• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Program Sarjana Membangun Desa (SMD)

Usaha agribisnis peternakan berbasis sumberdaya lokal mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena berbagai sarana pendukung seperti agroinput, teknologi, kelembagaan dan tenaga kerja tersedia di seluruh wilayah provinsi. Salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah pemberdayaan potensi tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi bidang peternakan dan kesehatan hewan melalui pengembangan SMD.

Pengembangan SMD dilakukan dengan menempatkan para lulusan perguruan tinggi bidang peternakan dan kesehatan hewan di kelompok ternak guna mengatasi kendala rendahnya kualitas SDM peternak di perdesaan melalui transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Keberadaan SMD di kelompok ternak yang berbekal ilmu dan teknologi, kreativitas serta wawasan agribisnis, diharapkan dapat berinteraksi dan bersinergis membangun kerjasama yang harmonis dengan petani peternak yang berpengalaman, namun kurang efektif dan efisien dalam mengelola usaha agribisnis berbasis peternakan. Dengan mengintegrasikan kedua potensi tersebut diharapkan memberikan kinerja usaha peternakan yang lebih optimal.

Berdasarkan masukan dan pertimbangan dari berbagai kalangan, baik internal maupun eksternal Ditjen PKH, dengan memperhatikan: (1) aspek potensi pengembangan pada masing-masing wilayah/provinsi; (2) prospek pasar pada masing-masing komoditas ternak dan; (3) sebaran Fakultas Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan/Fakultas yang membidangi Jurusan Peternakan pada Perguruan Tinggi, maka pelaksanaan kegiatan SMD mencakup beragam komoditas, yaitu sapi potong, kerbau, sapi perah, kambing, domba, unggas lokal (ayam buras, itik dan puyuh), dan kelinci mendukung percepatan pencapaian 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, khususnya sub sektor peternakan yaitu (1) pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau yang berkelanjutan (2) peningkatan diversifikasi pangan (3) peningkatan daya saing dan nilai tambah, dan (4) peningkatan kesejahteraan peternak.

Kegiatan SMD merupakan fasilitasi dan pemberdayaan kelompok peternak melalui penyaluran dana penguatan modal usaha untuk pengembangan kewirausahaan berbasis peternakan di perdesaaan, dengan tujuan untuk : 1) mendorong tumbuh dan berkembangnya pelaku agribisnis yang terdidik pada usaha peternakan; 2) memperkuat modal usaha, sarana dan prasarana dan terapan teknologi tepat guna di kelompok binaan SMD agar usaha peternakan bisa lebih berkembang; 3) meningkatkan kemampuan aksesibiltas kelompok terhadap permodalan dan pasar; 4) meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan peternak; dan 5) mengembangkan sentra-sentra produksi kawasan usaha peternakan.

Pendaftaran dan Seleksi

Pada tahap pertama yakni penilaian proposal, tim pelaksana SMD Ditjen PKH akan melakukan overlay dan penilaian proposal, baik yang diajukan langsung oleh calon SMD maupun melalui perguruan tinggi yang ditunjuk. Apabila calon SMD yang lulus seleksi tahap pertama, berdasarkan hasil penilaian proposal dapat mengikuti

seleksi tahap kedua. Tim pelaksana SMD Ditjen PKH menginformasikan kepada masing-masing perguruan tinggi dan Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi terhadap calon SMD yang lulus seleksi tahap pertama untuk diundang mengikuti seleksi tahap berikutnya sesuai dengan jadual yang telah disepakati. Tahap kedua, yakni tes tertulis. Pelaksanaan seleksi tahap kedua dilakukan apabila calon SMD yang lulus tahap pertama yang dilaksanakan pada masing-masing wilayah perguruan tinggi. Tahap ketiga adalah tes wawancara. Para calon SMD memaparkan program kerjanya, dilanjutkan dengan wawancara oleh Tim seleksi yang terdiri dari unsur Ditjen PKH, perguruan tinggi dan Dinas Peternakan Provinsi setempat. Tim seleksi akan melakukan penilaian meliputi: aspek teknis, aspek usaha, aspek kelembagaan, penerapan teknologi dan aspek pendukung lainnya. Calon SMD yang lulus tahap ketiga ini, segera diinformasikan untuk melakukan persiapan mengikuti seleksi tahap keempat. Tahap keempat adalah verifikasi kelompok. Pelaksanaan verifikasi kelompok di lapangan dilakukan oleh tim seleksi dengan mendatangi langsung lokasi kelompok binaan calon SMD untuk melihat kondisi riil kelompok, melakukan wawancara dengan anggota kelompok dan melakukan tes terhadap ketua kelompok. Tahapan umum dapat dilihat pada Gambar 3 mekanisme pelaksanaan program SMD

Gambar 3. Mekanisme pelaksanaan program SMD Penggunaan Dana dan Pelaksanaan

Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dituangkan dalam Rencana Usaha Kelompok (RUK), melalui musyawarah antara SMD, pengurus dan para anggota kelompok yang diketahui/disetujui oleh Tim Teknis Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan Kabupaten/Kota. Melaksanakan kegiatan sebagaimana tercantum dalam RUK harus dilakukan secara terkoordinasi antara SMD, ketua dan para anggota kelompok, serta diketahui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan dan dituangkan dalam RUK oleh SMD dan kelompoknya melalui pembiayaan yang bersumber dari dana bantuan sosial tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 8.

Dana pengembangan usaha budidaya ternak yang dialokasikan ke SMD dan kelompok binaannya, merupakan dana stimulasi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas usahanya menuju skala usaha yang ekonomis. Untuk memenuhi kebutuhan dana berkaitan dengan adanya kegiatan yang dianggap penting namun diluar dari pada Tabel 8, diharapkan menggunakan dana swadaya kelompok atau sumber dana lainnya.

Apabila terjadi penyalahgunaan dana bantuan sosial sebagai modal usaha diluar dari ketentuan RUK yang disusun pada waktu workshop, maka akan akan diberikan sanksi administratif.

Tabel 8. Komponen Kegiatan yang dapat dibiayai dari Dana Bantuan

Sosial SMD untuk kegiatan Budidaya dan proporsi

pengalokasiannya

Sumber : Ditjen PKH, 2012

Organisasi Pelaksanaan

Untuk kelancaran pelaksanaan Program SMD, maka dibentuk Tim Pelaksana SMD, baik di Ditjen PKH Kementerian Pertanian, Perguruan Tinggi, Provinsi dan Kabupaten/Kota, SMD dan Kelompok Peternak dengan tugas dan peran masing- masing sebagaimana pada Tabel 9.

Komponen Kegiatan

Komoditas yang dikembangkan dan Proporsi alokasi dana Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing /Domba

Unggas Lokal Kelinci Sarana Utama (%) 80 75 80 80 60 60 Pengadaan Ternak Sarana Penunjang (%) 20 25 20 20 40 40 Perbaikan Kandang √ √ √ √ √ √

Alat dan Mesin

Peternakan √ √ √ √ √ √ Pengembangan HMT √ √ √ √ √ √ Konsentrat √ √ √ √ √ √ Pengolahan limbah √ √ √ √ √ √ Operasional IB dan Pengobatan √ √ √ √ √ √ Pengembangan kelembagaan dan SDM √ √ √ √ √ √ Administrasi dan pelaporan √ √ √ √ √ √

Tabel 9. Matrik tugas dan peran tim pelaksana SMD

Aktivitas TP TPL PT TDP TDK SMD Kel

Memberikan arahan XX

Menetapkan Kebijakan XX

Menyiapkan petujuk pelaksaaan XX

Melakukukan koordinasi dan sosialisasi XX X

Membuka dan menerima pendaftaran XX X X

Menyusun dan menyiapkan materi/bahan

seleksi

XX

Melakukan seleksi dan penilaian XX X X

Menyampaikan calon SMD terpilih XX

Melaksanakan workshop SMD XX X

Melakukan pembinaan, monitoring dan

evaluasi;

XX X XX X

Menyusun profil Sarjana Membangun Desa ; XX

menyusun laporan X X X X

Menyediakan paket teknologi

Memberikan rekomendasi proposal; XX

Mengetahui dan menyetujui RUK; XX

Memberikan rekomendasi pencairan dana bansos;

XX

Melakukan bimbingan teknis XX

Membuat surat perjanjian kerjasama.; XX XX

Mengembangkan usaha agribisnis peternakan di kelompok.

XX XX

Melakukan pelatihan kepada kelompok ternak.; XX

Membimbing dan membina peternak

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan kelompok ternak dalam pengembangan usaha taninya

XX

Menjamin kesinambungan usaha kelompok SMD

XX XX

Melakukan aksesesibilitas terhadap sumber pembiayaan maupun pasar

XX

Menerima dan menerapkan rekomendasi XX

Membuat pertanggungjawaban administrasi penggunaan dana X XX Keterangan : TP : Tim Pengarah TPL : Tim Pelaksana PT : Perguruan Tinggi TDP : Tim Dinas Propinsi TDK : Tim Dinas Kabupaten SMD : Sarjana Membangun Desa Kel : kelompok SMD

Gambaran Alokasi Program SMD Tahun 2010-2012 di Kabupaten Bogor Alokasi program SMD di Kabupaten Bogor periode 2010-2012 sebanyak 33 kelompok. Jenis komoditi ternak yang dikembangkan adalah sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam buras, itik dan kelinci. Jumlah alokasi terbanyak yang pada Tabel 10 terlihat adalah komoditas sapi perah 27,27%, kemudian kambing/domba

24,24%, ayam buras 18,18%, sapi potong 15,15%, kelinci 9,09% dan paling sedikit komoditas kerbau dan itik 3,03%.

Tabel 10. Jumlah kelompok peternak dan SMD tahun 2010-2012 di Kabupaten Bogor

No Kelompok Peternak Tahun Jumlah %

2010 2011 2012 1 Sapi Potong 3 1 1 5 15,15 2 Sapi Perah 3 3 3 9 27,27 3 Kerbau - 1 - 1 3,03 4 Kambing/Domba - 7 1 8 24,24 5 Ayam Buras - 3 3 6 18,18 6 Itik - 1 - 1 3,03 7 Kelinci - - 3 3 9,09 Total 6 16 11 33 100

Sumber : Ditjen PKH 2012, diolah.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,304 Ha, secara geografis terletak di antara 6º18'0" – 6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45" – 107º13'30" Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, dan Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor.

Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500–1.000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000–2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000–2.500 meter dpl. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol,

Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.

Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500–5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20°- 30°C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata–rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata– rata sebesar 146,2 mm/bulan.

Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 7 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3) DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) Sub DAS Kali Bekasi; (6) Sub DAS Cipamingkis; dan (7) DAS Cibeet. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 794 jaringan irigasi perdesaaan, 93 situ dan 96 mata air.

Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang di dalamnya meliputi 417 desa dan 17 kelurahan (434 desa/kelurahan), pada tahun 2012 menjadi yang tercakup dalam 3.882 RW dan 15.561 RT. Pada tahun 2012 telah dibentuk 4 (empat) desa baru, yaitu Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Desa Urug dan Desa Jayaraharja Kecamatan Sukajaya serta Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin.

Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokkan menjadi: kebun campuran seluas 85.202,5 Ha (28,48%), kawasan terbangun/pemukiman 47.831,2 Ha (15,99%), semak belukar 44.956,1 Ha (15,03%), hutan vegetasi lebat/perkebunan 57.827,3 Ha (19,33%), sawah irigasi/tadah hujan 23.794 Ha (7,95%), tanah kosong 36.351,9 Ha (12,15%).

Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 berjumlah 5.111.769 jiwa (angka sementara), yang terdiri dari penduduk laki-laki 2.616.873 jiwa dan penduduk perempuan 2.494.807 jiwa. Jumlah penduduk tersebut hasil proyeksi penduduk dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,44 % dibanding tahun 2012. Angka ini merupakan laju pertumbuhan penduduk proyeksi selama kurun waktu 1 tahun (hasil proyeksi dari tahun 2012).

Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi mencapai Rp. 109,67 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 14,35% dari tahun sebelumnya.

Pada Tabel 11, sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 63,17 trilyun atau memiliki andil sebesar 57,60 % terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp.18,55 trilyun (19,34 %). Sedangkan sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp.1,58 trilyun (1,44 %).

Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) Rp.32,23 trilyun pada tahun 2013.

Tabel 11. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bogor menurut lapangan usaha tahun 2012-2013 (juta rupiah)

NO. 2012*) 2013**) Distribusi

(%)

Pertumbuhan (%) I 4.946.529,80 6.174.193,48 5,63 24,82

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan 3.584.125,89 4.492.110,97 4,10 25,33 2 Pertambangan & Penggalian 1.362.403,91 1.682.082,52 1,53 23,46

II 64.040.698,89 71.287.409,57 65,00 11,32

3 Industri Pengolahan 57.150.219,71 63.192.527,95 57,62 10,57 4 Listrik, Gas dan Air 2.804.934,10 3.123.458,52 2,85 11,36 5 Konstruksi 4.085.545,08 4.971.423,11 4,53 21,68

III 26.918.368,69 32.209.132,39 29,37 19,65

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 18.547.813,88 22.665.072,11 20,67 22,20 7 Pengangkutan & Komunikasi 4.001.149,29 4.672.465,38 4,26 16,78

8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 1.412.588,49 1.608.025,54 1,47 13,84

9 Jasa-jasa 2.956.817,04 3.263.569,36 2,98 10,37 95.905.597,38 109.670.735,45 100,00 14,35 LAPANGAN USAHA SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER Total

Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

Sumber data : Laporan tahunan Kabupaten Bogor, 2014

Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 24,82 % atau dari Rp. 4,95 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp. 6,17 trilyun pada tahun 2013.

Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2013 diprediksi mengalami peningkatan sebesar 6,03 %, yaitu dari Rp. 36,53 triliun pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 38,73 triliun pada tahun 2013. Kinerja kelompok sektor primer tahun 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 9,10 % dari tahun sebelumnya, kelompok sektor sekunder meningkat 4,78 %, dan kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 8,60 %. Tabel 12 menunjukkan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Bogor beserta distribusi dan pertumbuhannya pada tahun 2012 dan 2013. Tabel 12. menunjukkan bahwa kinerja perekonomian tertinggi dicapai oleh sektor konstruksi yang mendorong pertumbuhan sebesar 11,30 %. Terlaksananya berbagai pembangunan infrastruktur serta kemudahan dan adanya subsidi bunga kepemilikian rumah meningkatkan kinerja perekonomian sektor konstruksi. Kinerja yang cukup tinggi juga ditunjukkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 9,89 %.

Tabel 12. PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Bogor menurut lapangan usaha tahun 2012-2013 (juta rupiah)

NO. 2012*) 2013**) Distribusi (%) Pertumbuhan (%)

I 1.998.117,38 2.179.957,45 5,63 9,10 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan 1.608.438,92 1.759.438,29 4,54 9,39 2 Pertambangan & Penggalian 389.678,46 420.519,15 1,09 7,91 II 24.877.113,84 26.066.046,25 67,30 4,78 3 Industri Pengolahan 22.273.315,43 23.264.924,59 60,07 4,45 4 Listrik, Gas dan Air 1.326.483,67 1.379.464,92 3,56 3,99 5 Konstruksi 1.277.314,74 1.421.656,73 3,67 11,30 III 9.655.512,28 10.485.830,17 27,07 8,60 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.392.800,62 7.024.861,02 18,14 9,89 7 Pengangkutan & Komunikasi 1.142.183,19 1.240.391,71 3,20 8,60 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 662.344,81 700.746,03 1,81 5,80 9 Jasa-jasa 1.458.183,66 1.519.831,41 3,92 4,23 36.530.743,49 38.731.833,87 100,00 6,03 Total LAPANGAN USAHA SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER

Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

Sumber data: Laporan tahunan Kabupaten Bogor, 2014

Kinerja sektor ini didukung oleh kinerja subsektor perdagangan yang mencapai 9,99% karena adanya peningkatan output berbagai barang dan jasa di Kabupaten Bogor.

Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga menunjukkan kinerja yang membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, sektor ini tumbuh sebesar 9,39% yang didorong oleh program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah mulai memperlihatkan hasil yang menggembirakan.

Berdasarkan time series dari tahun 2001-2013, terlihat bahwa secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berada pada kisaran 4-6%. Terjadi perlambatan pertumbuhan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh krisis keuangan global pada tahun 2008 yang dampaknya dirasakan oleh perekonomian Kabupaten Bogor. Pertumbuhan yang sempat melambat ini

kemudian meningkat kembali pada tahun-tahun berikutnya. Laju

Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 tumbuh sebesar 6,03%, meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,99%. Peningkatan ini hampir menyamai laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 yang mencapai 6,04%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama periode 2001-2013 ditunjukkan pada Gambar 4.

(dalam persen) 3,94 4,50 4,84 5,58 5,85 5,95 6,04 5,58 4,14 5,09 5,96 5,99 6,03 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50

Keterangan : *) = Angka Perbaikan

**) = Angka Sementara

Sumber data : Laporan tahunan Kabupaten Bogor, 2014

Gambar 4. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2001-2013 Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per kapita per tahun. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. PDRB per kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator pendapatan per kapita. Gambar 5 memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku dan konstan.

(dalam juta rupiah)

17,09 7,10 19,22 7,32 21,45 7,58 - 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 berlaku konstan 2011 2012 2013

Sumber data : Laporan tahunan Kabupaten Bogor, 2014

Gambar 5 memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp. 21,45 juta dari tahun sebelumnya Rp. 19,22 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 11,63% pada tahun 2013.

Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil dapat digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Bila dilihat atas dasar harga konstan, PDRB per kapita atas dasar harga konstan naik menjadi Rp. 7,58 juta dari tahun sebelumnya Rp. 7,32 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 3,49% pada tahun 2013. Jika dibandingkan kenaikan PDRB atas harga berlaku dan konstan, maka kenaikan PDRB perkapita atas harga berlaku mencatatkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan harga konstan. Hal ini disebabkan pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa.

Perkembangan dan Potensi Peternakan di Kabupaten Bogor

Perkembangan pembangunan peternakan dapat dilihat dari situasi produksi daging, telur dan susu. Pada Tabel 3 dapat dilihat pertumbuhan produksi daging di Kabupaten Bogor meningkat 6,53% per tahun, begitu pula produksi telur dan susu meningkat masing-masing 4,95% dan 2,95% per tahun. Hal ini untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor serta menyangga kebutuhan daging, telur dan susu di DKI Jakarta.

Tabel 13. Perkembangan Produksi Asal Ternak Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013

No Jenis Produksi

Tahun Laju pertumbuhan

rata-rata per tahun (%)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 *)

1 Daging (ton) 81.137 87.447 94.752 100.146 104.886 111.266 6,53

2 Telur (ton) 37.593 41.618 41.881 42.830 44.115 47.705 4,95

3 Susu (000 liter) 10.433. 10.767 11.005 11.198 11.422 12.051 2,93

Sumber data : Data Dinas Peternakan dan Perikanan tahun 2014

Dari sisi konsumsi hasil ternak (konsumsi protein hewani) pada Gambar 6, konsumsi protein hewan Kabupaten Bogor meningkat per tahun 3,57 % yakni dari 4,5 gram per kapita/hari menjadi 5,3 gram per kapita/hari. Konsumsi protein menandakan adanya peningkatan daya beli masyarakat terhadap produk ternak. Hal ini merupakan potensi yang harus di programkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan. Namun pertumbuhan tersebut, belum mencapai kebutuhan konsumsi protein hewan yang idealnya yakni sebesar 6 gram perkapita/hari.

Gambar 6. Perkembangan konsumsi protein hewani Kabupaten Bogor tahun 2008-2013

Potensi peternakan di Kabupaten Bogor telah di zonasi dalam upaya pengembangan peternakan. Zonasi ini sebagai upaya mengimplementasikan Permentan 50 tahun 2012 tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian. Pendekatan pengembangan kawasan telah menjadi alat dalam rangka fokus lokasi, komoditi dan produksi. Begitu pula dengan pengembangan kawasan peternak. Program akan diberikan pada kawasan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai kawasan pengembangan peternakan. Sehingga program menjadi fokus pada satu kawasan terpadu, tidak lagi tersebar dan di dukung oleh infrastruktur. Zonasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor sudah cukup baik. Zonasi tersebut dibagi dalam kecamatan. Zona terbagi dalam tujuh komoditas ternak yaitu sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing perah, domba, ayam buras, dan kelinci Zona pengembangan ternak sapi perah di tetapkan di kecamatan Ciawi, Megamendung, Cisarua, Caringin, Cijeruk, Pemijahan dan Cibungbulang (Tabel 14).

Zona pengembangan ternak sapi potong ditetapkan di kecamatan Jonggol, Cariu, Tanjung Sari, dan Sukamakmur. Zona pengembangan ternak Kerbau ditetapkan di Kecamatan Leuwiliang, Pamijahan, Cibungbulang, Leuwisadeng, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Parung Panjang, dan Tenjo.

Zona pengembangan ternak kambing perah ditetapkan di Kecamatan Ciawi, Caringin, Cijeruk, Tamansari. Zona pengembangan ternak domba dan ayam buras di seluruh Kabupaten bogor. Sedangkan zona pengembangan ternak kelinci ditetapkan di kecamatan Tamansari, Cisarua, dan Tenjolaya.

Tabel 14. Zona pengembangan ternak di Kabupaten Bogor

No Jenis Ternak Kecamatan

1 Sapi Perah Ciawi, Megamendung, Cisarua, Caringin, Cijeruk,

Pemijahan, Cibungbulang

2 Sapi Potong Jonggol, Cariu, Tanjung Sari, Sukamakmur

3 Kerbau Leuwiliang, Pamijahan, Cibungbulang, Leuwisadeng,

Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Parung Panjang, Tenjo

4 Kambing Perah (PE) Ciawi, Caringin, Cijeruk, Tamansari

5 Domba Diseluruh Wilayah Kabupaten Bogor

6 Kelinci Tamansari, Cisarua, Tenjolaya

7 Ayam Buras Diseluruh wilah Kabupaten Bogor

Dokumen terkait