• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Enam Dimensi Subyek V

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 65-75)

4.1.4. Subjek III

4.1.6.3. Gambaran Enam Dimensi Subyek V

a. Penerimaan Diri (Self Acceptance)

Bersikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap masa lalu merupakan kriteria dimensi penerimaan diri sebagaiman diungkapkan oleh Ryff (2013).

Melalui wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap subjek, terungkap bahwa Subjek V dapat menerima pekerjaannya sebagai pekerja rumah tangga dan ia juga mengetahui dan menerima semua hal yang ada pada dirinya.

“Yah ga tau dah, kayaknya selama ini mah saya asik asik aja.. Kalo di depan saya ga pernah, ga pernah denger saya, cuman selisih paham pernah sama temen, ya biasa lah namanya kerja kan..”

“Pemalu kayaknya ya, pernah bagian psikolog, temen anak bos saya, dia bisa nentuin golongan A itu orangnya pemalu, tapi yang saya rasain iya, saya disini udah 8 tahun tapi rasanya masih canggung gitu, ga enakan, masih sungkan, sifatnya pemalu sama mudah kesinggung, udah itu aja, ga tau dah saya bingung, jangan yang jelek yang dicatet, yang bagusnya aja hahaha”

“Ya kalo bukan kita sendiri, siapa lagi yang nyukain diri kita ?” Subjek juga mengatakan apabila dibandingkan dengan orang lain disekitarnya, Subjek V merasa bahwa ia lebih menyukai dirinya sendiri.

“Kayaknya meningan menyukai diri kita sendiri deh, selain istri ya ini mah, selain istri anak cucu hahaha”

Dalam wawancara terlihat bahwa Subjek V selalu berusaha untuk melihat sisi positif dari segala hal yang telah terjadi dalam hidupnya dan senantiasa bersyukur. Ia mengakui bahwa terdapat penyesalan pada masa lalunya, namun Subjek V menerima hal tersebut sebagai hal yang harus ia jalankan.

“Apa ya, soalnya saya, engga ada sih kayaknya, Cuma nikmatin aja udah, punya penghasilan degini saya nikmati, saya syukuri, Cuma itu ya, ya mungkin karena kita udah factor umur ya, penyakit ya dateng sendiri, kalo yang saya ga suka ya itu, saya mudah tersinggung, tapi saya mau berusaha untuk tidak menerima itu, gitu loh, jadi positif aja”

“Mungkin ada ya, faktornya satu pendidikan umum, sama pendidikan agama ya, itu saya akuin saya masih belum dapetin maksimal”

Subjek V menyatakan bahwa sama seperti orang lain pada umumnya, ia ingin menjadi seperti orang lain yang hidup sejahtera, dan berhasil. Namun ia menekankan bahwa ia bersyukur atas apa yang telah ia raih dalam hidup.

“Yah, orang lain yang gimana dulu ? yang berhasil gitu ? ya ini maaf, mungkin semua orang pasti arahnya kesitu ya, tapi berhubung kita kembali lagi ke dasar, apa boleh buat, yang penting syukuri aja, apa yang udah kita dapet, itu aja, mungkin semua orang mau. Karena kita mendasarkan pendidikan sama, ya gimana ya, yaudah”

Subjek V mengaku bahwa dirinya tidak merasa sedih atas hidupnya, ia menjalankan hidupnya dengan bersyukur dan berdoa. Ia juga selalu mengingatkan pada keluarganya untuk tidak iri dengan kehidupan orang lain.

“Kayaknya selama ini engga, saya jalanin aja, kita berdoa aja udah, gitu aja”

“Hmm, iri ? malah saya nganjurin sama keluarga saya, yaudah ga usah, ngapain iri iri, ngapain mikirin, yaudah kita kita aja udah, ga usa pikirin orang, orang mau beli apa beli apa, masa bodo, kalo gitu saya orangnya”

b. Hubungan Positif Dengan Orang Lain (Positive Relations With

Others)

Kriteria dimensi hubungan positif dengan orang lain meliputi kehangatan, kepuasan dan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukan

empati, afeksi dan keintiman serta memahami konsep “memberi dan menerima” dalam hubungan dengan orang lain. (Ryff, 2013)

Selama kurang lebih 8 tahun bekerja, hubungan Subjek V dengan keluarga majikan terjalin dengan baik, bahkan ia sudah menganggap majikannya sebagai keluarga sendiri. Subjek V mengatakan bahwa tidak ada masalah yang berarti selama ia bekerja disini dan ia selalu berusaha untuk tidak meakukan kesalahan sekecil apapun. Subjek III juga mengaku bahwa ia merasa senang dan nyaman dengan pekerjaannya saat ini, walaupun ia mengakui bahwa ia masih merasa canggung ketika sedang mengobrol dengan majikannya.

“Setiap jalan ngobrol, ya paling gitu gitu aja, pokoknya orangnya asik.. Iya, cuman sayanya masih, apa ya, walaupun dia ngajak ngobrol, timpalin, tapi canggung, gimana sih ya, jadi kita ikutin aja”

“Sedekat apa ya, kalo saya anggap sih udah sebagian keluarga, soalnya orangnya terlalu baik juga, jadi saya juga ga mau bikin kesalahan sedikit apapun, jadi bener2 saya jaga. Biasanya orang baik kaya gini, kita punya kesalahan gini tuh, kepercayaan langsung ilang gitu. saya apa apa semua selalu bilang, uang di mobil tuh ga cukup 50an, kadang sampe ratusan, ambil 2000 aja saya bilang, padahal dia nyuruh, gapapa ambil aja, emang disediaiin buat makan, tapi saya engga, kalo bukan dari dia langsung, sifat saya gitu, nih pak buat makan, baru saya ambil, nanti ada kembalinya saya kasih lagi. Kalo disuruh ngambil disitu tanpa ada dari sini, ga bakalan saya ngambil, itu sifat saya, mungkin kita punya perasaan ngejaga lah istilahnya, takutnya dia ngitung ngitung nari duit segini kok tinggal segini, gituu”

“Yang bikin seneng ya, sekarang mungkin walaupun tiap hari keluar tapi jalannya kan jam 9, setengah 10, nyantai gitu, jadi ga teriket, nah kesatu ya ga teriket, kedua ga terlalu forsir tenaga, dia pengertian ke saya”

Dalam keluarganya, Subjek V merupakan sosok laki – laki yang penyayang dan selalu mengingatkan keluarganya untuk hal-hal baik. Ia

mengatakan bahwa ia sangat terbuka untuk menceritakan masalah dan hal menyenangkan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kepada istrinya.

“Yaaa, kalo sama anak saya ngobrolnya sekolah biar bener, ngaji biar bener, mana ada saya bilang orang tua yang mau ngejerumusin anak. Mumpung lagi ada orang tua, semampu apapun orang tua pasti usahain, sama istri pun begitu, ga usah dengerin tetangga ngomong kiri kanan, ga usah, keluarga kita aja, kita urusi, kalo saya gitu orangnya”

“Cerita, saya ga pernah, istilahnya ga pernah nutup nutupin, saya blak blakan orangnya.. Paling, udah, ngapain, dia sama kaya saya sifatnya, yaudahlah emang orangnya gitu, sifatnya gitu umpama ke kita, udah lah ngapain, biarin aja, emang orangnya gitu”

Ketika menghadapi permasalah dengan istrinya, Subjek V selalu berusaha untuk bertanya dan mencari tau penyebab kemarahan istrinya. Ketika ia sudah mengetahui apa akar dari permasalahannya, Subjek V akan mencari solusi dan memberi saran kepada istrinya

“Nah, itu dia kalo marah diem.. Ya nanti dia saya tegor, kenapa kamu kemarin, nanti kalo udah ini, kenapa kmrn, pusing anak gini gini, naah berarti kan masalah anak, yaudah, biarin aja, ngapain, namanya anak anak, kalo saya gitu, saya tegor udah 2 -3 hari udah mulai ini, baru saya tegor”

Subjek V merupakan pribadi yang ramah dan mudah bergaul dengan orang lain, ia memiliki hobi yang ia lakukan bersama teman-temannya ketika ada waktu luang yaitu memancing dan bermain catur. Subjek V mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang baru, ia termasuk orang yang lebih suka memulai untuk menegur terlebih dahulu ketika bertemu dengan orang yang belum dikenalnya.

“Kalo di rumah ? kalo ga jalan, paling saya happy happy aja, nonton TV, paling kalo temen manggil nongkrong, main catur,

mancing, karena ini pemancingan lagi kering, jadi istirahat dulu mancing, jadi main catur deh paling”

“Sebagian, ga kenal semua sih, lumayan banyak yang kenal mah, yah bisa dibilang gitu, soalnya hampir semuanya pernah ngerasain saya yang bawa, soalnya awalnya kan ini kan masih, kalo sekarang istilahnya udah ada yang tetap, kalo kmrn kmrn kan blm, masih apa aja boleh saya bawa, kalo sekarang mah saya juga ga berani, karena disini aja hampir tiap hari”

“Kalo saya langsung negor orangnya, saya ga mau diem diem gitu.. Saya engga juga sih, soalnya saya duluan yang nyosor, kenalan, darimana”

c. Kemandirian (Autonomy)

Individu yang memiliki tingkat kemandirian yang baik ditunjukan sebagai pribadi yang mandiri, mampu bertahan terhadap tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara cara tertentu, mampu meregulasi tingkah laku diri sendiri dan mengevaluasi diri sendiri dengan standar pribadi (Ryff, 2013).

Dalam wawancara Subjek V mengatakan bahwa dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan anak, ia biasa mengambil keputusan sendiri, sedangkan untuk hal-hal yang berhubungan dengan teman-temannya, ia akan selalu berdiskusi terlebih dahulu dengan mereka.

“Dibidang apa dulu, kalo untuk urusan keluarga & anak sih mungkin ya saya, yang ngambil keputusan saya sendiri, kalo lagi sama temen temen ya bareng bareng”

Dalam wawancara, Subjek V menyatakan bahwa dirinya tidak pernah menyesal atas keputusan yang telah ia ambil.

“Kalo udah kejadian begini, saya ga pernah menyesal, tapi menyesalnya ya itu, saya juga istilahnya bukan mau nyalahin orang tua ya, karena orang tua ekonominya pas pasan, ya mau apa lagi, apa yang disesalin, cuman saya nyeselnya itu pendidikan

sama agama, kurang mau mendalami agama, belom lah.. kalo masalah anak, saya aja anak semua emang harus, jangan kaya orang tua gitu, kalo gitu anak nih, walaupun bapaknya tukang ojek atau supir, klo boleh dia punya supir gitu, kal osaya ngajar anak gitu”

Subjek V merupakan pribadi yang mampu menolak tekanan sosial dalam berperilaku dan bertindak, ia juga merupakan orang yang teguh dalam pendiriannya. Dalam wawancara, Subjek V mengatakan tidak suka dipengaruhi oleh orang lain dan ia tidak pernah merasa kesulitan dalam menyampaikan pendapat.

“Saya paling ga suka dipengaruhin orang lain malah, paling ga suka saya, apalagi yang namanya harta karun.. Iya, saya tetep sama pendapat saya”

“Kalo untuk ke anak engga kayaknya, saya plos plos plos gitu aja, sama temen juga sama, kalo tuker pikiran tuh saya ambil positif aja, kalo ngasih saran ke temen temen gitu paling mudah, paling suka saya, misalkan ini jalannya begini nih, ini salah, jangan begini, gituu. Kalo saya tuh ngasih arahan ke temen temen tuh kayaknya seneng gitu”

Dalam wawancara, terungkap bahwa Subjek V mampu meregulasi perilaku dan mengevaluasinya bedasarkan tuntutan dalam dirinya. Ia mengatakan bahwa ia selalu menjadi dirinya sendiri.

“Paling saya terserah, kalo saya ngomong istilahnya, sampean ga suka saya ngomong kaya gitu yaudah, saya sih Cuma ngasih tau jalannya gini gini gini, gitu”

“Kalo saya ga ambil pusing orangnya, ya saya diem, biarin aja dia ngomongin saya, marahin saya, entar lama lama sakit yang ngomelin saya. Saya ga mau pusing”

d. Penguasaan Terhadap Lingkungan (Environmental Mastery)

Dimensi ini ditandai dengan kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang cocok atau untuk mengatur lingkungan

yang kompleks. Individu yang baik dalam dimensi ini ditandai dengan memiliki penguasaan dan kemampuan untuk mengatur lingkungan, mengontrol susunan yang kompleks dari aktifitas eksternal, menggunakan kesempatan yang tersedia secara efektif, serta mampu memilih dan menciptakaan keadaaan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai diri. (Ryff, 2013)

Dalam kesehariannya, Subjek V menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki jadwal-jadwal tertentu dalam melakukan aktifitasnya, karena kegiatan sehari-harinya tergantung pada jadwal kerjanya yang cenderung tidak pasti dan spontan. Dan Subjek V mengatakan ia dapat menyesuaikan diri dengan baik ketika ada hal mendadak atau spontan.

Dalam wawancara, Subjek V menyatakan pendapatnya bahwa manusia tidak pernah merasa puas, oleh karena itu ia selalu berusaha untuk bersyukur atas apa yang sudah ia dapatkan.

“Kalo dibilang puas, namanya orang kan ga ada puasnya, cuman ya ya itu tadi saya syukuri aja.”

“Ya kan saya bilang tadi, kalo yang namanya manusia hidup itu rasanya ga ada cukupnya ya, banyak abis, dikit cukup, ya itu. Banyak juga kan penghasilan banyak, pengeluaran juga kan maunya banyak lagi, mendingan dikit cukup”

e. Tujuan Hidup (Purpose In Life)

Dimensi ini menekankan pentingnya memiliki tujuan, pentingnya keterarahan dalam hidup dana percaya bahwa hidup memiliki tujuan dan makna. Individu yang memiliki tujuan hidup yang baik, memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam hidup dan mampu mengarahkannya, merasakan

arti hidup, serta memegang kepercayaan bahwa hidup memiliki maksud dan keobjektifan dalam hidup. (Ryff, 2013)

Dalam menjalankan kehidupannya, Subjek V berpegang dengan prinsip bahwa sekarang harus berusaha sebaik mungkin supaya masa depan menjadi lebih baik. Ia mengatakan bahwa saat ini ia tidak memiliki keinginan dan target tertentu.

“Keinginan ya kayaknya ga punya sih, pokoknya sekarang mungkin kehidupan saya setelah gabung diini ya alhamdulillah, semakin lebih baik lah, jadi ga terlalu, ya pokoknya lumayan” Subjek V mengatakan salah satu pengalaman masa lalunya yang berharga dan selalu ia ingat adalah masa-masa sekolah dulu. Subjek juga mengatakan bahwa ia merasa berarti untuk orang-orang yang membutuhkan kealiannya.

“Yang udah mah udah saya mah, ga pernah diituin, ya paling waktu sekolah saya sukanya, sekolah SD itu, paling termahal kyaknya itu, soalnya dibidang apa waktu itu sekolah aya juara umum, itu yang paling terkenang, dibidang olahraga, saya emang sukanya olah raga, semua olahraga saya suka”

“Untuk sementara mungkin saya masih berarti kayaknya, masih dibutuhkan untuk orang orang yang membutuhkan keahlian saya, kaya yang disni, istri, anak”

f. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)

Dimensi ini didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang, perkembangan diri serta keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru. Individu yang baik dalam dimensi ini memiliki keinginan untuk melanjutkan perkembangan diri, melihat diri terus berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi

diri, melihat perkembangan diri dan perilaku serta dapat berubah untuk dapat merefleksikan lebih banyak pemahaman diri dan keefektivitasan. (Ryff, 2013)

Dari hasil wawancara, terlihat bahwa Subjek V sedikit pesimis dan tidak mau berangan-angan terlalu tinggi. Walaupun begitu, ia menjabarkan mengenai perubahan dalam diri dan kehidupannya yang semakin lebih baik.

“Keinginan sih apa ya, ya itu kaya mau kaya orang orang tapi mau diapain lagi gitu kan, ya tapi sekarang alhamdulillah lah kalo saya rasain emang ada peningkatan sedikit setelah gabung kesini, awalnya mah, ya pokoknya lumayan lah.. kalo angan angan kan kalo kita terlalu tinggi, entar jatohnya ga enak”

“lebih baik sekarang, ya sekarang kan kita lima waktu sekarang lebih rutin”

Subjek V mengungkapkan bahwa ia tidak terlalu tertarik untuk mencoba hal baru.

“mancing udah lama, catur juga udah lama, olahraga juga udah lama, lari lari jalan suka, bulu tangkis suka.. Kalo yang baru baru gitu saya kurang ah, tapi kalo yang udah dari dulu saya lakuin, saya suka sampe sekarang”

“Yaa, blm tentu istilahnya sama kaya yang udah lama, sama yang udah ada, misalkan ada keluaran baru modelnya apa, saya mah yaudah aja. Kalo buat ngerubah ini mungkin kita berusaha ya” Dalam wawancara, terungkap bahwa Subjek V cukup mampu melihat potensi dan peluang yang ada di dalam dan di luar dirinya, terlihat dari banyak hal yang telah ia lakukan untuk mencapai apa yang ia inginkan. Subjek V mengatakan untuk meraih apa yang ia inginkan, ia telah melakukan banyak hal mulai dari bekerja sebagai pekerja rumah

tangga, berjualan, membuka jasa laundry, dan hal lain yang dapat ia lakukan.

Subjek V terlihat ragu tentang peluang untuk menjadikan masa depannya lebih baik dari saat ini, karena usianya yang tidak lagi muda. Namun, ia selalu memotivasi anak-anaknya supaya menjadi lebih baik dari ayahnya saat ini. Dan ia juga mengatakan, saat ini tumpuan harapannya terletak pada anak-anaknya.

“Yaa, untuk kemauan mah ada ya, cuman ya itu tadi, kembali ke yang tadi saya bilang, mau diapain lagi, karena kita emang keadaan kaya gini, ya mungkin dari factor umur pun udah kelewat buat itu. Kalo untuk anak mah, saya selalu mengarahkan untuk kesitu, kalo bapak supir tuh kalo anak jangan sampe jadi supir lagi, minimal punya supir, kan itu udah pengarahannya udah lumayan kan, walaupun saya pendidikannya cuma SD”

“Ya harapannya ya gimana ya, jaman sekarang suka kaya gini, harus ada peningkatan, yaa harapannya di anak lah bisa”

4.1.7. Subjek VI

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 65-75)

Dokumen terkait