• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Trend Perkembangan Hasil BUMD dan Kekayaan daerah

a. Perkembangan komponen Hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DIY tahun 2001-2005 dan trend estimasi hasil BUMD dan kekayaan daerah tahun 2010-2020.

Berdasarkan tabel perhitungan V.20 di atas, dapat diketahui bahwa trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi D.I.Yogyakarta selama lima tahun anggaran (2001-2005) berkisar antara 3,43 sampai dengan 3,52 persen. Sedangkan untuk

trend estimasi hasil BUMD dan kekayaan daerah propinsi D.I.Yogyakarta periode 2010-2020 mempunyai kecenderungan yang meningkat, yakni pada tahun 2010 sebesar 3,71 %, tahun 2015 sebesar 3,86% dan pada tahun 2020 sebesar 4,02%.

Jika dilihat pada perhitungan tabel V.18 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2001 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan propinsi DIY adalah sebesar 3,43% dan prosentase jumlah item tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 3,08%, atau sebesar Rp 4.385.831.000. Pada tahun 2001 realisasi PAD menyumbang sekitar 32,8 persen atau sebesar Rp142.284.892.000

145

terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp386.316.725.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 1,01%. Jumlah item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan berasal dari sub-item berikut a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 6,71% atau sebesar Rp294.289.260,1,- dan menurun 0.08%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 85,48% atau sebesar Rp3.749.008.338,8,- dan menurun 11,75%, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 3,32% atau sebesar Rp145.609.589,2,- dan menurun 0,14%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 4,49% atau sebesar Rp196.923.811,9,- dan menurun 2,15%.

Pada tahun 2002 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 3,46% dan prosentase jumlah item tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 3,38%, meningkat 35,5% dari tahun anggaran 2001 atau sebesar Rp6.798.089.000. Pada tahun 2002 realisasi PAD menyumbang sekitar 44,64 persen atau sebesar Rp200.808.257.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp449.779.669.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 1,51%. Meningkatnya

penerimaan pendapatan dari sektor laba BUMD dan kekayaan daerah di tahun 2001 sebesar 35,5 % disebabkan adanya kenaikan yang dialami beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 6,24% atau sebesar Rp 424.200.754 dan naik 30,6%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 84,76% atau sebesar Rp5.762.060.240 dan naik 34,93%, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 8,65% atau sebesar Rp352.141.010 dan naik 58,65%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 4,49% atau sebesar Rp 196.923.811,9 dan naik 24,16%.

Pada tahun 2003 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 3,49% dan prosentase jumlah item tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 4,08%, meningkat 36,7% dari tahun anggaran 2002 atau sebesar Rp10.742.871.000. Pada tahun 2003 realisasi PAD menyumbang sekitar 49,66 persen atau sebesar Rp263.266.248.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp530.075.187.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 2,02%. Meningkatnya penerimaan pendapatan dari sektor laba BUMD dan kekayaan daerah di tahun 2002 sebesar 36,7 % disebabkan adanya kenaikan

147

yang dialami beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 5,22% atau sebesar Rp10.742.871.000 dan naik 24,35%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 84,10% atau sebesar Rp9.034.754.511,- dan naik 36,22%, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 7,28% atau sebesar Rp782.081.009 dan naik 54,97%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 3,44% atau sebesar Rp196.923.811,9,- dan naik 29,73%.

Pada tahun 2004 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 3,52% dan prosentase jumlah hasil BUMD dan kekayaan daerah tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 3,97%, dan meningkat 22,2% dari tahun anggaran 2003 atau sebesar Rp13.813.584.000. Pada tahun 2004 realisasi PAD menyumbang sekitar 53,81 persen atau sebesar Rp347.404.225.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp645.617.697.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 2,14%. Meningkatnya sektor laba BUMD dan kekayaan daerah di tahun 2004 sebesar 22,2 % disebabkan adanya kenaikan yang dialami beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD

dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 6,37% atau sebesar Rp879.925.301 dan naik 36,27%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 87,43% atau sebesar Rp12.077.216.490 dan naik 36,27%, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 5,15% atau sebesar Rp711.399.576 dan menurun 9,93%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 1,05% atau sebesar Rp145.042.632 dan turun sebesar 154,8%.

Dan pada tahun anggaran 2005 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 3,55% dan prosentase jumlah hasil BUMD dan kekayaan daerah tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 2,95%, dan menurun 16,4% dari tahun anggaran 2004 atau sebesar Rp11.859.586.000. Pada tahun 2005 realisasi PAD menyumbang sekitar 57,45 persen atau sebesar Rp 401.912.338.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp699.579.306.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 1,7%. Menurunnya sektor laba BUMD dan kekayaan daerah di tahun 2005 sebesar 16,4 % disebabkan adanya penurunan yang dialami beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 7,87% atau sebesar Rp940.364.231 dan naik 6,43%, b) sektor laba

149

lembaga keuangan bank berkontribusi 87,96% atau sebesar Rp 10.431.304.407,- dan turun 15,78% dari tahun sebelumnya, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 2,6% atau sebesar Rp307.917.788 dan menurun 131%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 1,52% atau sebesar Rp180.000.000 dan naik sebesar 19,42%.

b. Perkembangan komponen Hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi Jawa Timur tahun 2001-2005 dan trend estimasi hasil BUMD dan kekayaan daerah tahun 2010-2020.

Berdasarkan tabel perhitungan V.23 di atas, dapat diketahui bahwa trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi Jawa Timur selama lima tahun anggaran (2001-2005) berkisar antara 1,26 sampai dengan 2 persen. Sedangkan untuk

trend estimasi hasil BUMD dan kekayaan daerah propinsi Jawa timur periode 2010-2020 mempunyai kecenderungan yang meningkat, yakni pada tahun 2010 sebesar 2,92 %, tahun 2015 sebesar 3,85% dan pada tahun 2020 sebesar 4,77%.

Jika dilihat pada perhitungan tabel V.21 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2001 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan propinsi Jawa Timur sebesar 1,26% dan prosentase jumlah item tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 0,31%, atau sebesar Rp4.129.994.000. Pada tahun 2001 realisasi PAD menyumbang sekitar 60,04 persen atau sebesar

Rp1.310.514.760.000 terhadap total pendapatan daerah sebesar Rp2.182.844.854.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 0,19%. Jumlah item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan berasal dari sub-item berikut a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 31,15% atau sebesar Rp1.286.493.131 , b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 47,38% atau sebesar Rp1.956.791.157,2,-, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 12,71% atau sebesar Rp524.922.237,4,-, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 8,76% atau sebesar Rp361.787.474,4,-.

Pada tahun 2002 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 1,44% dan prosentase jumlah item tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 2,29%, meningkat 90% dari tahun anggaran 2001 atau sebesar Rp41.189.964.000. Pada tahun 2002 realisasi PAD menyumbang sekitar 65,32 persen atau sebesar Rp1.797.052.501.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp2.750.972.801.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 1,49%. Meningkatnya penerimaan pendapatan dari sektor laba BUMD dan kekayaan

151

daerah di tahun 2001 sebesar 90 % disebabkan oleh beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 35,7% atau sebesar Rp14.568.890.266,8,- dan naik 91,17%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 42,07% atau sebesar Rp17.328.617.854,8,- dan naik 88,7%, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 18,92% atau sebesar Rp7.793.141.188,8,- dan naik 93,26%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 3,64% atau sebesar Rp1.499.314.689,6,- dan naik 75,87%.

Pada tahun 2003 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 1,63% dan prosentase jumlah item tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 2,30%, meningkat 18,5% dari tahun anggaran 2002 atau sebesar Rp50.594.100.000. Pada tahun 2003 realisasi PAD menyumbang sekitar 67,47 persen atau sebesar Rp2.196.865.643.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp3.255.987.667.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 1,55%. Meningkatnya penerimaan pendapatan dari sektor laba BUMD dan kekayaan daerah di tahun 2002 sebesar 18,5 % disebabkan oleh beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik

daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 37,15% atau sebesar Rp 18.795.708.150,- dan naik 22,49%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 45,50% atau sebesar Rp23.020.315.500 dan naik 24,72%, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 14,77% atau sebesar Rp7.472.748.570 dan turun 4,28%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 2,58% atau sebesar Rp 1.305.327.780 dan turun 14,86%.

Pada tahun 2004 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 1,81% dan prosentase jumlah hasil BUMD dan kekayaan daerah tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 1,76%, dan menurun 0,34% dari tahun anggaran 2003 atau sebesar Rp50.418.648.000. Pada tahun 2004 realisasi PAD menyumbang sekitar 72,35 persen atau sebesar Rp2.860.561.595.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp3.953.714.569.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 2,14%. Menurunnya sektor laba BUMD dan kekayaan daerah di tahun 2004 sebesar 0,34 % dipengaruhi oleh beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 36,18% atau sebesar

153

Rp18.241.466.846,4,- dan turun 3,04%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 41,55% atau sebesar Rp20.948.948.244 dan turun 9,88%, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 16,32% atau sebesar Rp8.228.323.353,6,- dan naik 9,18%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 1,05% atau sebesar Rp2.999.909.556 dan naik sebesar 56,49%.

Dan pada tahun anggaran 2005 trend hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 2% dan prosentase jumlah hasil BUMD dan kekayaan daerah tersebut terhadap penerimaan PAD adalah 1,50%, dan menurun 2,7% dari tahun anggaran 2004 atau sebesar Rp51.814.080.000. Pada tahun 2005 realisasi PAD menyumbang sekitar 75,15 persen atau sebesar Rp3.464.580.020.000 terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp4.609.953.810.000. Sedangkan kontribusi item hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap penerimaan pendapatan daerah adalah sebesar 1,12%. Menurunnya sektor laba BUMD dan kekayaan daerah di tahun 2005 sebesar 2,7 % dipengaruhi oleh beberapa sub-item sektor berikut. a) Sektor laba perusahaan milik daerah berkontribusi terhadap sektor laba BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan yakni sebesar 38,41% atau sebesar Rp19.901.788.128 dan naik 8,34%, b) sektor laba lembaga keuangan bank berkontribusi 44,09% atau sebesar

Rp22.844.827.872 dan turun 8,3% dari tahun sebelumnya, c) sektor laba lembaga keuangan non bank berkontribusi 11,67% atau sebesar Rp 6.046.703.136,- dan menurun 36,08%, d) laba atas penyertaan modal berkontribusi 5,83% atau sebesar Rp 3.020.760.864,- dan naik sebesar 0,69%.

c. Perkembangan komponen Hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DKI Jakarta tahun 2001-2005 dan trend estimasi hasil BUMD dan kekayaan daerah tahun 2010-2020.

Berdasarkan tabel perhitungan V.26 di atas, dapat diketahui bahwa trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DKI Jakarta selama lima tahun anggaran (2001-2005) berkisar antara 1,05 sampai dengan 1,61 persen. Sementara untuk

trend estimasi hasil BUMD dan kekayaan daerah propinsi DKI Jakarta periode 2010-2020 mempunyai kecenderungan yang meningkat, yakni pada tahun 2010 sebesar 2,32 %, tahun 2015 sebesar 3,02% dan pada tahun 2020 sebesar 3,72%.

Pada tahun anggaran 2001 trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DKI Jakarta sebesar 1,05% dan realiasi jumlah bagian laba usaha daerah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mencapai Rp34.994.671.000 dan mampu menyumbang sebesar 0,96 persen dari total Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan PAD di tahun 2001, menyumbang sekitar 40,06 persen atau sebesar Rp3.644.150.893.000 terhadap total penerimaan daerah. Pada tahun ini proporsi dari komponen hasil

155

BUMD terhadap pendapatan daerah mampu memberi kontribusi sebesar 0,38 persen terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp9.095.723.786.000. Jumlah penerimaan Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan berasal dari : a) Bagian laba perusahaan milik daerah Rp13.021.517.079,1,- b) Bagian laba lembaga keuangan bank Rp15.100.200.536,5,- c) Bagian laba lembaga keuangan non bank Rp2.985.045.436,3,- d) Bagian laba lembaga atas penyertaan modal Rp3.887.907.948,1,-.

Pada tahun anggaran 2002 trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DKI Jakarta sebesar 1,19% dan realisasi jumlah bagian laba usaha daerah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mencapai Rp43.741.554.000 meningkat sekitar persen dibandingkan tahun 2001 dan mampu menyumbang sebesar 0,97 persen dari total Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan PAD di tahun 2002, menyumbang sekitar 42,06 persen atau sebesar Rp4.509.529.747 terhadap total penerimaan daerah. Pada tahun ini proporsi dari komponen hasil BUMD terhadap pendapatan daerah mampu memberi kontribusi sebesar 0,40 persen terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp10.721.638.576. Jumlah penerimaan Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan berasal dari : a) Bagian laba perusahaan milik daerah Rp17.308.532.917,8,- atau naik 24,77% dari tahun sebelumnya b) Bagian laba lembaga keuangan bank Rp21.512.096.257,2,- atau

naik sebesar 29,8% c) Bagian laba lembaga keuangan non bank Rp3.258.745.773 atau naik 8,4% d) Bagian laba lembaga atas penyertaan modal Rp1.662.179.052 atau turun 134 % dari tahun 2001.

Pada tahun anggaran 2003 trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DKI Jakarta 1,33% dan jumlah penerimaan bagian laba usaha daerah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mencapai Rp92.995.940.000 meningkat sebesar 53 persen dibandingkan tahun 2002 dan mampu menyumbang sebesar 1,77 persen dari total Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan PAD di tahun 2003, menyumbang sekitar 52,7 persen atau sebesar Rp5.261.851.412.000 terhadap total penerimaan daerah. Pada tahun ini proporsi dari komponen hasil BUMD terhadap pendapatan daerah mampu memberi kontribusi sebesar 0,93 persen terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp 9.982.371.573.000. Jumlah penerimaan Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan tahun 2003 berasal dari : a) Bagian laba perusahaan milik daerah Rp31.135.040.712 atau naik 44,40% sari tahun sebelumnya b) Bagian laba lembaga keuangan bank Rp42.508.444.174 atau naik 49,39% c) Bagian laba lembaga keuangan non bank Rp 10.071.460.302 atau naik 67,64% d) Bagian laba lembaga atas penyertaan modal Rp9.280.994.812 atau naik 82,09% dari tahun anggaran 2002.

157

Pada tahun anggaran 2004 trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DKI Jakarta sebesar 1,47% dan jumlah bagian laba usaha daerah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mencapai Rp102.057.272.000 meningkat sebesar 8,8 persen dibandingkan tahun 2003 dan mampu menyumbang sebesar 1,58 persen dari total Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan PAD di tahun 2004, menyumbang sekitar 55,7 persen atau sebesar Rp6.430.334.808.000 terhadap total penerimaan daerah. Pada tahun ini proporsi dari komponen hasil BUMD terhadap pendapatan daerah mampu memberi kontribusi sebesar 0,88 persen terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp11.546.326.315. Jumlah penerimaan Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan berasal dari : a) Bagian laba perusahaan milik daerah Rp37.669.339.095,2,- atau naik 17,35% b) Bagian laba lembaga keuangan bank Rp41.976.155.973,6,- atau turun 1,27% c) Bagian laba lembaga keuangan non bank Rp11.542.677.463,2,- atau naik sebesar 12,75% d) Bagian laba lembaga atas penyertaan modal Rp10.869.099.468 atau naik sebesar 14,61% dari tahun anggaran 2003.

Pada tahun anggaran 2005 trend perkembangan hasil BUMD dan kekayaan daerah di Propinsi DKI Jakarta sebesar 1,61% dan jumlah bagian laba usaha daerah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mencapai Rp103.219.800 meningkat sebesar 101,13

persen dibandingkan tahun 2004 dan mampu menyumbang sebesar 1,36 persen dari total Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan PAD di tahun 2005, menyumbang sekitar 56,3 persen atau sebesar Rp7.585.060.400 terhadap total penerimaan daerah. Pada tahun ini proporsi dari komponen hasil BUMD terhadap pendapatan daerah mampu memberi kontribusi sebesar 0,77 persen terhadap total penerimaan daerah sebesar Rp13.464.126.400. Jumlah penerimaan Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan berasal dari : a) Bagian laba perusahaan milik daerah Rp44.219.362.320 atau naik sebesar 10,64% b) Bagian laba lembaga keuangan bank Rp46.500.519.900 atau naik 9,73% c) Bagian laba lembaga keuangan non bank Rp9.857.490.900 atau turun 17,09% d) Bagian laba lembaga atas penyertaan modal Rp 2.642.426.880 atau naik sebesar 150,05% dari tahun anggaran 2004.

Dari uraian di atas yang membahas trend perkembangan komponen Hasil BUMD dan Kekayaan daerah diketahui bahwa trend perkembangan dari propinsi DIY, Jawa Timur dan DKI Jakarta trendnya mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk propinsi DIY trendnya meningkat sebesar 0,03% per tahun, propinsi Jawa Timur meningkat sebesar 0,18% per tahun dan propinsi DKI Jakarta meningkat sebesar 0,14% per tahun. Kenaikan hasil BUMD dan Kekayaan daerah dari tahun 2001-2005 Propinsi DIY secara umum disebabkan oleh : (1) meningkatnya

159

jumlah keuntungan per tahun (2001-2005) yang diperoleh perusahaan daerah yang dimiliki pemerintah propinsi DIY (BPD, PD.Anindya Mitra Internasional dan PD.Tarumartani), (2) perubahan Surat Keputusan Gubernur Nomor 194 tahun 2002 menjadi Surat Keputusan Gubernur Nomor 207 tahun 2004 mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam mengoptimalkan aset daerah, (3) pertumbuhan jumlah nasabah Bank Pembangunan Daerah DIY baik, karena tiap tahun perkembangan jaringan pelayanan Bank BPD DIY meningkat : dilihat dari jumlah kantor maupun ATM serta jaringannya, saat ini Bank BPD DIY memiliki 71 kantor yang terdiri dari kantor pusat, cabang utama, cabang pembantu, cabang dan kantor kas dengan 16 ATM, (4) meningkatnya jumlah bagian laba dari pihak ketiga dari PT.Yogya Indah Sejahtera, karena perusahaan tersebut memiliki keuntungan yang cukup besar setiap tahunnya, (5) kebijakan perubahan bentuk badan hukum Badan usaha Milik Daerah oleh Pemerintah Propinsi DIY dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PD.Anindya dan PD.Tarumartani) pada tahun 2002 bertujuan agar BUMD dapat berperan sebagai operator ekonomi Pemerintah Propinsi DIY dalam rangka PAD yang tujuannya untuk meningkatkan permodalan perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada pihak ketiga untuk turut serta menanamkan modal dan meningkatkan daya saing perusahaan untuk

mengantisipasi perkembangan ekonomi nasional maupun global disamping memperluas wilayah usaha dan memupuk keuntungan mendapatkan PAD, (6) pemberdayaan aset milik daerah seperti rumah-rumah dinas yang dulu milik Kantor Wilayah dan sekarang banyak yang ditempati atau menganggur dikelola PT.Anindya sehingga dapat memberikan pemasukan berupa uang cash secara cepat dan PT Anindya mengadakan koordinasi dengan Dinas-dinas yang mempunyai UPT yang sampai saat ini belum berkembang. UPT-UPT tersebut mempunyai banyak aset, yang belum diberdayakan secara optimal karena pengelolanya belum dapat mengembangkan enterpreneurship secara cepat. Misalnya, upaya dalam meningkatkan produktifitas dan nilai tambah minyak kayu putih. Langkah itu perlu dilakukan dan tidak perlu investasi mahal, sehingga dapat meningkatkan nilai jual minyak kayu putih yang dihasilkan, (7) investasi di DIY masih fluktuatif sesuai data tahun 2001 dimana otonomi daerah mulai diterapkan dengan investasi sebesar 142,35 miliar rupiah PMDN dan 121,35 miliar rupaih PMA. Kondisi ini menurun tahun 2002 menjadi PMDN 52,90 miliar rupiah dan PMA 11,82 miliar rupiah. namun kembali menguat pada 2003 yaitu mencapai 419,22 miliar rupiah PMA dan PMDN sebesar 108,02 miliar rupiah dan kembali anjlok pada 2004 yang hanya mencapai 12,08 miliar rupiah PMA dan 5 miliar rupiah PMDN, (8) Pemerintah Propinsi DIY membuat kerjasama dengan

161

perusahaan swasta (PT.Yogya Indah Sejahtera) dalam pembangunan dan pengelolaan Malioboro hotel serta pembangunan kawasan Malioboro.

Sedangkan kenaikan hasil BUMD dan Kekayaan daerah dari tahun 2001-2005 Propinsi Jawa Timur antara lain disebabkan oleh: (1) setiap tahunnya perusahaan daerah milik Pemerintah Propinsi Jawa Timur umumnya mampu menyetor bagian laba perusahaan daerah sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan mayoritas perusahaan daerah tersebut mengalami kenaikan laba per tahun, adapun Perusahaan Daerah yang dimiliki Pemerintah Propinsi Jatim : Panca Wira Usaha, PT.Jatim Invesment Management, PT. Bank Jatim, BPR Jatim, PT. Sier, PT. ASKRIDA, PT. Jatim Marga Utama, PT. Petrogas Jatim Utama, PD Air Bersih (PDAB), PT Jatim Krida Utama, PT. Jatim Graha Utama, (2) iklim investasi di Propinsi Jawa Timur yang relatif kondusif, berdasarkan data tahun 2001 investasi sebesar 242,35 miliar rupiah PMDN dan 131,35 miliar rupaih PMA. Kondisi ini menurun tahun 2002 menjadi PMDN 205,72 miliar rupiah dan PMA 128,11 miliar rupiah akibat pengaruh peristiwa bom Bali, namun kembali menguat pada 2003 yaitu mencapai 312,38 miliar rupiah PMA dan PMDN sebesar 275,76 miliar rupiah dan terus meningkat pada 2004 PMA mencapai 365,14 miliar rupiah dan 349,77 miliar rupiah PMD,

namun kondisi ini menurun pada tahun 2005 PMA mencapai 293,53 miliar rupiah dan 223,18 miliar rupiah PMD, (3) sejak tahun 2002 Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendirikan PT Petrogas Jatim Utama, badan usaha milik daerah yang akan menangani kegiatan usaha di bidang minyak dan gas di Jawa Timur, dibentuknya BUMD Migas untuk mengendalikan dan mengelola potensi migas, baik dalam kegiatan usaha hulu, hilir, maupun kegiatan jasa penunjang lainnya. Salah satu BUMD ini berperan serta dalam mengelola penyertaan saham sebesar 10 persen; Pemprov Jatim mendapat bagian 2,24 persen atau senilai Rp 560 miliar. Saat ini terdapat 29 lapangan migas dan 21 kontraktor bagi hasil di Jatim, (4) pembinaan BUKP (Badan Usaha Perkreditan Rakyat) yang baik sehingga penerimaan dari target pendapatan pos BUKP selalu terealisasi.

Sedangkan kenaikan hasil BUMD dan Kekayaan daerah