• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indri Sukma Dewi, Khayan dan Hajimi

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Pontianak

E-mail: indridri@gmail.com

Abstrak: Gambaran Pengolahan Air Baku di PDAM Nanga Pinoh Kabupaten Melawi. Penelitian ini bersifat deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang sistem pengolahan air mulai dari sumber air, hingga pada proses akhir air yang siap didistribusikan pada masyarakat. Obyek penelitian ini berkisar pada instalasi penjernihan air di PDAM Melawi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi kuantitas sumber air baku telah memenuhi kebutuhan pihak PDAM Melawi kecuali pada saat musim kemarau dan dari segi kualitas tidak sesuai dengan standar kualitas air bersih. Dalam proses pengolahan air baku menjadi air yang siap digunakan belum dilaksanakan secara optimal, sehingga air hasil olahan tidak memenuhi standar yang ditetapkan yaitu Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 dan Permenkes, No. 492/Menkes/Per/IV/2010, khususnya untuk parameter kekeruhan, warna dan pH. Dalam pendistribusian air bersih kepada masyarakat masih kurang baik dan perlu diperhatikan faktor-faktor penghambat dalam proses pendistribusian dan pengolahan air baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau.

Kata Kunci: Pengolahan, Air Baku, PDAM

Abstract: The Describe The Raw Water Treatment in PDAM Nanga Pinoh Kabupaten Melawi. This is a descriptive research to gain an overview of water treatment systems ranging from water sources, until the end of the process water is ready to be distributed to the public. The object of this research ranged from water treatment installation in the PDAM Melawi. From these results it can be concluded that in terms of quantity of raw water source has been meeting the needs of the PDAM Melawi except during the dry season and in terms of quality does not comply with clean water quality standards. The processing of raw water into water that is ready to be used has not been implemented optimally, so that the processed water does not meet the standards set are Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 and Permenkes, No. 492/Menkes/Per/IV/2010, particularly for turbidity, color and pH. In the distribution of clean water to the community is not good enough and need to be considered limiting factors in the process of distribution and water treatment both in the rainy season and the dry season.

Keywords: Raw water treatment, PDAM

Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes RI, 2010). Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Standardisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya standardisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

PDAM Melawi selama tiga tahun terakhir belum sepenuhnya dapat memenuhi kepastian mengenai kualitas air, karena air yang dihasilkan perusahaan berdasarkan hasil uji

338 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.337 - 341

kualitas air yang dilakukan terhadap air baku, reservoir, dan air perpipaan telah memenuhi standar air bersih namun belum memenuhi standar air minum. Penyediaan air bersih di Kabupaten Melawi dilakukan oleh PDAM Melawi paling besar adalah jenis rumah tangga, yaitu 3.053 pelanggan.

Pada pemeriksaan yang dilakukan, peneliti mendapatkan hasil yaitu pada air baku tidak memiliki rasa, tingkat kekeruhan pada air adalah 45,5 NTU, pH air 6,91, besi (Fe) 3,00 mg/L, E.coli 0 koloni/100 mL, dan total coliform 30 koloni/100mL.

Hasil dari pemeriksaan pada air yang sudah siap untuk digunakkan masyarakat peneliti mendapatkan hasil pengukuran yaitu pada rasa air tidak memiliki rasa, kekeruhan 6,04 NTU, pH air 6,46, besi (Fe) 0,450 mg/L, E.coli 0 koloni/100mL, dan total coliform 440 koloni/100mL. Kadar maksimum kekeruhan air yang diperbolehkan untuk air bersih dan untuk air minum adalah 5 NTU (Permenkes, No. 492/Menkes/Per/ IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Permenkes, No.416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum).

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan pengolahan air baku di Perusahaan Daerah Air Minum Nanga Pinoh Kabupaten melawi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu membandingkan kenyataan dilapangan atau hasil pemeriksaan dengan teori serta standar yang ada.

HASIL

Cakupan Pelayanan dan Pertumbuhan Pelanggan

Tabel 1. Cakupan Pelayanan dan Pertumbuhan Pelanggan di Wilayah PDAM Melawi 2016

Sumber: PDAM Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi 2016

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan sambungan langganan selama tiga tahun sebesar 13,10%. Namun dari hasil penjaringan yang dilakukan oleh PDAM Melawi dengan metodologi survei, masih terdapat masyarakat yang tidak menggunaan air PDAM sebagai sumber air bersih. Sumber air utama untuk masyarakat non-pelanggan PDAM adalah berasal dari danau/sungai (47,83%), sumur (45,65%), dan air hujan (30,43%). Penggunaan air terbesar digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, yaitu masak, mandi, mencuci, dan minum, selengkapnya digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 2. Sumber Air Masyarakat Non-Pelanggan di Wilayah PDAM Melawi 2016

Jenis Sumber Air %

Kran atau Hidran Umum 17,39

Sumur 45,65

Membeli Air 19,57

Danau, Sungai, dan Sumber lain

47,83

Air Hujan 30,43

Sumber; PDAM Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi

No Uraian Satuan Tahun

2012 2013 2014 2015

A Kelompok I SL 59 65 87 94

Sosial Umum SL 46 52 70 80 Sosial Khusus SL 7 7 11 14 Sosial Tarif Lama SL 6 6 6 -

B Kelompok II SL 2,914 3,243 3,828 3,958 Rumah Tangga SL 2,884 3,209 3,786 3,915 Instansi Pemerintah SL 30 34 42 43 C Kelompok III SL 530 565 725 933 Niaga Kecil SL 29 30 76 90 Niaga Menengah SL 438 473 583 763 Niaga Besar SL 63 62 66 80 D Kelompok IV SL - - - - Industri Kecil SL - - - Industri Besar SL - - - Industri Khusus SL - - - Jumlah Sambungan Langganan SL 3,503 3,873 4,640 4,985 Pertumbuhan Pelanggan % 14.59 10.56 19.80 7.44 Tingkat Pertumbuhan Pelanggan % 13,10%

Indri, dkk, Gambaran Pengolahan Air Baku... 339

Tabel 3. Penggunaan Air Masyarakat Non-Pelanggan di Wilayah PDAM Melawi tahun 2016 Pemakaian Air % Minum 50,00 Masak 60,87 Mandi 60,87 Mencuci 60,87 Lainnya 8,70

Sumber; PDAM Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi

Sumber Air Baku

Dari hasil pemeriksaan laboraturium yang telah dilakukan terhadap air baku yang berasal dari Sungai Pinoh untuk parameter fisik, kimia dan biologi air didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboraturium Air Baku di Wilayah PDAM Melawi 2016

No Parameter

Uji Satuan Hasil Uji

1 Rasa - Tidak

berasa

2 Bau - Tidak

berbau 3 Kekeruhan NTU 45,5 NTU

4 pH - 6,91 5 Arsen (As) mg/L <0,0005 mg/L 6 Besi (Fe) mg/L 3,00 mg/L 7 E. coli Koloni/100mL 0 koloni/100 mL 9 Total coliform Koloni/100mL 30 koloni/100 mL

Sumber : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Kualitas Air

Sebelum air didistribusikan, pihak PDAM Melawi melakukan pemeriksaan kualitas air terlebih dahulu. Untuk lebih lengkap dan jelas telah dilakukan pemeriksaan laboraturium terhadap air hasil olahan PDAM melawi dan hasilnya didapatkan sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil pemeriksaan Laboraturium Air Hasil Olahan di PDAM Melawi 2016

No Parameter

Uji Satuan Hasil Uji

1 Rasa - Tidak

berasa

2 Bau - Tidak

berbau 3 Kekeruhan NTU 6,04 NTU

4 pH - 6,46 5 Arsen (As) mg/L <0,0005 mg/L 6 Besi (Fe) mg/L 0,450 mg/L 7 E. coli Koloni/100mL 0 koloni/100 mL 9 Total coliform Koloni/100mL 440 koloni/100 mL

Sumber : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

PEMBAHASAN Sumber Air Baku

Dari hasil pemeriksaan laboraturium yang telah dilakukan terdapat kualitas air baku yang kemudian hasilnya di bandingkan dengan standar kualitas air bersih dan air minum yang telah ditentukan, yaitu Permenkes No.416/Menkes/ Per/IX/1990 dan Permenkes No. 492/Menkes/Per/ IV/2010 dapat diketahui bahwa secara parameter fisik air baku tersebut tidak sesuai dengan standar kualitas air bersih khususnya untuk kekeruhan dan warna. Sedangkan untuk pH, rasa, dan bau telah memenuhi standar kualitas air bersih. Hal ini dapat dimaklumi karena air baku tersebut merupakan air permukaan yang di dalam perjalanannya dari anak sungai telah mengalami proses pencemaran sebelum akhirnya sampai ke muara Sungai Pinoh dan sebagian dari sampah atau limbah yang di buang langsung ke sungai oleh warga yang tinggal di dekat-dekat sungai tersebut.

Kualitas air yang dihasilkan perusahaan berdasarkan hasil uji kualitas air yang dilakukan terdapat air baku, air resevoir, dan air perpipaan telah memenuhi standar air bersih, namun belum memenuhi standar air minum. Kontinuitas air yang didistribusikan selama tiga tahun terrakhir rata-rata masih dibawah 18 jam. Kondisi tersebut masih belum dapat memenuhi

340 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.337 - 341

standar yang ditetapkan PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pasal 10 ayat 3 sebesar 24 jam.

Pengolahan

Pada proses penambahan bahan koagulan, tidak ditentukan dosisi optimum. Hal ini disebabkan tidak adanya tenaga khusus yang menangani laboraturium, sehingga untuk menentukan dosisi optimal tawas yang harus dilakukan dengan uji jar test tidak dapat dilaksanakan oleh petugas bagian pengolahan air dan penambahan bahan koagulan adalah 25 kg/hari.

Untuk proses desinfeksi seharusnya dilakukan pengontrolan di lapangan oleh petugas setiap 4 jam sekali, hal ini untuk memastikan apakah larutan kaporit masih ada di dalam bak pengenceran kaporit. Dari hasil pemeriksaan terhadap air olahan di Laboraturium Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (Balai Riset dan Standardisasi Industri) Pontianak ternyata hasil olahan PDAm Melawi masih tidak memenuhi syarat sebagai air bersih. Ini dapat dilihat dari tabel 4.3 dimana kekeruhan yang masih melampaui batas standar air bersih, yaitu 5 NTU.

Screening

Pada proses Screening (penyaringan) ini bertujuan untuk menyaring atau mencegah masuknya sampah-sampah yang terdapat pada sumber air baku yang dipompa masuk ke dalam bak penampungan, seperti ranting, dedaunan, sampah plastik hingga pasir yang dapat menyumbat saluran perpipaan.

Koagulasi dan Flokulasi

Pada proses bak koagulasi penambahan bahan kimia berupa tawas bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan pada air baku, sehingga memberikan bahan koagulasi air akan menjadi jernih sesuai dengn yang diinginkan. Air yang disedot dialirkan ke bagian atas (bak penampungan) dengan kapasitas pengolahan 30 liter/detik.

Setelah melalui proses koagulasi kemudian air diproses masuk ke dalam bak flokulasi, yaitu menggabungkan flok-flok kecil yang telah terbentuk sehingga menjadi besar dan mudah untuk diendapkan, dimana flok-flok

tersebut dapat berupa flok kasar yang mengendap di dasar bak.

Sedimentasi

Proses sedimentasi atau pengendapan merupakan bak untuk memisahkan antara flok-flok yang terbentuk pada proses flok-flokulsi, yaitu proses untuk menghilangkan sebagian besar pdatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil yang tersisa adalah berupa air jernih dan suspensi yang lebih pekat.

Sand Filter

Pada proses Sand Filter proses pengolahan air dengan cara mengalirkan air bersih melewati suatu media filter yang disusun dari bahan-bahan dengan diameter dan tebal tertentu untuk dilakukan penyaringan dengan menyisihkan sebanyak mungkin materi tersuspensi. Proses ini ditujukan untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan pengendap untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik. Proses Sand Filter ini menggunakkan saringan lambat, yaitu dengan komponen batu kasar dengan diameter 5cm-7cm dan lapisan batu kerikil dengan diameter 1cm-2cm kemudian lapisan pasir silika.

Desinfeksi

Proses desinfeksi untuk memaksimalkan proses destruksi mikroorganisme patogen dalam air dengan menggunakan desinfektan, yaitu bahan kimia berupa kaporit. Densifeksi ini menggunakan 1/2 kg dilarutkan ke dalam 200 liter air yang kemudian diaduk di dalam tempayan dan diaduk secara manual. Setelah itu, kaporit yang sudah dilarutkan dialirkan ke dalam resefoir melalui keran yang ada di tempayan tersebut secara lambat.

Kualitas Air

Dari hasil pemerisaan laboraturium terhadap air hasil olahan maka dapat diketahui bahwa proses pengolahan air yang dilakukan oleh pihak PDAM Melawi masih tidak optimal melihat air yang dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas air bersih dan masih memiliki nilai kekeruhan, yaitu 6,04 NTU meskipun sudah cukup jauh perubahan hasil nilai

Indri, dkk, Gambaran Pengolahan Air Baku... 341

kekeruhan dari air baku yang diolah menjadi air bersih tersebut. Untuk pH air hasil olahan sudah memenuhi standar pH untuk air bersih, yaitu 6,46 meskipun tidak terlalu jauh perbedaan antara pH air hasil olahan dan pH air baku.

Pada musim kemarau dimana sebagian masyarakat yang menggunakan air PDAM tersebut sangat membutuhkan air bersih, justru dalam pendistribusian air olah pihak PDAM Melawi kurang lancar. Hal ini disebabkan sumber air yang berasal dari Sungai Pinoh volumenye berkurang dan permukaan air surut sehingga tidak dapat mencukupi untuk melakukan proses pengolahan dan produksi sesuai kapasitas terpasang. Pada musim kemarau intake (intake terapung) juga sering begeser ke tengah sungai saat air surut sehingga menyulitkan operasional dan pemeliharaan.

Sedangkan pada musim hujan air olahan akan terlihat coklat, hal ini disebabkan air baku banyak mengandung bahan-bahan hasil pembusukan daun-daun yang gugur pada musim kemarau dan sampah-sampah yang dibuang langsung ke sungai oleh warga yang tigal di sekitar Sungai Melawi tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan seluruh kegiatan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu:

Air baku yang digunakan pihak PDAM Melawi berasal dari Sungai Pinoh, dan dapat

diketahui bahwa air baku tersebut tidak sesuai dengan standar kualitas air bersih yang telah ditetapkan khususnya pada parameter tingkat kekeruhan, warna dan pH.

Dalam proses pengolahan dari air baku sampai menjadi air yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, pihak PDAM Melawi telah melakukan proses screening, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, sand filter, dan desinfeksi, namun belum dilakukan secara optimal karena air yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas, yaitu pada tingkat kekeruhan, warna, dan pH.

Air olahan yang dihasilkan oleh pihak PDAM Melawi tidak memenuhi standar kualitas air bersih dan air minum yang ada, yaitu Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 dan Permenkes, No. 492/Menkes/ Per/IV/2010, hal ini disebabkan oleh tahapan-tahapan dalam pengolahan yang dilakukan oleh pihak PDAM tidak dilaksanakan secara optimal.

Hendaknya dilakukan proses pengolahan air sesuai dengan batas ketentuan dari sistem pengolahan yang ada agar air yang dihasilkan memiliki kualitas air bersih.

Pihak PDAM lebih optimal dalam melakukan tahapan-tahapan pengolahan air bersih agak mendapatkan kualitas air yang memenuhi standar kualitas air yang telah ditentukan.

Hendaknya dilakukan pengukuran kualitas air bersih hasil olahan ataupun air baku. Hal ini bermaksud agar didapat perbandingan kualitas air dari waktu ke waktu. DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1990. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Ditjen P2MPLP: Jakarta. Depkes RI, 2010. Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Ditjen P2MPLP: Jakarta.

Kusnaedi. 2010. Standard Kualitas Air. Diunduh dari:

http://books.google.co.id/Standarisasi+ku alitas+air.

Republik Indonesia, 2005. Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

342

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN