• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.Penelitian pustaka (library research), yaitu pengumpulan data dengan cara menelaah berbagai buku literatur dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan yang dibahas.

2.Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengunjungi objek yang akan diteliti guna mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi, ialah melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan.

b. Wawancara, ialah melakukan tanya jawab dengan pimpinan dan karyawan perusahaan yang diteliti dalam mendapatkan data yang diperlukan.

c. Dokumentasi, melakukan review terhadap dokumen-dokumen instansi yang relevan, serta mempelajari referensi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun secara tertulis.

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari pihak perusahaan dalam bentuk angka.

2. Sumber Data

a. Data Primer, ialah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan dan karyawan.

b. Data Sekunder, ialah data yang diperoleh dari dokumen perusahaan, berupa laporan tertulis yang dibuat secara berkala.

D. Metode Analisis

Metode analisis adalah suatu gambaran tentang variabel-variabel yang akan digunakan untuk melakukan analisa data sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan.

Analisis ini digunakan untuk menjawab bagaimana evaluasi sistem penerimaan pajak dapat mengoptimalkan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Dimana pendekatan kuantitatif memiliki fenomena yang digambarkan dengan angka-angka numeric dengan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial.

Analisis data kuantitatif bertujuan untuk mempermudah memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut.

Penelitian ini yang akan dilakukan dengan menggunakan data-data yang akan dianalisis dengan cara membentuk persentase perubahan pos-pos yang akan dianalisis. Metode perhitungan persentase peningkatan dihitung oleh peneliti berdasarkan perhitungan matematis seperti berikut:

Tabel 1.5

Metode Perhitungan Persentase Peningkatan

% kenaikan

Tahun tertentu – tahun dasar

= x 100%

Tahun dasar

% kenaikan

Kenaikan yang terjadi

= x 100%

Tahun dasar

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng

Pada awalnya kantor pelayanan pajak dinamakan dengan kantor inspeksi pajak (KIP) yang induk organisasinya berada dibawah Direktorat Jendral Pajak dalam Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih meningkatkan nilai pelayanan pajak kepada masyarakat maka berdasarkan keputusan Mentri Keuangan Nomor 267/ KMK. 01/1989 diadakan perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) yang diganti dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Kantor Pelayanan Pajak Pratama di betuk dengan meleburkan tiga jenis kantor pelayanan yang ada selama ini yakni, KPP, KPPBB, dan karikpa.

Meskipun terdapat penggabungan tugas pokok dan fungsi yang melekat pada kantor-kantor tersebut tetap ada, melalui strukutr baru pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berbasis fungsi. Fungsi yang dimaksud antara lain meliputi fungsi pelayanan, fungsi pengawasan dan konsultasi yang memperkenalkan Account Representatif (AR) fungsi penagihan, fungsi pemeriksaan, fungsi eksentifikasi, dan terakhir fungsi pengolahan data dan informasi. Perubahan struktur tersebut dilakukan dengan tujuan agar tetap lebih meningkatkan fungsi pelayanan dan pengawasan terhadap wajib pajak.

Pada tanggal 23 Juli 2001 Mentri Keuangan Republik Indonesia menetapkan sebuah Keputusan Mentri Keuangan Nomor 443/KMK. 01/2001 tentang pemekaran kantor pelayanan pajak Sulawesi Selatan bagian Timur

31

menjadi 2 (dua) wilayah kerja. Berdasarkan keputusan tersebut ditetapkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng dibagi menjadi Kantor Pelayanan Pajak Sul-Sel Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK. 01/2002 tentang organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Bantaeng dibagi atas 4 (empat) wilayah kerja, yaitu:

1. Kabupaten Gowa 2. Kabupaten Takalar

3. Kabupaten Jeneponto, dan 4. Kabupaten Bantaeng.

Selama ini, dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakan, wajib pajak harus berurusan dengan minimal 3 kantor dengan beberapa seksi yang berbeda didalamnya. Sebagai ilustrasi, ketika seorang wajib pajak akan melaporkan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), maka wajib pajak tersebut diperiksa, maka kantor yang menangani adalah karikpa yang merupakan unit kantor tersendiri dan terpisah dari KPP (Kantor Pelayanan Pajak) maupun KPPBB. Diharapkan dengan penyatuan berbagai kantor pajak tersebut, maka kantor maupun aparat pajak dapat lebih mendekat ke wajib pajak dapat :

1. Lebih mendekat ke Wajib Pajak, sehingga fungsi pelayanan dan pengawasandapat dilakukan dengan lebih baik

2. Menjalankan fungsi ekstensifikasi lebih optimal

3. Memberikan pelayana yang lebih baik melalui konsep one stop service yang melayani seluruh jenis pajak dan debirokrasi pelayanan 4. Menurunkan cost of tax compliance

5. Optimalisasi pemanfaatan database

Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja dari Direktorat Jenderal Pajak yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun tidak.

Kantor Pelayanan Pajak konvensional terdiri dari delapan seksi, yaitu :

1. Seksi Tata Usaha Perpajakan

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi 4. Seksi Pajak Penghasilan Badan

5. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan 6. Seksi Pajak Pertambahan Nilai

7. Seksi Penagihan

8. Seksi Penerimaan dan Keberatan

Secara bertahap sejak tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak telah mengalami modernisasi sistem dan struktur organisasi menjadi instansi yang berorientasi pada fungsi, bukan lagi pada jenis pajak. Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Pada Tahun 2002 tersebut, dibentuk 2 KPP WP Besar atau LTO (Large Tax Office). KPP ini menangani 300

WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan hanya mengadministrasikan jenis pajak PPH dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk 10 KPP Khusus yang meliputi KPP BUMN, Perusahaan PMA, WP Badan dan Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Kemudian pada tahun 2004 dibentuk pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office). Sedangkan KPP Modern yang menangani WP terbanyak

adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax Office). KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008.Perbedaan utama antara KPP STO dengan KPP LTO Maupun MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi pada KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO merupakan ujung tombak bagi DJP untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

Pembagian Seksi dan Jabatan Fungsional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut :

1. Subbagian Umum 2. Seksi Pelayanan

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (maksimal 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

6. Seksi Penagihan

7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 8. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak 9. Kelompok Jabatan Fungsional Penilai.

Jenis Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern terdiri dalam empat jenis, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Besar.

2. Kantor Pelayanan Pajak Khusus.

3. Kantor Pelayanan Pajak Madya.

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Dalam proses reorganisasinya, saat ini Kantor Pelayanan Pajak modern sudah dibentuk di seluruh wilayah Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak membawahi unit organisasi yang lebih kecil yaitu Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP).

B. Visi dan Misi Organisasi

VISI

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak Negara yang terbaik di wilayah asia tenggara demi menjamin kedaulatan dan kemandirian Negara.

MISI

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Menjamin penyelanggaran Negara yang berdaulat dan mandiri dengan :

1. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi dan penegakan hukum yang adil.

2. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan.

3. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan professional.

4. Kompensasi yang kompetitif berbasis system manajemen kinerja.

VISI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG

Menjadi kantor pelayanan pajak yang menyelenggarakan pelayanan public dengan modern secara professional dan berintegritas, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sadar pajak demi kesejahteraan bangsa dan Negara.

MISI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG

Menghimpun penerimaan pajak yang diamanahkan oleh undang-undang perpajakan sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab dengan tulus dan ikhlas.

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng adalah struktur organisasi lini (garis) dan staf yang berada dibawah koordinasi Kepala Kantor Wilayah 1 Direktorat Jendral Pajak Sulawesi Selatan.

Seluruh pegawai dalam lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng adalah Pegawai Negeri Sipil yang seluruhnya ada dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Adapun struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng tersebut sebagai berikut:

1. Pimpinan yaitu Kepala Kantor

2. Pembantu Pimpinan yaitu Sub Bagian Umum

3. Pelaksana yaitu sejumlah Kepala Seksi, yang terdiri dari:

a. Kasi Ekstensifikasi

b. Kasi Pengolahan Data dan Informasi (Kasi PDI) c. Kasi Pelayanan

d. Kasi Pengawasan dan Konsultasi I (Kasi Warkon I) e. Kasi Pengawasan dan Konsultasi II (Kasi Warkon II) f. Kasi Pengawasan dan Konsultasi III (Kasi Waskon III) g. Kasi Pengawasan dan Konsultan IV (Kasi Waskon IV) h. Kasi Pemeriksaan

i. Kasi Penagihan

4. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari:

a. Supervisor I b. Supervisor II c. Supervisor III d. Supervisor IV

Sesuai dengan informasi di atas, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng dapat dibuatkan bagan seperti pada Gambar Berikut:

Gambar 1.4 Struktur Organisasi Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Bantaeng

D. Job Description a. Kepala Kantor

Kepala Kantor Pelayanan Pajak bertugas memimpin kantor pelayanan pajak dan bertangguyng jawab dalam melaksanakan pemungutan secara langsung, melaksanakan ketetapan pajak yang berlaku dan membina semua unsur dan faktor-faktor dalam rangka pemungutan pajak yang di bantu oleh seksi yang membawahinya.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng membawahi 11 seksi yaitu Subbagian Umum, Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi

Pengawasan dan Konsultasi IV, Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi Pelayanan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Ekstensifikasi, Seksi Fungsional, dan Seksi Penagihan.

b. Subbagian Umum, meliputi:

- Pelaksana kepegawaian, menerima tugas dari Kasubbag. Umum untuk menyiapkan dan memproses usulan formasi, kenaikan gaji berkala,kenaikan pangkat, mutasi, promosi, penghargaan, daftar urut kepangkatan, cuti, peserta diklat, berkas/administrasi pegawai yang akan melanjutkan pendidikan di luar kedinasan, pensiun, hukuman dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kepegawaian.

- Pelaksana rumah tangga, tugasnya ialah melaksanakan inventarisasi alat pelengkapan kantor/alat tulis perlengkapan kantor/alat tulis kantor/formulir, membuat konsep rencana pemeliharaan atau perbaikan alat perlengkapan kantor/gedung.

- Pelaksana pembuat Daftar Gaji, tugasnya ialah menyusun rencana anggaran dan menyelenggarakan urusan keuangan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Pelaksana Bendahara Pengeluaran, tugasnya ialah menerima, menyimpan dan membayarkan gaji kepada para pegawai dan menyelenggarakan pengelolaan anggaran di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan ketentuan yang berlaku.

c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, meliputi:

- Account Representative, tugasnya ialah melaksanakan pengaasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

- Pelaksana, tugasnya ialah membantu pelaksanaan penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku dan melaksanakan pengurusan surat masuk dan surat keluar, penggandaan dan penyimpanan surat dan dokumen sesuai ketentuan yang berlaku.

Pada seksi pengawasan dan konsultasi (Waskon) terdapat 4 bagian Waskon yaitu Waskon II, Waskon II, Waskon III, dan Waskon IV.

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, meliputi:

- Pelaksana, membantu pelaksaan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi SPT dan e-filing serta menyiapkan laporan kinerja.

- Operator console, melaksanakan pemeliharaan dan monitoring data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan perangkat

penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan back-up data dalam rangka memenuhi pelayanan terhadap pemakai.

e. Seksi Pelayanan

Pada seksi pelayanan ini hanya terdapat bagian pelaksana saja, tugasnya ialah membantu pelaksanaan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan pelaksanaan registrasi Wajib Pajak sesuai ketentuan yang berlaku, dan menata usahakan dan mengarsipkan berkas Wajib Pajak serta memenuhi permintaan konfirmasi dan klarifikasi PPH, PPN dari unit terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Seksi Pemeriksaan

Pelaksana, tugasnya yaitu menyiapkan penyusunan rencana pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

g. Seksi Ekstensifikasi

Pada seksi Ekstensifikasi ini hanya terdapat bagian pelaksana saja, tugasnya ialah membantu palaksanaan pengamatan petensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pentadaan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku serta menyiapkan konsep serat tugas dalam rangka pelaksanaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan tugasnya ialah melaksanakan pengurusan surat masuk dan surat

keluar, penggandaan dan penyimpanan surat dan dokumen sesuai ketentuan yang berlaku.

h. Seksi Fungsional

Fungsional pemeriksa, tugasnya ialah melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan administrasi pemeriksaan, melaksanakan penelitian permohonan Surat Pemberitahuan (SPT) Lebih Bayar (LB) Wajib Pajak Patuh, melaksanakan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, meminta kelengkapan berkas permohonan restitusi PPN, atau PPN dan PPnBM, melaksanakan penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak, dan mengusulkan pemeriksaan bukti permulaan.

Pada seksi Fungsionl mempunyai tugas yaitu melakukan kegiatan sesuai dengan seksi fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu sebagai berikut:

- Kelompok seksi fungsional terdiri dari sejumlah seksi fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

- Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh seksi fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan.

- Jumlah Seksi Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

- Jenis dan jenjang seksi fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

i. Seksi Penagihan, meliputi:

- Pelaksana, tugasnya yaitu menatausahakan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, usulan penghapusan pitang pajak, srta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

- Juru Sita Pajak, tugasnya yaitu melakukan urusan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

E. Gambaran Pegawaian

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kab.Bantaeng terdiri dari 180 (seratus delapan puluh orang). Pegawai tetap dengan berbagai tingkat pendidikan pegawai, tingkatan pendidikan pegawai tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.6

Tingkat Pendidikan Pegawai KPP Pratama Bantaeng No. Tingkat Pendidikan Pegawai Jumlah

1 SLTA 27

2 D1 29

3 D3 36

4 D4/S1 80

5 S2/S3 8

Jumlah 180

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Bantaeng

Sedangkan untuk informasi kepangkatan pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantaeng dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.7

Kepangkatan Pegawai KPP Pratama Bantaeng

No. Kepangkatan Pegawai Jumlah

1 IV 15

2 III 110

3 II 55

Jumlah 180

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Bantaeng

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. SOP Penerimaan Pajak

Standard Operating Procedures (SOP) adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, dan oleh siapa atau suatu proses penerimaan dan pengolahan SPT (Surat Pemberitahuan) baik tahunan dan masa.

Standard Operating Procedures (SOP) juga merupakan suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu.

Standard Operating Procedures (SOP) dipandang mampu memberikan kepastian hukum dan transparansi bagi stakeholder. Bagi internal organisasi Standard Operating Procedures (SOP) memperjelas persyaratan dan target pekerjaan dalam format yang siap diaplikasikan pada pekerjaan, serta memberikan informasi dengan detil apa yang dihadapi.

Penyusunan Standard Operating Procedures di lingkungan Direktorat Jendral Pajak dilandasi oleh:

a) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.01/2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures)di lingkungan Departemen Keuangan Nomor 55/PM.1/2007.

b) Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyeleseaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak.

45

a. Standard Operating Prosedures Seksi Pengolahan Data Dan Informasi (PDI).

1. Tata Cara Pemrosesan Dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk secara umum di Seksi PDI. Yang dimaksud dengan dokumen dalam SOP ini adalah surat, laporan, formulir, kartu, daftar, dan buku yang digunakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

a) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) menerima dokumen masuk yang telah didisposisi Kepala KPP, memberikan disposisi, menugaskan untuk menatausahakan atau untuk memproses dokumen masuk, dan meneruskan dokumen masuk tersebut kepada Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI). Dalam hal telah terdapat SOP untuk memroses dokumen masuk tersebut, maka Kepala Seksi menindaklanjutinya sesuai dengan SOP terkait.

b) Dokumen untuk disimpan kemudian ditatausahakan, sedangkan untuk dokumen yang akan diproses ditindaklanjuti sesuai dengan penugasan Kepala Seksi PDI. Dalam hal atas dokumen masuk tersebut harus dibuatkan respon/balasan/tindak lanjut, Pelaksana Seksi PDI melakukan penghimpunan bahan, membuat konsep dokumen keluar, dan meneruskan konsep dokumen tersebut ke Kepala Seksi PDI.

c) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) meneliti dan mengotorisasi konsep dokumen keluar serta meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

d) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani dokumen keluar.

e) Dokumen yang telah ditandatangani, diterima, dicatat datanya, serta diberi cap, nomor, dan tanggal oleh Sekretaris Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kemudian diteruskan ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).

f) Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) menerima, menginput/mencatat data dokumen keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari dokumen masuk maupun arsip dari dokumen keluar, meneruksan tembusan ke seksi terkait, serta meneruskan dokumen keluar yang siap dikirim ke Subbag Umum dengan manggunakan buku eskpedisi.

g) Penyampaian dokumen keluar kepada Pihak Eksternal oleh Subbagian Umum.

h) Proses Selesai.

Flowchart Tata Cara Pemrosesan Dan Penatausahaan Dokumen Masuk Di Seksi PDI.

Pelaksana Sekertaris Kepala Seksi Kepala

Seksi PDI Kepala KPP PDI KPP

konsep dokumen Meneliti dan Menyetujui dan

keluar memaraf menandatangi

SOP tata cara mengimput data, mencatat data

Penyampaian menatausahakan dokumen keluar Dokumen

Dokumen di arsip, dan mene- serta member keluar

KPP ruskan dokumen cap, nomor, dan

Keluar tanggal

Selesai

Gambar 1.5

Tata Cara Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.

Sumber: KPP Pratama Bantaeng.

2. Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

Prosedur ini merupakan pembuatan rencana penerimaan yang meliputi proses kompilasi rencana penerimaan dari masing-masing Seksi Pengawasan dan Konsultasi dengan mempertimbangkan potensi Wajib Pajak, penerimaan pajak dan perkembangan ekonomi menjadi rencana penerimaan Kantor Pelayanan Pajak.

a) Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV dan menugaskan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk mengkompilasi menjadi Rencana Penerimaan Kantor.

b) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Penerimaan Pajak yang telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk mengkompilasi rencana penerimaan pajak tersebut.

c) Pelaksana menghimpun dan mengkompilasi Rencana Penerimaan Pajak dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV, membuat konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

d) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan mengotorisasi Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak, konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Rencana Penerimaaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak dan konsep Nota Dinas

Pengantar, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

f) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.

g) Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak ke Subbagian Umum untuk dikirim ke Kantor Wilayah melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

h) Proses selesai.

Flowchart Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

Pelaksanaan Seksi Pengawasan Kepala Kepala Kantor

Seksi PDI dan Konsultasi Seksi PDI KPP Wilayah

Mulai

SOP tata cara Rencana

Penyusunan estimasi penerimaan

Penerimaan pajak per- pajak

Wajib pajak

Menghimpun, menerima dan menugaskan

Mengkomplikasi, menugaskan untuk meng-

Dan membuat pelaksana komplikasi

Konsep nota untuk meng-

Dinas pengantar komplikasi

Konsep rencana

Kerja penerimaan meneliti dan menyetujui dan

Pajak dan nota memaraf menandatangani

Dinas pengantar

Menerima dan rancana kerja

Mengirimkan penerimaan pajak

dan nota dinas Pengantar

SOP tata rencana kerja

Cara penyam- penerimaan pajak

Paian dokumen dan nota dinas

Di KPP pengantar

Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

Sumber: KPP Pratama Bantaeng.

3. Tata Cara Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik.

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penatausahaan penerimaan PBB Non Elektronik. Proses pengadministrasian penerimaan PBB non elektronik meliputi penerimaan, penyortiran, perekaman, dan pengarsipan Surat Tanda

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penatausahaan penerimaan PBB Non Elektronik. Proses pengadministrasian penerimaan PBB non elektronik meliputi penerimaan, penyortiran, perekaman, dan pengarsipan Surat Tanda

Dokumen terkait