• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

E. Gambaran Pegawaian

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kab.Bantaeng terdiri dari 180 (seratus delapan puluh orang). Pegawai tetap dengan berbagai tingkat pendidikan pegawai, tingkatan pendidikan pegawai tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.6

Tingkat Pendidikan Pegawai KPP Pratama Bantaeng No. Tingkat Pendidikan Pegawai Jumlah

1 SLTA 27

2 D1 29

3 D3 36

4 D4/S1 80

5 S2/S3 8

Jumlah 180

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Bantaeng

Sedangkan untuk informasi kepangkatan pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.7

Kepangkatan Pegawai KPP Pratama Bantaeng

No. Kepangkatan Pegawai Jumlah

1 IV 15

2 III 110

3 II 55

Jumlah 180

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Bantaeng

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. SOP Penerimaan Pajak

Standard Operating Procedures (SOP) adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, dan oleh siapa atau suatu proses penerimaan dan pengolahan SPT (Surat Pemberitahuan) baik tahunan dan masa.

Standard Operating Procedures (SOP) juga merupakan suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu.

Standard Operating Procedures (SOP) dipandang mampu memberikan kepastian hukum dan transparansi bagi stakeholder. Bagi internal organisasi Standard Operating Procedures (SOP) memperjelas persyaratan dan target pekerjaan dalam format yang siap diaplikasikan pada pekerjaan, serta memberikan informasi dengan detil apa yang dihadapi.

Penyusunan Standard Operating Procedures di lingkungan Direktorat Jendral Pajak dilandasi oleh:

a) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.01/2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures)di lingkungan Departemen Keuangan Nomor 55/PM.1/2007.

b) Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyeleseaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak.

45

a. Standard Operating Prosedures Seksi Pengolahan Data Dan Informasi (PDI).

1. Tata Cara Pemrosesan Dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk secara umum di Seksi PDI. Yang dimaksud dengan dokumen dalam SOP ini adalah surat, laporan, formulir, kartu, daftar, dan buku yang digunakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

a) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) menerima dokumen masuk yang telah didisposisi Kepala KPP, memberikan disposisi, menugaskan untuk menatausahakan atau untuk memproses dokumen masuk, dan meneruskan dokumen masuk tersebut kepada Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI). Dalam hal telah terdapat SOP untuk memroses dokumen masuk tersebut, maka Kepala Seksi menindaklanjutinya sesuai dengan SOP terkait.

b) Dokumen untuk disimpan kemudian ditatausahakan, sedangkan untuk dokumen yang akan diproses ditindaklanjuti sesuai dengan penugasan Kepala Seksi PDI. Dalam hal atas dokumen masuk tersebut harus dibuatkan respon/balasan/tindak lanjut, Pelaksana Seksi PDI melakukan penghimpunan bahan, membuat konsep dokumen keluar, dan meneruskan konsep dokumen tersebut ke Kepala Seksi PDI.

c) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) meneliti dan mengotorisasi konsep dokumen keluar serta meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

d) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani dokumen keluar.

e) Dokumen yang telah ditandatangani, diterima, dicatat datanya, serta diberi cap, nomor, dan tanggal oleh Sekretaris Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kemudian diteruskan ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).

f) Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) menerima, menginput/mencatat data dokumen keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari dokumen masuk maupun arsip dari dokumen keluar, meneruksan tembusan ke seksi terkait, serta meneruskan dokumen keluar yang siap dikirim ke Subbag Umum dengan manggunakan buku eskpedisi.

g) Penyampaian dokumen keluar kepada Pihak Eksternal oleh Subbagian Umum.

h) Proses Selesai.

Flowchart Tata Cara Pemrosesan Dan Penatausahaan Dokumen Masuk Di Seksi PDI.

Pelaksana Sekertaris Kepala Seksi Kepala

Seksi PDI Kepala KPP PDI KPP

konsep dokumen Meneliti dan Menyetujui dan

keluar memaraf menandatangi

SOP tata cara mengimput data, mencatat data

Penyampaian menatausahakan dokumen keluar Dokumen

Dokumen di arsip, dan mene- serta member keluar

KPP ruskan dokumen cap, nomor, dan

Keluar tanggal

Selesai

Gambar 1.5

Tata Cara Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.

Sumber: KPP Pratama Bantaeng.

2. Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

Prosedur ini merupakan pembuatan rencana penerimaan yang meliputi proses kompilasi rencana penerimaan dari masing-masing Seksi Pengawasan dan Konsultasi dengan mempertimbangkan potensi Wajib Pajak, penerimaan pajak dan perkembangan ekonomi menjadi rencana penerimaan Kantor Pelayanan Pajak.

a) Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV dan menugaskan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk mengkompilasi menjadi Rencana Penerimaan Kantor.

b) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Penerimaan Pajak yang telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk mengkompilasi rencana penerimaan pajak tersebut.

c) Pelaksana menghimpun dan mengkompilasi Rencana Penerimaan Pajak dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV, membuat konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

d) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan mengotorisasi Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak, konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Rencana Penerimaaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak dan konsep Nota Dinas

Pengantar, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

f) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.

g) Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak ke Subbagian Umum untuk dikirim ke Kantor Wilayah melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

h) Proses selesai.

Flowchart Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

Pelaksanaan Seksi Pengawasan Kepala Kepala Kantor

Seksi PDI dan Konsultasi Seksi PDI KPP Wilayah

Mulai

SOP tata cara Rencana

Penyusunan estimasi penerimaan

Penerimaan pajak per- pajak

Wajib pajak

Menghimpun, menerima dan menugaskan

Mengkomplikasi, menugaskan untuk meng-

Dan membuat pelaksana komplikasi

Konsep nota untuk meng-

Dinas pengantar komplikasi

Konsep rencana

Kerja penerimaan meneliti dan menyetujui dan

Pajak dan nota memaraf menandatangani

Dinas pengantar

Menerima dan rancana kerja

Mengirimkan penerimaan pajak

dan nota dinas Pengantar

SOP tata rencana kerja

Cara penyam- penerimaan pajak

Paian dokumen dan nota dinas

Di KPP pengantar

Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

Sumber: KPP Pratama Bantaeng.

3. Tata Cara Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik.

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penatausahaan penerimaan PBB Non Elektronik. Proses pengadministrasian penerimaan PBB non elektronik meliputi penerimaan, penyortiran, perekaman, dan pengarsipan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) yang diterima dari bank tempat pembayaran.

a) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima STTS dari Bank/Pos tempat pembayaran terkait yang telah didisposisi oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (SOP Tata Cara Penerimaan Dokumen di KPP), kemudian menugaskan Pelaksana Seksi PDI untuk menyortir dan merekam ke dalam sistem informasi.

b) Pelaksana Seksi PDI menyortir STTS per bank per tanggal pembayaran dan merekam STTS yang diterima dari bank ke dalam sistem informasi.

c) Pelaksana Seksi PDI menyiapkan konsep Surat Pengantar pengiriman dokumen STTS yang sudah direkam, kemudian menyerahkan konsep tersebut kepada Kepala Seksi PDI.

d) Kepala Seksi PDI meneliti dan menandatangani Surat Pengantar pengiriman dokumen STTS. Dalam hal Kepala Seksi PDI tidak menyetujui konsep Surat Pengantar pengiriman dokumen STTS, maka Pelaksana Seksi PDI Seksi PDI harus memperbaiki konsep Surat Pengantar tersebut.

e) Pelaksana Seksi PDI mengirimkan Surat Pengantar beserta dokumen STTS yang telah direkam kepada Seksi Pelayanan.

f) Proses selesai.

4. Tata Cara Pembuatan Laporan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)/Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pembuatan laporan penerimaan mingguan dan bulanan PBB/BPHTB. Proses pembuatan laporan penerimaan mingguan dan bulanan PBB/BPHTB meliputi proses penerimaan nota debet, nota kredit, rekening koran, LMP, RLMP yang disampaikan oleh pihak terkait dan penyusunan laporan.

a) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Nota Debet, Nota Kredit, Rekening Koran, Laporan Mingguan Pembayaran (LMP), dan RLMP dari instansi terkait yang telah didisposisi oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (SOP Tata Cara Penerimaan Dokumen di KPP) kemudian menugaskan Pelaksana Seksi PDI untuk menyusun konsep Laporan Mingguan dan Bulanan Penerimaan PBB/BPHTB.

b) Pelaksana Seksi PDI menghimpun/mengolah bahan penyusunan konsep laporan mingguan dan bulanan penerimaan PBB/BPHTB, mengarsipkan dokumen dari instansi terkait tersebut dan meneruskan konsep laporan tersebut kepada Kepala Seksi PDI.

c) Kepala Seksi PDI meneliti dan memaraf konsep Laporan Penerimaan PBB/BPHTB, kemudian menyampaikan konsep laporan tersebut kepada Kepala Kantor. Dalam hal Kepala Seksi PDI tidak menyetujui konsep Laporan Penerimaan PBB/BPHTB, maka Pelaksana Seksi PDI harus memperbaiki konsep laporan tersebut.

d) Kepala Kantor menyetujui dan menandatangani Laporan Penerimaan PBB dan BPHTB, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi PDI. Dalam

hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep Laporan Penerimaan PBB/BPHTB, maka Kepala Seksi PDI harus memperbaiki konsep laporan tersebut.

e) Kepala Seksi PDI menugaskan Pelaksana Seksi PDI untuk menatausahakan dan menyampaikan kepada Sub Bagian Umum.

f) Proses Selesai.

5. Tata Cara Pembagian Hasil Penerimaan PBB.

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian pembagian hasil penerimaan PBB/BPHTB. Pembagian hasil penerimaan PBB/BPHTB sebagai pemenuhan atas ketentuan bahwa setiap akhir bulan Kepala Kantor Pelayanan Pajak berkewajiban melakukan pembagian hasil penerimaan PBB/BPHTB.

a) Kepala Seksi PDI menugaskan Pelaksana Seksi PDI untuk membuat KP-PHP-PBB/BPHTB berdasarkan hasil rekonsiliasi data penerimaan Modul Penerimaan Negara (MPN) dan Bank Operasional (BO) III.

b) Pelaksana Seksi PDI membuat konsep KP-PHP-PBB/BPHTB, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi PDI.

c) Kepala Seksi PDI meneliti dan memaraf konsep KP-PHP-PBB/BPHTB, kemudian menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi PDI tidak menyetujui konsep KP-PHPPBB/BPHTB, Pelaksana Seksi PDI harus memperbaiki konsep tersebut.

d) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani KP-PHP-PBB/BPHTB, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi PDI. Dalam hal Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak

menyetujui konsep KP-PHP-PBB/BPHTB, Pelaksana Seksi PDI harus memperbaiki konsep tersebut.

e) Kepala Seksi PDI menugaskan Pelaksana Seksi PDI membuat konsep Surat Perintah Membayar Pembagian Hasil Penerimaan atas Pajak Bumi dan Bangunan (SPMPHP PBB) /BPHTB dan Surat Perintah Membayar Biaya Pemungutan atas Pajak Bumi dan Bangunan (SPMBP PBB) berdasarkan KP PHP PBB/BPHTB tersebut.

f) Pelaksana Seksi PDI membuat konsep SPMPHP PBB/BPHTB dan SPMBP PBB, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi PDI.

g) Kepala Seksi PDI meneliti dan memaraf konsep SPMPHP PBB/BPHTB dan SPMBP PBB, kemudian menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi PDI tidak menyetujui konsep SPMPHP PBB/BPHTB dan SPMBP PBB, Pelaksan Seksi PDI harus memperbaiki konsep tersebut.

h) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMPHP PBB/BPHTB dan SPMBP PBB, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi PDI. Dalam hal Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak menyetujui konsep SPMPHP PBB/BPHTB dan SPMBP PBB, Pelaksana Seksi PDI harus memperbaiki konsep tersebut.

i) Pelaksana Seksi PDI menyiapkan pengiriman SPMPHP PBB/BPHTB dan SPMBP PBB ke KPPN dan menatausahakan arsipnya.

j) Proses dilanjutkan ke SOP tentang Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

k) Proses selesai.

b. Kendala yang dihadapi Seksi Pengolahan Data Dan Informasi

Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh penulis dari KPP Pratama Bantaeng, maka diperoleh kesimpulan mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi dalam melaksanakan Standard Operating Procedures. Kendala-kendala yang dihadapi pada umumnya yaitu:

1. Keterbatasan sumber daya manusia.

Hal ini bisa dilihat dari kemampuan para pegawai yang kadangkala kurang sesuai dengan target yang diharapkan.

2. Kendala informasi dan teknologi.

Mengingat sistem yag digunakan adalah sistem online yang terpusat pada sistem Direktorat Jendral Pajak sehingga segala sesuatunya tergantung dari sistem pusat, kadangkala sistem yang digunakan menemui hambatan mengingat begitu banyaknya akses dari seluruh Kantor Pelayanan Pajak yang ada di Indonesia.

3. Keterlambatan penerimaan instansi terkait.

Hal ini berkaitan dengan pembukuan PBB- BPHTB yang berdasar atas laporan atas bank persepsi.

c. Upaya-upaya yang ditempuh untuk mengatasi kendala yang dihadapi Seksi Pengolahan Data dan Informasi di KPP Pratama Bantaeng berhubungan dengan Standard Operating Procedures.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi di KPP Pratama Bantaeng selalu berupaya untuk mengatasi berbagai kendala yang terjadi dalam pelaksanaan SOP.

Upaya untuk mengatasi kendala yang ada yaitu:

1) Mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah ada salah satu cara yang bisa dilakukan, hal ini hubungannya dengan pendataan PBB yaitu sering diadakannya kerja lembur untuk mengejar deadline.

2) Pembenahan informasi dan teknologi

Salah satu cara yang dilakukan, sepanjang hal itu masih bisa dilakukan oleh intern kantor KPP Bantaeng maka akan dilakukan pembenahan sedini mungkin.

3) Lebih meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait

Diantaranya meningkatkan koordinasi dengan PEMDA, dan meningkatkan koordinasi dengan bank persepsi.

2. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng

Penerapan sistem administrasi perpajakan modern di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng meliputi beberapa aspek yaitu :

a. Aspek Teknologi Informasi

Aspek teknologi informasi yaitu proses pembaharuan dibidang teknologi informasi yang berkaitan dengan sistem administrasi perpajakan yaitu berupa :

1) Media Informasi Pajak

Media informasi pajak dengan fasilitas touch screen disediakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng guna memberikan informasi peraturan perpajakan. Wajib pajak dapat mengakses segala hal yang berhubungan dengan pajak secara gratis.

2) e-system perpajakan

Fasilitas pelayanan pajak yang menjadi salah satu faktor pendukung modernisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng yaitu dalam bentuk pengembangan dan penerapan sistem informasi.

Terdapat beberapa e-system yang dapat dimanfaatkan wajib pajak maupun masyarakat luas yaitu :

a) e-registration

e-registration adalah sistem pendaftaran, perubahan data wajib pajak dan pengukuhan maupun pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak melalui sistem online.

Sistem e-registration ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu sistem yang digunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara online dan sistem yang digunakan

oleh petugas pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak

b) e-SPT

Adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer. Yang dapat diaplikasikan adalah laporan SPT Masa PPh (e-SPT PPh), SPT Tahunan PPh (e-SPT PPh), dan SPT Masa PPN (e-SPT PPN).

b. Aspek Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

Aspek perangkat keras merupakan suatu proses pembaharuan yang meliputi dalam hal penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, sedangkan perangkat lunak merupakan proses pembaharuan meliputi struktur organisasi, kelembagaan, serta penyempurnaan dan penyederhanaan sistem operasi agar lebih efektif dan efisien. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng telah menerapkan pembaharuan terhadap aspek perangkat keras dan perangkat lunak dibeberapa hal seperti:

1) Penyediaan dan pengadaan 1 komputer untuk 1 pegawai pajak sebagai sarana penunjang dalam melaksanakan tugas-tugasnya

2) Adanya Standard Operating Procedures (SOP) untuk setiap kegiatan perpajakan

3) Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

Tempat pelayanan terpadu (TPT) merupakan sarana untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak yang terintregasi dalam

penerimaan dokumen dan pelaporan semua jenis pajak seperti Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pemberitahuan (SPT) yang diserahkan langsung oleh Wajib Pajak. Dokumen Wajib Pajak tersebut langsung diinput ke dalam sistem komputer oleh petugas TPT dan kemudian memberikan bukti penyerahan dokumen tersebut kepada Wajib Pajak.

4) Help Desk

Help Desk merupakan fasilitas yang diberikan oleh KPP untuk memudahkan informasi yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak. Petugas yang ditugaskan di help desk adalah pegawai yang cakap, pandai berkomunikasi, dan memiliki pengetahuan tinggi tentang perpajakan.

Fasilitas help desk dengan teknologi tax knowledge base, agar dapat memberikan jawaban dari berbagai masalah mengenai pajak, menyangkut :

a) Peraturan pajak yang komprehensif dan terbaru

b) Dikomplikasi sesuai standar Q & A, flowchart, dan penjelasan singkat

c) Dapat diakses dengan mudah dari komputer.

5) Complaint Center

Complaint center berfungsi untuk menampung keluhan Wajib Pajak yang terdaftar, mengenai pelayanan, pemeriksaan, keberatan, dan banding. Tidak termasuk keluhan mengenai pelanggaran kode etik.

Penyampaian pengaduan dapat dilakukan Wajib Pajak melalui:

a) E-mail

b) Telepon bebas pulsa c) Kotak Saran

d) Ataupun langsung datang c. Aspek Sumber Daya Manusia

Aspek sumber daya manusia yaitu proses pembaharuan yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jendral Pajak mencakup keahlian fiskus dalam menghitung pajak wajib pajak serta pemahaman tentang pajak yang lebih baik daripada yang dahulu serta melakukan seleksi pegawai yang ketat guna mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan penempatan aparat perpajakan sesuai kapasitasnya pada Struktur Organisasi pada setiap Kantor Pelayanan Pajak. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng telah menerapkan Case Managemant (manajemen kasus) melalui Sistem Informasi Keuangan Kepegawaian (SIKKA), sistem ini merupakan sistem penilaian terhadap seluruh pegawai. Dengan menggunakan SIKKA kepala bagian dapat melakukan pengawasan (monitoring) terhadap pegawai, evaluasi kerja, dan memberikan target kerja kepada pegawai.

3. Alur/flowchart Penerimaan Pajak

Berikut adalah alur/flowchart dari penerimaan Negara dan penerimaan pajak, dapat dilihat pada gambar berikut:

Penerimaan Perpajakan

PNBP

Penerimaan Penerimaan Hibah

Negara

Penerimaan Pengembalian Belanja

Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan non anggaran /transitoris

Diterima melalui Bank Indonesia

Bank/pos persepsi

KPPN Gambar 1.7

Alur Penerimaan Negara Sumber: KPP Pratama Bantaeng.

Keterangan dari flowchart penerimaan pajak:

a. Wajib Pajak melakukan pembayaran ke Bank Persepsi kemudian membuat rangkap 4 untuk Surat Setoran Pajak (SSP). SSP rangkap pertama untuk arsip wajib pajak, rangkap kedua untuk KPP melalui ke kantor pert.bendaharaan kas Negara, rangkap ketiga untuk arsip bagian penerimaan dan keberatan, sedangkan rangkap keempat disimpan di Bank.

b. SSP rangkap kedua untuk arsip bagian kantor pert.bendaharaan kas Negara kemudian di proses dan melakukan pencatatan di KPKN sesuai kode KPP, kemudian dikirim ke KPP tersebut lalu Surat Setoran Pajak (SSP) tersebut untuk arsip bagian penerimaan dan keberatan.

c. SSP rangkap kedua dan ketiga untuk arsip bagian penerimaan dan keberatan tersebut di proses untuk di rekapitulasi, setelah di rekapitulasi dibuatlah buku kas harian dan dibawa ke bagian tata usaha penerimaan dan restitusi dan rekonsiliasi, kemudian SSP rangkap kedua dan ketiga tersebut dibawa ke bagian tata usaha perpajakan.

d. Buku kas harian yang dibawa ke bagian tata usaha penerimaan dan restitusi dan rekonsiliasi tersebut di proses untuk dilakukannya pencatatan dan penjumlahan, dilakukan secara manual dan menggunakan komputer.

Laporan hasil manual dan hasil komputer tersebut diproses lagi untuk lebih lanjut untuk menghasilkan laporan DP VI.

e. SSP rangkap kedua dan ketiga untuk di arsip bagian tata usaha perpajakan dilakukan rekapitulasi ulang dengan menggunakan komputer, kemudian hasil dari rekapitulasi tersebut dicocokkan dengan hasil yang dari tata

usaha penerimaan dan restitusi dan rekonsiliasi. Daftar WP yang akan diperiksa dan hasil pemeriksaan kemudian diproses untuk melakukan pembuatan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

f. Surat Pemberitahuan (SPT) pada bagian tempat pelayanan terpadu dari wajib pajak untuk koordinasi dan pelaksanaan SPT, SPT tersebut di periksa kemudian SPT dan LPAP untuk PPh badan I untuk diproses, diteliti dan dilakukan pencatatan SPT.

g. Surat Pemberitahuan (SPT) pada bagian PPh badan II di verifikasi dengan laporan keuangan wajib pajak, setelah di verifikasi terbagi menjadi SPT yang telah benar, daftar wajib pajak yang diperiksan dan daftar wajib pajak yang akan diperiksa. SPT yang telah benar tersebut di arsip sedangkan daftar wajib pajak yang akan diperiksa untuk bagian penagihan untuk di proses untuk dilakukannyan pemeriksaan dan menhasilkan hasil pemeriksaan.

4. Realisasi Penerimaan Pajak

Berikut adalah realisasi dari penerimaan pajak untuk tahun 2015, dapat dilihat pada tabel berikut:

5. Perhitungan Jumlah Target dari Realisasi Penerimaan Pajak dengan Menggunakan Metode Persentase Peningkatan

Berdasarkan tabel 1.7 mengenai realisasi penerimaan pajak, dapat diketahui bahwa besarnya jumlah target dari realisasi penerimaan pajak untuk tahun 2015 tersebut dapat dihitung dengan cara;

a. PPh Non Migas

Tahun tertentu – tahun dasar

= x 100%

Jadi, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas, mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,46% dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 dimana PPh Non Migas tercatat sebesar Rp 293,250 triliun.

b. PPN dan PPnBM

Tahun tertentu – tahun dasar

= x 100%

Tahun dasar 237.192,72 - 246.885,15

= x 100%

246.885,15

9692,43

= x 100%

246.885,15

= 3,93 %

Jadi, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mancatatkan pertumbuhan 3,93%, dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 246.885 triliun.

c. PBB

Tahun tertentu – tahun dasar

= x 100% 45,18% atau sebesar Rp 662,67 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 1.208,83 miliar.

d. Pajak Lainnya

Tahun tertentu – tahun dasar

= x 100%

Tahun dasar 3.402,27 - 3.925,89

= x 100%

3.925,89

523,62

= x 100%

3.925,89

= 13,34 %

Jadi, Pajak Lainnya mencatatkan pertumbuhan yakni 13,34% atau sebesar Rp 3,402 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 3,925 triliun.

e. PPh Migas

Tahun tertentu – tahun dasar

= x 100%

Jadi, PPh Migas masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 39,41% atau sebesar Rp 36,015 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar

Jadi, PPh Migas masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 39,41% atau sebesar Rp 36,015 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar

Dokumen terkait