• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai estetik benteng keraton Buton ( teori Djelantik)

Dalam dokumen ESTETIKA BENTENG KERATON BUTON (Halaman 63-68)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Penelitian

1. Nilai estetik benteng keraton Buton ( teori Djelantik)

Dari hasil penelitian di atas, peneliti coba membedah dua hal yang paling esensial dari teori Djelantik yaitu wujud serta isi. Bersandar pada hasil penelitian,

peneliti mengungkap wujud benteng dimaknai sebagai sebuah bangunan besar yang berpijak di atas bukit dan terbuat dari tumpukan-tumpukan batu gunung, dengan wujud bangunan berbentuk huruf “Dal” dalam aksara Arab, serta memiliki 12 pintu gerbang serta bastion yang berbentuk persegi dan bulat seperti cincin.

a. Wujud atau rupa

Bicara tentang wujud suatu karaya tentu tidak terlepas dari kualitas serta teknik penciptaannya. Dilihat dari kualitas bangunan benteng keraton Buton terbuat dari tumpukan-tumpukan batu gunung yang disusun secara berirama, teknik penyusunan batu dimulai dari batu yang berukuran besar sebagai dasar sampai batu yang kecil, penyusunan tersebut dilakukan secara berulang dan berlapis-lapis sampai menyerupai pola- pola dari bangunan yang diinginkan, batu gunung yang sifatnya berongga tentu dapat memudahkan dalam penyusunan, rongga batu tersebut yang berfungsi sebagai pengikat antara batu satu dan batu yang lain. Cara penyusunan batu inilah yang kemudian sanagat krusial harus dilakukan oleh orang-orang yang teliti dan berketerampilan khusus. Karena tidak mudah untuk mencocokkan atau mengorganisasikan dengan memberikan pasangan antara batu satu dan batu yang lainnya. Bila salah dalam penyusunannya akan berakibat fatal yang pada akhirnya akan mengakibatkan tembok mudah ambruk, selain itu penyusunan yang kurang baik juga akan mengurangi kualitas estetik dari bangunan tersebut. Kemudian untuk menambah kekokohan struktur bangunan, dilakukan perekatan dengan pengolahan bahan kapur putih alami,

alasan mengunakan kapur sebagai perekat karena sifat atau kandungan kapur itu semakin diendap oleh air maka akan semakin mengkristal atau menguat, inilah alasan yang kemudian kenapa kapur dijadikan pilihan sebagai bahan perekat pada pembuatan benteng keraton Buton.

Gambar 4.23: Ilustrasi Pintu Gerbang (lawana Kampebuni) Karya: Rahlin Ramadhan

Salah satu nilai keindahan benteng keraton Buton juga lahir dari kualitas rupa pada gerbang benteng keraton Buton, kualitas rupa dari gerbang tersebut tentu lahir dari pengalaman artistik yang mempuni, pengolahan batu dan kayu sebagai bahan utama denagan teknik penciptaan yang baik maka melahirkan gerbang yang beragam bentuknya serta berjumlah 12. Jumlah 12 ini lah yang kemudian menjadi nilai entitas tersendiri bagi benteng keraton Buton, selain itu benteng keraton Buton menyuguhkan keindahananya lewat bentuk bastionnya, yang berberbentuk persegi dan lingkaran.

b. Bobot atau isi

Bila kita bicara pada wilayah bobot atau isi, tentu kita akan bersoal pada wilayah pengkajian, proses kajian inilah yang akan mengungkap suatu fenomena estetik yang berasal dari nilai ekstrinsik pada suatu karya. Pengkajian yang dimaksud adalah menganalisis dan dan menginterpretasi setiap bentuk-bentuk yang ada pada benteng keraton buton.

Gambar 4.24 : Peta Benteng Menyerupai Huruf Dal Sumber: Ilustrasi stilisasi Dokumentasi Rahlin Ramadhan

Gambar di atas merupakan stilisasi benteng yang menyerupai huruf “Dal”. Dilihat dari segi wujud benteng keraton Buton menyerupai huruf dal.

Menurut analisis peneliti Pemaknaan bentuk huruf dal pada wujud/bentuk benteng keraton Buton bermula pada kisaran tahun 1530 M, setelah masuknya agama Islam. Dan meng-Islamisasikan seluruh anggota kerajaan dan masyarakatnya. Islamisasi di tanah Buton lah yang kemudian mendorong pergeseran paradigma, gaya hidup dan nilai kebudayaan, nilai kebudayaan yang telah terakulturasi dari sebuah proses integrasi sosial yang cukup cepat, lahir dari penyatuan dan penyesuaian unsur-unsur serta nilai hidup masyarakat lokal dengan nila-nialai baru yang berasal dari agama Islam yang mengakibatkan penggunaan serta

pembacaan simbol, ikon, bentuk dan bahasa ikut terpengaruh nilai-nilai Islam, terbukti sampai sekarang aksara Wolio yang juga merupakan aksara kerajaan lahir dari aksara Arab yang termodifikasi, serta sistem kerajaan yang berubah menjadi kesultanan, hasil dari difusi nilai-nilai Islam yang menyebar di seluruh dunia.

Maka bertalian dengan itu lahirlah sebuah ungkapan bahwa benteng keraton Buton berbentuk huruf dal. Menurut analis peneliti penyematan huruf dal pada bentuk benteng keraton Buton tentu tidak hanya sekedar disandarkan begitu saja. Penyematan huruf dal tentu lahir dari kontemplasi yang mendalam serta kepekaan dalam membaca simbol (kecerdasan symbolic) dari penggagasnya. Huruf dal itu sendiri dalam tafsirnya adalah “Dayanu yaumi al-din” yang artinya maha kuasa di hari pembalasan. Kata kuasa inilah kemudian diserap sebagai kata penguasa, yang diartikan pula sebagai bentuk kekuasaan atau penguasaan, kekuasaan atau penguasaan yang dimaksud adalah penguasaan terhadap wilayah pulau Buton, bila diartikan secara sederhana benteng keraton Buton sebagai sebuah kekuatan yang menguasai wilayah/daratan pulau Buton kala itu.

Selain itu peneliti juga mengkaji pada 12 pintu gerbang benteng keraton Buton, menurut hasil wawancara 12 pintu gerbang benteng keraton Buton berasal dari makna filosofi, yaitu 12 pintu gerbang merupakan adaptasi dari 12 lubang pada tubuh manusia. Konsep ini tentu lahir dari buah pikiran orang-orang tasawuf, beteng keraton buton di sandarkan pada konsep manusia, dikarenakan pada hakikatnya manusia itu adalah khalifa dimuka bumi. Manusialah yang seharusnya menjaga dan merawat alam, memberikan perlindungan dan bijaksana terhadap

setiap makluk hidup. Maka dari itu benteng keraton dimaknai sebagai sebuah tempat perlindungan.

Gambar 4.25: Ilustrasi Bastion Gambar 4.26: Ilustrasi Bastion (Sumber: Karya Rahlin Ramadhan)

Bila diamati pada gambar di atas, dilihat dari bentuk, bastion benteng keraton Buton menyerupai persegi dan lingkaran, bentuk persegi dan lingkaran tentu memiliki makna yang mendalam. menurut hasil observasi dan wawancara, lingkaran yang dimaksud merupakan bentuk cincin sebagai simbol kebulatan tekat serta kesungguh-sungguhan dalam melindungi kerajaan, sedangkan persegi peneliti maknai sebagai bentuk dari window (jendela) yang diartikan sebagai harapan, pandangan yang terukur serta visi kekuatan dalam menjaga kedaulatan.

Dalam dokumen ESTETIKA BENTENG KERATON BUTON (Halaman 63-68)