• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan analisis IPA dan stakeholders, selanjutnya dijadikan bahan melakukan analisis SWOT untuk mencari strategi kelembagaan kelompok peternak program SMD. Strategi ini dalam rangka mencari solusi yang tepat mengatasi permasalahan dan potensi yang telah dihasilkan pada analisis IPA dan potensi stakeholders sehingga dapat dikembangkan sebuah program yang efektif. Potensi lingkungan internal dan lingkungan eksternal diarahkan dalam merumuskan kajian strategi pengembangan kelembagaan dalam peningkatan kesejahteraan dan kapasitas peternak melalui program SMD. Perumusan strategi tersebut terdiri dari tiga tahap yakni identifikasi faktor internal dan eksternal, perumusan strategi dalam matrik SWOT dan perumusan program.

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Identifikasi Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang berpengaruh terhadap penguatan kelembaagaan kelompok peternak pada program SMD di Kabupaten Bogor diuraikan sebagai berikut :

1) Kekuatan

a. Pengetahuan peternak tentang pemeliharaan ternak. Pengetahuan peternak yang telah diperoleh sejak mengikuti program SMD maupun sebelumnya sebagai modal yang besar dalam mengembangkan kelompok. Dengan, pengalaman beternak yang cukup, dapat menjadi potensi yang terus dikembangkan dalam meningkatkan pendapatannya. Pengalaman menangani penyakit ternak, penggunaan teknologi pakan ternak, bangkit kembali beternak dari sejumlah kematian ternak, atau kerugian akibat penyakit, serta jaringan pasar yang telah terbangun adalah modal cukup baik pengembangan kelembagaan peternak selanjutnya.

b. Kepimpinan dalam kelompok peternak. Kepemimpinan dalam kelompok salah

satu kunci keberhasilan program. Beberapa kelompok SMD dapat melakukan transformasi, dari usaha sebelumnya dengan melakukan diversifikasi usaha. Kepemimpinan dalam kelompok dapat menjadi kekuatan, sehingga kelompok peternakan program SMD dapat bertahan.

c. Pembukuan/catatan kelompok peternak. Catatan ataupun pembukuan yang dikerjakan oleh peternak atau bersama-sama sangat penting dalam mengembangkan kelembagaan. Pembukuan keuangan, yang diperoleh merupakan hal yang baik dalam mengelolaan administasi kelompok. Kegiatan melalui pembinaan intensif, dari petugas lapang atau penyuluh pertanian, catatan kelompok akan semakin baik dan dapat digunakan dalam membina jaringan pembiayaan.

d. Kerjasama dengan pihak terkait. Kelompok peternak SMD telah membangun

kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti Dinas peternakan, penyuluh lapang, perguruan tinggi, antar kelompok, asosiasi, perbankan, pedagang ternak, koperasi.

e. Modal usaha. Dana simpan pinjam dalam kelompok telah ada walaupun belum berkembang dengan baik. Komitmen untuk menyisihkan sebagian keuntungan dari hasil ternak sudah cukup menggembirakan. Selain itu, modal usaha dari pemerintah berupa bantuan sosial, untuk dipergunakan sesuai dengan rencana usaha kelompok adalah modal usaha yang cukup untuk mengembangkan usaha peternakan. Untuk mengakses modal usaha/kredit pada lembaga pembiayaan masih terbatas pada pinjaman perorangan. Pola pembiayaan usaha pada koperasi peternak sapi perah cukup baik, karena dapat mengatasi kebutuhan usaha peternak, hal ini dapat menjadi contoh bagi pengembangan usaha kelompok ternak lainnya.

f. Asset kelompok. Sarana dan prasarana kerja di awal pelaksanaan kegiatan telah dilengkapi, hal ini menjadi modal awal yang baik bagi pengembangan kelompok. Selain itu, aset berupa ternak adalah modal awal dalam pengembangan selanjutnya.

2) Kelemahan

a. Skala usaha peternak. Skala usaha peternakan masih menjadi titik lemah dalam mengembangankan usaha peternakan di kelompok peternak. Hasil observasi dilapangan, beberapa kelompok menurun jumlah populasi ternaknya. Sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan peternak, peningkatan skala usaha harus menjadi fokus program kedepan.

b. Komitmen seluruh anggota. Komitmen anggota kelompok peternak secara umum belum menunjukkan perbaikan. Di awal pelaksanaan program SMD, masih menunjukkan aktivitas yang positif bagi pengembangan kegiatan kelompok, namun setelah berjalan setahun, komitmennya menurun.

c. Kekompakan dalam kelompok. Kekompakan kelompok terlihat di awal pelaksanaan kegiatan SMD. Setelah setahun lebih, hal tersebut menurun, seiring kebutuhan peternak yang meningkat, belum dapat mengandalkan penghasilan dari usaha peternakan.

d. Organisasi kelompok. Organisasi yang dibentuk, belum berjalan dengan sesuai tugas dan wewenang yang diberikan. Organisasi yang dibentuk masih sebatas formalitas saja. Hal ini penting untuk kejelasan tujuan dalam berkelompok. Ketua kelompok lebih banyak berperan, dibanding pembagian tugas yang telah disepakati di dalam pembentukan kelompok peternak.

Identifikasi Faktor Eksternal

Dalam identifikasi aspek eksternal penguatan kelembagaan kelompok peternak terdiri dari faktor peluang atau ancaman dalam implementasi program SMD di Kabupaten Bogor.

1) Peluang

a. Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang masih memfokuskan pada pemberdayaan kelompok peternak. Sebagian besar, peternak di Indonesia adalah peternak dengan skala usaha belum ekonomis. Sehingga pemerintah pusat masih mengalokasikan bantuan ternak dan sarana peternakan bagi kelompok peternak. Hal ini juga peluang, agar pemerintah daerah mendukung program tersebut melalui kebijakan agar perbankan daerah dapat memberikan kredit bagi kelompok peternak

b. Peran stakeholders pada program SMD. Peran Stakeholders yang tidak langsung/sekunder pada program ini masih perlu ditingkatkan seperti lembaga pembiayaan/perbankan seperti bank Jabar lembaga pembiayaan syariah, pasar ternak, koperasi peternak, asosiasi SMD dan BP4K.

c. Peran petugas teknis lapangan. Petugas teknis lapangan yang ditempatkan Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor menjadi strategis dalam membantuk kelompok meningkatkan pengetahuan teknis beternak. Upaya meningkatkan peran petugas menjadi hal yang penting, untuk terus dioptimalkan kinerjanya.

d. Peran Penyuluh. Peran penyuluh masih belum optimal, disebabkan kebijakan yang masih fokus pada komoditi pangan lainnya, utamanya tanaman pangan. Sehingga peran penyuluh pada kelompok peternak masih perlu diintensifkan. Pengetahuan peternak, dari sisi pengembangan kelembagaan masih sangat minim. Sehingga peran penyuluh dibutuhkan bagi kelompok peternak.

e. Pemasaran Ternak/Hasil Ternak. Komoditi hasil peternakan seperti daging unggas lokal, kelinci dan susu kambing perah menunjukkan bahwa jaringan pemasaran masih belum optimal. Peran Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten bogor diperlukan memfasilitasi hal tersebut. Sedangkan, pemasaran produk susu segar pada koperasi peternak susu sudah terbangun.

f. Dukungan Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi diharapkan sebagai pemicu perubahan dan inovasi peternakan, masih belum optimal perannya. Masih sebatas seleksi dan kajian usaha peternakan. Keberlanjutan program SMD juga bergantung pada peran perguruan tinggi dalam pendampingan teknologinya. Adanya kerjasama antara pemerintah dengan perguruan tinggi setempat merupakan peluang yang baik dalam pengembangan kelembagaan kelompok peternak.

2) Ancaman

a. Wabah Penyakit. Wabah penyakit merupakan ancaman yang sewaktu-waktu secara sporadis menyerang peternakan. Walaunpun, peternak telah dapat mengelola beberapa penyakit yang dialami ternaknya. Namun hal ini, masih menjadi ancaman, utamanya pada ternak unggas, kelinci dan sapi perah. Hasil wawacara di lapangan, ditemukan bahwa unggas lokal dan itik yang di budidayakan kelompok peternak SMD terkena penyakit gumboro, dan flu burung.

b. Harga Ternak/Hasil Ternak. Harga hasil peternakan masih fluktuatif. Beberapa

harga komoditi ternak seperti unggas lokal dan kelinci belum

menggembirakan. Sehingga produk ternak yang telah dibudidayakan oleh kelompok peternak SMD yang telah dijual belum memberikan keuntungan yang diharapkan.

Strategi Pengembangan Kelembagaan dalam Program SMD

Langkah selanjutnya penyusunan strategi pengembangan Kelembagaan Peternak dalam program SMD di Kabupaten Bogor adalah tahap penggabungan dengan teknik matriks SWOT. Analisis SWOT ini digunakan dengan menggabung antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang dan

ancaman) sebagaimana dituliskan sebelumnya. Hasil penggabungan analisis SWOT baik dalam bentuk analisa faktor internal maupun faktor eksternal telah menemu kenali berbagai isu strategis yang dapat digunakan untuk menghasilkan arahan terhadap pengembangan kelembagaan peternak pada program SMD dan disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Matrik SWOT strategi pengembangan kelembagaan kelompok peternak program SMD di Kabupaten Bogor

Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan (S) 1. Pengetahuan Peternak tentang pemeliharaan ternak 2. Kepemimpinan Kelompok Peternak 3. Pembukuan Kelompok Peternak 4. Kerjasama dengan instansi terkait 5. Modal Usaha. 6. Asset Kelompok Kelemahan (W)

1. Skala Usaha Peternakan

2. Komitmen seluruh anggota. 3. Kekompakan dalam Kelompok. 4. Organisasi Kelompok. Peluang (O) 1. Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah. 2. Peran Stakeholders

Program SMD

3. Peran Petugas Teknis Lapangan 4. Peran Penyuluh. 5. Pemasaran Ternak/hasil ternak 6. Dukungan Perguruan Tinggi. Strategi S-O 1. Penguatan kapasitas peternak dan kelembagaan peternak (S1, S2, S3, S4, S6-O1, O2, O3, O4, O6)

2. Peningkatan Koordinasi dan Komunikasi instansi

Terkait (S4,S5-

O2,O3,O4,O6)

Strategi W-O

1. Peningkatan skala usaha dan pemasaran hasil ternak (W1, W4 – O1, O2, O4, O5)

2. Perbaikan Kebijakan Agribisnis Peternakan (W1, W2, W3, W4 – O1, O3,O4) Ancaman (T) 1. Wabah Penyakit 2. Harga Ternak/Hasil Ternak Strategi S-T Pengendalian Penyakit Hewan dan harga produk ternak (S1,S3, S4 – T1,T2)

Strategi W-T

Sumber: data primer, diolah, 2015.

Adapun hasil penggabungan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Strategi Strengths – Opportunities (S-O)

Strategi S-O merupakan penggabungan faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang dengan cara menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Upaya revitalisasi kelembagaan hendaknya memperhatikan beberapa komponen utama, terdapat tiga komponen utama yang memainkan peran penting dalm program pembangunan wilayah yaitu : partisipasi masyarakat, dampak yang jelas dan dapat dicapai dan sistem pendukung (Suradisastra, 2006). Strategi S-O dalam program ini adalah 1) Penguatan kapasitas peternak dan kelembagaan peternak. Strategi ini untuk memperkuat pengetahuan peternak maupun kelompok peternak dalam aspek

budidaya, pemanfaatan teknologi sederhana, pencatatan pada aspek teknis peternakan dan kesehatan hewan, administrasi kelompok dan laporan keuangan. Selain itu, memperkuat kelompok peternakan dalam mengelola organisasinya, kekompakan berkelompok, partisipasi dalam kelompok serta kepemimpinan dalam kelompok .dan 2). Peningkatan koordinasi dan komunikasi instansi Terkait. Kerjasama dengan pihak-pihak terkait, menjadi hal yang penting dalam penguatan kelembagaan peternak. Untuk itu, pemerintah daerah secara berkelanjutan memfasilitas kelompok peternak dengan pihak-pihak terkait. Forum koordinasi ini, juga untuk memperkuat modal usaha kelompok dengan mempertemukan dengan lembaga pembiayaan maupun investor. Diharapkan dengan membentuk forum komunikasi kelompok peternakan dengan stakeholders dalam pengembangan kelembangaan peternak akan memberikan dampak pada penguatan kelembagaan peternak secara umum.

2) Strategi WeaknessesOpportunities (W-O)

Strategi W-O merupakan penggabungan faktor internal kelemahan dan faktor eksternal peluang dengan cara meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi W-O dalam program SMD ini adalah 1) Peningkatan skala usaha dan pemasaran hasil ternak. Strategi ini diharapkan dapat mengatasi skala usaha peternakan yang masih dibawah skala ekonomi, serta meningkatkan pemasaran hasil ternak yang telah dihasilkan oleh kelompok peternak SMD di Kabupaten Bogor. Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah berupa pemberian bantuan ternak sebagai upaya meningkatkan skala usaha kelompok peternak. 2) Perbaikan kebijakan agribisnis peternakan. Strategi ini diharapkan dapat mengatasi kendala dimana penyuluh lapangan yang masih didominasi penyuluhan bagi kelompok petani program peningkatan produksi tanaman pangan, namun juga memberikan perhatian yang sama kepada kelompok peternak. Intensitas penyuluhan yang meningkat pada kelompok peternak diharapkan mengatasi kelemahan peternak dalam berkelompok seperti komitmen anggota kelompok yang rendah, kekompakan kelompok peternak, dan pengorganisasian kelompok menjadi lebih baik. Perbaikan tata niaga hasil ternak perlu juga menjadi perhatian pemerintah daerah, agar kelompok peternak bergairah dalam membudidayakan ternaknya. Selain itu, kemudahan memperoleh pinjaman lunak dengan bunga rendah pada lembaga pembiayaan daerah seperti Bank Jabar, lembaga pembiayaan syariah, dan koperasi peternak .

3) Strategi Strengths – Threats (S-T)

Strategi S-T merupakan penggabungan faktor internal kekuatan dan faktor eksternal ancaman dengan cara menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi S-T dalam program SMD ini adalah pengendalian penyakit hewan dan harga ternak/hasil ternak. Strategis ini diharapkan dapat mengatasi masih minimnya pengetahuan peternakan dalam pencegahan maupun pemberantasan penyakit yang dapat dilakukan oleh peternak. Peningkatan dan penguatan program dan anggaran dalam menanggulangi wabah penyakit. Perlindungan kelompok peternak pada ternak yang terserang wabah, melalui asuransi ternak. Pemerintah daerah melakukan upaya pencegahan berupa penyuluhan, bimbingan teknis, workshop dan vaksinasi ternak. Selain itu, strategi ini diharapkan dapat mengendalikan harga ditingkat lokal, dengan pemberian informasi harga, efisiensi biaya produksi usaha peternak dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengendalian harga produk ternak. Koordinasi antara stakeholders seperti dinas

perdagangan, dinas koperasi dan UKM, pasar ternak, bulog dan asosiasi peternakan, untuk memecahkan permasalahan harga ditingkat produsen sampai dengan produk ternak sampai ke konsumen.

4) Strategi Weaknesses – Threats (W-T)

Strategi WT merupakan penggabungan faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi W-T dalam program SMD tidak dimunculkan karena telah diakomodasi pada strategi sebelumnya .

Perumusan Program

Berdasarkan analisis SWOT selanjutnya kelima strategi tersebut dipetakan kedalam bentuk program dan sasaran serta penanggungjawab. Program yang dapat diusulkan adalah program pengembangan kelembagaan kelompok peternak SMD di Kabupaten Bogor. Program tersebut akan dibagi dalam beberapa program mengacu kepada strategi yang telah disampaikan pada analisis SWOT, sebagaimana pada Tabel 22. Program pengembangan kelembagaan kelompok peternak tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Strategi penguatan kapasitas peternak dan kelembagaan peternak.

Sebagai implementasi strategi penguatan kapasitas peternak dan kelembagaan peternak maka akan disusun dua program yaitu

a. Program pelatihan dan pemagangan anggota kelompok peternak.

Program ini akan memberikan penguatan kapasitas peternak dan kelompoknya melalui kegiatan pelatihan secara teknis budidaya, pemanfaatan teknologi dan pengendalian penyakit hewan, kegiatan pelatihan manajemen administrasi kelompok peternak, dan kegiatan pelatihan softskiil dan motivasi bagi kelompok peternak. Untuk pendalaman pengalaman peternak, dilakukan kegiatan pemagangan bagi anggota kelompok terpilih dan study banding ke kelompok peternak yang telah berkembang baik. Panggungjawab program ini adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, dengan melibatkan, BP4K, Perguruan Tinggi setempat

b. Program pembentukan forum kelembagaan peternak.

Program ini akan memberikan sinergi dan kolaborasi antar stakeholders kelembagaan peternak di Kabupaten Bogor. Saling membagi pengalaman, informasi dan kerjasama bisnis antar stakeholders akan memperkuat kelembagaan peternak. Diharapkan fungsi pemerintah, swasta dan peternak terjalin dengan baik dan saling memberikan keuntungan. Hal ini sesuai dengan Suradisastra (2006), bahwa terdapat komponen di luar stakeholders utama yang mempengaruhi sikap dan kesediaan berinteraksi seperti lembaga organisasi formal dan non-formal, pengaruh pemimpin lokal, situasi politik lokal, dan lain-lain. Komponen tersebut hendaknya diidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat dimanfaatkan secara positif dalam upaya memperkuat kelembagaan mendorong produktivitas dan kesejahteraan petani secara umum.

Tabel 22. Matrik strategi, program, sasaran dan penanggungjawab program pengembangan kelembagaan kelompok peternak SMD 2016-2018

No Strategi Program Sasaran Tahun Penanggungjawab Instansi yang terlibat

1 Penguatan kapasitas peternak

dan kelembagaan peternak.

a. Pelatihan dan

Pemagangan anggota

kelompok peternak

Meningkatnya pemahaman peternak dan kelompok ternak

2016- 2017

Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

BP4K, perguruan tinggi

b. Forum Kelembagaan Kelompok Peternak

Meningkatnya komunikasi antar stakeholders

2016 Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

Asosiasi SMD,BP4K, Perguruan Tinggi, koperasi peternak

2 Peningkatan skala usaha dan pemasaran hasil ternak

a. Peningkatan Skala Usaha peternakan Meningkatnya kepemilikan ternak 2017- 2018

Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

Ditjen PKH, Dinas Peternakan Propinsi

b. pengembangan jaringan pemasaran hasil ternak

Kemudahan pemasaran

hasil ternak

2017- 2018

Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

Asosiasi pedagang ternak, pasar ternak, Dinas Peternakan Propinsi, Dinas Perdagangan, Ditjen PKH

3 Peningkatan koordinasi

penguatan kelembagaan

peternak dengan instansi

terkait.

Koordinasi penguatan

kelembagaan dengan

instansi terkait

Dukungan penguatan

kelembagaan peternak dari instansi terkait berupa kegiatan dan anggaran

2016- 2018

Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan, Asosisasi SMD, dan Perguruan tinggi

4 Pengendalian Penyakit

Hewan dan Harga Produk Ternak

Pengendalian penyakit

pada unggas lokal, kelinci dan sapi perah

Menurunnya kasus

penyakit hewan

2016- 2018

Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

Dinas Peternakan Propinsi, Ditjen PKH, Perguruan Tinggi

Pengendalian harga produk ternak

Harga ternak dan produk ternak terjangkau

2016- 2018

Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

Dinas Peternakan Propinsi, Dinas Perdagangan, Asosiasi Pedagang Ternak, Koperasi peternak

5 Perbaikan kebijakan

agribisnis peternakan

a. peningkatan penyuluhan bagi kelompok peternak

Perubahan intensitas

penyuluh

2016 BP4K Kabupaten Bogor Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bogor

b. Kredit lunak bagi

peternak melalui lembaga pembiayaan daerah Meningkatnya kredit peternakan 2017- 2018

Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

Bank Jabar, Dinas Koperasi, Koperasi Peternak, Dit.Pembiayaan, Kementan

Panggungjawab program ini adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, dengan melibatkan, BP4K, Asosiasi SMD, Perguruan Tinggi setempat, dan Koperasi Peternak (Koperasi Peternak Sapi Perah dan Koperasi Peternak Kelinci), dan instansi terkait lainnya.

2)

Peningkatan skala usaha dan pemasaran hasil ternak

.

Strategi ini akan diimplementasikan melalui dua program yaitu :

a. Program peningkatan skala usaha peternakan.

Program ini akan memfasilitasi kelompok peternak yang masih belum ekonomis dengan organisasi kelompok yang sudah baik. Program ini memberikan bantuan ternak, sarana peternakan yang diperlukan untuk memperkuat usaha peternakan kelompok. Selain itu, sinergi dengan kebijakan kemudahan memperoleh kredit lunak bagi peternak serta perlindungan peternak melalui asuransi ternak. Penggungjawab program ini adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, dengan melibatkan Ditjen PKH, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, dan instansi terkait lainnya.

b. Program pengembangan jaringan pemasaran hasil ternak.

Program ini diharapkan dapat mempermudah pemasaran hasil ternak melalui informasi harga produk ternak, fasilitasi pembeli dengan kelompok peternak, dan penguatan pasar ternak yang telah terbentuk. Untuk itu, pemerintah daerah harus melakukan evaluasi kebijakan yang belum menunjang pengembangan jaringan pemasaran hasil ternak. Selanjutnya menyusun perbaikan kebijakan jaringan pemasaran hasil ternak yang menguntungkan kelompok peternak. Penggungjawab program ini adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, dengan melibatkan Ditjen PKH, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, dan instansi terkait lainnya.

3) Peningkatan koordinasi penguatan kelembagaan peternak dengan instansi terkait. Strategi ini akan diimplementasikan melalui program koordinasi penguatan kelembagaan peternak dengan instansi terkait. Program ini diharapkan dapat dukungan dari instansi terkait seperti BP4K, Lembaga Pembiayaan yang berada di Kabupaten Bogor seperti Bank Jabar, Lembaga pembiayaan syariah, koperasi peternak sapi perah, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perdagangan, dan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor akan memfasilitasi koordinasi ini secara periodik, untuk memastikan terjadi sinergi dalam penguatan kelembagaan peternak di Kabupaten Bogor. Dukungan tersebut dapat berupa anggaran maupun kegiatan.

4) Pengendalian penyakit hewan dan harga produk ternak. Strategi ini akan diimplementasikan melalui dua program yaitu :

a. Program pengendalian penyakit.

Program ini diharapkan agar penyakit hewan pada unggas lokal, kelinci dan sapi perah dapat dikendalikan. Program ini juga bisa lintas wilayah untuk mencegah penyakit dan wabah penyakit hewan pada wilayah

endemis dan outbreak penyakit hewan. Program ini juga untuk melakukan pencegahan dengan vaksinasi, penyuluhan tentang pengendalian penyakit hewan dengan bekerjasama dengan penyuluh lapang, serta perlindungan kepada peternak apabila terkena wabah penyakit melalui asuransi ternak. Sasarannya adalah menurunya kasus penyakit hewan di Kabupaten Bogor. b. Program pengendalian harga produk ternak.

Program ini akan bekerjasama dengan Dinas Perdagangan dan Dinas Pasar dalam mengendalikan harga produk ternak pada hari-hari besar keagamaan. Program ini juga akan memetakan sentra produk peternakan, memperlancar distribusi produk peternak, serta mengurangi biaya distribusi ditingkat lapangan. Sasarannya agar harga ternak dan produknya terjangkau konsumen.

5) Perbaikan kebijakan agribisnis peternakan. Strategi ini akan diimplementasi melalui dua program yaitu, program perbaikan kebijakan penyuluhan bagi kelompok peternak dan program kredit lunak bagi peternak.

a. Program perbaikan kebijakan penyuluhan bagi peternak. Sasaran program perbaikan kebijakan penyuluhan adalah perubahan intensitas penyuluh kepada kelompok peternak yang dirasakan masih belum optimal utamanya bagaimana memperkuat kelembagaan kelompok peternak. Instansi yang terlibat adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan BP4K

b. Program program kredit lunak bagi peternak. Sasaran program adalah meningkatnya pemanfaatan kredit oleh kelompok peternak maupun peternak. Program ini akan memperkuat program peningkatan skala usaha dan memperkuat jaringan pemasaran produk peternakan. Instansi yang terlibat adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Koperasi Peternak, Dinas UKM dan Koperasi, dan Perbankan/lembaga pembiayaan lainnya.

Kelima strategi ini secara garis besar menunjukkan perlu adanya pelibatan stakeholders dalam implementasi kegiatan yang mendukung pelaksanaan pengembangan kelembagaan peternak. Dalam kaitan ini, makna pengembangan kelembagaan menjadi utama, yakni bagaimana pemerintah, masyarakat maupun non pemerintah dapat bersinergi dalam mewujudkan program pengembangan kelembagaan peternak.

Dengan menganggap penting kesemua strategi, kesembilan program dan sasaran yang ingin dicapai dalam tiga tahun kedepan, maka disusun Arsitektur Strategi dan Program Pengembangan Kelembagaan Kelompok Peternak SMD di Kabupaten Bogor, sebagaimana pada Gambar 9.

Kesembilan program akan dikelompokkan kedalam program utama dan program rutin. Program utama adalah pembentukan forum kelembagaan kelompok peternak, peningkatan penyuluhan bagi kelompok peternak, pelatihan dan pemagangan, peningkatan skala usaha, kredit lunak bagi peternak, dan pengembangan jaringan pemasaran hasil ternak.

Program Rutin : Kondisi Saat Ini 2016 2017 2018 Kondisi Yang diinginkan Pelatihan dan Pemagangan Anggota Kelompok Peternak Forum Kelembagan Kelompok Peternak Peningkatan Skala Usaha Peternak Pengembangan Jaringan Pemasaran hasil Ternak

Koordinasi Penguatan Kelembagaan dengan Instansi Terkait Pengendalian Penyakit Pada Unggas, Kelinci dan Sapi Perah

Pengendalian harga Produk Ternak Kredit lunak bagi

peternak Penguatan Kapasitas Peternak dan Kelembagaan Peningkatan Skala Usaha dan Pemasaran hasil Ternak Peningkatan Koorinasi Penguatan Kelembagaan Peternak Pengendalian Peenyakit Hewan dan harga Produk

Ternak Perbaikan Kebijakan Agribisnis Peternakan Peningkatan Penyuluhan Bagi

Dokumen terkait