• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka

GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Desa Penelitian

Gambaran Umum Desa Penelitian Kondisi Geografis

Letak Desa Ciaruteun Ilir secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data potensi Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas wilayah 246 ha, di atas permukaan laut 87 m dan tinggi curah hujan 186 mm/tahun, dan memiliki suhu udara kisaran 300-320 C. Desa Ciaruteun Ilir terbagi 8 Rukun Warga (RW) dan 32 Rumah Tangga (RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor sejauh 27 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 140 km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 65 km. Adapun batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Cidokom - Kecamatan Rumpin Sebelah barat : Desa Cijujung - Kecamatan Cibungbulang Sebelah timur : Desa Ciampea - Kecamatan Ciampea

Sebelah selatan : Desa Leuwi Kolot - Kecamatan Cibungbulang

Kondisi Demografis

Jumlah penduduk di Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 10 259 jiwa terdiri dari laki-laki sejumlah 5 232 jiwa dan perempuan sejumlah 5 027 jiwa. Mata pencaharian masyarakatnya didominasi oleh pedagang, petani, dan buruh tani berdasarkan jumlah angkatan kerja Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sebaran mata pencaharian penduduk di desa studi

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 206 14.58 2 Buruh tani 114 8.07 3 PNS 20 1.42 4 TNI/Polri 3 0.21 5 Pensiunan/Purnawiraman 15 1.06 6 Swasta 12 0.85 7 Pedagang 922 65.25 8 Pengrajin 5 0.35

9 Pembantu rumah tangga 30 2.12

10 Peternak 10 0.71

11 Montir 76 5.38

Total 1 413 100

Wilayah Desa Ciaruteun Ilir sebagian besar dikelola untuk lahan persawahan, pemukiman dan pekarangan, hutan rakyat dan sisanya digunakan untuk lahan kuburan, perkantoran, lapangan olah raga serta bangunan pendidikan (Tabel 2). Lahan di Desa Ciaruteun Ilir yang digunakan untuk kegiatan budidaya JUN yakni seluas 25 ha dengan jumlah pohon sebanyak 52 231 pohon jati.

Tabel 2 Sebaran penggunaan lahan di desa studi

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)

Persawahan 167

Pemukiman dan Pekarangan 160

Hutan Rakyat 25

Kuburan 3

Perkantoran 0.60

Lapangan olah raga 2

Bangunan Pendidikan 1

Total 358.6

Sumber: Data monografi Desa Ciaruteun Ilir (2014)

Profil dan Kelembagaan Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN)

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. Tujuan dari UBH-KPWN yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan hidup, khususnya wilayah pedesaan, KPWN merancang konsep tentang pengembangan usaha budidaya jati unggul dengan pengelolaan secara intensif. Pengelolaan intensif tersebut dikembangkan melalui pola bagi hasil. Pengembangan usaha budidaya jati unggul perlu didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia, kemampuan pendanaan, dan kemampuan pengelolaan sehingga usaha yang dikembangkan dapat menguntungkan baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) membentuk Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kantor pusat UBH-KPWN berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 5 R. 504-A Jakarta. UBH-KPWN dibentuk dengan Keputusan Pengurus (KPWN) No. 62/Kpts/KPWN/XII/2006 Tanggal 21 Desember 2006, sebagaimana telah diperbaharui dengan Keputusan Pengurus KPWN No. 45/Kpts/KPWN/V/2007 Tanggal 10 Mei dan disahkan dengan Akta 39 Notaris Sigit Siswanto, SH. No. 12 Tanggal 24 Mei 2007.

Visi dari UBH-KPWN adalah menjadi pengelola profesional terbaik di bidang usahatani jati unggul pola bagi hasil. Misi UBH-KPWN adalah mewujudkan usahatani jati unggul pola bagi hasil menjadi kegiatan yang memberikan keuntungan finansial optimal kepada semua pihak terkait dan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pedesaan serta berperan

dalam perbaikan lingkungan hidup. UBH-KPWN membangun kantor cabang sebagai sarana berjalannya kegiatan pola bagi hasil di berbagai daerah, salah satunya di Kabupaten Bogor yang berlokasi di Komplek Perumahan Akasia No. 1, Sindang Barang. Pengelolaan semua kegiatan JUN pihak UBH-KPWN memiliki kelembagaan yang terstruktur agar dalam pelaksanaanya terlaksana dengan baik dan sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Berikut merupakan bagan kelembagaan UBH-KPWN pada Gambar 5.

Sumber: UBH-KPWN (2014)

Gambar 5 Bagan struktur kelembagaan UBH-KPWN

Pola Bagi Hasil UBH-KPWN

Pola bagi hasil yang diterapkan UBH-KPWN yaitu pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa, dan UBH-KPWN. Berdasarkan Tabel 3 UBH-KPWN berperan melaksanakan pengelolaan usaha JUN dengan memanfaatkan dana dari investor, lahan milik perorangan, lahan desa, maupun lahan badan usaha, serta tenaga kerja petani penggarap yang terlibat dalam usaha JUN. Imbal jasa atas peranannya tersebut, UBH-KPWN akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada tanaman JUN yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi 0.3 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. Investor berperan sebagai pihak yang menanamkan modal untuk biaya pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, upah petani, dan biaya manajemen. Imbal jasa atas peranannya tersebut, investor akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam.

DIREKTUR UTAMA

Direktur Umum dan Pemasaran

Direktur Perencanaan dan Tanaman, Keuangan Divisi Umum Divisi Pemasaran Divisi Keuangan Pendamping Supervisior Divisi Perencanaan Divisi Tanaman

Tata Usaha (TU) KPWN

Tabel 3 Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam usaha JUN UBH- KPWN

Pihak Hak Kewajiban

UBH- KPWN

1. Memperoleh bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari total jumlah pohon yang ditanam.

1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta budidaya JUN.

2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan usaha budidaya JUN.

3. Melaksanakan pendampingan kepada petani penggarap.

4. Menarik calon investor usaha JUN. 5. Mengelola dana dari investor untuk

kegiatan usaha budidaya JUN. 6. Memasarkan pohon jati siap panen. 7. Melaksanakan pembagian hasil sesuai

dengan perjanjian.

8. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil UBH-KPWN dikurangi sebanyak 0.3 bagian dari jumlah yang mati/hilang. Investor 1.Memperoleh bagian hasil

panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam.

2. Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan karena kelalaian.

1. Berkontribusi dengan menanamkan modal, dimana jumlah minimal investasi adalah 100 pohon.

Pemilik Lahan

1. Memperoleh bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam.

2. Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan kelalaian.

1. Memberi ijin lahannya untuk ditanami JUN dalam jangka waktu kerjasama lima tahun.

Petani Penggarap

1.Memperoleh pendamping saat melaksanakan budidaya JUN.

2.Memperoleh bimbingan, pelatihan, dan pembinaan. 3.Memperoleh upah dan

bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam.

1. Melaksanakan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN.

2. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil petani dikurangi sebanyak 0.5 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.

Perangkat Desa

1. Memperoleh bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam.

1. Membuktikan keabsahan kepemilikan lahan yang akan ditanami JUN.

2. Berperan dalam menggerakkan masyarakat calon peserta JUN.

3. Mengawasi dan mengamankan tanaman JUN dari gangguan, pencurian, dan kebakaran.

4. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil pemerintah desa dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati/hilang. Sumber: UBH-KPWN (2014)

Pemilik lahan berperan untuk menyediakan lahan yang akan ditanami JUN. Hubungan pemilik lahan dan UBH-KPWN bukan sewa menyewa, melainkan kerja sama, sehingga atas peranannya menyediakan lahan, pemilik lahan akan mendapat bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam dan tidak menanggung resiko bila ada yang mati atau hilang.

Petani penggarap berperan dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN. Imbal jasa yang akan diperoleh oleh petani penggarap disamping mendapat upah juga mendapat bagian hasil panen sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.5 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.

Perangkat desa berperan memberikan dukungan dan bantuan dalam rangka memastikan keabsahan kepemilikan lahan, melaksanakan sosialisasi dan menggerakkan masyarakat untuk menjadi peserta usaha JUN, membantu melaksanakan pengawasan lapangan dan pengamanan. Imbal jasa atas peranannya tersebut, pemerintah desa akan mendapat bagian hasil panen. untuk pembangunan desa sebesar sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.Berdasarkan Tabel 3, penetapan bagi hasil pihak-pihak yang terlibat dalam budidaya JUN didasarkan atas hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan kewajiban ini merupakan hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan karena dalam usaha kegiatan JUN harus saling melengkapi dan tidak dapat berjalan sendirian sehingga membutuhkan kelima pilar yang terkait.

Semakin besar kematian pada tanaman JUN maka bagi hasil yang diperoleh petani penggarap, aparat desa, dan UBH KPWN akan berkurang, sedangkan bagi investor dan pemilik lahan tidak berpengaruh karena mereka tidak berhubungan langsung dengan tanaman. Apabila kematian mencapai 50 persen maka ketiga pihak tidak akan mendapatkan bagi hasil karena pihak-pihak tersebut menanggung resiko yang telah ditentukan, oleh karena itu harus adanya kerjasama yang baik antar semua pihak untuk meminimalisir kematian tanaman JUN.

Pemilihan Lokasi Tanam UBH-KPWN

Pemiilihan lokasi sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal agar di kemudian hari tidak ada kendala yang menyebabkan gagalnya pelaksanaan usaha. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi proyek yang strategis, antara lain ketersediaan bahan baku utama dan pembantu, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan sarana transportasi, ketersediaan sarana telekomunikasi, dan kedekatan dengan pasar yang dituju. Jika usaha bergerak di bidang budidaya, kesesuaian kondisi lahan dan iklim juga menjadi pertimbangan yang penting. Lokasi yang dinilai layak sebagai lahan tanam JUN harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Bukan lahan persawahan.

b. Tidak tergenang air atau banjir setelah hujan. c. Tidak terkena naungan pohon atau bangunan.

d. Ketinggian lokasi maksimum 400 m dari permukaan laut.

Persyaratan lokasi penanaman ini ditetapkan oleh UBH-KPWN berdasarkan literatur penanaman tanaman jati unggul. Selain karakteristik lahan, aksesibilitas lokasi tanaman menjadi pertimbangan pula, selain memudahkan pengadaan input, akses lokasi yang mudah juga mendorong minat investor untuk melihat lokasi tanam, memudahkan pemasaran hasil panen, dan pelaksanaan pengawasan.

Salah satu penetapan lokasi yang dilakukan oleh UBH-KPWN adalah di daerah Kabupaten Bogor karena secara karakteristik Kabupaten Bogor memiliki persyaratan yang ditetapkan UBH-KPWN. Selain itu, Kabupaten Bogor masih banyak memiliki lahan yang tidak digunakan secara maksimal untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat sekitar. UBH-KPWN telah menanam pohon JUN dalam umur yang berbeda-beda mulai dari umur satu sampai lima tahun yang tersebar di berbagai lokasi di Kabupaten Bogor.

FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMANDU LAPANG,

Dokumen terkait