuk intimidasi sikologi bagi setiap musuh serta sebagai bentuk penggambaran kekuatan dan juga sebagai upaya untuk memperlihatkan eksistensi dari identitas diri, bahwa kesultanan Buton merupakan peradaban besar yang menguasai daratan pulau Buton.