• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Hukum Pidana Dalam kebijakan Penanggulangan kejahatan di bidang Lingkungan Hidup

Dalam dokumen i (Halaman 165-169)

BAB IV Penutup. Berisi kesimpulan dari pembahasan tentang rumusan masalah

PERKEMBANGAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

D. Fungsi Hukum Pidana Dalam kebijakan Penanggulangan kejahatan di bidang Lingkungan Hidup

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disatu Negara, dengan disertai ancaman sanksi bagi siapa melakukan kejahatan. Oleh karena itu sesuai dengan sifat sanksi pidana sebagai terberat atau paling keras dibandingkan dengan jenis-jenis sanksi dalam berbagai hukum yang lain, Idealnya fungsi hukum pidana haruslah ditempatkan sebagai upaya terakhir (ultimum remidium). Penggunaan hukum pidana dalam praktik penegakan hukum seharusnya dilakukan setelah berbagai bidang hukum yang lain itu untuk mengkondisikan masyarakat agar kembali kepada sikap tunduk dan patuh terhadap hukum yang berlaku.

Sedangkan menurut Hart Fungsi hukum pidana adalah untuk menjaga keteraturan dan kesusilaan umum serta melindungi warga dari apa yang disebut asusila atau yang merugikan dan untuk memberikan perlindungan atas eksploitasi dari pihak lain, khususnya bagi mereka yang lemah masih muda, lemah fisik, pikiran atau pengalaman. 130

Berbeda dengan Vos dan Hart, Sudarto membedakan fungsi hukum pidana menjadi dua yaitu fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi umum hukum pidana sama seperti fungsi hukum pada umumnya yaitu mengatur hidup masyarakat atau menyelenggarakan tata tertib dalam masyarakat fungsi hukum pidana secara khusus adalah melindugi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi berupa pidana. 131

Terkait fungsi khusus hukum pidana yaitu melindungi kepentingan hukum, maka yang dilindungi tidak hanya kepentingan individu semata akan tetapi juga kepentingan masyarakat dan kepentingan Negara. Oleh karena itu dalam KUHP ada pasal-pasal yang berkaitan dengan kejahatan terhadap keamanan Negara sebagai wujud perlindungan terhadap kepentingan masyarakat.

Berkaitan dengan perlindungan terhadap kepentingan individu, paling tidak ada tiga hal yang dilindungi. Pertama, Perlindungan terhadap nyawa. Oleh karena itu dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan kejahatan nyawa. Kedua, Perlindungan terhadap harta benda yang dituangkan dalam pasal-pasal yang berhubungan dengan kejahatan harta benda. Ketiga, perlindungan terhadap kehormatan, baik kesusilaan maupun nama baik. Dengan demikian di dalam KUHP juga terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kesusilaan dan kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan pencemaran nama baik dan kejahatan di bidang pornografi.

131 Ibid. 29

Selanjutnya fungsi khusus hukum pidana yang kedua yaitu memberikan keabsahan kepada Negara dalam rangka menjalankan fungsi melindungi kepentingan hukum. Jika terjadi pelanggaran terhadap kepentingan hukum Negara, masyarakat dan atau individu, maka dalam batas-batas yang ditentukan oleh undang-undang, Negara dapat menjalankan alat-alat kekuasaanya untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan hukum yang di langgar. Dapat dikatakan bahwa fungsi khusus hukum pidana adalah memberikan keabsahan kepada Negara untuk menjalankan fungsi melindungi kepentingan hukum adalah dalam konteks hukum pidana formil.

Secara komprehensif Muladi dan Barda Nawawi Arif menguraikan makna penggunaan hukum pidana sebagai senjata pamungkas, yaitu sebagai berikut: 132

1. Jagan menggunakan hukum pidana dengan secara emosional untuk melakukan pembalasan semata.

2. Hukum pidana hendaknya jagan digunakan untuk memidana perbuatan yang tidak jelas korban dan kerugiannya.

3. Hukum pidana jagan pula dipakai hanya untuk suatu tujuan yang pada dasarnya dapat dicapai dengan cara lain yang sama efektifnya dengan penggunaan hukum pidana tersebut.

4. Jagan menggunakan hukum pidana apabila hasil sampingan (by Product) yang ditimbulkan lebih merugikan disbanding dengan perbuatan yang akan dikriminalisasikan.

5. Jagan pula menggunkan hukum pidana apabila tidak didukung oleh masyarakat secara kuat, dan kemudian jaganlah menggunakan hukum

132

Muladi Dan Barda Nawawi Arif, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1992. Hal 102

pidana apabila penggunanya diperkirakan tidak akan efektif (unforceable).

6. Penggunaan hukum pidana juga hendaknya harus menjaga keserasian antara moralis komunal, moralis kelembagaan dan moralis sipil, serta memperhatikan pula korban kejahatan.

7. Dalam hal-hal tertentu, hukum pidana harus mempertimbangkan secara khusus skala prioritas kepentingan pengaturan.

8. Penggunaan hukum pidana sebagai sarana represif harus didayagunakan secara serentak dengan sarana pencegahan yang bersifat non penal (prevention without punishment).

Berdasarkan pada penjelasan diatas maka sangat jelaslah bahwa penggunaan hukum pidana itu merupakan sarana jalan terakhir (Ultimum Remidium) sebagai cara untuk menanggulagi kejahatan-kejahatan yang konvensional maupun nasional, apabila hukum pidana dipilih sebagai sarana penanggulangan kejahatan, maka harus lah dilakukan dengan cara yang sistematis dan harmonis.

Fakta saat ini memperlihatkan semakin terus berkembangnya kejahatan korporasi di bidang lingkungan hidup. Terkait dengan kejahatan di bidang lingkungan hidup telah diatur Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan Undang-undang Induk di bidang lingkungan hidup.Disamping undang-undang tersebut diatur pula tersebar dalam peraturan perundang-undangan sektoral terkait di bidang lingkungan hidup.

Kebijakan formulasi perundang-undangan di bidang lingkungan hidup saat ini masih terdapat kelemahan dalam memberikan akses perlindungan terhadap korban

kejahatan korporasi di bidang lingkungan hidup tersebut. Oleh karenanya diperlukan adanya reformulasi kebijakan hukum yang benar-benar berorientasi pada perlindungan korban kejahatan korporasi di bidang lingkungan hidup ini agar dapat memberikan rasa adil bagi korbannya.

Istilah kebijakan diambil dari Bahasa Inggris, yaitu “policy” atau dalam Bahasa Belanda adalah “Politiek”. Dalam Black‟s Law Dictionary, policy diartikan sebagai prinsip-prinsip umum yang berfungsi untuk mengarahkan pemerintah (dalam arti luas termasuk pula aparat penegak hukum) dalam mengelola, mengatur atau menyelesaikan urusan-urusan publik, masalah-masalah masyarakat atau bidang-bidang penyusunan peraturan perundang-undangan dan pengaplikasian hukum/peraturan, dengan suatu tujuan (umum) yang mengarah pada upaya mewujudkan kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat (warga negara).133

D. 1. Instrument Hukum Pidana Dalam Kebijakan Di Bidang Lingkungan Hidup.

Dalam dokumen i (Halaman 165-169)