• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan Penelitian

5.2.1. Hubungan Antara Usia dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara usia dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear (p= 0,001). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green bahwa faktor sosiodemografi dalam hal ini usia berpengaruh terhadap perbedaan dalam perilaku kesehatan.57

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Nikko Darnindro, dkk dengan judul “Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Rumah Susun

Klender Jakarta 2006” dimana terdapat hubungan bermakna antara usia dan perilaku (p= 0,007).58

5.2.2. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, proses adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.59

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa kebanyakan WUS memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 86%. Namun, dari 86 WUS yang berpengetahuan baik hanya 29 WUS (33,7%) yang berperilaku baik atau pernah melakukan IVA/ Pap smear. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Aziz bahwa pengetahuan ibu tentang kanker serviks akan membentuk sikap positif terhadap deteksi dini kanker serviks.60 Hal ini mungkin dikarenakan rendahnya kesadaran WUS akan pentingnya deteksi dini sebagai pencegahan kanker serviks yang juga didukung dengan teori Green yang menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak akan selalu menyebabkan perubahan perilaku.57

Hasil uji bivariat menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear dengan p= 0,009. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasbiah di Poltekes Palembang yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan papsmear dengan p= 0,012.61

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Fitria terhadap WUS di Desa Gunting Kecamatan Wonosari Klaten dimana dari seluruh responden penelitian yang melakukan IVA mayoritas memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 7 orang (7,9%), sedangkan yang tidak melakukan IVA mayoritas memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 31 orang (34,4%). Hasil analisis diperoleh p value sebesar 0,003 yang berarti ada hubungan bermakna antara

5.2.3. Hubungan Antara Pendidikan dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/

Pap Smear

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk membentuk pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang umumnya makin mudah untuk menerima informasi.63Notoatmodjo juga menyatakan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perilaku masyarakat, apabila pendidikan masyarakat tinggi maka mereka akan mengerti dan memahami pentingnya melakukan pemeriksaan IVA dan sebaliknya.64 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana 27 WUS (33,3%) berpendidikan tinggi berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik, sedangkan hanya 2 WUS (10,5%) berpendidikan rendah yang berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik.

Hasil uji bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear (p= 0,049). Hal ini sesuai dengan teori Green yang menyatakan bahwa faktor sosiodemografi dalam hal ini pendidikan berpengaruh besar terhadap perilaku kesehatan.57 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Nasihah dimana p value pendidikan terhadap perilaku sebesar 0,00 yang artinya ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan perilaku periksa IVA.65

5.2.4. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/

Pap Smear

Pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan untuk mencari nafkah.

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.64Wanita usia subur yang bekerja cenderung memiliki waktu lebih banyak di luar rumah sehingga lebih mungkin terpapar lebih banyak informasi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa WUS yang berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik lebih banyak merupakan WUS yang bekerja (65,6%) dan WUS yang berperilaku periksa IVA/ Pap smear kurang lebih banyak merupakan WUS yang tidak bekerja (88,2%). Dari hasil uji bivariat didapati

bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear dengan p= 0,000. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Sarini dan Purba.66,67

5.2.5. Hubungan Antara Status Ekonomi dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Status ekonomi dinilai dari pendapatan keluarga tiap bulan. Semakin tinggi status ekonomi diharapkan semakin baik perilaku periksa IVA/ Pap smear.

Sebaliknya, tingkat sosial ekonomi yang terlalu rendah akan mempengaruhi individu menjadi tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak.44

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana WUS yang berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik paling banyak ialah WUS dengan status ekonomi tinggi yaitu 21 orang (44,7%), kemudian WUS dengan status ekonomi sedang yaitu 6 orang (22,2%). Sedangkan WUS dengan status ekonomi rendah hanya 2 orang (7,7%) yang berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik. P value yang didapat ialah 0,003 yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara status ekonomi dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Nuur Desi terhadap ibu-ibu PKK di Dusun Tajem Depok Sleman yang menyatakan ada hubungan antara status ekonomi dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear dengan p= 0,001.11

5.2.6. Hubungan Antara Usia Menikah dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Usia menikah berhubungan dengan onset aktivitas seksual. Usia menikah muda jika dilakukan dibawah 20 tahun memiliki risiko terkena kanker serviks yang lebih tinggi karena organ reproduksi belum matang sempurna.14 Sehingga diharapkan WUS dengan usia menikah muda memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks.

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa WUS yang paling banyak berperilaku periksa IVA/ Pap smear baik adalah WUS dengan usia menikah ideal

seluruhnya berperilaku periksa IVA/ Pap smear kurang yaitu 10 orang (90,9%) dan hanya 1 orang (9,1%) yang berperilaku baik.

Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia menikah dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear dengan p value > 0,05. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Nikko, dkk dimana p value usia saat menikah terhadap perilaku Pap smear sebesar 0,557.58

5.2.7. Hubungan Antara Paritas dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas yang berisiko lebih tinggi terkena kanker serviks adalah paritas tinggi (> 3) sebab dapat menimbulkan perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi keganasan.68 Oleh karena itu, diharapkan WUS dengan paritas tinggi memiliki kesadaran dan perilaku periksa IVA/ Pap smear yang lebih baik dibanding dengan WUS dengan paritas rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa WUS yang memiliki perilaku periksa IVA/ Pap smear baik terbanyak dari WUS dengan paritas sedang yaitu 24 orang (29,3%) kemudian WUS dengan paritas tinggi yaitu 5 orang (31,3%). Sedangkan WUS dengan paritas rendah tidak ada yang pernah melakukan IVA/ Pap smear (0,0%).

Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear dengan p= 1,000. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Nuur Desi dimana p value antara paritas dengan perilaku IVA/ Pap smear sebesar 0,662.11

5.2.8. Hubungan Antara Jaminan Kesehatan dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Jaminan kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah BPJS. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) mengadakan layanan skrining untuk mendeteksi kanker serviks gratis bagi peserta BPJS perempuan47, sehingga

diharapkan WUS yang memiliki jaminan kesehatan memiliki perilaku periksa IVA/

Pap smear yang lebih baik dibandingkan WUS yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Hal ini karena salah satu faktor yang menyebabkan WUS tidak melakukan IVA/ Pap smear adalah karena keterbatasan biaya.69

Hasil analisis sesuai dengan hal tersebut dimana 28 orang (43,8%) WUS yang memiliki jaminan kesehatan pernah melakukan IVA/ Pap smear, sedangkan hanya 1 orang (2,8%) WUS yang tidak memiliki jaminan kesehatan yang pernah melakukan IVA/ Pap smear. Namun, dari 64 WUS yang memiliki jaminan kesehatan masih terdapat 36 orang (56,3%) yang tidak pernah melakukan IVA/ Pap smear. Hal ini dapat dikarenakan masih rendahnya kesadaran WUS terhadap deteksi dini kanker serviks.

P value yang diperoleh ialah 0,000 yang berarti ada hubungan bermakna antara kepemilikan jaminan kesehatan terhadap perilaku periksa IVA/ Pap smear.

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Pertiwi yang menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara kepemilikan jaminan kesehatan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear dengan p=0,917.11 Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan karakteristik responden seperti status ekonomi, dimana responden dengan status ekonomi rendah lebih memprioritaskan kebutuhan lain yang lebih mendesak.44 Hal lain yang dapat menjadi penyebab perbedaan hasil ini adalah perbedaan kesadaran responden akan pentingnya pencegahan kanker serviks.

5.2.9. Hubungan Antara Akses Layanan Kesehatan dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Jarak fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan pemeriksaan IVA/ Pap smear yang terjangkau bagi WUS akan meningkatkan perilaku pemeriksaan. Hal ini dikarenakan jarak membatasi kemampuan dan kemauan WUS untuk mencari pelayanan, terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit, dan tidak tersedianya tempat pelayanan.70

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara akses layanan kesehatan dengan perilaku periksa IVA/ Pap smear dengan p= 0,148.

layanan kesehatan dengan pemeriksaan IVA/ Pap smear sebesar 0,511.11 Penelitian oleh Kinanthi juga menunjukkan hasil yang sejalan dimana p value untuk keterjangkauan jarak terhadap perilaku Pap smear adalah 0,34 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna.68

Hal ini tidak sesuai dengan teori Green yang menyatakan salah satu faktor pemungkin suatu motivasi terlaksana adalah jarak dan ketersediaan transportasi.57 Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan sikap yang mendukung untuk dilaksanakannya pemeriksaan IVA/ Pap smear, seperti bersikap negatif terhadap pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan belum mengetahui tujuan serta manfaat IVA/ Pap smear.10

5.2.10. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Perilaku WUS Melakukan IVA/ Pap Smear

Suami merupakan orang terdekat dengan responden. Dalam rumah tangga, perlakuan suami akan mempengaruhi perilaku istri.68 Faktor penting dalam memberikan dorongan bagi ibu untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks adalah orang-orang terdekat termasuk didalamnya suami.67

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara dukungan suami dengan perilaku WUS melakukan IVA/ Pap smear (p= 0,004). Hal ini sesuai dengan teori Green yang mengatakan bahwa dukungan keluarga dapat menjadi faktor penguat seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan, dalam hal ini IVA/

Pap smear.57

Hasil penelitian Kinanthi juga sejalan dengan hasil penelitian ini dimana p value dukungan suami terhadap perilaku Pap smear sebesar 0,01.68 Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian Martina dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014” dengan p= 0,00171, penelitian Yuliwati dengan p= 0,00010, dan penelitian Pertiwi dengan p= 0,000.11

Dokumen terkait