• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujun untuk mengevaluasi sistem penerimaan pajak yang di terapkan agar dapat mengoptimalkan penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Bantaeng.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat dicapai yaitu:

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dibidang tersebut khususnya pada sistem penerimaan pajak dalam upaya mengoptimalkan penerimaan pajak untuk memenuhi sebagian dari syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi, dan untuk mensyi’arkan nilai-nilai ajaran Islam pada masyarakat.

b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng.

c. Bagi masyarakat dan almamater, dapat menambah pengetahuan mengenai sistem penerimaan pajak dalam mengoptimalkan penerimaan pajak sehingga menggunakan jasa perpajakan dan juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya yang lebih baik lagi bagi civitas Universitas Muhammadiyah khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Prodi Akuntansi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi dan Sistem

1. Definisi Evaluasi

Evaluasi menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer berarti penilaian, perkiraan, atau kegiatan dengan sungguh-sungguh mengamati, mengoreksi, menimbang baik buruknya suatu masalah dengan dasar tertentu kemudian memberi penghargaan seberapa besar bobotnya, kualitasnya atau kemampuannya.

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya, selanjutnya akan menjadi umpan baik pada perencanaan kembali. Evaluasi juga merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.

Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektiditas suatu program.

6

Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu.

Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Dan penilaian bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2013:3) bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.

2. Definisi Sistem

Setiap sistem akan lebih dapat dipahami jika dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Dengan adanya sistem, maka kegiatan operasional perusahaan diharapkan berjalan lancar dan terkoordinir sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem diciptakan untuk menangani sesuatu yang berulang kali atau yang secara rutin terjadi.

B. Sanksi Pajak

1. Definisi Sanksi

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Sanksi perpajakan merupakan pemberian sanksi bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Menurut Mardiasmo (2011:59), sanksi perpajakan marupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agat wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

2. Sanksi-sanksi yang Terdapat dalam Perpajakan

Terdapat Undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Agar peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus ada sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan sanksi adminitrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana.

Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana dalam Mardiasmo (2011) adalah:

“Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi”.

Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan ada tiga macam sanksi administrasi, yaitu berupa denda bunga dan kenaikan.

Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut.

(1) Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.

(2) Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan.

(3) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak.

(4) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.

(5) Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.

3. Ketentuan Sanksi Pidana dan Sanksi Administrasi

Berikut ketentuan dari sanksi pidana dan sanksi administrasi dalam Mardiasmo, MBA., AK (2011), yaitu:

a. Ketentuan Sanksi Pidana

Menurut ketentuan dalam undang-undangperpajakan ada 3 macam sanksi pidana, yaitu:

1. Denda pidana

Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancam/

dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar ketentuan peraturan perpajakan sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada wajib pajak ada juga yang diancankan kepada pejabat pajak atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran meupun bersifat kejahatan.

2. Pidana kurungan

Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran. Dapat ditunjukkan kepada wajib pajak, dan pihak ketiga.

Karena pidana kurungan diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian.

3. Pidana penjara

Pidana penjara sama hanya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditunjukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada wajib pajak.

Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur/ditetapkan dalam UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.

28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No.

12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 tentang

Pajak Bumi dan Bangunan.

Tabel 1.1

Ketentuan Sanksi Pidana Yang dikenakan

sanksi pidana Norma Sanksi Pidana

I. Setiap orang 1. Kealpaan tidak bulan atau paling lama 1 tahun.

Pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2

Yang dikenakan

sanksi pidana Norma Sanksi Pidana

3. Melakukan percobaan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2

Yang dikenakan

sanksi pidana Norma Sanksi Pidana

menyaikan SPOP tetapi

II. Pejabat Kealpaan tidak memenuhi kewajiban merahasiakan

Yang dikenakan

sanksi pidana Norma Sanksi Pidana

III. Pihak Ketiga Sengaja tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat

Ketentuan Sanksi Administrasi (Bunga 2% per bulan)

No. Masalah Cara

Membayar/Menagih 1 Pembetulan sendiri SPT (SPT tahunan atau

SPT masa) tetapi belum diperiksa.

SSP/SPT

2 Dari penelitian rutin:

PPH pasal 25 tidak/kurang bayar.

PPH pasal 21, 22, 23, dan 26 serta PPn yang terlambat dibayar.

SKPKB, SPT, SKPKBT tidak/kurang dibayar atau terlambat dibayar. 3 Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar SSP/SPKB

No. Masalah Cara

Membayar/Menagih (maksimum 24 bulan).

4 Pajak diangsur/ditunda; SKPKB, SKKPP, SPT.

SSP/SPT

5 SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang dibayar.

SSP/SPT

Sumber: Mardiasmo (2011).

2) Denda Administrasi

Tabel 1.3

Ketentuan Sanksi Administrasi (Denda Administrasi)

No. Masalah Cara

Membayar/Menagih 1 Tidak terlambat memasukkan/menyampaikan

SPT.

c. Melanggar larangan membuat faktur (PKP yang tidak dikukuhkan).

SSP/SPKPB (ditambah 2% denda dari dasar pengenaan).

4 Khusus PBB:

a. SPT, SKPKB tidak/kurang bayar atau

SPT+denda 2%

(maksimum 24 bulan).

No. Masalah Cara

Membayar/Menagih terlambat dibayar.

b. Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar.

Ketentuan Sanksi Administrasi (Kenaikan 50% dan 100%)

No. Masalah Cara Menagih

1 Dikeluarkan SKPKB dengan perhitungan secara jabatan:

a. Tidak memasukkan SPT:

1. SPT tahunan (PPh 29).

2. SPT tahunan (PPh 21,23,26 dan PPN).

b. Tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 KUP.

c. Tidak memperlihatkan buku/dokumen, tidak memberi keterangan, tidak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pasal 29.

2 Dikeluarkan SKPKBT karena: ditemukan data baru, data semula yang belum terungkap setelah dikeluarkan SKPKB.

SKPKBT 100%

No. Masalah Cara Menagih 3 Khusus PPN:

Dukeluarkan SKPKB karena pemeriksaan, dimana PKP tidak seharusnya mengkompensasi selisih lebih, menghitung tarif 0% diberi restitusi pajak.

SKPKBT 100%

Sumber: Mardiasmo (2011).

4. Bagan Tentang Sanksi

Sanksi

Administrasi Pidana

Kenaikan Bunga Kealpaan Kesengajaan

Gambar 1.1

Sanksi terhadap Wajib Pajak

Pidana - Kurungan 1 tahun, atau - Denda 2 juta rupiah.

Sanksi Pejabat

PP No. 53/2010

Gambar 1.2 Sanksi terhadap Pejabat Sumber: Mardiasmo (2011).

C. Optimalisasi Penerimaan Pajak

1. Definisi Optimalisasi

Optimalisasi berasal dari kata dasar optimal yang berarti yang terbaik. Jadi optimalisasi adalah dimana suatu proses yang dilakukan dengan cara terbaik dengan adanya sanksi pajak yang diberikan kepada wajib pajak yang tidak patuh pada norma perpajakan dalam meningkatkan tingkat penerimaan pajak khususnya tanpa adanya harus mengurangi kualitas pekerjaan.

2. Definisi Penerimaan

Pembangunan yang telah dilaksanakan dinegara kita tidak lepas dari peran aktif dari pajak, karena sector pajak telah menjadi penerimaan bagi Negara yang cukup kompoten. Penerimaan atau pendapatan adalah suatu hasil yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan secara optimal.

Penerimaan pajak dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah yang dalam arti seluas-luasnya adalah mulai dari penerimaan dalam dan luar negeri Penerimaan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting dalam penerimaan Negara, karena disamping cepat daan rendah biayanya. Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat besar poteninya. Sistem pemungutan suatu Negara baik Self Assessment maupun Official Assessment sangat berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan dana kepemerintahan tersebut.

Menurut Mohammad Zain (2005), Penerimaan pajak merupakan gambaran partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan Negara. Apabila kontribusi peneriman pajak semakin besar

terhadap pembangunan, hal tersebut berarti bahwa pajak yang telah dipungut dari masyarakat akan dikembalikan secara tidak langsung kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana dan prasarana publik, menyediakan lapangan kerja, memberikan rasa aman dan nyaman.

Sedangkan menurut H. Simanjuntak Timbul dan Mukhlis Imam (2012:30) adalah Penerimaan Negara dari pajak merupakan salah satu komponen penting dalam rangka kemandirian pembiayaan pembangunan.

Dalam system penerimaan Negara, pajak mempunyai dua fungsi yang melekat dalam system pepajakan yaitu:

a. Fungsi Budgetair

Yaitu fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas Negara untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Pajak sebgai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan fungsi utama sebagai mana batasan yang diberikan para ahli. Pada beberapa Negara berkembang terlihat indikasi kuat bahwa penggunaan dana yang diperoleh melalui pajak tidak hanya diperuntukan bagi penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu maka sasaran utama dalam pemungutan pajak adalah penerimaan kas Negara.

b. Fungsi Mengatur

Dimana dengan fungsi ini diharapkan system perpajakan yang diterapkan tidak akan menimbulkan pertentangan dengan kebijaksanaan Negara dalam bidang ekonomi dan sosial. Pajak sebgai alat untuk mengukur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi. Pajak digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bila perlu berubah susunan pendapatan dan kekayaan Negara.

Untuk mencapai optimalisasi penerimaan pajak, maka pihak fiskus dan wajib pajak harus mempunyai kesadaran dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Dengan demikian baik fiskus dan membayar pajak akan memahami mengenai pentingnya peranan mereka masing-masing. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi. Yaitu, kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Karena semakin besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib pajak, bukan fiskus selalu pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam self assessment system, dengan tujuan dapat meningkatkan pendapatan pajak yang optimal.

Adapun indikator dari penerimaan pajak yaitu:

a. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi kemandirian pembangunan.

b. Peningkatan penerimaan pajak memegang peranan strategis karena akan meningkatkan kemandirian pembiayaan pemerintah.

c. Sumber utama penerimaan Negara yaitu berasal dari pajak.

d. Kerjasama fiskus dan wajib pajak diperlukan dalam meningkatkan penerimaan pajak dimasa yang akan datang.

3. Definisi Pajak

Pajak (dari bahasa Latin taxo; "rate") adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung.

Ada berbagai macam definisi tentang pajak yang dikemukakan, salah satunya menurut Adriani dalam Priantara (2012:2) mengatakan bahwa: “pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi atau Badan) oleh Negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara yang digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik.

Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro, dalam Mardiasmo, (2011:1): “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

investment.

undang No.28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa: “pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan seara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan, "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."

b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur/regulatif).

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

a. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negar. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

b. Undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Berdasarkan pengertian pajak di atas maka ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

a. Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan kepada negara, baik pusat maupun daerah.

b. Peralihan kekayaan dari rakyat kepada negara, untuk membiayai pengeluaran rutin.

c. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

d. Tanpa memperoleh imbalan langsung maupun tidak langsung.

4. Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain adalah:

a. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

b. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

c. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu:

 Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

 Unsur subjektif, dapat memperhatikan besarnya kebutuhan materiil

yang harus dipenuhi.

d. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

e. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

5. Tarif Pajak

Tarif pajak didefinisikan sebagai suatu angka tertentu yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak. Ada 4 macam tarif pajak, yaitu (Mardiasmo, 2011):

1. Tarif Sebanding/Proporsional

Yaitu tarif berupa persentase tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2. Tarif Tetap

Yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

3. Tarif Progresif

Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar, menurut kenaikkan persentase tarifnya.

Menurut kenaikkan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi:

a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar b. Tarif progresif tetap : kenaikkan persentase tetap

c. Tarif progresif degresif : kenaikkan persentase semakin kecil 4. Tarif Degresif

Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

D. Kerang Pikir

Pajak yang menjadi sumber penerimaan bagi Negara, mengikut perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi Negara serta masyarakat dari Negara tersebut. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, penyesuaian struktur perpajakan dan penyehatan ekonomi menjadi alasan dari waktu kewaktu dilakukan reformasi perpajakan yaitu perubahan yang mendasar disegala aspek

perpajakan. Untuk mencapai optimalisasi penerimaan pajak, maka pihak fiskus dan wajib pajak harus mempunyai kesadaran dalam menjalankan hak dan kewajibannya.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai

berikut: KPP Pratama Bantaeng

Penerimaan pajak

Sanksi pajak

Optimalisasi tingkat Penerimaan pajak

Gambar 1.3 Kerangka Pikir

E. Hipotesis

Diduga bahwa sistem penerimaan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng sudah dapat mengoptimalkan penerimaan pajak.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng, jalan A. Mannappiang, Bantaeng dan diperkirakan selama dua bulan mulai dari bulan April hingga Mei 2016.

B. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.Penelitian pustaka (library research), yaitu pengumpulan data dengan cara menelaah berbagai buku literatur dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan yang dibahas.

2.Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengunjungi objek yang akan diteliti guna mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi, ialah melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan.

b. Wawancara, ialah melakukan tanya jawab dengan pimpinan dan karyawan perusahaan yang diteliti dalam mendapatkan data yang diperlukan.

c. Dokumentasi, melakukan review terhadap dokumen-dokumen instansi yang relevan, serta mempelajari referensi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun secara tertulis.

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari pihak perusahaan dalam bentuk angka.

2. Sumber Data

a. Data Primer, ialah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan dan karyawan.

b. Data Sekunder, ialah data yang diperoleh dari dokumen perusahaan, berupa laporan tertulis yang dibuat secara berkala.

D. Metode Analisis

Metode analisis adalah suatu gambaran tentang variabel-variabel yang

Metode analisis adalah suatu gambaran tentang variabel-variabel yang

Dokumen terkait