• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUN JENTIK BERKALA DI PUSKESMAS SIANTAN TENGAH

PEMBAHASAN Input

Dukungan tenaga sumber daya manusia (tenaga) pelaksanaan kegiatan pemantauan jentik berkala di Puskesmas Siantan Tengah seperti penjelasan di atas dilaksanakan oleh petugas dan kader. Wilayah Puskesmas Siantan terdiri dari Kelurahan Siantan Tengah yang memiliki luaswilayah 1.370 Ha terdiri dari 26 RW dan 107 RT. Di Puskesmas Siantan tengah terdapat 1 orang penanggung jawab dengan dibantu 2 petugas puskesmas tiap pelaksanaan kegiatan yang merangkap program lain dan dibantu oleh 10 orang kader. Dukungan sumber daya manusia di atas tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Kepmenkes RI nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan DBD dan Keputusan dirjen PPM dan PLP Depkes RI nomor 914-1/1992 tentang Petunjuk Teknis Pemberantasan DBD adalahtenaga pelaksana minimal berjumlah 3 petugas puskesmas dan dibantu kader/RW kelurahan yang telah mengikuti pelatihan jumantik (juru pemantau jentik). Dinas

352 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.349 - 356

Kesehatan Kota Pontianak telah menunjuk sumber daya manusia di puskesmas adalah petugas sanitarian dengan syarat telah mengikuti pelatihan pemantauan jentik berkala yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Pontianak, sedangkan kader aktif yang melaksanakan kegiatan juga mengikuti pelatihan yang diberikan oleh penanggung jawab kegiatan.

Menurut Depkes RI tahun 2004 kader aktif adalah orang yang direkrut dari masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus-menerus serta menggerakan masyarakat dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD. Rendahnya ABJ di Kelurahan Siantan Tengah dibawah target nasional, yaitu > 95% mengindikasikan bahwa kinerja kader dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk masih belum maksimal, salah satu faktor rendahnya ABJ adalah pergantian kader dengan masa kerja yang tidak bisa ditentukan dan tingkat pendidikan kader sebagian besar tingkat pendidikan menengah. Menurut Purwanto (2005) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan dan dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai pembaharuan.Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar dan menurut Sastrohadiwiryo (2002) yang mengatakan semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh sebaliknya semakin singkat orang bekerja, maka semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja.Terbatasnya jumlah petugas dan kader dalam pelaksanaan kegiatan dapat menjadi penyebab tidak berhasilnya program PJB. Agar program PJB dapat berfungsi dan berjalan secara optimal maka dibutuhkan tenaga kerja minimal 3 orang petugas pelaksana yang tidak merangkup dan kader/perkelurahan disesuaikan dengan jumlah RW yang ada dan kader dengan masa kerja lebih lama lagi. Pelaksanaan PJB ini memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya tenaga kerja yang merangkap programlainnya menjadikan pelaksanaan program PJB belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal.

Kegiatan pemantauan jentik berkala tahun 2013 yang bersumber dari dana APBD

Dinas Kesehatan Kota Pontianak, yaitu jumlah dana keseluruhan adalah Rp 21.600.000. Meskipun tersedia dana yang cukup, tetapi birokrasinya sulit sehingga proses pencairan dana telat dan akhirnya proses kegiatan menjadi terlambat. Untuk dana APBD Kota Pontianak, pada penyerapan dana penanggulangan DBD pengelola program harus mengusulkan penarikan dana kepada pembantu pemegang kas (PPK), selanjutnya PPK ke pemegang kas (PK) dan PK ke Pemda berdasarkan perkiraan jumlah kasus dan penanggung jawab program yang ada di puskesmas harus mengusulkan laporan pertanggung jawaban kegiatan yang telah dilaksanakan barulah penyerapan dana cair. Padahal untuk melaksanakan pemantauan jentik berkala harus rutin dilaksanakan untuk memutus mata rantai perkembangbiakan vektor DBD. Sebagai solusi menurut penelitian sebelumnya untuk proyeksi anggaran tahun mendatang. Untuk Dinas Kesehatan Kota Pontianak apabila diprediksi akan terjadi lonjakan kasus DBD perlu dipertimbangkan menyampaikan usulan kepada Pemerintah Daerah Kota pendanaan untuk keadaan darurat sebagaimana diatur dalam Permendagri nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Daerah. Di dalam peraturan tersebut pada halaman 58 bagian ke lima ayat 2 menyatakan bahwa keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya di usulkan dalam rancangan pembahasan APBD. Kemudian pada ayat 3 menyebutkan bahwa pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat menggunakan belanja tidak terduga dan penyerapan dana untuk puskemas lebih dipermudah.

Tersedianya sarana untuk pelaksanaan program PJB berupa alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatanyang terdiri senter berjumlah 8 buah, baterai 20 buah, blangko (form), alat tulis, dan larvasida (abate). Berdasarkan jumlah tenaga yang melaksanakan tugas lebih banyak daripada sarana yang dibutuhkan, seharusnya sarana seperti senter harus berjumlah lebih dari 8 buah dengan penambahan baterai lebih banyak lagi, misalnya tenaga yang ada dengan 2 orang petugas puskesmas dan 10 orang kader jadi senter yang dibutuhkan sebanyak 12 buah atau lebih. Sarana pelaksanaan masih tidak memadai jumlahnya dikarenakan jumlahnya sangat terbatas. Untuk lebih mempermudahkan berjalannya proses

Wenny, dkk, Evaluasi Pelaksanaan Program Pemantauan... 353

pelaksanaan pemantauan jentik berkala maka pihak terkait lebih meningkatkan lagi kualitas (jumlah) alat dan bahan yang akan digunakan. PROSES

Ada perencanaan kegiatan pemantauan jentik berkala tahun 2013, yaitu penanggung jawab telah menjadwalkan pelaksanaan sesuai prosedur juklak/juknis. Pelaksanaan program kegiatan PJB yang terjadwalkan sesuai juklak juknis, yaitu setiap 1 (satu) bulan seperti disyaratkan dalam Kemenkes RI nomor

581/MENKES/SK/VII/1992 bahwa

pemeriksaan jentik berkala setiap satu (1) bulan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD dan penyuluhan langsung ke masyarakat.Menurut Depkes RI tahun 2007 dengan adanya kegiatan pemantauan jentik berkala dan upaya pemberantasan sarang nyamuk untuk menurunkan populasi nyamuk penular demam berdarah dengue (Ae. Aegypti) serta jentiknya. Peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah yang dilakukan secara berkala dan terus-menerus merupakan indikator keberhasilan PSN DBD. Kegiatan ini memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang potensial sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD sehingga mencegah terjadinya KLB penyakit DBD.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan berdasarkan waktu/jadwal yang ditentukan, yaitu setiap 1 (satu) bulan sekali. Pada tahun 2013 pelaksanaan kegiatan PJB terlaksana setiap 1 (satu) bulan sekali, ini dapat terlihat dari hasil kegiatan yang dapat dilihat di lampiran 4, akan tetapi tidak sesuai hari yang terjadwalkan dikarenakan keterbatasan waktu kader. Kader dan petugas membantu menggerakan masyarakat melakukan PJB setiap pelaksanaan saja. Kegiatan PJB yang telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur (juklak/juknis). Kader dan petugas diberikan pelatihan dan keterampilan sebelum melaksanakan tugas secara lisan. Akan tetapi kader dan petugas tidak dibekali buku panduan (tata cara juklak/juknis) dalam melaksanakan kegiatan PJB. Pelaksanaan yang tidak sesuai waktu mengakibatkan belum optimalnya kegiatan pemeriksaan jentik berkala disebutkan pada keputusan Menkes RI nomor 1091/MENKES/SK/X/2004 tentang petunjuk teknis standar pelayanan minimal (SPM) bahwa

salah satu langkah pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD adalah PJB dilakukan secara rutin, yaitu 1 (satu) bulan sekali tiap desa/kelurahan endemis dan pelaksanaan kegiatan dilakukan berdasarkan prosedur juklak/juknis. Adapun dalam pelaksanaan kegiatan kader dan petugas juga sering menghadapi situasi yang tidak nyaman dan tidak kondusif. Sering ditemukan terutama adanya penolakan dari pihak pemilik rumah yang akan dilakukan pemeriksaan dikarenakan kurangnya kesadaran mereka akan bahaya penyakit demam berdarah jadi mereka menganggap kader dan petugas hanya sebagai mengganggu dirumah mereka. Untuk itu perlunya pengetahuan dengan penyuluhan terus-menerus kepada masyarakat sehingga masyarakat termotivasi dan lebih aktif lagi dalam kegiatan pemantauan jentik berkala.

Laporan kegiatan PJB yang telah dilaksanakan dibuat tertulis secara periodik, yaitu laporan triwulan, namun tidak dibuat laporan bulanan,semester dan tahunan. Laporan triwulan di susun oleh penanggung jawab kegiatan pemantauan jentik berkala. Secara teoritis penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara periodik (bulanan, triwulan, semester, tahunan), pengisian laporan tertulis yang lengkap, dan penyimpanan laporan tertulis dengan baik dan benar. Pencatatan dan pelaporan terhadap program yang sedang berjalan juga dirasa kurang optimal. Pencatatan dilakukan secara periodik hanya setiap triwulan. Dengan adanya pencatatan dan pelaporan pada tiap-tiap periode diharapkan dapat membantu mengidentifikasi masalah yang muncul saat berjalannya program agar dapat segera ditindaklanjuti.

OUTPUT

Berdasarkan lampiran menunjukan bahwa penyebab masalah pelaksanaan kegiatan pemantauan jentik berkala di Puskesmas Siantan Tengah ABJ hanya 50,29%. Keberadaan jentik di suatu wilayah dapat diketahui dengan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ). Angka Bebas Jentik (ABJ) merupakan prosentase rumah/tempat-tempat umum yang tidak ditemukan jentik. Target yang ditetapkan secara nasional, yaitu ABJ > 95%. Puskesmas Siantan Tengah target capaian PJB tahun 2012 hanya 50,29 % bebas jentik dimana jumlah rumah/bangunan yang ada tahun 2012 ada 6.974 dan jumlah rumah/bangunan yang

354 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.349 - 356

diperiksahanya 2.639 dan rumah/bangunan yang bebas jentik 1.890 atau 50,29 persen, sedangkan PJB tahun 2013, Kelurahan Siantan Tengah jumlah rumah/bangunan yang ada sama seperti tahun sebelumnya, yaitu berjumlah 6.974 dan jumlah rumah/bangunan yang diperiksa 3665 (52,6%) dan 2.354 (64,2%) rumah yang bebas jentik.

Depkes RI (2007) menyatakan bahwa berbagai upaya pemberantasan demam berdarah telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan meliputi promosi kesehatan tentang seleksi pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor resiko demam berdarahserta kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Upaya-upaya terus-menerus dan berkesinambungan untuk melaksanakan promosi kesehatan dari tingkat pusat sampai dengan tingkat operasional di puskesmas kota maupun desa. Upaya ini dilakukan dengan mengoptimalkan kinerja dari berbagai pihak yang berkepentingan (stake holder) sebagai penggerak PSN dan fasilitasi sumber daya tenaga. Ukuran keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Diharapkan nantinya masyarakat mampu mandiri dengan melaksanakan PSN, pemeriksaan dan pemusnahan jentik ditempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti lingkungan rumah, lingkungan sekitar.

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Berhasil tidaknya pelaksanaan program pemantauan jentik berkala adalah sebagai penentuan prioritas pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk DBD. Adapun rencana tindak lanjut (RTL) berdasarkan faktor input, process, ouput, dan outcome adalah sebagai berikut:

Input

Tenaga

Berdasarkan sumber daya manusia (tenaga) yang ada di Puskesmas Siantan Tengah jumlah pelaksana program PJB yang tidak cukup. Puskesmas Siantan Tengah hanya memiliki dua (2) orang petugas sanitarian. Untuk program PJB yang bertanggung jawab atas kegiatan dan pelaksana kegiatanjuga

merangkap berbagai program. Kader yang tidak dapat diketahui masa kerjanya. Untuk itu perlunya menambah tenaga pelaksana program yang tidak merangkap program lain (kader/petugas kesehatan) serta penanggung jawab lebih rutin melakukan pemantauan berkala denganpengawasan yang dilakukan dapat berupa aturan-aturan yang sifatnya mengikat karena pada kenyataannya di Puskesmas Siantan Tengah tiap petugas kesehatan memegang lebih dari 1 (satu) program puskesmas dan 10 kader dengan masa kerja lebih singkat > 1 bulan. Hal tersebut harus segera diintervensi lebih lanjut supaya tiap program-program yang ada di Puskesmas dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga program PJB yang akan datang terlaksana lebih efisien sehingga pelaksanaan program PJB dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal. Dana

Tersedianya dana anggaran kegiatan pemantauan jentik berkala yang cukup berasal dari APBD Dinas Kesehatan Kota Pontianak akan tetapi, penyerapan dana dan birokrasinya sulit sehingga proses pencairan dana telat dan akhirnya proses kegiatan menjadi terlambat. Untuk itu Pemerintah Kota Pontianak perlu meninjau kembali proses penyerapan dana sehingga pelaksanaan PJB berjalan dan menurunkan angka kesakitan akibat DBD. Sarana

Tersedianya sarana yang digunakan pada program PJB di Puskesmas secara kuantitas mencukupi. Akan tetapi secara kualitas sarana yang dibutuhkan program PJB tidak mencukupi. Puskesmas hanya memiliki jumlah alat seadanya, yaitu senter hanya 8 buah dengan jumlah tenaga pelaksana lebih dari 13 orang. Secara visual setiap pelaksanaan kegiatan PJB membutuhkan senter untuk mengetahui jentik terutama pada tempat (wadah) yang gelap. Untuk itu perlunya penyediaan sarana yang cukup demi terlaksananya program sehingga angka bebas jentik di wilayah Puskesmas Siantan Tengah mencapai target secara nasional, yaitu ABJ > 95%.

Proses Perencanaan

Wenny, dkk, Evaluasi Pelaksanaan Program Pemantauan... 355

Adanya penjadwalan kegiatan PJB tahun 2013 menunjukan bahwa pelaksanaan pemantauan jentik berkala terlaksana sesuai juklak/juknis. Akan tetapi kenyataannya kader tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh penanggung jawab kegiatan sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai waktu pelaksanaan yang terjadwalkan. Banyak kader tidak aktif melaksanakan kegiatan PJB dengan alasan sibuk, sakit, tidak sempat PJB. Untuk itu kader, petugas lebih aktif lagi dalam pelaksanaan kegiaitan PJB dan penanggung jawab melakukan evaluasi program PJB secara berkala. Dengan evaluasi, semua kendala-kendala yang ada dapat diperbaiki sehingga pelaksanaan PJB periode selanjutnya akan lebih baik sehingga angka kesakitan DBD pun dapat berkurang di masyarakat.

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan PJB di Puskesmas Siantan Tengah berdasarkan juklak/juknis, yaitu setiap 1 (satu) bulan sekali. Kader dan petugas diberikan pelatihan dan keterampilan sebelum melaksanakan tugas secara lisan. Akan tetapi kader dan petugas tidak dibekali buku panduan (tata cara juklak/juknis) dalam melaksanakan kegiatan PJB. Untuk itu agar program PJB terlaksana dengan baik maka setiap pelaksanaan kegiatan PJB kader dan petugas diberikan buku panduan pelaksanaan kegiatan.

Penilaian

Penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara hanya triwulan tidak dalam pencatatan dan pelaporan yang lengkap. Untuk itu perlunya pencatatan dan pelaporan pada tiap-tiap periode diharapkan dapat membantu mengidentifikasi masalah yang muncul saat berjalannya program agar dapat segera ditindaklanjuti sehingga proses pemantauan jentik berkala dapat di evaluasi untuk perbaikan program PJB selanjutnya.

Output

Kegiatan pelaksanaan program pemantauan jentik berkala berdasarkan prosedur juklak/juknis secara kuantitas memenuhi. Akan tetapi secara kualitas dan keadaan yang real di lapangan proses kegiatan PJB masih mengalami hambatan baik dari pelaksana hingga sarana dan prasarana. Target

capaian PJB tahun 2012 ABJ hanya 50,29% dimana jumlah rumah yang ada tahun 2012 berjumlah 6.974 dan jumlah rumah/bangunan yang diperiksa hanya 2.639 dan rumah/bangunan yang bebas jentik 1.890 (50,29%), sedangkan PJB tahun 2013 Kelurahan Siantan Tengah jumlah bangunan yang ada sama seperti tahun sebelumnya, yaitu berjumlah 6.974 dan jumlah rumah/bangunan yang diperiksa 3665 (52,6%) dan 2.354 (64,2%) rumah yang bebas jentik. Untuk itu target program PJB yang dicapai belum memenuhi ABJ secara nasional, yaitu ABJ > 95%.

SIMPULAN

Masukan (input) kegiatan PJB

Pelaksanaan kegiatan PJB sesuai juklak/juknis, sumber daya manusia (tenaga) tidak mencukupi yaitu hanya ada 1 orang penanggung jawab kegiatan dengan dibantu 10 kader, dana kegiatan mencukupi, akan tetapi penyerapan dana sulit, sarana yang ada tidak mencukupi karena jumlah petugas pelaksana lebih banyak daripada sarana yang ada.

Proses (process) kegiatan PJB

Perencanaan kegiatan terlaksana sesuai juklak/juknis,pelaksanaan terjadwalkan. (a) Pelaksanaan kegiatan terlaksana sesuai juklak/juknis, tata laksana program PJB dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan, akan tetapi pelaksanaan tidak dilaksanakan sesuai waktu penjadwalan kegiatan. (b) Penilaian kegiatan pemantauan jentik berkala sesuai juklak/juknis. Laporan kegiatan pemantauan jentik berkala dilaksanakan dibuat tertulis secara periodik hanya laporan triwulan.

Keluaran (Output) kegiatan PJB

Hasil kegiatan program pemantauan jentik berkala terlaksana sesuai prosedur juklak/juknis. Hanya saja masih terdapat kendala dan hambatan seperti tenaga pelaksana yang belum mencukupi serta keterbatasan waktu kader, penyerapan dana yang sulit, sarana yang juga tidak mencukupi, padatnya bangunan sekitar serta kurangnya kerjasama masyarakat terhadap program PJB menyebabkan pelaksanaan kegiatan PJB belum mencapai target yang ditentukan secara nasional.

356 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.349 - 356

Rencana Tindak Lanjut

(a) Tenaga Tenaga yang ada di Puskesmas Siantan Tengah belum mencukupi sehingga perlunya penambahan tenaga pelaksanaan kegiatan PJB serta adanya koordinasi penanggungjawab dengan petugas lainnya. (b) Dana yang tersedia mencukupi, akan tetapi penyerapan dana sulit, untuk itu perlunya penyerapan dana yang lebih mudah sehingga program PJB menjadi lebih efektif. (c) Kelengkapan laporan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan belum memenuhi standar yang di isyaratkan. Puskesmas Siantan Tengah hanya mempunyai laporan triwulan. Perlunya pencatatan tiap-tiap periodik ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi masalah yang muncul untuk perbaikan program PJB selanjutnya.

Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:

(a) Masukan (input) kegiatan PJB. Penambahan jumlah tenaga dalam program PJB

secara khusus yang tidak merangkap program lain, yaitu jumlah petugas lebih dari 3 orang serta kader yang mencukupi sesuai jumlah RW yang ada.

(b) Proses (Process) kegiatan PJB. (1) Perencanaan. Penanggung jawab lebih meningkatkan tindak evaluasi program PJB secara berkala setiap 1 tahun sekali. (2) Pelaksanaan. Mengusulkan ke Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk pengadan buku panduan (modul) kegiatan PJB. (3) Seharusnya laporan porgam PJB pencatatan dan pelaporan kegiatan tidak hanya dibuatlaporan triwulansaja akan tetapi laporan bulanan, semester, dan tahunan.

(c) Output kegiatan PJB. Belum tercapainya target yang sesuai standar nasional disebabkan oleh beberapa kendala serta hambatan yang ada di lapangan, sarana dan prasarana. Untuk itu, diharapkan pihak puskesmas, dinas kesehatan lebih meningkatkan mutu manajemen kesehatan khususnya untuk kegiatan PJB.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Dirjen PPM dan PLP: Jakarta.

Depkes RI, 2007. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 581/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional dan Pelayanan Kesehatan: Jakarta. Fathi, et al. 2005. Peran Faktor Lingkungan

dan Perilaku Terhadap Penularan

Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan: Jakarta.

Ngalim, Purwanto, 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remaja Rosda Karya: Bandung.

Siswanto, Sastrohadiwiryo, 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional. Bumi Aksara: Jakarta.

WHO, 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. EGC: Jakarta.

357

GAMBARAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH