• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: PRAKTIK POLITIK ISLAM: KEPEMIMPINAN

A. Gambaran Geografis Madinah

M

adinah1 merupakan sebuah kota yang terletak di kawasan yang disebut dengan Hijaz. Hijaz adalah daerah tandus yang terbentang antara daratan tinggi Nejd dan daerah pantai Tihamah. Selain Madinah terdapat dua kota lain yaitu Taif dan Makkah. Sebelum nabi Muhammad hijrah, kota ini disebut dengan Yatsrib. Pada masa itu Yatsrib belum menjadi sebuah kota. Ia adalah suatu kawasan seperti oase yang sangat subur dengan luas 20 mil persegi yang dikelilingi bukit batu yang tandus. Di tempai inilah tinggal bangsa Yahudi. Mereka ini diperkirakan telah menetap di kawasan ini sejak 125 M, yakni sejak mereka diusir oleh bangsa Romawi yang menguasai Palestina.2 Sampai abad ke-7 paling tidak terdapat tiga suku utama Yahudi di Yatsrib, yakni: Bani Quraizhah, Bani Na«hir, dan Bani Qainuqâ.

Sementara itu, sekitar abad ke-6 M, Bangsa Arab Bani Qailah bermigrasi dari Arabia Selatan dan kemudian berdomisili bersama-sama bangsa Yahudi di Yatsrib. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan dua suku utama Aus dan Khazraj. Awalnya secara sosial strata sosial mereka ini

1 Informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan tentang Madinah termasuk tempat-tempat suci yang ada di dalamnya dapat dilihat antara lain dalam Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Madinah Munawwarah,(Lahore Pakistan: t.p, 2004).

lebih rendah dari orang-orang Yahudi. Akan tetapi, lama-kelamaan posisi mereka meningkat hingga dapat menyamai orang Yahudi, bahkan sedikit melampauinya. Pada posisi inilah mulai terjadi konflik, baik antara Yahudi dan Arab, maupun antara sesama Yahudi yang di antara mereka berkalaborasi dengan Aus dan sebgaian dengan Khazraj. Siklus konflik ini terjadi secara terus-menerus sepanjang tahun dan selalu menemukan jalan buntu. Puncaknya adalah pada perang Bu’ats yang memberi kemenangan pada suku Aus bersama sekutunya bangsa Yahudi Bani Na«hir. Menurut Watt, ada delapan suku utama Arab, sementara Yahudi memiliki lebih dari 20 suku. Suku-suku Yahudi tinggal di Yatsrib dan sekitarnya seperti di Taima, Khaibar, dan Fadak.3

Sementara dari sisi geografis, Madinah adalah sebuah kota yang letaknya kira-kira 300 mil sebelah Utara Makkah adalah sebuah kawasan yang banyak memiliki oase-oase. Tanahnya subur cocok untuk lahan pertanian. Letaknya persis pada posisi jalan yang menghubungkan Yaman dan Suria. Hingga awal kedatangan Islam masih mendominasi kehidupan ekonomi di Hijaz. Kawasan pertanian seperti di oase-oase Taima, Fadak, dan Wadi al-Qurâ berada di bawah penguasaan Yahudi. Kemakmuran ekonomi Yahudi ditopang oleh keunggulan mereka di bidang pertanian, irigasi, dan industri. Mereka juga banyak yang menjadi tuan-tuan tanah, pengontrol bidang keuangan dan perdagangan. Kemamapan di bidang ekonomi ini dapat dilihat dari jumlah mereka lebih kurang separuh dari penduduk Madinah. Di samping itu keahlian bangsa Yahudi kala itu adalah sebagai tukang emas dan pembuat senjata.4 Jumlah penduduk Yahudi pada masa nabi diperkirakan 36 ribu sampai 42 ribu orang.5

Masyarakat Madinah adalah penyembah berhala, sebagaimana halnya masyarakat Makkah. Dewa yang mereka sembah antara lain adalah berhala manâta (dewi fortuna atau dewi wanita). Dewa ini merupakan dewa terpenting bagi masyarakat Madinah dari suku-suku Arab seperti Aus dan Khazraj. Sedangkan bangsa Yahudi adalah sebagai pemeluk agama Yahudi. Selain itu, sebagain masyarakat Arab Madinah Aus dan

3 W. Montgomery Watt, Muhammad Prophet and Statesman, (London : Oxford University Press, 1969), hlm. 85.

4 Guillame, Islam, 84.

5 Barakat Ahmad, Muhammad and the Jews ( New Delhi: Vikas Publishing House, 1979), hlm. 43.

Khazraj adalah pemeluk agama Kristen. Mereka ini umumnya berdomisili di Yaman, Suriah, Hirah dan Abesynia sejak abad ke-4 SM pada masa kerajaan Romawi. Menurut Watt, ada delapan suku utama Arab.6 Sementara Yahudi memiliki lebih dari 20 suku.7 Namun, hingga kedatangan Islam Yahudi masih mendominasi kehidupan ekonomi di Hijaz. Skill mereka umumnya tampak pada bidang pertanian, irigasi, dan industri, pedagang-peagang kaya yang menguasai pasar, juga mereka ahli sebagai tukang-tukang Mas, pembuat senjata, hingga memiliki kafilah dagang tersendiri. Oleh karena itu seperti diungkap oleh Guillame, bangsa Yahudi merupakan tantangan bagi orang-orang Arab, baik Kuraisy Arab, maupun Madinah Aus dan Khazraj.8 selain itu bangsa Yahudi juga berprofesi sebagai pemberi pinjaman dan kredit (kreditor), menjual alat-alat pertanian, senjata hingga bibit pertanian kepada orang Arab secara ngijon. Hal ini membuat ekonomi orang Arab semakin sulit. Sebaliknya, bagi Yahudi, keadaan ini secara politis menguntungkan mereka.

Sementara dalam aspek agama, masyarakat Arab termasuk di Madinah sebenarnya meyakini adanya kekuatan ghaib (Tuhan) sebagai sumber kehidupan. Keyakinan ini mereka warisi secara turun-temurun dari nenek moyang mereka nabi Ibrahimn. Akan tetapi, keyakinan ini kemudian lambat laun menyimpang dari agama hanifiyat kepada watsanîyat (penyembah berhala) dengan menyembah kepada an¡âb, autsan, dan a¡hnam, yakni patung-patung yang terbuat dari batu, kayu, emas, dan perak, dan logam.9

Berhala-berhala yang mereka jadikan perantara untuk menyembah kepada Tuhan tersebut antara lain dinamakan dengan: al-Lâta, al-‘Uzza, dan Manâta. (Q.S. Al-Najm/53: 19-20). Dewa yang terpenting bagi masyarakat Arab di Madinah adalah Manâta (dewi fortuna atau dewi wanita) yang dianggap mempengaruhi nasib manusia.

Di sisi lain masyarakat Yahudi adalah penganut Yahudi, sebagai ahli Kitab dan penganjur monoteisme. Oleh sebab itu, bangsa Yahudi sering menghina suku Arab atas kepercayaan yang bersifat pagan ini.

6 W. Montgomery Watt, Muhammad Prophet and Statesman, (New York: Oxford University Press, 1969), hlm. 85.

7 Barakat Ahmad, Muhammad and The Jews, 29.

8 Guillame, Islam, hlm. 12.

9 A. Syalabi, Mausû‘ah at-Tarîkh al-Islâmi wa al-Ha«harah al-Islâmîyah,

Mereka juga menginformasikan tentang ajaran taurat, hari kebangkitan, balasan dan hukuman, termasuk informasi tentang akan datangnya seorang nabi terakhir yang mendukung monoteisme. Informasi ini dianggap turut membantu orang Arab Madinah untuk bisa menerima Islam nantinya. Selain itu sebagian orang Arab diketahui juga sebagai pemeluk agama Kristen. Perkembangan agama Kristen ini berpusat di Yaman, Suria, Hirâ dan Abysinia sejak abad ke empat masehi. Di antara tokoh-tokoh penganut monoteisme ini adalah Warqat bin Naufal yang nantinya menjadi penasehat Khadijah terkait tentang kenabian Muhammad. Ia adalah anak paman Khadijah.

Masyarakat Madinah jika dibanding dengan masyarakat Makkah adalah lebih heterogen dibandingkan dengan Makkah yang lebih homogen. Keadaan ini menyebabkan struktur masyarakat sangat rapuh akan terjadinya konflik, baik sesama Arab, maupun antara Arab dengan Yahudi. Ali Husni al-Khurbu¯hûli mencatat ada 12 kali peperangan antara Aus dan Khazraj.10