• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

5.1.2.2. Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang

Puskesmas Lubuk Pakam

Distribusi frekuensi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA/ Pap smear dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear di Wilayah Puskesmas Lubuk Pakam

No. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

periksa IVA/ Pap smear N (%)

7. Paritas Rendah 8. Jaminan Kesehatan Memiliki

Tidak Memiliki

64 36

64,0 36,0 9. Akses Layanan Kesehatan Dekat

Jauh

90 10

90,0 10,0 10. Dukungan Suami Mendukung

Tidak mendukung

20 80

20,0 80,0

Dalam penelitian ini usia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu usia ≥ 40 tahun dan usia < 40 tahun. Hal ini karena kasus kejadian kanker serviks paling sering terjadi pada usia 40 sampai dengan 50 tahun, sehingga WUS dengan usia ≥ 40 tahun diharapkan lebih banyak yang melakukan pemeriksaan IVA/ Pap smear.10

Dari hasil penelitian didapati bahwa WUS yang berusia ≥ 40 tahun adalah sebanyak 32 (32,0 %) responden dan yang berusia < 40 tahun adalah sebanyak 68 (68,0 %) responden.

Pengetahuan dikategorikan menjadi dua, yaitu baik dan kurang. Berdasarkan penelitian, 86 (85,0%) WUS berpengetahuan baik dan 14 (14,0%) WUS berpengetahuan kurang.

Pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu berpendidikan tinggi (SMA, Akademik/ PT) dan berpendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP). Hasil penelitian menunjukkan dari 100 responden 81 (81,0%) WUS berpendidikan tinggi dan 19 (19,0%) WUS berpendidikan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa WUS yang bekerja lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak bekerja, yakni 32 (32,0%) WUS bekerja dan 68 (68,0%) WUS tidak bekerja.

Status ekonomi diperoleh dari penghasilan responden dan dibagi menjadi tiga kategori yakni tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden terbanyak merupakan responden dengan status ekonomi tinggi yakni

sebanyak 47 (47,0%) WUS, sedangkan responden dengan status ekonomi sedang sebanyak 27 (27,0%) WUS dan status ekonomi rendah sebanyak 26 (26,0%) WUS.

Usia pertama kali responden menikah dikategorikan menjadi tiga, yakni muda, ideal, dan tua. Dari 100 responden terdapat 11 (11,0%) WUS yang menikah pada usia muda, 82 (82,0%) WUS yang menikah pada usia yang ideal, dan hanya 7 (7,0%) WUS yang menikah pada usia tua.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang paling banyak adalah WUS dengan angka paritas sedang yaitu sebanyak 82 (82,0%) WUS, kemudian WUS dengan angka paritas tinggi sebanyak 16 (16,0%) WUS dan hanya 2 (2,0%) WUS dengan angka paritas rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 100 responden terdapat 64 (64,0%) WUS yang memiliki jaminan kesehatan dan 36 (36,0%) WUS yang tidak memiliki jaminan kesehatan.

Akses layanan kesehatan dikategorikan menjadi dua, yaitu dekat dan jauh.

Jumlah responden yang memiliki akses layanan kesehatan yang dekat sebanyak 90 (90,0%) dan 10 (10,0%) responden memiliki akses layanan kesehatan yang jauh.

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 80 (80,0%) WUS tidak memiliki dukungan suami dan hanya 20 (20%) WUS yang memiliki dukungan suami.

5.1.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status eknomi, usia menikah, paritas, jaminan kesehatan, akses layanan kesehatan, dan dukungan suami) dengan variabel terikat (perilaku periksa IVA/ Pap smear). Hasil analisis antara variabel bebas dan terikat dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/

Pap Smear di Wilayah Puskesmas Lubuk Pakam Perilaku Periksa IVA/ Pap

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara usia dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear, diperoleh data bahwa dari 32 WUS berusia ≥ 40 tahun sebanyak 16 orang (50,0%) yang berperilaku periksa baik dan sebanyak 16 orang juga (50,0%) yang berperilaku periksa kurang. Sedangkan, dari 68 WUS berusia

< 40 tahun terdapat 55 orang (80,9%) yang berperilaku periksa kurang dan hanya 13 orang (19,1%) yang berperilaku periksa baik. Berdasarkan uji statistik diperoleh p value= 0,001 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku WUS dalam melakukan IVA/ Pap smear.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear diperoleh hasil sebanyak 29 orang (33,7%) WUS berpengetahuan baik pernah melakukan IVA/ Pap smear dan sebanyak 57 orang (66,3%) WUS berpengetahuan baik tidak pernah melakukan IVA/ Pap smear.

Sedangkan, dari total 14 WUS berpengetahuan kurang seluruhnya tidak pernah melakukan IVA/ Pap smear (100%). P value yang diperoleh berdasarkan uji statistik yakni sebesar 0,009 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear didapati bahwa mayoritas WUS berpendidikan tinggi tidak pernah melakukan pemeriksaan dimana dari 81 WUS berpendidikan tinggi 54 orang (66,7%) berperilaku periksa kurang dan 27 orang (33,3%) berperilaku periksa baik. Sedangkan, dari 19 WUS berpendidikan rendah hampir seluruhnya yakni 17 orang (89,5%) berperilaku periksa kurang dan hanya 2 orang (10,5%) yang berperilaku periksa baik. P value yang diperoleh berdasarkan uji statistik yakni sebesar 0,049 dimana terdapat hubungan antara pendidikan dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear diperoleh hasil sebanyak 21 WUS (65,6%) yang bekerja berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik dan 11 WUS (34,4%) yang bekerja berperilaku periksa kurang. Sedangkan mayoritas WUS yang tidak bekerja berperilaku periksa IVA/ Pap smear kurang yakni sebanyak 60 orang (88,2%) dan hanya 8 orang (11,8%) yang berperilaku periksa baik. Berdasarkan uji statistik

diperoleh p= 0,000 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear.

Berdasarkan hasil analisis hubungan diperoleh data sebanyak 21 WUS (44,7%) dengan status ekonomi tinggi berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik dan 26 WUS (55,3%) berperilaku periksa kurang. Mayoritas WUS dengan status ekonomi sedang dan rendah berperilaku periksa IVA/ Pap smear kurang dengan masing-masing 21 orang (77,8%) dan 24 orang (92,3%). Sedangkan WUS dengan status ekonomi sedang dan rendah yang berperilaku periksa baik hanya sebanyak masing-masing 6 orang (22,2%) dan 2 orang (7,7%). Berdasarkan uji statistik diperoleh p= 0,003 dimana terdapat hubungan antara status ekonomi dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear.

Berdasarkan analisis hubungan antara usia menikah dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear diperoleh hasil hampir seluruh WUS dengan usia menikah muda berperilaku periksa IVA/ Pap smear kurang yakni sebanyak 10 orang (90,0%) dan hanya 1 orang (9,1%) yang berperilaku periksa baik. Sebanyak 56 WUS (68,3%) dengan usia menikah ideal berperilaku periksa kurang dan 26 WUS (31,7%) berperilaku periksa baik. Dari 7 WUS dengan usia menikah tua sebanyak 5 orang (71,4%) berperilaku periksa kurang dan 2 orang (28,6%) berperilaku periksa baik.

P value yang diperoleh berdasarkan uji statistik adalah sebesar 0,348 yang berarti tidak ada hubungan antara usia menikah dengan perilaku WUS melakukan IVA/

Pap smear.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara paritas dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear, seluruh WUS dengan paritas rendah berperilaku periksa kurang yaitu 2 orang (100,0%). Sebanyak 24 WUS (29,3%) dengan paritas sedang berperilaku periksa baik dan 58 WUS (78,7%) berperilaku periksa kurang.

Sedangkan sebanyak 11 WUS (68,8%) dengan paritas tinggi berperilaku periksa kurang dan hanya 5 WUS (31,3%) yang berperilaku periksa baik. P value yang diperoleh berdasarkan uji statistik ialah sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan antara paritas dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara jaminan kesehatan dengan

baik sebanyak 28 orang (43,8%) memiliki jaminan kesehatan dan 1 orang (2,8%) tidak memiliki jaminan kesehatan. Sedangkan proporsi WUS yang berperilaku periksa kurang sebanyak 36 orang (56,3%) memiliki jaminan kesehatan dan 35 orang (97,2%) tidak memiliki jaminan kesehatan. Berdasarkan uji statistik diperoleh p= 0,000 yang berarti ada hubungan antara kepemilikan jaminan kesehatan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear.

Berdasarkan analisis diperoleh hasil sebanyak 24 WUS (26,7%) dengan akses layanan kesehatan dekat berperilaku periksa baik dan 66 WUS (73,3 %) berperilaku periksa kurang. Sedangkan, WUS dengan akses layanan kesehatan jauh yang berperilaku periksa baik sama dengan yang berperilaku periksa kurang yakni sebanyak 50 orang (50,0%). P value yang diperoleh berdasarkan uji statistik adalah 0,148 yang berarti tidak ada hubungan antara akses layanan kesehatan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear.

Berdasarkan hasil analisis hubungan diperoleh proporsi WUS yang berperilaku periksa baik sebanyak 11 orang (55,0%) mendapat dukungan suami dan 18 orang (22,5%) tidak mendapat dukungan suami. Sedangkan proporsi WUS yang berperilaku periksa kurang sebanyak 9 orang (45%) mendapat dukungan suami dan 62 orang (77,5%) tidak mendapat dukungan suami. Berdasarkan uji statistik diperoleh p= 0,004 yang berarti ada hubungan antara dukungan suami dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear.

Dokumen terkait