• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jursan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemnkes Pontianak E-mail: hajimis@yahoo.co.id

Abstrak: Efektifitas Larutan Fermentasi Air Kelapa sebagai Atraktan Nyamuk Aedes Aegypti Di Kota Pontianak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni (true experiment) dengan rancangan penelitian Postest dengan kelompok kontrol (Postest Only With Kontrol Group Design). Dimana Banyaknya perlakuan dalam penelitian ini adalah 4 macam perlakuan yaitu 3 variasi larutan fermentasi air kelapa , dan 1 perlakuan berupa air hujan sebagai kontrol. Tempat penelitian adalah pada salah satu RT yang ABJ nya paling rendah tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Perumnas I Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak. Objek penelitian adalah larvitrap dengan beberapa variasi larutan sebagai atraktan dengan jumlah sampel sebanyak 80 sampel. Hasil analisis bivariat dijelaskan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara variasi larutan fermentasi air kelapa dengan air hujan terhadap jumlah jentik yang terdapat di dalam lavitrap dimana nilai p = 0,000 < 0,05 (α). Tetapi tidak dapat ditentukan variasi yang mana yang paling efektif. Kesimpulannya adalah larutan fermentasi air kelapa punya potensi untuk dijadikan sebagai atraktan nyamuk Aedes aegypti. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan meminimalisir semua faktor yang bisa dikontrol.

Kata Kunci: Fermentasi, Ragi, Air Kelapa, Aedes aegypti, Ovitrap, Lavitrap

Abstract: The Effectiveness of a Solution of Fermented Coconut Water as Aedes Aegypti Mosquito Attractant in Pontianak. This study is an experimental study of pure (true experiment) with the study design Posttest control group. Where the amount of treatment in this study are four kinds of treatment are 3 variations of coconut milk fermented solution, and 1 treatment in the form of rain water as a control. The study was on one of his ABJ RT the lowest in 2015 in Puskesmas I Sungai Jawi Housing Affairs District of West Pontianak Pontianak. The object of research is larvitrap with some variation of the solution as an attractant with a sample size of 80 samples. The results of the bivariate analysis explained that there is a significant difference between the variation fermentation solution coconut water with rainwater on the number of larvae present in the lavitrap where the value of p = 0.000 <0.05 (α). But it can not be determined variations are most effective. The conclusion is a solution of fermented coconut water has the potential to serve as the Aedes aegypti mosquito attractant. It is advisable to do further research by minimizing all the factors that can be controlled.

Keywords : Fermentation, Yeast, Coconut Water, Aedes aegypti, ovitrap, Lavitrap

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tular vektor (nyamuk Aedes aegypti) yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang belum bisa diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan. Penyakit DBD ini menyerang manusia dari segala usia, jenis kelamin dan tempat tinggal.

Bahkan, angka kematian akibat kejadian penyakit DBD di seluruh wilayah Indonesia selalu ditemukan setiap tahunnya dan angkanya sangat fluktuatif.

Sejak pertama kali dilaporkan dari Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968 penyakit DBD ini terus mengalami peningkatan dan

Hajimi, Efektifitas Larutan Fermentasi Air... 381

menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Hampir sepanjang tahun penyakit DBD ini selalu ditemukan di seluruh Indonesia terutama pada awal musim penghujan. Angka kesakitan DBD di Indonesia tahun 2013 tercatat 45,85 per 100.000 penduduk (112.511 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,77 % (871 kematian). Sedangkan pada tahun 2014 sampai awal bulan April tercatat angka kesakitan DBD sebesar 5,17 per 100.000 penduduk (13.031 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,84% (110 kematian) (Ditjen PP & PL, 2014).

Penyakit DBD dalam kurun lima tahun terakhir di Propinsi Kalimantan Barat cukup fluktuatif, bertuturut-turut mulai tahun 2010 terjadi 677 kasus (CFR = 1,9%), tahun 2011 ada 784 kasus (CFR = 1,3%), tahun 2012 ada 1.614 kasus (CFR = 1,4%), tahun 2013 terjadi 838 kasus (CFR = 1,7%) dan tahun 2014 ada 5.049 kasus (CFR = 1,3%) (Profil Dinkes Propinsi Kalimantan Barat, 2014).

Kota Pontianak merupakan salah satu kota dari 13 kota/kabupaten di propinsi Kalimantan Barat yang termasuk endemis DBD. Hampir setiap tahun penyakit DBD secara fluktuatif selalu terjadi di Kota Pontianak. Kasus DBD di Kota Pontianak tahun 2011 ditemukan 160 orang (proporsi 20%) dan yang meninggal 2 orang (CFR = 1,2%), tahun 2012 ditemukn kasus sebanyak 134 orang (proporsi 8%) dan yang meninggal 3 orang (CFR = 2,2%), tahun 2013 ditemukan kasus sebanyak 100 orang (proporsi 11%) dan yang meninggal 4 orang (CFR = 4,0%), tahun 2014 ditemukan kasus sebanyak 345 orang (proporsi 7%) dan yang meninggal 7 orang (CFR = 2,4%), dan tahun 2015 ditemukan kasus sebanyak 49 dan tidak ada yang meninggal dunia.

Tingginya kasus DBD di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingginya populasi nyamuk penular (Aedes) di wilayah tersebut. Semakin padat populasi nyamuk, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD.

Upaya pengendalian penyakit DBD sampai saat ini lebih ditekankan kepada bagaiman mengendalikan vektor penularnya yaitu nyamuk Aedes aegypti. Hal ini karenakan sampai saat ini belum ditemukan adanya obat atau vaksin yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit DBD. Upaya pengendalian

penyakit DBD di Indonesia menitikberatkan kepada program surveilans, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemantauan jentik berkala (PJB) (Depkes. RI, 2010).

Salah satu faktor yang berhubungan dengan meningkatnya kasus DBD di suatu wilayah adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). ABJ merupakan salah satu indeks yang dijadikan sebagai ukuran tentang keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di suatu wilayah. Keberadaan jentik berhubungan langsung dengan keberadaan breeding places (tempat berkembang biak) nyamuk Aedes aegypti. Breeding places yang disenangi oleh nyamuk Aedes aegypti adalah air bersih yang ditampung atau tertampung dalam suatu wadah (kontainer) yang airnya dikonsumsi maupun tidak seperti tempayan, drum, bak mandi, barang-barang bekas, dan sebagainya. Menurut Profil Dinkes Kota Pontianak tahun 2015, ABJ di Kota Pontianak tahun 2015 hanya sebesar 65,41%, angka ini masih jauh dari standar ABJ nasional yang dipersyaratkan yaitu ≥ 95%. ABJ tahun 2015 ini juga lebih rendah dari ABJ tahun 2014 yaitu 66,95%. Hal ini berarti terjadi penurunan ABJ di kota Pontianak. Rendahnya ABJ di Kota Pontianak menunjukkan bahwa banyak breeding places yang tersedia di lingkungan dan dapat dijadikan sebagai tempat berkembang biak oleh nyamuk Aedes aegypti.

ABJ yang rendah di Kota Pontianak karena semua wilayah kerja Puskesmas di Kota Pontianak ABJnya juga rendah. Pada tahun 2014 semua Puskesmas ABJ nya masih tidak memenuhi syarat ABJ nasional yaitu > 95%. Tetapi terdapat beberapa Puskesmas dari 23 Puskesmas yang memiliki ABJ > 70% diantaranya adalah Puskesmas Parit Mayor (76,98%), Puskesmas Saigon (74,80%), Puskesmas Pal 5 (74,06%), Puskesmas Kampung Bangka (72,49%), Puskesmas Kampung Bali (71,61%), dan Puskesmas Puskesmas Perumnas II (71,45%). Sedangkan Puskesmas yang memiliki ABJ paling rendah adalah Puskesmas Perumnas I (59,08%) dan Puskesmas Pal 3 (52,79%). Pada tahun 2015 ABJ pada semua Puskesmas di Kota Pontianak juga tidk ada yang memenuhi syarat nasioal (>95%). Adapun Puskesmas yang memiliki ABJ > 70% adalah Puskesmas Tanjung Hulu (79,53%), Puskesmas Kampung Bangka (75,25%), Puskesmas Tambela Sampit (73,38%), dan Puskesmas Komtos Soedarso (70,34%). Sedangkan Puskesmas yang memiliki ABJ terendah adalah Puskesmas

382 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.380 - 389

Perumnas I (56,49%) (Dinkes Kota Potianak, 2015).

Faktor lain yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan kasus DBD di Kota Pontianak adalah perilaku (kebiasaan) masyarakat menampung air hujan sebagai bahan baku air minum. Air hujan yang ditampung tersebut adalah sebagai cadangan (persediaan) bahan baku air minum apabila terjadi musim kemarau. Tempat penampungan air hujan yang digunakan oleh masyarakat sebagian besar berupa tempayan dan sebagai kecil adalah drum plastik (fiber glass). Dapat dipastikan setiap rumah masyarakat di Kota Pontianak memiliki tempayan atau drum dengan jumlah minimal 3–5 buah per rumah. Tempat penampungan air hujan tersebut merupakan salah satu breeding places potensial bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kota Pontianak untuk mencegah dan mengendalikan penyakit DBD ini, baik melalui program-program pencegahan seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), abatesasi, swamangisasi (ikanisasi) dan memasyarakatkan gerakan 3 M (Menguras, Menutup dan Mengubur), dan program pengendalian lainnya yang langsung ditujukan kepada vektor DBD (nyamuk Aedes aegypti) yaitu melakukan fogging (pengasapan) dengan menggunakan insektisida tertentu seperti malathion dan cynoff. Tetapi tampaknya upaya-upaya tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan, karena kasus DBD sepanjang tahun masih terus terjadi. Oleh karena itu perlu suatu alternatif lain yang dapat meminimalisir perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memasang perangkap jentik atau lavitrap yang dilengkapi dengan larutan sebagai penarik kehadiran nyamuk (attraktan) untuk berkembang biak. Lavitrap adalah salah satu modifikasi dari perangkap telur (ovitrap) yang sudah banyak digunakan untuk mengendalikan vektor DBD.

Untuk memaksimalkan ovitrap dalam pengendalian vektor Aedes, maka dilakukan beberapa modifikasi terhadap ovitrap, yaitu : lethal ovitrap. Zeichner dan Perich (1999), telah memodifikasi ovitrap menjadi perangkap nyamuk yang mematikan (lethal atau autocidal ovitrap) dengan menambahkan beberapa jenis insektisida pada media bertelur (ovistrip) dengan efektifitas 45 – 100%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sithiprasasna dkk (2003)

memodifikasi ovitrap menjadi perangkap jentik-auto dengan memasang kassa nylon tepat pada permukaan air.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu (quasi experiment) dengan rancangan penelitian Postest dengan kelompok kontrol (Postest Only With Kontrol Group Design). Banyaknya perlakuan dalam penelitian ini adalah 4 macam perlakuan yaitu 3 perlakuan untuk 3 variasi konsentrasi larutan fermentasi air kelapa dan 1 perlakuan untuk air hujan yang digunakan sebagai atraktan dalam lavitrap.

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Perumnas I yaitu di Gg. Kayumanis. 1 RW.XVIII / RT.05 Kelurahan Sungai Jawi Luar Kota Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lavitrap yang digunakan sebagai perangkap jentik nyamuk Aedes aegypti. Sampel penelitian ini adalah lavitrap yang digunakan sebagai perangkap jentik nyamuk Aedes aegypti. Besarnya sampel yang akan digunakan adalah ditentukan berdasarkan teori besar sampel untuk penelitian eksperimental. “Menurut Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk penelitian eksperimental adalah sebanyak 30 atau 15 per group.” Sedangkan menurut Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa “apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subyek per group.” Menurut Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 (https://teorionline.wordpress.com/ tag/sampel-populasi-penelitian-teknik

sampling).

Berdasarkan konsep tersebut di atas, maka banyaknya sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 20 sampel per kelompok perlakuan, sehingga total sampel yang akan digunakan adalah 20 X 4 kelompok perlakuan yaitu 80 sampel (lavitrap). Seluruh lavitrap dipasang di 20 titik pengamatan yaitu rumah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Perumnas I yaitu di Gg. Kayumanis. 1 RW.XVIII / RT.05 Kelurahan Sungai Jawi Luar Kota Pontianak Propinsi Kalimantan Barat

Hajimi, Efektifitas Larutan Fermentasi Air... 383

karena wilayah tersebut angka bebas jentiknya (ABJ) paling rendah dengan waktu pengamatan selama 3 minggu. Setiap titik lokasi pengamatan dipasang masing-masing 4 buah lavitrap yang diisi larutan attraktan yaitu 3 lavitrap yang berisi variasi konsentrasi larutan fermentasi air kelapa (variasi.1, variasi.2 dan variasi.3), dan 1 lavitrap yang berisi air hujan.

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

Pembuatan Lavitrap

Alat : (a) Bor Listrik dan mata bor paralon, (b) Silikon gun, (c) Cutter, (d) Gunting, (e) Gergaji, (f) Palu, (g) Meteran, (h) Spidol permanen warna hitam

Bahan: (a) Toples Plastik ukuran 1800 ml, (b) Lem silicon, (c) Plastik kresek hitam, (d) Selotape (double tape), (e) Isolasi (Lakban transparan), (f) Kassa nyamuk, (g) Kabel pengikat, (h) Botol air mineral ukuran 600 ml, (i) Kayu ring lap, (j) Paku

Cara membuat : (a) Siapkan seluruh peralatan dan bahan yang akan digunakan, (b) Lubangi tutup toples dengan menggunakan bor listrik, (c) Masukkan botol air mineral ke dalam lobang pada tutup toples dengan posisi terbalik (mulut botol ke arah bawah/ke dalam toples), (d) Lem tutup toples dan botol air mineral menggunakan lem silikon, (e) Potong bagian bawah botol air mineral sesuai dengan ukuran yang ditentukan, (f) Pasang kassa nyamuk ke mulut botol air mineral dan ikat dengan kabel pengikat, (g) Beri tanda pada bagian sisi luar toples plastik menggunakan spidol permanen warna hitam sebagai tanda batas larutan yang akan dimasukkan ke dalam toples, (h) Lapisi bagian luar toples dan botol mineral dengan plastik kresesk hitam agar kondisi di dalam toples terlihat gelap, (i) Lavitrap selesai dibuat, (j) Potong kayu ring lap sesuai ukuran dan dirangkai sampai menjadi kerangka kayu untuk menempatkan 4 buat toples (lavitrap), (k) Masukkan 4 buah lavitrap ke dalam kerangka kayu dan lavitrap siap untuk dipasang di lapangan.

Persiapan Air Kelapa

Alat: (a) Jerigen plastik, (b) Ember / baskom, (c) Gelas ukur, (d) Saringan the, (e)

Bahan: Air Kelapa sebanyak 48 liter ….. {(2 : 1) X 1.600 ml X 20 bh = 21,33 liter}; + {(1 : 1) X 1.600 ml X 20 bh = 16 liter}; + {(1 ; 2) X 1.600 ml X 20 bh = 10,66};

Cara kerja: (a) Siapkan air kelapa yang dibeli dari penjual di pasar dan dimasukkan ke dalam jerigen, (b) Lakukan penyaringan air kelapa dengan menggunakan saringan teh saat memindahkan air kelapa dari jerigen ke dalam baskom tujuannya agar tidak ada sampah yang terikut ke dalam air kelapa yang akan digunakan, (c) Ukur atau takar total kebutuhan air kelapa dengan menggunakan gelas ukur dan masukkan kembali air kelapa yang sudah disaring ke dalam jerigen, (d) Air kelapa siap dibawa ke lapangan untuk proses penelitian Persiapan Ragi

Alat: (a) Timbangan analitik, (b) Sendok, (c) Alat penumbuk untuk menghaluskan ragi

Bahan: (a) Ragi, (b) Kantong plastik transparan, (c) Kertas label

Cara kerja: (a) Haluskan ragi menggunakan alat penumbuk sehingga berubah menjadi butiran halus seperti tepung, (b) Timbang tepung ragi sesuai dengan ukuran yaitu 8 gr dengan menggunakan sendok dan masukkan ke dalam kantong plastik transparan (c) Lakukan proses penimbangan sampai seluruh kebutuhan ragi terpenuhi yaitu 8 gr X 60 kantong (d) Berikan label pada kantong plastik sesuai dengan variasi perlakuan yang dibuat, (e) Ragi siap digunakan untuk proses penelitian.

Persiapan Air Hujan

Alat: Centong/gayung dan Ember Bahan: Air Hujan

Cara Kerja: (a) Ambil air hujan dari tempat penampungan air hujan masyarakat (tempayan/drum plastik/fiber) menggunakan centong/gayung, (b) Masukkan air hujan ke dalam ember, (c) Air hujan siap digunakan untuk penelitian

Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Persiapan: (a) Perijinan Puskesmas Perumnas I Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak. Berdasarkan komunikasi dengan Kepala Puskesmas dan Petugas Sanitarian dipilihlah wilayah RT 05 RW 18, gang Kayumanis I Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak. (b) Perizinan dengan ketua RT. 05 RW. 18 dan pertemuan dengan warga yang rumahnya dijadikan sebagai lokasi penempatan lavitrap. (c) Melakukan observasi lokasi dan penyebaran rumah masyarakat sebanyak 20 rumah yang akan

384 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.380 - 389

dijadikan sebagai tempat peletakan 4 buah lavitrap dengan berbagai jenis atraktan pada setiap rumah.

Pelaksanaan : (a) Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan (b) Masukkan air kelapa ke dalam lavitrap dengan berbagai variasi perbandingan antara air kelapa dengan air hujan (2 : 1; 1 : 1; dan 1:2). (c) Bawa lavitrap ke rumah masyarakat yang sudah ditentukan. (d) Masukkan air hujan ke dalam lavitrap sampai batas 1.600 ml. (e) Masukkan ragi ke dalam lavitrap yang berisi air kelapa (keterangan : lavitrap yang hanya berisi air hujan tidak diberikan ragi). (d) Letakkan lavitrap di lokasi yang teduh dan upayakan dekat dengan tempat penampungan air hujan yang dimiliki masyarakat. (e) Amati lavitrap setiap seminggu sekali selama 3 minggu

Pengamatan Jentik: (a) Lakukan pengamatan keberadaan jentik di dalam lavitrap setiap seminggu sekali. (b) Pengamatan dilakukan selama 3 minggu

HASIL

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat data banyaknya nyamuk yang tertangkap di dalam lavitrap. Banyaknya nyamuk yang tertangkap dihitung berdasarkan adanya jentik yang ada di dalam lavitrap setelah dibiarkan selama 3 minggu di lokasi penelitian. Pengamatan keberadaan jentik dilakukan setiap seminggu sekali selama 3 minggu dan setiap kali pengamatan dilihat ada tidaknya jentik di dalam lavitrap. Hasil pengamatan keberadaan jentik lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Hasil Pemantauan Keberadan Jentik Dalam Lavitrap Minggu Pertama Di RW. XVIII/RT. 05 Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Tahun 2016

Nomor Urut Rumah

Warga

Jumlah Jentik / Lavitrap / Perlakuan Air Hujan Variasi.1 Variasi.2 Variasi.3

a b c d e

1 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

2 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

3 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

4 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

5 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

6 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

7 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

8 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

9 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

10 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

11 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

12 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

13 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

14 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

15 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

16 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

17 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

18 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

19 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

20 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Total 0/20 (0%) 0/20 (0%) 0/20 (0%) 0/20 (0%) Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 1. di atas dapat dijelaskan bahwa pada minggu pertama belum ditemukan keberadaan jentik di dalam semua lavitrap perlakuan baik lavitrap yang berisi air hujan maupun lavitrap yang berisi larutan fermentasi air kelapa (variasi.1, variasi.2 dan variasi.3).

Hajimi, Efektifitas Larutan Fermentasi Air... 385

Tabel 2. Hasil Pemantauan Keberadan Jentik Dalam Lavitrap Minggu Kedua Di RW. XVIII/RT. 05 Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Tahun 2016

Nomor

Urut Jumlah Jentik / Lavitrap / Perlakuan Rumah

Warga Air Hujan Variasi.1 Variasi.2 Variasi.3

a b c d e

1 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

2 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

3 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

4 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

5 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

6 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

7 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

8 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

9 Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada

10 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

11 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

12 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

13 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

14 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

15 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

16 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

17 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

18 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

19 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

20 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Total 4/20 (20%) 0/20 (0%) 1/20 (5%) 1/20 (5%) Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa pada minggu kedua sudah ditemukan keberadaan jentik di dalam beberapa lavitrap paling banyak adalah dalam lavitrap yang berisi air hujan (4 / 20%). Sedangkan pada lavitrap yang berisi larutan fermentasi air kelapa dengan variasi 1 tidak ditemukan keberadaan jentik (0%).

Tabel 3. Hasil Pemantauan Keberadan Jentik Dalam Lavitrap Minggu KetigaDi RW. XVIII/RT. 05 Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Tahun 2016

Nomor

Urut Jumlah Jentik / Lavitrap / Perlakuan Rumah

Warga Air

Hujan Variasi.1 Variasi.2 Variasi.3

a b c d e

1 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

2 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

3 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

4 Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada

5 Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada

6 Ada Tidak Ada Ada Ada

7 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

8 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

9 Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada

10 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

11 Ada Tidak Ada Ada Ada

12 Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada

13 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

14 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

15 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

16 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

17 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

18 Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada

19 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

20 Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada

Total 16/20

(80%) 0/20 (0%) 5/20 (25%) 6/20 (30%) Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa pada minggu ketiga ditemukan keberadaan jentik di dalam hampir semua lavitrap yang berisi air hujan (80%). Sedangkan pada lavitrap yang berisi larutan fermentasi air kelapa dengan variasi 1 tetap tidak ditemukan keberadaan jentik (0%).

386 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.380 - 389

Tabel 4. Rekapitulasi Jumlah Jentik Dalam Lavitrap Di RW. XVIII / RT. 05 Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Tahun 2016

Nomor

Urut Jumlah Jentik / Lavitrap / Perlakuan Jumlah Rumah Warga Air Hujan Variasi. 1 Variasi. 2 Variasi. 3 a b c d e f 1 4 0 0 0 4 2 2 0 0 0 2 3 2 0 0 0 2 4 0 0 1 0 1 5 14 0 0 1 15 6 17 0 1 1 19 7 2 0 0 0 2 8 1 0 0 0 1 9 0 0 453 3 456 10 3 0 0 0 3 11 23 0 9 1 33 12 6 0 0 1 7 13 0 0 0 0 0 14 6 0 0 0 6 15 4 0 0 0 4 16 2 0 0 0 2 17 5 0 0 0 5 18 57 0 0 2 59 19 7 0 0 0 7 20 0 0 1 0 1 Total 155 (24,64%) 0 (0%) 465 (73,93%) 9 (1,43%) 629 (100%) Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah jentik yang ditemukan paling banyak pada lavitrap yang berisi larutan fermentasi air kelapa variasi.2 (456 ekor / 72,2%).