• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 3.2 Mekanisme Pengelolaan DAK sebagai Instrumen Pencapaian Prioritas Nasional

KRITERIA TEKNIS DAERAH A DAERAH B DAERAH C DAERAH A DAERAH B DAERAH C DAERAH X, Y.... DAERAH X, Y.... PRIORITAS NASIONAL MEMILIKI SPM BIDANG DAK PENENTUAN BESARAN ALOKASI DAK PER DAERAH

PENETAPAN ALOKASI DAN PENYALURAN KE DAERAH PENETAPAN BIDANG DAK ARAH KEBIJAKAN DAN

PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN TEKNIS KEMENTERIAN KEUANGAN KEMENTRIAN TEKNIS DEPKEU KEMENDAGRI BAPPENAS

- Pertimbangan penentuan besaran alokasi DAK menurut daerah didasarkan atas kriteria teknis yang ditetapkan oleh K/L terkait.

- Penyusunan juklak dan juknis dilakukan oleh K/L terkait berkoordinasi dengan Kemdagri.

- Penetapan besaran alokasi dilakukan oleh Kemenkeu.

- K/L terkait memberikan laporan kepada Kemenkeu, Kemdagri, dan Bappenas.

h. Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan DAK Alternatif 2 adalah jaminan pencapaian tujuan nasional seperti yang telah ditetapkan dalam RPJMN, meskipun dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang merupakan urusan daerah. Melalui mekanisme pembiayaan yang bersifat

untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalnya dengan menyediakan dana yang dibutuhkan oleh masing-masing bidang yang menjadi prioritas nasional. Walaupun begitu, system

open ended membuka peluang terjadinya ketimpangan fi skal antar-daerah. Ini bisa terjadi karena belum tentu daerah-daerah yang terpilih untuk mendapatkan alokasi DAK merupakan daerah-daerah dengan tingkat kapasistas fi skal daerah yang rendah. Dikeluarkannya DAK dari Dana Perimbangan membuat struktur Dana Perimbangan juga berubah, yakni hanya DBH dan DAU saja. Oleh karenanya, implementasi usulan kebijakan DAK Alternatif 2 ini menuntut perubahan dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah yang terkait dengan Dana Perimbangan umumnya dan DAK khususnya.

i. Mekanisme “Reward” dan “Punishment” Dengan terlepasnya DAK dari Dana Perimbangan, pemerintah bisa memberikan

reward pada daerah-daerah yang mampu memenuhi dan melebihi sasaran pencapaian prioritas nasional.

1.3 Rekomendasi Alternatif 3:

DAK sebagai Instrumen Dana

Perimbangan dan Prioritas

nasional

Alternatif 3 pada dasarnya tetap mendudukkan DAK dalam konsep seperti yang digunakan saat ini. Untuk lebih meningkatkan efektivitas dari pelaksanaan DAK dibandingkan dengan periode- periode sebelumnya, DAK Alternatif 3 lebih

difokuskan pada modifi kasi pelaksanaan DAK selama ini, yakni modifi kasi formula alokasi DAK menjadi hanya dua kriteria umum dan teknis. Sementara itu, karakteristik alternatif ini merupakan perpaduan dari karakteristik masing-masing alternatif yang telah diusulkan sebelumnya.

a. Fokus

Fokus utama desain rekomendasi kebijakan DAK untuk Alternatif 3 adalah DAK seperti kedudukannya saat ini, yaitu sebagai bagian dari dana perimbangan yang ditujukan untuk mencapai prioritas nasional.

b. Tujuan

Tujuan utama pengalokasian DAK pada alternatif ini ialah pengurangan ketimpangan fi skal untuk menutap kesenjangan pelayanan dasar publik yang menjadi prioritas nasional. Pelayanan dasar publik yang menjadi prioritas nasional mengambil RPJMN dan juga RKP yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuannya.

c. Karakteristik Dana Transfer

Sejalan dengan karakteristik dana transfer yang diusulkan pada alternatif 1, bahwa karakteristik dana transfer DAK Alternatif 3 bersifat conditional matching grants,

yang bersifat closed ended (memiliki pagu tertentu). Disamping itu ada sifat lain, yang

binding constraint (dana yang disalurkannya terbatas).

d. Perencanaan

Sebagaimana dua alternatif sebelumnya, MTEF juga menjadi rekomendasi pokok dalam perencanaan pembiayaan DAK

Alternatif 3. Transparansi dan prediktabilitas adalah keunggulan utama mengapa

dijadikan MTEF. Selain itu, MTEF juga terbuka bagi perencanaan kegiatan dan pembiayaan yang bersifat bottom-up dan top-down. Pagu anggaran yang bersifat binding dalam MTEF adalah instrumen untuk mencegah perubahan yang terlalu besar dalam proses perencanaan anggaran. Dengan begitu, alokasi lebih dan distribusi lebih mudah diprediksi dan derajat kepastian dalam proses perencanaan akan pula meningkat.

Prediktabilitas tinggi amat membantu perencanaan yang menggabungkan proses

bottom-up dan top-down DAK Alternatif 3 ini, apalagi jika kedua proses ini bertemu dalam suatu wadah yang disebut sebagai “Forum DAK Provinsi”. Peran koordinatif gubernur menjadi lebih nyata jika derajat kepastian perencanaan dan pembiayaan menjadi lebih tinggi.

Dalam hal penentuan daerah yang laik menerima DAK Alternatif 3, dua kriteria

umum dan teknis dapat digunakan secara integratif. Kriteria umum didasarkan pada kapasitas fi skal yang rendah, yaitu daerah yang memiliki DAU per kapita di bawah median nasional dikurangi satu standar deviasi, sedangkan kriteria teknis ditetapkan oleh K/L terkait.

Sementara itu, dalam hal penentuan bidang-bidang yang laik, beberapa variabel dapat dipertimbangkan, yaitu bidang yang menjadi urusan wajib daerah terkait dengan pelayanan dasar, memiliki SPM, serta memiliki kesiapan teknis tertentu. Penentuan bidang yang diusulkan berada dalam beberapa kategori, yakni

- Bidang-bidang yang bisa memberikan subsidi pada daerah, karena daerah menghadapi kondisi teknis yang membutuhkan intervensi pendanaan pemerintah pusat sesuai dengan prioritas nasional.

- Bidang-bidang yang bisa memberikan insentif kepada daerah, karena daerah telah menampilkan kinerja teknis tertentu dan pantas diberikan reward berupa pendanaan khusus dari pemerintah pusat sesuai dengan prioritas nasional.

e. Pelaksanaan

Pelaksanaan DAK Alternatif 3 tidak berbeda dengan pelaksanaan DAK Alternatif 1

dengan ruang diskresi pada daerah adalah bagian pokoknya. Selanjutnya, sesuai dengan kerangka MTEF yang direkomendasikan, DAK

Alternatif 3 difokuskan pada pelaksanaan yang berorientasi hasil (output/ outcome- based) dengan penentuan indikator kinerja yang terdefi nsi dan terukur jelas.

Juklak-juknis multiyear direkomendasikan pada DAK Alternatif 3 untuk menjamin konsistensi pelaksanaan kegiatan. Jaminan semacam ini misalnya juknis yang tetap selama minimal tiga tahun bisa memberikan diskresi dan kepastian pada daerah untuk mempertinggi efektivitas pelaksanaan masing-masing bidang DAK.

f. Monitoring dan Pelaporan

Monitoring dan pelaporan DAK Alternatif 3 dirancang sama dengan dua alternatif sebelumnya.

- Daerah penerima DAK melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK hingga tingkat output yang dihasilkannya

- Gubernur sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah memonitor

output seluruh pelaksanaan kegiatan DAK di wilayahnya.

- K/L terkait akan memonitor pelaksanaan kegiatan dan output DAK di bidang yang menjadi tanggung jawabnya dari seluruh daerah

- Bappenas menilai kinerja pencapaian nasional di daerah sampel secara periodik minimal dua kali dalam lima tahun

g. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan DAK dilaksanakan berdasarkan tugas dan fungsi yang diemban oleh masing-masing institusi dengan division

Gambar 3.3 Mekanisme Pengelolaan DAK sebagai Instrumen Dana