BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
3. Fungsi Kesantunan Berbahasa Jawa
Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012
Tuturan tersebut sangatlah tidak santun, karena tuturan O1 tersebut di ucapkan kepada O2 yang berstatus sosial yang lebih tinggi. sehasrusnya banyak aspek yang harus diperhatikan. oleh karena itu pranata sosial memiliki peranan penting dalam peristiwa tutur terutama untuk masyarakat Jawa. Faktor yang mempengaruhi kesantunan berbahasa yakni faktor topik pembicaraan dan kontek situasi komunikasi merupakan faktor yang belum dikuasai oleh anak setingkat SMP terutama SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Hal tersebut dikarenakan siswa SMP belum begitu paham arti dari sebuah tuturan sehingga tuturan yang dihasilkan akan cenderung seenaknya dan semaunya.
3. Fungsi Kesantunan Berbahasa Jawa Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Ketika kegiatan bertutur langsung, P dan MT saling memberi dan menerina tuturan. Tuturan pada saat kegiatan bertutur tidak semata-mata hanya untuk diutarakan atau disampaikan oleh P atau MT. Akan tetapi, tuturan yang disampaikan mempunyai maksud tuturan, hal tersebut dapat dilihat dari ilmu pragmatik yang mempelajari maksud atau konteks tuturan. Dalam penelitian ini analisis fungsi kesantunan berbahasa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
commit to user
dapat dilkasifikasikan menjadi empat yang terdiri dari (1) menolak secara tidak langsung, (2) menghormati MT, (3) menguntungkan mitra tutur, dan (4) memberi perintah secara tidak langsung.
a. Menolak Secara Tidak Langsung
Salah satu fungsi kesantunan berbahasa yang digunakan oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yakni menolak secara tidak langsung. Pada fungsi ini siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menggunakan bahasa yang santun untuk menolak permintaan atau ajakan yang diajukan, agar tidak membuat mitra tutur kecewa maka dalam menolak permintaan perlu menggunnakan kalimat yang santun untuk menolaknya. Untuk lebih jelasnya lihat data berikut ini.
(data 50)
Bentuk Tuturan : O1 : “Tuku mi Har!”
‘Tuku mi Har!’
O2 : “Ra ndhedhit mangatus.”
‘Tidak punya uang limaratus?’ Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan siswa .
- Waktu tuturan ketika jam istirahat.
Maksud : O2 menolak untuk diajak membeli mi goreng. Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1
Surakarta. Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012
Dari tuturan O2 di atas, terlihat bahasa yang digunakan untuk menolak O1 tergolong santun. Hal tersebut dikarenakan tuturan yang digunakan merupakan tuturan yang mempunyai maksud tersirat yakni menolak diajak dan harap maklum karena uangnya telah habis. Tuturan yang diucapkan juga tidak langsung menolak dengan menggunakan kataemoh atauwegah ‘tidak mau’ tetapi O2 menggunakan kalimat berita untuk menolak ajakan dari O1.
commit to user (data 51)
Bentuk Tuturan : O1 : “Ayo jajan.” ‘Ayo jajan.’
O2 : “Ngapa jajan? Kene wae.”
‘Buat apa jajan? Sini saja.’
Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan siswa . - Waktu tuturan ketika waktu istirahat, tempat
terjadinya tuturan berada di halaman sekolah. Maksud : O1 menolak untuk diajak jajan dan menyarankan
untuk tetap di tempat.
Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Waktu Terjadi : SM/ 10-3-2012
Tidak jauh berbeda dengan data 50, tuturan O2 yang bermaksud untuk menolak O1 secara halus. O2 menolak O1 dengan cara mengubah bentuk kalimat yang bersifat langsung menjadi kalimat tanya dengan mengatakan “Ngapa jajan? Kene wae.” ‘Buat apa jajan? Sini saja.’ yang mempunyai maksuid tersirat menolak dan menyarankan untuk tetap berada di tempat tersebut. Intonasi yang digunakan O2 juga merupakan intonasi yang santun sehingga tuturan yang digunakan untuk menolak merupakan tuturan yang santun.
b. Menghormati Mitra Tutur
Fungsi kesantunan yang kedua adalah untuk menghormati mitra tutur, sebagai orang yang berlatar belakang budaya Jawa menghormati orang yang lebih tua adalah suatu yang harus dilakukan. Misalnya dengan menggunakan bahasa yang santun yakni menggunkan unggah-ungguh atau tingkat bahasa. Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta juga menggunakan bahasa yang santun untuk menghormati MT yang lebih tua misalnya guru, penjual kantin, dan yang lain-lain. Pada penelitian ini, penggunaan fungsi kesantunan berbahasa untuk menghormati dapat dilihat pada data berikut.
commit to user (data 52)
Bentuk Tuturan : O1 : “Pak bakune niku napa ta Pak?”
‘Pak kata bakune artinya apa Pak?’ O2 : “Diliwati seg karo kancane dienteni.”
‘Lewati dulu sambil temannya ditunggu.’ Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di dalam kelas.
- Waktu tuturan ketika kegiatan belajar mengajar. Maksud : O1 bertanya kepada O2 arti kata daribakune. Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1
Surakarta dan O2 adalah guru bahasa Jawa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012
Terlihat dari tuturan di atas, O1 berusaha menghormati mitra tutur dengan cara menggunakan bahasa ragam madya. Walaupun menggunakan ragam madya tuturan O1 pada data 52 merupakan tuturan yang santun sesuai dengan maksud dari tuturan tersebut yang bertujuan menghormati O2. Selain dari tuturan yang digunakan intonasi O1 dalam mengucapkan tuturan merupakan intonasi yang santun sehingga menambah kadar kesantunan tuturan O1.
Penggunaan kesantunan yang berfungsi menghormati mitra tutur dapat dilihat pada data di bawah ini.
(data 53)
Bentuk Tuturan : O1 : “Pak, mangke tugase nek diketik pripun?”
‘Pak, nanti kalau tugasnya diketik bagaimana?’
O2 : “Oh ya sip.. isa ngetik ta kowe?”
‘Oh ya bagus.. kamu bisa mengetik? O1 : “Saged pak.”
‘Bisa pak.’
Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di dalam kelas. - Waktu tuturan ketika jam KBM.
Maksud : O1 adalah Siswa menanyakan kepada O2 apaboleh tugasnya diketik.
Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1
Surakartadan O2 adalah guru bahasa Jawa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
commit to user
Tidak jauh berbeda dengan data 52, O1 menggunakan bahasa krama utnuk menghormati mitra tutur yang mempunyai status sosial yang lebih tinggi. Dari segi faktor kebahasaan tuturan yang digunakan telah memenuhi aspek penggunaan struktur kalimat yang benar dan baik, intonasi, dan nada aspek, sedangkan aspek nonkebahasaaan memenuhi aspek pranata sosial. Oleh karena itu, tuturan O1 termasuk tuturan yang dianggap santun dan mempunyai fungsi untuk menghormati MT.
c. Menguntungkan Mitra Tutur
Dalam penelitian ini fungsi yang ketiga yakni menguntungkan mitra tutur adalah benruk kesantunan yang bertujuan utnuk memberi keuntungan kepada mitra tutur. Fungsi ini ada kecenderungan pemenuhan maksim kebijaksanaan untuk lebih jelasnya lihat data berikut ini.
(data 54)
Bentuk Tuturan : O1 : “Pengen es ora? Kene tak tukoke.”
‘Mau es tidak? Sini saya belikan.’
Penanda Nonlingual : - Percakapan dua orang siswa di halaman sekolah. - Tuturan terjadi ketika waktu istirahat.
Maksud : O1 ingin membelikan es yang O2.
Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012
Data lain yang merupakan fungsi kesanrunan berbahasa yang bertujuan untuk menguntungkan MT dapat dilihat sebagai berikut.
(data 55)
Bentuk Tuturan : O1 : “Sapa sing nduwe permen?”
‘Siapa yang punya permen?’ O2 : “Nyah, iki aku nduwe.”
‘Ini saya punya.’
Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di depan ruang kelas. - O1 dan O2 adalah teman satu kelas.
commit to user
- Waktu tuturan ketika jam istirahat. Maksud : O1 meminta permen kepda semua teman
temannya.
Status Sosial : O1, dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012
Tidak jauh berbeda dari data 54, tuturan O2 yang mengatakan “Nyah, iki aku nduwe.” ‘Ini saya punya.’ menggunakan pilihan kata, intonasi, dan nada bicara yang digunakan termasuk tuturan yang santun. Dari maksud yang terkandung dalam tuturan O2 menandakan bahwa O2 ingin menguntungkan O1 yakni dengan cara mau memberikan yang diminta kepada O1 padahal O2 tidak meminta secara langsung.
d. Memberi Perintah Secara Tidak Langsung
Fungsi kesantunan berbahasa yang keempat yakni fungsi memberi perintah secara tidak langsung. Fungsi ini digunakan oleh P dengan harapan MT tidak merasa keberatan dengan perintah yang diberikan oleh P. Penggunaan fungsi ini biasanya berkaitan dengan penyimpangan maksim penerimaan, untuk lebih jelasnya lihat data berikut.
(data 56)
Bentuk Tuturan : O1 : “He.. panggonku ndi cah?”
‘He.. teman tempatku mana?’
O2 : “Ngapa.. apa iki panggonmu? Ra isa.”
‘Kenapa?.. apa ini tempatmu? ’
Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di depan ruang kelas. - O1 baru kembali membeli makanan.
- Waktu tuturan ketika jam istirahat.
Maksud : O1 memnita tempat duduknya yang baru saja di tanggalkannya.
Status Sosial : O1dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
commit to user
Tuturan yang di tuturkan Oleh O1 yang mengatakan “He.. panggonku ndi cah?” ‘He.. teman tempatku mana?’ mempunyai maksud dan tujuan O1 memerintahkan O2 untuk pindah dari tempat yang duduki. Dari tuturan di atas tuturan O1 menggunakan bahasa yang santun untuk meminta tempatnya. Hal tersebut terlihat dari tuturan O1 yang merubah tuturan untuk meredam ketaksantunan maka O1 mengubah kalimat dari kalimat perintah menjadi tuturan dengan kalimat tanya. Efek yang ditimbulkan dari pemakaian perubahan kalimat tersebut adalah tuturan berubah menjadi tuturan yang tidak langsung sehingga terasa lebih halus. Data lain yang merupakan fungsi kesantunan untuk memeberi perintah yang halus dapat dilihat pada data berikut.
(data 57)
Bentuk Tuturan :O1 : “Fir/Fira/ jare tuku permen?”
‘Fir.. Fira/ katanya beli permen?’ Penanda Nonlingual : - Percakapan antar siswa di depan ruang kelas.
- Waktu tuturan ketika jam istirahat.
Maksud : O1 memnita O1 meminta permen kepada O2. Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1
Surakarta. Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012
Tidak jauh berbeda dengan data sebelumnya, tuturan yang dituturkan oleh O1 tersebut spintas melanggar maksim penerimaan. Akan tetapi nada bicara, pilihan kata yang diucapkan oleh O1 tersebut merupakan bahasa yang santun. Terlihat dari pemenuhan skala ketaklangsungan dari tuturan yang disampaikan oleh O1. Skala ketaklangsungan terihat dari tuturan O1 yang menanyakan kepada temannya kalau temannya itu membeli permen, padahal maksud dari tuturan O1 tersebut adalah meminta permen dari O2. Tuturan O1 tersebut nada, intonasi, dan diksi merupakan bentuk tuturan yang sopan. Sehingga tuturan yang melanggar maksim penerimaan dapat disamarkan dengan bentuk tuturan yang santun.
commit to user