• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAMBARAN UMUM

C. Gambaran Keuangan Daerah Propinsi DKI Jakarta

51.081,91 - 11.995,27 795.068,56 54.126,56 541.803,06 8.765,72 114.373,39 453.697,68 1.460.318,59 61.812,41 1.444.170,97 822.565,71 561.858,78 165.112,36 33.781,51 61.813,06 515.673,09 252.563,42 171.467,71 83.574,14 8.068,11 105.931,87 2.601.229,92 61.905,83 - 50.225,66 - 11.680,17 780.156,82 53.414,21 532.984,05 81.097,27 112.661,09 386.826,05 1.360.816,30 11.524,93

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi DIY, tahun 2005

C. Gambaran Keuangan Daerah Propinsi DKI Jakarta

Berdasarkan tahapan pembangunan DKI Jakarta, pembangunan pada periode 2001-2007 adalah masa peningkatan dan pemantapan kehidupan sosial, politik dan ekonomi untuk mendukung stabilitas pembangunan nasional (stabilization). Diharapkan tahapan tersebut akan dapat dilaksanakan mulai tahun 2005. Pada periode sebelumnya

51

(2002-2004) pembangunan difokuskan pada upaya pemulihan perekonomian daerah (recovery), dimana pada tahun 2004 diharapkan perekonomian telah membaik seperti sebelum terjadinya krisis ekonomi. Dalam tahapan ini, perbaikan infrastruktur sosial ekonomi termasuk keamanan dan ketertiban, dan peningkatan pelayanan publik menjadi perhatian utama. Untuk tahun 2008 dan seterusnya adalah masa penguatan fundamental sosial ekonomi menuju kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan (steady development).

Dari kondisi dan indikasi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan DKI Jakarta pada tahun 2005 secara umum diarahkan kepada upaya Pemerintah Daerah dalam rangka tanggung jawab publik (public order) untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas keamanan dan ketertiban kota sebagai kebutuhan dasar (basic need) masyarakat. Kondisi keamanan dan ketertiban yang memadai sangat diperlukan untuk mendorong percepatan pemulihan kehidupan di bidang sosial dan ekonomi. Selanjutnya arah kebijakan dalam angka menciptakan perekonomian daerah yang lebih mantap dan mendorong pertumbuhan ekonomi, dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada serta momentum keberhasilan pertumbuhan yang sudah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya. Upaya pemulihan ekonomi daerah ini diperlukan mengingat masih adanya masalah-masalah sosial dan ekonomi mendasar yang timbul selama krisis dan belum terpecahkan, seperti kelompok masyarakat miskin, pengangguran terbuka,

perlambatan investasi serta tingkat kesejahteraan masyarakat yang belum memadai secara umum.

Arah kebijakan tersebut juga disusun untuk menuju tata pemerintahan yang lebih baik, dengan didukung oleh aparatur daerah yang lebih profesional, efisien, efektif, produktif, transparan, imparsial, serta bebas dari unsur KKN, sebagai unsur utama dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu aparatur daerah juga dituntut untuk lebih memahami kondisi riil lingkungan dan sosial masyarakatnya, sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang optimal. Dengan demikian harapan masyarakat akan adanya perubahan pada sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah ke arah yang lebih baik dapat terwujud.

Selanjutnya, sumber daya pembangunan lain yaitu masyarakat umumnya, perlu diperhatikan pula kualitasnya. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, kehidupan sosial serta kehidupan beragama. Unsur yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan kualitas pemuda sebagai penerus dan pemimpin dimasa mendatang. Dengan kualitas pendidikan dan kesehatan yang lebih baik memungkinkan masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam perekonomian sekaligus meningkatkan pendapatannya.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, kebijakan dalam peningkatan kapasitas sarana dan prasarana publik akan dapat memberikan manfaat

53

ganda terhadap peningkatan investasi, penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka Arah Kebijakan APBD Provinsi DKI Jakarta tahun 2005 memuat 5 (lima) hal pokok, yaitu :

1. Penegakan hukum, HAM dan pencerahan demokrasi, dengan fokus pada peningkatan peran aparat penegak hukum dalam bertindak secara adil dan netral yang didukung oleh aparat keamanan dan ketertiban yang lebih profesional.

2. Penegakan Good Governance dan pemberantasan KKN, dengan fokus pada peningkatan sumber daya aparatur yang lebih profesional untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

3. Perbaikan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

4. Pemenuhan kebutuhan dasar di bidang kesehatan dan pendidikan, termasuk daya jangkaunya ke segenap warga kota baik akses menuju tempat maupun harga, serta peningkatan kualitas kehidupan pemuda, peningkatan prestasi olah raga, kualitas kehidupan beragama dan kerukunan sosial.

5. Penataan ruang kota yang sehat, seimbang, dinamis dan berkelanjutan, dengan fokus pada rehabilitasi sarana yang belum berfungsi secara baik serta penyebaran dan perluasan fasilitas pelayanan kota yang lebih adil dan menyeluruh dengan tetap

memperhatikan kelestarian dan daya dukung lingkungan. Selain itu kebijakan ini juga ditujukan bagi terlaksananya program prioritas (Banjir Kanal Timur, transportasi masal, crisis center, dan lain-lain) Dengan ditetapkannya Arah Kebijakan Umum APBD Provinsi DKI Jakarta di atas, maka sasaran pokok yang ingin dicapai adalah: a. Meningkatnya keamanan dan ketertiban umum, dengan indikasi

menurunnya angka kriminal dan gangguan kamtibmas.

b. Meningkatnya sumber daya aparatur yang profesional dan memenuhi kompetensi untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

c. Pemantapan perkonomian daerah dengan sasaran tercapainya pertumbuhan ekonomi 5,20%, menurunnya angka pengangguran menjadi 11,96% dan menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi 3,23% dari jumlah penduduk.

d. Peningkatan mutu pengelolaan pendidikan dan kesehatan dengan tercapainya mutu SDM yang lebih baik, Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 tahun = 98,80: 13-15 tahun =92,50 dan 16-18 tahun = 72,40; angka kematian bayi = 17, angka harapan hidup 73,40 tahun.

e. Peningkatan sarana dan prasarana kota dengan terlaksananya

dedicated program (Banjir Kanal Timur, perluasan busway, monorail)

55

f. Peningkatan kualitas pengelolaan pemerintahan kota dengan meningkatnya kualitas pelayanan publik (cepat, impartial,

terjangkau).

Selanjutnya untuk mampu melaksanakan Kebijakan Umum APBD Provinsi DKI Jakarta di atas, diperlukan pra-kondisi berupa komitmen pemerintah daerah sebagai berikut:

1) Perlunya peningkatan keamanan dan ketertiban kota melalui koordinasi dengan pihak Kepolisian dan TNI, yang juga melibatkan peran serta masyarakat secara total

2) Perlunya dukungan bagi pemerintahan baru hasil Pemilu 2004, serta hubungan sinergis dengan legislatif.

3) Perlunya perbaikan kebutuhan dasar di bidang ekonomi, sosial, trantib dan hukum, serta sarana dan prasarana kota yang mampu memperbaiki kualitas hidup masyarakat Jakarta.

4) Perlunya perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan agar dapat dicapai kualitas sumber daya manusia yang lebih kompetitif.

5) Perlunya mempercepat transportasi kota, penanganan banjir, penanganan sampah, pengindahan kota, penghijauan dan pelestarian lingkungan.

6) Perlunya pendelegasian wewenang yang diikuti pergeseran secara bertahap sumber daya aparatur dan pembiayaan dalam rangka memperkuat lini lapangan pada tingkat kotamadya/kabupaten,

kecamatan dan kelurahan, agar peningkatan pelayanan publik dan pemerataan pembangunan ke semua wilayah dapat cepat tercapai. 7) Optimalisasi pengelolaan APBD Provinsi DKI Jakarta, baik dari

sisi penerimaan maupun pembiayaan (belanja), agar dapat dicapai kinerja APBD yang lebih baik (www.jakarta.go.id/php.23asp)

a) Kebijakan Pendapatan

Kebijakan pendapatan tahun 2005 mengikuti struktur APBD pola baru yang diimplementasikan sejak tahun anggaran 2003. Pada struktur baru ini dikenal kebijakan surplus/defisit anggaran, dimana sebelumnya sistem anggaran yang dianut adalah anggaran berimbang dan dinamis. Surplus anggaran terjadi jika penerimaan pemerintah daerah lebih tinggi dari rencana pengeluarannya, sedangkan defisit anggaran terjadi sebaliknya. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2001 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, komponen Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta terdiri dari: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Adapun jenis PAD terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan jenis Dana Perimbangan terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh)

57

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.

Dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2005, kebijakan pendapatan daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

b) Kebijakan Belanja

Belanja daerah sebagaimana diuraikan dalam pola baru APBD, disusun berdasarkan pendekatan kinerja dari unit-unit kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (performance-based budgeting). Istilah belanja yang digunakan pada tahun 2005 ini dikenal

sebagai belanja langsung dan belanja tidak langsung, yang sebelumnya dikenal dengan istilah belanja tetap dan tidak tetap.

Anggaran yang dianut sekarang merupakan satu kesatuan dalam

Rancangan Anggaran Satuan Kerja (RASK) dan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) yang sebelumnya dikenal dengan Rancangan Memoranda Anggaran (RMA) dan Memoranda Anggaran (MA). Kemudian pengelompokan belanja dirumuskan ke dalam struktur pola baru yaitu dengan pendekatan bidang, fungsi, program, kegiatan dan rincian kegiatan. Dengan demikian, struktur program terbagi ke dalam 8 (delapan) bidang yaitu bidang hukum, ketentraman, ketertiban umum dan kesatuan bangsa; bidang pemerintahan; bidang ekonomi; bidang pendidikan dan kesehatan; bidang kependudukan dan ketenagakerjaan; bidang sosial dan budaya; bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup; serta bidang sarana dan prasarana. Kedelapan bidang tersebut terdiri dari 32 fungsi dan 107 program.

Kebijakan belanja pada tahun 2005 tetap ditekankan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan dasar sarana dan prasarana pelayanan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan diupayakan agar pelayanan bergeser dan menjadi lebih dekat kepada masyarakatnya. Untuk itu, peningkatan alokasi anggaran pada jajaran pemerintahan tingkat kotamadya/kabupaten ke bawah terus menjadi perhatian seiring dengan pendelegasian kewenangan pada unit-unit kerja pemerintahan dimaksud. Oleh sebab itu, langkah kebijakan pengelolaan belanja daerah adalah: (1) menyelaraskan alokasi belanja berbasis kinerja dan sejalan dengan pendelegasian wewenang, (2) meningkatkan alokasi anggaran pada

59

bidang-bidang yang menjadi pusat perhatian masyarakat (public interest), (3) menjamin terlaksananya program kegiatan skala besar dan prioritas seperti Banjir Kanal Timur, busway, monorail, dan PPMK, (4) mengakomodir sebanyak-banyaknya aspirasi dan kepentingan masyarakat dalam skala mikro (bottom-up), dan (5) memantapkan akuntabilitas publik dan efisiensi pengelolaan belanja. Untuk dapat mengedepankan bidang-bidang yang program dan kegiatannya langsung menyentuh kepentingan masyarakat luas, perlu diawali dengan identifikasi kegiatan-kegiatan yang bersifat prioritas dan urgen, yaitu kegiatan yang merupakan terobosan sekaligus komitmen Pemerintah Daerah untuk kemanfaatan masyarakat secara luas. Adapun kriteria program prioritas adalah kegiatan yang berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, urgensinya tinggi serta memberikan dampak luas pada masyarakat. Melihat urgensinya, program prioritas dapat bersifat multi-years yaitu kegiatan yang waktu penyelesaiannya lebih dari 1 (satu) tahun anggaran, berbentuk fisik, dalam satu kesatuan fungsi dan satu kesatuan kontrak. Di bidang fisik, terdapat pembangunan flyover, underpass, banjir kanal timur, transportasi masal dan sejenisnya. Di bidang sosial, terdapat perbaikan kesehatan masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan sejenisnya.(www.jakarta.go.id)

c) Kebijakan Pembiayaan

Dalam struktur APBD yang baru, disamping komponen pendapatan dan belanja daerah, APBD juga mencakup pembiayaan daerah yang meliputi sumber penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Kebijakan pembiayaan timbul karena jumlah pengeluaran daerah lebih besar dari penerimaan sehingga menimbulkan defisit.

Sumber penerimaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi, serta hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan sumber pengeluaran daerah terdiri dari transfer ke dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan. Untuk tahun 2005, struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu saja, namun diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain seperti disebutkan di atas. Sedangkan untuk komponen pengeluaran terdiri dari pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan penyertaan modal pemerintah.

Secara umum realisasi penerimaan pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2004 sebesar 11,55 miliar rupiah. Ini mengindikasikan adanya peningkatan penerimaan sebesar 15,67% dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 9,98 miliar rupiah.

61

Tabel IV.9

Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Propinsi DKI Jakarta tahun 2004 (Juta Rupiah)

No Uraian Pendapatan Target Realisasi

1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4

Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah

Retribusi daerah

Bagian laba usaha daerah Lain-lain pendapatan yang sah 6.134.562,2 5.2586.030,1 382.095,0 102.431,5 364.005,6 6.430.334,8 5.498.478 423.059,5 102.057,3 406.739,7 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Dana Perimbangan Bagi hasil pajak dan bukan pajak Dana Alokasi Umum Dana alokasi khusus

4.701.008,3 3.934.612,3 766.396,0 - 5.096.297,6 4.188.741,6 907.556,0 -1.3 1.3.1 Lain-lain Pendapatan yang sah Dana penyeimbang 176.742,8 176.742,8 19.693,9 19.693,9 Total 11.012.313,3 11.546.326,3

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi DIY, tahun 2004

Struktur anggaran pendapatan propinsi DKI Jakarta, salah satunya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peranan PAD bagi pemerintah DKI Jakarta sangat penting dan strategis karena dukungan serta sumbangannya yang begitu dominan terhadap penerimaan daerah, yakni mencapai 643 miliar rupiah atau sekitar 55,69% dari total penerimaan daerah. Dari PAD tersebut ternyata komponen pajak daerah merupakan penghasil terbesar dengan jumlah sebanyak 550 miliar rupiah atau sekitar 85,51%. Untuk sektor pajak daerah, item pajak yang paling menonjol pada tahun 2004 adalah BBN dan pajak kendaraan bermotor yakni masing-masing sebesar 41,53% dan 30,78%. Begitu pula halnya di tahun 2005 BBN dan pajak kendaraan bermotor masih menjadi item pajak daerah yang paling menonjol

yakni masing-masing sebesar 40,89% dan 30,16%. Sedangkan realisasi pengeluaran Pemerintah DKI Jakarta sebesar 115 miliar rupiah yang berarti naik sekitar 10,70% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 104 miliar rupiah.

Tabel IV.10

Target dan Realisasi Anggaran Belanja Propinsi DKI Jakarta Tahun 2004 (Juta Rupiah)

No Uraian Belanja Target Realisasi

II. 2.1 2.1.1 2.1.1.1 2.1.1.2 2.1.1.3 2.1.1.4 2.1.2 2.1.2.1 2.1.2.2 2.1.2.3 2.1.2.4 2.1.3 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.3 2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4 2.4 Belanja Aparatur daerah Belanja administrasi umum Belanja pegawai

Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan

Belanja operasional dan pemeliharaan

Belanja pegawai Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan Belanja modal Pelayanan publik Belanja administrasi umum Belanja operasional dan pemeliharaan Belanja Modal Belanja transfer Bantuan untuk parpol Bantuan untuk

org.profesi

Bantuan untuk sosial Bantuan lainnya Belanja tidak tersangka 4.623.938,9 2.331.958,9 1.682.882,3 596.458,4 7.570,0 45.048,4 1.519.618,2 763.835,2 519.537,6 14.270,2 221.975,2 772.361,8 7.213.840,9 2.011.221,0 2.631.701,3 2.570.918,6 718.270,7 14.698,8 323.113,2 41.103,0 339.647,7 75.000,0 4.181.959,1 2.104.374,3 1.567.698,2 490.916,2 5.743,8 40.016,1 1.392.947,8 723.889,6 468.078,3 191.374,8 9.605,1 684.637,0 6.606.622,9 1.899.613,2 2.519.401,5 2.187.608,2 686.625,4 14.689,8 322.992,1 41.054,0 307.889,5 -Jumlah Belanja 12.631.050,5 11.493.273,3

63

Pada tahun 2005 realisasi penerimaan pemerintah DKI Jakarta tercatat sebesar 134,6 miliar rupiah, mengalami kenaikan sekitar 16,61% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 124,4 miliar rupiah.

Sedangkan realisasi pengeluaran Pemerintah DKI Jakarta sebesar 124,3 miliar rupiah yang berarti naik sekitar 8,20% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 115 miliar rupiah.

Tabel IV.11

Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Propinsi DKI Jakarta tahun 2005 (Juta Rupiah)

No Uraian Pendapatan Target Realisasi

1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4

Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah

Retribusi daerah

Bagian laba usaha daerah Lain-lain pendapatan yang sah 7.073.742,5 6.115.192,3 372.951,2 103.400,0 482.199,0 7.585.060,4 6.499.708,7 419.674,3 103.219,8 526.457,6 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Dana Perimbangan Bagi hasil pajak dan bukan pajak

Dana Alokasi Umum Dana alokasi khusus

5.256.264,0 4.483.240 773.024,0 -5.770.008,0 4.996.984,1 773.023,9 -1.3 1.3.1 Pendapatan lain-lain Dana penyeimbang 176.742,8 176.742,8 109.058,0 109.058,0 Total 12.439.064,5 13.464.126,4

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi DIY, tahun 2005

Tabel IV.12

Target dan Realisasi Anggaran Belanja Propinsi DKI Jakarta Tahun 2005 (Juta Rupiah)

No Uraian Belanja Target Realisasi II. 2.1 2.1.1 2.1.1.1 2.1.1.2 2.1.1.3 2.1.1.4 2.1.2 2.1.2.1 2.1.2.2 2.1.2.3 2.1.2.4 2.1.3 2.2 2.2.1 2.2.2 2.3 2.2.3.1 2.2.3.2 2.2.3.3 2.2.3.4 2.4 Belanja Aparatur daerah

Belanja administrasi umum Belanja pegawai

Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan Belanja operasional dan pemeliharaan

Belanja pegawai Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan Belanja modal

Pelayanan publik

Belanja administrasi umum Belanja operasional dan pemeliharaan

Belanja Transfer

Bantuan untuk parpol Bantuan untuk org.profesi Bantuan untuk sosial Bantuan lainnya

Belanja tidak tersangka

4.951.281,9 2.659.489,4 1.856.087,6 660.485,0 7.790,0 135.126,8 1.538.595,0 734.709,0 607.480,4 38.983,6 157.442,0 753.197,5 9.257.127,0 2.276.298,6 2.914.054,9 420.392,8 8.871,2 135.674,0 15.510,0 260.697,6 55.701,5 4.349.871,0 2.414.312,4 1.781.978,5 518.786,4 5.017,2 108.530,3 1.286.986,5 633.494,4 497.534,3 22.820,3 133.137,5 648.572,1 8.085.481,4 2.218.113,5 2.692.950,0 407.803,9 3.931,8 133.608,3 15.150,0 225.113,8 9.100,5 Jumlah Belanja 14.208.408,9 12.435.352,4

65

BAB V