• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX: PERANG SALIB

D. Jalannya Perang Salib

Dari beberapa faktor yang menjadi penyebab awal peperangan itulah Sri Paus berani mengumumkan atas kebenciannya terhadap umat Islam. Maka idenya untuk mengadakan perang salib itu bergulir dengan diawali kongres tahunan yang dihadiri oleh para uskup dan menyetujui gagasannya. Ia menghasut dengan dalih pembebasan Baitul Maqdis, yang pula mendapat dukungan para peserta kongres tersebut.12 Hal ini menjadi semakin besar pengaruhnya dengan seorang pendeta prancis, Boutros yang berkeliling ke seluruh Eropa dalam membangkitkan sentiment agama orang-orang Kristen dan mengajak mereka untuk berperang. Ajakan ini sangat berpengaruh dalam hati umat Kristen dan semakin menyebarlah gagasan Sri Paus atas perang salib ini. Salah satu pidato Sri Paus untuk membangkitkan tentara-tentara dan kesatria kristiani antara lain :

“Aku tidak ingin berbicara persoalan agama.Di sana hanya kutemukan orang-orang fanatik dan butayang mengatasnamakan agama untuk melegalisasikanpenindasan dan ketidakadilan. Menganggap dirinya memahami kalimat Tuhan dan menjadisatu-satunya representatif Tuhan

12 Hikmat Darmawan, Perang suci: Dari Perang Salib Hingga Perang Teluk

di dunia. Karena Agama yang sebenarnya adalah apa yang ada dihatimu,Ia akan menuntunmu untuk menegakkankesejahteraan, keadilan dan kebenaran.Karena itu merupakan alasan mengapa engkau dilahirkan.”13

Pada 26 November 1095 Paus Urban menyampaikan pidatonya di Clermont (bagian tenggara Prancis) dan memerintahkan orang-orang Kristen agar memasuki lingkungan makam suci, merebutnya dari orang-orang jahat dan menyerahkannya kembali kepada mereka. Mungkin inilah pidato yang paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah, mereka meneriakkan slogan-slogan

Deus Vult (tuhan menghendaki) sambil mengacung-acungkan tangan. Pada musim semi 1097 M, 150.000 manusia yang terdiri dari sebagian besar orang Franka, Norman, dan sebagian lagi rakyat biasa menyambut seruan untuk berkumpul di Konstantinopel, pada saat itulah gendering Perang Salib disebut dikarenakan salib dijadikan sebagai lencana ketika genderang perang ditabuh.14

Menurut berbagai sumber, setidaknya ada delapan tahapan terjadinya perang salib. Angkatan Perang salib pertama (first crusade) terdiri dari 200.000 s/d 300.000 orang di bawah pimpinan beberapa orang, antara lain Raymond dari Toulouse, Bohemond dari Sisilia, Godfrey de Bouillon. Pasukan besar ini berangkat melalui tiga jalur dan semuanya menuju Konstantinopel, Ibukota Bizantium. Pasukan ini berhasil menguasai Suriah Utara, Irak Utara. Di sini mereka membentuk Country of Antioch

(1099-1268) dan Country of Edess (1097-1146 M). Kemudian setelah melalui Damaskus, mereka berhasil menguasai Palestina dan kota suci Jerusalem, sekaligus membentuk Kingdom of Jerusalem (1099-1291 M), dan Tripoli (1109). Dengan demikian angkatan salib pertama setelah berhasil memenangkan pertempuran tersebut kemudian langsung membentuk empat kerajaan tentara salib, yakni: Yerusalem, Edessa, Anthiokia, dan Tripoli, akan tetapi sekalipun mereka belum dapat menguasai salah satu dari dua kota utama yakni Aleppo dan Damaskus.

Klasifikasi dan pembagian Perang Salib ke dalam jumlah yang pasti, seperti tujuh sampai Sembilan periode merupakan klasifikasi yang tidak

13 Kalimat Pendeta kepada Kesatria Salib dalam film Kingdom of Heaven.

memuaskan. Hal itu dikarenakan bahwa peperangan yang terjadi terus berlanjut dan tidak ada batas yang jelas yang memisahkan antara peperangan yang satu dengan peperangan selanjutnya, namun pembagian yang lebih logis menurut Philip K. Hitti bisa dibagi kepada tiga periode Perang Salib pertama dibagi kepada tiga bagian, pertama, penaklukan pertama sampai Tahun 1144, ketika Atabeg Zangi dari Mosul merebut kembali kota Ruha; kedua, masa ketika Ummat Islam melakukan perlawanan gigih yang dimulai oleh Zangi, dan mencapai puncak kejayaannya pada masa bâlahuddin (Saladin); ketiga, periode perang sipil dan perang kecil antara Dinasti Ayyubîyah Suria-Mesir dan Dinasti Mamluk di Mesir yang berakhir pada 1291 ketika tentara Perang Salib kehilangan tanah pijakannya di daratan Suriah. Periode penaklukan itu berakhir sebelum gendering Perang Salib kedua di tabuh (1147-1149 M), dan periode Perang salib ketiga, terjadi pada akhir periode ini terjadi di Konstantinopel (1202-1204 M). Setelah itu, terdapat dua periode lagi ketika mereka berperang melawan Mesir (1218-1221 M), dan satu periode lagi ke Tunisia (1270 M), yang tidak menghasilkan apapun.15

1. Perang Salib I

Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman,16 berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M, dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M)

15 Philip K. Hitti, hlm. 812-813.

16 Bawono Kumoro, Hamas Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel

dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.

Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.

2. Perang Salib II

Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.17 Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir.

Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.

3. Perang Salib III

Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III.18 Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Prancis untuk “menyelesaikan” masalah kekuasaan di Prancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III.

Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan

Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.19

4. Perang Salib IV

Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib IV, di mana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II. Mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin

18 Frederiek Djara, Sejarah Perang Salib, hlm. 355

19 Iqbal, Akhmad. Perang Perang Paling Berpengaruh Didunia. Jogja : Bangkit Publisher, 2001. hlm. 72.

keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.

Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.20

5. Perang Salib V

Perang Salib ini merupakan lanjutan Perang Salib I dan IV, dengan sasaran utamanya Mesir. Saat itu Mesir berada di bawah Pemerintahan Al-Malik al-’Adil, yang meninggal dunia (1218) setelah tentara Salib menguasai menara Al-Silsilah. Al-Malik kemudian digantikan oleh putranya Al-Malik al-Kamil (1218-1238). Al-Malik al-Kamil menghadapi gangguan dari dalam, yaitu konspirasi yang dipimpin oleh seorang panglima yang berasal dari Kurdi, Ibn Masytub, yang hendak menyisihkannya. Ia lalu melarikan diri ke Yaman. Namun Karena bantuan adiknya, Al-Malik Mu’azzam dari Syam, ia bisa kembali menduduki tahta kesultanan Mesir. Tantangan dari luar selain dari tentara Salib adalah tentara Mongol yang mulai menguasai dunia Islam bagian Timur, Khawarizmi, negeri-negeri Transoxiana, dan sebagian negeri Persia pada tahun 1220. Serangan Mongol ke Baghdad pun dimulai.21

Kedudukan tentara Salib sebenarnya baik karena banyaknya rombongan besar menggabungkan diri atas seruan Paus Innocent III yang dilanjutkan oleh Paus Honorius III. Raja Juhanna de Brienne dan Wakil Paus, Plagius, memimpin pasukan ini. Dimyat bisa segera mereka kuasai pada tahun 1218. Namun, serangan belum dilanjutkan menuju Kairo karena menunggu bantuan Frederik II dalam perajalanan untuk menopang serangan selanjutnya.

20 Kumoro, Bawono, Hamas Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel

(Jakarta:Mizan Pustaka). hlm. 40.

21 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana,2003), hlm. 48

Karena situasi yang mencekam, sebagaimana digambarkan di atas, ditambah situasi ekonomi yang sulit, terutama karena surutnya sungai Nil, Mesir terancam bahaya kelaparan. Al-Kamil pun mengajukan permintaan perdamaian. Ia mengajukan tawaran menyerahkan Jerusalem dan hampir semua kota yang ditaklukan Shalahudin kepada pihak Salib asalkan mereka (pihak Salib) menarik diri dari Dimyat. Tawaran yang begitu menguntungkan pihak Salib itu ditolak, bahkan mereka akan menguasai seluruh Mesir dan Syam. Penolakan ini terutama dikemukakan oleh utusan Paus, Pelagius, yang ditopang oleh Italia, karena kepentingan perdagangannya terancam di Mesir. Tidak ada pilihan bagi Al-Kamil: hancur atau menang. Timbullah ide yang kemudian dilaksanakannya, yaitu menghancurkan dam-dam irigasi yang menuju Dimyat. Akhirnya banjir pun melanda seluruh Dimyat. Banyak tentara Salib yang tenggelam. Mereka terancam bahaya kelaparan. Karena bantuan Frederik II yang diharapkan tak kunjung datang, tentara Salib pun meninggalkan Dimyat tanpa syarat.22