• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penyakit Menular a. Penyakit Tular Vektor dan Zoonis

Dalam dokumen Profil Kesehatan 2015 FIX (Halaman 95-110)

Jantung Kongestif

2. Gambaran Penyakit Menular a. Penyakit Tular Vektor dan Zoonis

1). Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, Flavivirus dan famili

Flaviviridae. DBD ini ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes Aegypti

dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah. Penyakit

DBD ini dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 65

Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu:1) peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor;2) diagnosis dini dan pengobatan dini; 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.

Upaya pemberantasan vektor ini yaitu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pemeriksaan jentik berkala. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan angka bebas jentik. Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun kader jumantik. Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.

Gambaran kasus DBD yang ditemukan di Kota Depok dapat dilihat pada gambar berikut ini :

GAMBAR 4.23 GAMBARAN KASUS DBD DI KOTA DEPOK TAHUN 2011-2015

Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015

Dari gambar 4.23 di atas dapat dilihat jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2011 sebanyak 1.028 orang yang tersebar di 11 kecamatan di Kota Depok, dan tidak ada kasus meninggal. Sedang pada tahun 2012 jumlah kasus DBD yang

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 66

ditemukan sebanyak 802 orang, kasus meninggal sebanyak 4 orang. Pada tahun 2013 kasus DBD yang ditemukan di Kota Depok sebanyak 1.450 kasus dengan jumlah meninggal sebanyak 2 orang, Tahun 2014 terdapat sebanyak 980 kasus DBD, meninggal sebanyak 4 orang. Tahun 2015 kasus DBD meningkat dari tahun sebelumnya,dimana ditemukan sebanyak 1.784 kasus DBD, meninggal sebanyak 3 orang.

Kasus DBD terbanyak terdapat di Kecamatan Pancoran Mas sebanyak 343 kasus dan kasus DBD terendah di Kecamatan Cinere sebanyak 58 kasus. Gambaran Jumlah kasus DBD pada masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada gambar 4.24 sebagai berikut ini :

GAMBAR 4.24 GAMBARAN KASUS DBD

MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 67

2). Filariasis

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu

Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Penyakit ini

menginfeksi jaringan limfe(getah bening). Filariasis ditularkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Cacing filaria yang menetap di dalam jaringan limfe dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin.

WHO menetapkan kesepakatan global untuk mengeliminasi filariasis pada tahun 2020. Program eliminasi filariasis di Indonesia dilaksanakan atas dasar

kesepakatan Global WHO tahun 2000 yaitu” the global goal of elimination of lymphatic filariasis as a public health problem the year 2020” yang merupakan

realisasi dari resolusi WHA pada tahun 1997.

Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu: 1. Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua

penduduk endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/Kg BB dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan

2. Penatalaksanaan kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.

Untuk memutus mata rantai penularan, sasaran pemberian obat adalah semua penduduk kecuali anak berumur <2 tahun, lansia berumur > 65 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut, dan balita dengan marasmus/kwashiorkor.

Berikut gambaran jumlah kasus filariasis tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 68

GAMBAR 4.25

GAMBARAN KASUS FILARIASIS DI KOTA DEPOK TAHUN 2011 – 2015

Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015

Dari gambar 4.25 di atas dapat dilihat bahwa di tahun 2011 ditemukan sebanyak 1 kasus dan tahun 2012 tidak ditemukan kasus filariasis, tahun 2013 ditemukan 1 kasus baru filariasis, tahun 2014 ditemukan 2 kasus baru dan tahun 2015 ditemukan 6 kasus baru.

Tidak seperti tahun sebelumnya, di tahun 2015 ini tidak dilakukan kegiatan minum obat filariasis. Kegiatan ini diganti dengan kegiatan TAS

(Transmitted Assesment Survey) dengan sasaran anak sekolah, yaitu kegiatan

pemeriksaan penyakit filariasis di sekolah-sekolah. Kegiatan TAS dilakukan dua tahun sekali, dan telah dilaksanakan pada tahun 2013 dan tahun 2015.

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 69

b. Penyakit Menular Langsung 1) Penyakit Diare

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13.2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi post neonatal (31.4%) dan pada anak balita (25.2%) (Riskesdas, 2007).

Sarana air bersih dan BAB (Buang air Besar) serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit diare. Penyakit ini dapat dihubungkan dengan perbaikan higiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut.

Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program serta dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare yang dilaporkan setiap minggu dari laporan puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah Kota Depok.

Cakupan kasus diare yang ditangani dan ditemukan selama lima tahun terakhir, sangat fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4. 26.

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 70

GAMBAR 4.26

CAKUPAN KASUS DIARE YANG DITEMUKAN DAN DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN 2011-2015

Sumber : Seksi LB3 P2P, 2015

Pada tahun 2011 kasus diare ditangani sebesar 41.269(51,65%), tahun 2012 kasus yang ditemukan dan ditangani sebesar 20.604 (39,28%), tahun 2013 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar 34.676 (85,3%), tahun 2014 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar 34.548 (79,4%) dan tahun 2015 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar 18.109 (40,2%).

2) Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh

Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya bercak putih atau kemerahan

pada kulit yang disertai mati rasa/anastesi, penebalan syaraf tepi juga disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambut yang terganggu dan adanya kuman Mycobacterium Leprae pada pemeriksaan kerokan pada jaringan kulit (silt-skin smears)

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 71

Jumlah Kasus Kusta Tipe PB dan MB di Kota Depok

Gambaran penderita kusta di Kota Depok tahun 2011-2015 berdasarkan tipe kasus Kusta dapat dilihat pada gambar berikut ini :

GAMBAR 4.27

JUMLAH KASUS BARU KUSTA TIPE PB DAN MB DI KOTA DEPOK TAHUN 2011-2015

Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015

Dari gambar di atas terlihat bahwa kasus kusta tipe MB (Kusta Basah) lebih banyak dibandingkan kasus kusta tipe PB (kusta kering). Tahun 2011, kasus kusta PB sebanyak 2 kasus dan kasus kusta MB sebanyak 65 kasus, tahun 2012, kasus kusta PB sebanyak 5 kasus dan kasus MB sebanyak 62 kasus, tahun 2013 kasus kusta PB sebanyak 3 kasus kusta MB sebanyak 49 kasus, tahun 2014 kasus kusta PB sebanyak 9 kasus dan kasus baru kusta MB sebanyak 58 kasus dan tahun 2015 kasus baru kusta PB sebanyak 3 kasus dan kasus baru kusta MB sebanyak 54 kasus.

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 72

Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Kecamatan

Pada tahun 2015 ini, kasus baru kusta terbanyak ditemukan di wilayah kecamatan Tapos sebesar 11 kasus baru, kemudian disusul penemuan kasus kusta baru di kecamatan Cipayung sebesar 8 kasus dan di posisi ketiga penemuan kasus baru di wilayah kecamatan Bojongsari. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kasus baru kusta menurut kecamatan dapat dilihat pada gambar 4.29 berikut ini :

GAMBAR 4.28

JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015

Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015

Angka Cacat Tingkat 2

Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Angka Cacat Tingkat 2 merupakan kecacatan kusta yang menyebabkan dua (2) syaraf atau lebih yang menyerang kusta. Angka Cacat Tingkat 2 tahun 2015 sebesar 0,38 per 100.000

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 73

penduduk. Angka ini menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar 0,39 per 100.000 penduduk.

Persentase Kasus Cacat Tingkat 2.

Persentase kecacatan kusta yang menyebabkan dua (2) syaraf atau lebih yang menyerang kusta di tahun 2011 sebesar 18 % atau sebesar 11 kasus. Tahun 2012 sebesar 18 % atau 12 kasus, Tahun 2013 sebesar 17,31% atau sebesar 9 kasus. Tahun 2014 sebesar 11,9 % atau 8 kasus dan di Tahun 21015 sebesar 14.04 % atau sebesar 8 kasus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.29 dibawah ini:

GAMBAR 4.29

PERSENTASE KASUS CACAT TINGKAT 2 DI KOTA DEPOK TAHUN 2011-2015

Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015

3). Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (Bakteri

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 74

Tahan Asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif jugag masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil.

Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda, namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP-4). Sejak tahun 1969, pengendalian TB dilakukan secara nasional melalui Puskesmas.

Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung (Directly

Observed Treatment Short-Course, DOTS) yang dilaksanakan di Puskesmas

secara bertahap. Semenjak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar terutama puskesmas.

TB merupakan salah satu penyakit menular yang wajib dilaporkan. Setiap fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan TB wajib mencatat dan melaporkan kasus TB yang ditemukan dan diobati sesuai dengan format pencatatan dan pelaporan yang ditentukan. Pencatatan dan pelaporan dilakukan mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Dokter Praktek Swasta, Klinik) dan rujukan dilaporkan secara berjenjang ke tingkat kab/kota, propinsi, sampai ke pusat.

Pencatatan TB menggunakan formulir standar secara manual didukung dengan sistem informasi secara elektronik, sedangkan pelaporan TB menggunakan sistem informasi elektronik yang disebut Sistem Informasi TB Terpadu (SITT) yang berbasis web dan terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan nasional.

Kasus Tuberkulosis

Pada tahun 2015 ditemukan jumlah seluruh kasus tuberkulosis sebanyak 2563 kasus, meningkat bila dibandingkan dengan kasus seluruh tuberkulosis tahun 2014 sebanyak 2.085 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan berasal dari Rumah Sakit Sentra Medika yakni sebesar 419 kasus, kemudian laporan dari puskesmas tugu sebesar 102 kasus. Dari tiga puluh lima (35) puskesmas dan empat (4) Rumah Sakit penyelenggara DOTS kasus lebih banyak laki-laki

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 75

dibandingkan perempuan.

Penggunaan sistem DOTS yang mulai di sosialisasikan ke beberapa rumah sakit, berpengaruh pada penemuan kasus baru BTA Positif. Tahun 2012 penemuan kasus baru TB BTA Positif sebesar 57,22%, tahun 2013 penemuan kasus TB BTA Positif sebesar 55,49 %, tahun 2014 penemuan kasus TB BTA Positif sebesar 44,1 %, dan di tahun 2015 penemuan kasus TB BTA Positif sebesar 57,55 %.

Jika dilihat tahun 2014 penemuan kasus baru TB BTA Positif jauh dibawah tahun-tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan belum semua Rumah Sakit yang ada di Kota Depok melaksanakan sistem DOTS. Berikut gambaran persentase penemuan kasus TB BTA Positif dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015.

GAMBAR 4.30

PERSENTASE PENEMUAN KASUS TB BTA POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN 2012 – 2015

Sumber : Laporan SITT Seksi P2P, 2015

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 76

Angka Notifikasi Rate atau Case Notification Rate (CNR)

Angka Notifikasi Kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (tren) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

Angka Notifikasi Kasus Baru TB BTA Positif tahun 2015 sebesar 57.55 per 100.000 penduduk, meningkat dari tahun 2014 sebesar 47,01 per 100.000 penduduk. Sedangkan Angka Notifikasi seluruh kasus TB per 100.000 penduduk sebesar 121.69 per 100.000 penduduk , meningkat dari tahun 2014 sebesar 102,53 per 100.000 penduduk. CNR dianggap baik jika terjadi peningkatan minimal 5 % dibandingkan dengan sebelumnya.

Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)

Salah satu upaya untuk mengendalikan tuberkulosis yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evakuasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari penjumlahan angka kesembuhan (Cure Rate) dan angka pengobatan lengkap.

Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TBC paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan di antara pasien TBC Paru BTA Positif yang tercatat. Angka kesembuhan dihitung tersendiri untuk pasien baru TBC Paru BTA positif yang mendapat pengobatan kategori 1 atau pasien TBC Paru BTA Positif pengobatan ulang dengan kategori 2, angka ini dihitung untuk mengetahui keberhasilan program dan masalah potensial, angka indiktor kesembuhan menurut program adalah ≥85 %.

Angka Pengobatan Lengkap (Complete Rate)

Angka pengobatan lengkap (complete rate) adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal. Tahun 2015 angka pengobatan lengkap (complete rate)

sebanyak 40 kasus (4,18%), menurun dari tahun sebelumnya yakni 91 kasus (8,06%).

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 77

Angka Kesembuhan (Cure Rate)

Angka Kesembuhan (Cure Rate) tahun 2015 sebesar 93,51(894 kasus) dari 969 kasus BTA positif diobati. Persentase angka kesembuhan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 85,83% (969 kasus) dari BTA positif yang diobati sebanyak 1.129.

Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate)

Angka keberhasilan pengobatan TB adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru, TB Paru terkonfirmasi bacteriologis yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun yang lengkap) diantara pasien baru TB Paru terkonfirmasi bacteriologis yang tercatat. Persentase Success Rate

keberhasilan pengobatan TB Paru BTA Positif tercatat pada tahun 2012 sebesar 96,48%, tahun 2013 sebesar 93,78%, tahun 2014 sebesar 93,89% dan tahun 2015 sebesar 97,70%.

GAMBAR 4.31

PERSENTASE SUCCES RATE PENGOBATAN TB PARU BTA POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN 2012 - 2015

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 78

4). Pneumonia

Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur diwilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub Sahara(www.who.int). Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

Pneumonia merupakan sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab. Bisa terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteri streptococcus dan

mycoplasma pneumoniae. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh zat-zat

kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.

Cakupan penemuan kasus pneumonia dan yang ditangani di Kota Depok tahun 2011 sebesar 8,19%, tahun 2012 sebesar 11,12%, tahun 2013 sebesar 17,40%. Tahun 2014 penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak 3017 kasus (19,3%), Tahun 2015 penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak 3.662 (17%).

Berikut gambaran cakupan penderita kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kota Depok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 disajikan pada gambar berikut ini :

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 79

GAMBAR 4.32 CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA KASUS PNEUMONIA DAN YANG DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN 2011- 2015

Sumber : Laporan Data Seksi P2P, 2015

Dalam dokumen Profil Kesehatan 2015 FIX (Halaman 95-110)