• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program “Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program “Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

NUSANTA

RA”

DI DESA CIARUTEUN ILIR,

CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

MAULIDANI TRESNAPUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program “Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Maulidani Tresnaputri

(4)
(5)

ABSTRAK

MAULIDANI TRESNAPUTRI. Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan

Pendampingan Program “Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA.

Usaha jati pada unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan petani. Komunikasi yang efektif penting dilakukan antara pemandu lapang dengan petani untuk meningkatkan produktivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan didukung data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik petani didominasi usia dewasa, tingkat pendidikan sedang, pengalaman usahatani yang sedang, pendapatan rendah, luas lahan garapan sempit, dan keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan tergolong sedang. Pemandu lapang memiliki hubungan yang dekat dengan petani, kredibilitas, sikap yang sangat baik, dan frekuensi kunjungan ke kelompok tani tinggi, serta komunikasi pemandu lapang sangat baik. Efektivitas komunikasi antara petani dengan pemandu lapang sudah efektif. Hal ini berhubungan dengan frekuensi keikutsertaan petani, kedekatan, kredibilitas, penguasaan materi program, dan kesesuaian metode penyuluhan.

Kata kunci: petani, pemandu lapang, komunikasi, kegiatan pendampingan

ABSTRACT

MAULIDANI TRESNAPUTRI. Communication Efficacy at Assistance Program Activities “Jati Unggul Nusantara” in Ciaruteun Ilir Village, Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Supervised by ANNA FATCHIYA.

The teak business of Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) unit conducted by a partnerships with farmers. The effective communication between field guides and farmer is important to improve the productivity. The method used in the study is a survey method supported by quantitative and qualitative data. The results showed the characteristics of farmers dominated adulthood, moderate education level, experience in farming classified as moderate, low income, limited arable land, and the farmers' participation in extension activities classified as moderate.Field guides have a close relationship with farmers, very good credibility and attitude,and frequency to visits the farmer group is also quite high,as well as excellent communication field guides. The

communication efficacy between farmers and field guides been effective. It is related to the frequency of participation of farmers, proximity, credibility, mastery of the material program, and the appropriateness of extension methods.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA KEGIATAN

PENDAMPINGAN PROGRAM “JATI UNGGUL

NUSANTARA” D

I DESA CIARUTEUN ILIR,

CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

MAULIDANI TRESNAPUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program

“Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor

Nama : Maulidani Tresnaputri NIM : I34100085

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fatchiya, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program “Jati Unggul

Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor” tepat pada waktunya. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr Ir Anna Fatchiya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi, kepada penulis selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Heru Purwandari SP, MSi selaku dosen penguji akademik atas saran dan masukannya.

3. Dosen-dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat atas ilmu, kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang diberikan.

4. Dra Anih Setiawati dan Ir Danu, MSi selaku ibu dan ayah tercinta yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta Agung Ahmad Khairudin selaku adik yang selalu menyemangati penulis. 5. Muhamad Rifki Maulana atas doa, motivasi dan dukungan yang diberikan

kepada penulis selama ini.

6. Sahabat-sahabat tercinta Sarah, Nita, Kiki, Tantri, Adien, Akfin, Nadyana, Mahda, Puteri, Okta, Bibah, Addin, Ajeng, Lieke, Iffah, Aya, Debby, Fifi, Echa, Raissa, Jihan, Caca, Aufa Mutia, Pipiw, dan Annisa yang telah selalu mewarnai hari-hari penulis dan memberikan semangat kepada penulis.

7. Seluruh keluarga besar SKPM, terutama SKPM 47 atas kebersamaannya. Serta kakak-kakak SKPM 45 dan SKPM 46 atas kesediaannya berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan proposal skripsi ini.

8. Pihak-pihak dari UBH-KPWN Bogor atas penerimaan, waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian ini. Bapak Ir Dharmawan Budiantho, MP, Bapak Edi Wahyudi S Hut, dan Bapak Ivan Ade Purnama S Hut selaku pembimbing di lapangan. 9. Para petani di Desa Ciaruteun Ilir yang telah banyak membantu penulis dalam

memperoleh data.

10.Teman-teman satu bimbingan Tari dan Venny untuk motivasi yang positif dan kebersamaan selama proses penyusunan karya ilmiah.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Komunikasi 5

Efektivitas Komunikasi 8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi 10

Desain Pesan Komunikasi Bisnis 15

Faktor-faktor yang Menghambat Efektivitas Komunikasi 16

Kerangka Pemikiran 18

Hipotesis Penelitian 19

Definisi Operasional 19

Karakteristik Petani 19

Karakteristik Pemandu Lapang 20

Keterampilan Komunikasi Pemandu Lapang 21

Efektivitas Komunikasi 22

PENDEKATAN LAPANGAN 23

Metode Penelitian 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Pengambilan Sampel 24

Pengumpulan Data 24

Pengolahan dan Analisis Data 25

GAMBARAN UMUM 27

Gambaran Umum Desa Penelitian 27

Kondisi Geografis 27

Kondisi Demografis 27

Profil dan Kelembagaan Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN)

28

Pola Bagi Hasil UBH-KPWN 29

(14)
(15)

FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMANDU LAPANG, SERTA KETERAMPILAN KOMUNIKASI PEMANDU LAPANG

33

Karakteristik Petani 33

Usia 33

Pendidikan 34

Pengalaman Usahatani 34

Pendapatan 35

Luas Lahan Garapan 35

Karakteristik Pemandu Lapang 35

Keterampilan Komunikasi Pemandu Lapang 39

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA KEGIATAN

PENDAMPINGAN PROGRAM JATI UNGGUL NUSANTARA

45

Tingkat Pengetahuan Petani 45

Tingkat Sikap Petani 46

Tingkat Keterampilan Petani 47

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM JATI UNGGUL NUSANTARA

49

Analisis Hubungan Karakteristik Petani dengan Efektivitas Komunikasi

49

Analisis Hubungan Karakteristik Pemandu Lapang dengan Efektivitas Komunikasi

50

Analisis Hubungan Keterampilan Komunikasi Pemandu Lapang dengan Efektivitas Komunikasi

52

PENUTUP 55

Simpulan 55

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 59

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di desa studi 27

2 Sebaran penggunaan lahan di desa studi 28 3 Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam usaha JUN

UBH-KPWN

30

4 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan karakteristik petani di desa studi

33

5 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan penilaian terhadap karakteristik pemandu lapang di desa studi

36

6 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan penilaian terhadap keterampilan komunikasi pemandu lapang di desa studi

39

7 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan efektivitas komunikasi di desa studi

46

8 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi karakteristik petani dengan efektivitas komunikasi

49

9 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi karakteristik pemandu lapang dengan efektivitas komunikasi

51

10Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi keterampilan komunikasi pemandu lapang dengan efektivitas komunikasi

52

DAFTAR GAMBAR

1 Model komunikasi SMCR dan faktor-faktor penentu ketepatan komunikasi

7

2 Elemen-elemen dalam model SMCRE 8

3 Bagan kerangka pemikiran 18

4 Rumus interval 22

5 Bagan struktur kelembagaan UBH-KPWN 29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sketsa wilayah Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

59

2 Jadwal pelaksanaan penelitian 59

3 Kerangka sampling 60

4 Contoh hasil uji statistik 61

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Data konsumsi kayu untuk kepentingan domestik (masyarakat) sebesar 0.9 m3 per kapita per tahun (berdasarkan ITTO tahun 1990) secara signifikan akan terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini mendorong pemerintah untuk melaksanakan program hutan rakyat melalui budidaya kayu jati. Karena pengembangan hutan rakyat akan mendorong berkembangnya usaha rakyat perdesaan. Hal ini selaras dengan Kementerian Kehutanan yang telah menerbitkan Permenhut No. 55 Tahun 2011 bahwa izin HTR untuk koperasi dibatasi maksimal 700 Ha, agar lebih adil bagi masyarakat dan kembali ke filosofi kebijakan HTR yang ada dalam PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008. Hutan Tanaman Rakyat dibentuk untuk membangun jiwa kewirausahan masyarakat (Kemenhut 2012).

Salah satu pelaku usaha budidaya jati unggul adalah unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kegiatan penanaman Jati Unggul Nusantara ini tersebar di Pulau Jawa salah satunya di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Kegiatan budidaya JUN berlangsung dengan menjalin kerjasama dengan pemilik modal, petani penggarap, pemilik lahan, pamong desa, dan fasilitator. Kegiatan budidaya JUN ini diharapkan dapat membangun komunikasi yang efektif diantara pihak-pihak yang terkait. Khususnya antara petani dengan pemandu lapang selaku sumber pesan dan saluran komunikasi UBH-KPWN. Proses komunikasi yang efektif menjadi penting karena produktivitas dari kegiatan budidaya JUN ini berada di tangan petani. Karena petani bertugas melaksanakan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN. Tugas petani ini tidak terlepas dari peran pemandu lapang yang memberikan bimbingan, pelatihan, dan pembinaan kepada petani terkait teknis-teknis budidaya JUN. Oleh karena itu efektivitas komunikasi dalam penyampaian pesan yang dilakukan pemandu lapang terkait budidaya JUN kepada petani menjadi hal yang penting dalam kegiatan pendampingan ini. Hal ini selaras dengan definisi komunikasi menurut Black dan Bryant (1992) dalam Lubis et al (2010) adalah proses orang-orang berbagi makna, dimana seorang (komunikator) mengirimkan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) karena adanya pengalihan pesan sehingga orang saling mempengaruhi.

(20)

Perumusan Masalah

Kegiatan budidaya JUN selama ini berlangsung dengan adanya kegiatan pendampingan antara pemandu lapang dengan petani. Diperlukan komunikasi yang efektif antara pemandu lapang dengan petani agar hubungan yang terjalin diantara kedua belah pihak dapat terus dipertahankan. Akan tetapi kondisi di lapangan seringkali menimbulkan permasalahan. Salah satunya karena adanya perbedaan sudut pandang dan sumber daya manusia yang berbeda antara petani dengan pemandu lapang. Pemandu lapang berperan sebagai sumber informasi sekaliguss satu-satunya saluran komunikasi yang menjembatani kepentingan antara petani dengan UBH-KPWN. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan proses komunikasi yang rentan dengan konflik, dan kegiatan pendampingan dapat terganggu pada periode penanaman selanjutnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, efektivitas komunikasi memiliki peranan yang sangat penting. Efektivitas komunikasi dapat diukur dari tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada diri petani. Hal itu dapat terjadi disebabkan petani telah diterpa informasi terkait budidaya JUN dari pemandu lapang. Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi yaitu faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri petani, maupun faktor eksternal yang berkaitan dengan pemandu lapang selaku sumber pesan. Maka, rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana karakteristik petani dalam kegiatan pendampingan program Jati Unggul Nasional (JUN)?

2. Bagaimana karakteristik dan keterampilan komunikasi pemandu lapang? 3. Bagaimana efektivitas komunikasi antara petani dengan pemandu lapang

dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi tersebut?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik petani dalam kegiatan pendampingan program Jati Unggul Nusantara (JUN).

2. Mengidentifikasi karakteristik dan keterampilan komunikasi pemandu lapang.

(21)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Instansi terkait

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan perbaikan bagi UBH-KPWN dalam meningkatkan kualitas pendampingan melalui pemandu lapang. Agar pemandu lapang dapat membangun komunikasi yang efektif dengan petani.

2. Masyarakat umum

Masyarakat umum pada umumnya dan petani baik yang sudah bermitra dengan UBH-KPWN maupun yang belum bermitra. Melalui penelitian ini dapat diketahui sejauh mana efektivitas komunikasi yang terjalin selama ini anatara petani dengan lembaga UBH-KPWN yang ditimbulkan dengan adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada petani. Serta, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antara petani dengan UBH-KPWN.

3. Para peneliti

(22)
(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Komunikasi

Definisi komunikasi menurut Black dan Bryant (1992) dalam Lubis et al

(2010) adalah proses orang-orang berbagi makna, dimana seorang (komunikator) mengirimkan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) karena adanya pengalihan pesan sehingga orang saling mempengaruhi. Menurut Osgood dalam Lubis et al komunikasi dapat terjadi bila suatu sistem (sumber) mempengaruhi yang lain (tujuan) dengan memanfaatkan simbol yang disampaikan melalui saluran yang menghubungkan mereka.

Effendy (2000) menjelaskan bahwa komunikasi perseorangan dinilai paling ampuh dan lebih efektif dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi perseorangan umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan, komunikasi perseorangan seringkali digunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar orang lain (komunikan) bersedia menerima suatu faham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

Komunikasi memiliki tujuan-tujuan, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Berlo dalam Lubis et al (2010) yang menyatakan ada tiga tujuan komunikasi, yaitu: (a) memberitahu artinya kita berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu hal (gagasan, pemikiran, perasaan, dan sejenisnya). Agar komunikasi efektif informasi yang disampaikan adalah faktual dan obyektif, (b) membujuk artinya komunikasi dipergunakan untuk mengubah perasaan, dari tidak suka menjadi suka, (c) menghibur artinya komunikasi dipergunakan untuk menghibur atau menyenangkan seseorang.

Komunikasi memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan untuk membangun suatu proses komunikasi. Harold Lasswell menggambarkan komunikasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut,”Who Says What In Which Channel To Whom What Effect?” (atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana). Berdasarkan definisi komunikasi ini Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain (Mulyana 2005), yaitu:

(24)

dalam merumuskan pesan tersebut. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).

2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.

3. Saluran, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran juga merujuk pada bagaimana penyampaian pesan yaitu dengan langsung (tatap muka) atau lewat media cetak

(multimedia). Komunikasi langsung melalui bahasa baik itu verbal maupun non verbal adalah saluran komunikasi yang paling dominan untuk digunakan.

4. Penerima, sering juga disebut sasaran atau tujuan (destination), komunikate (communicatee), dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, presepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang diterima menjadi gagasan yang dapat dipahami. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia menjadi bersedia).

Proses komunikasi terjadi karena terdapat unsur yang melakukan proses komunikasi tersebut. Model komunikasi yang dikemukakan Berlo dalam Lubis

et al (2010) merupakan model komunikasi yang mudah dipahami. Model komunikasi ini dikenal sebagai model SMCR, Source Message Channel dan Receiver. Berlo mengemukakan terdapat elemen-elemen dasar komunikasi yang relevan meliputi enam komponen, sehingga dapat menciptakan komunikasi secara efektif, diantaranya:

1. Sumber-Encoder (penyandi), yaitu orang atau sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi. Sumber dapat disebut dengan berbagai istilah seperti encoder, pengirim, sumber informasi, atau komunikator.

2. Pesan merupakan sesuatu yang dikirimkan oleh sumber kepada penerima. Sesuatu yang disalurkan dalam bentuk pesan.

3. Saluran mencakup tiga pengertian, yaitu moda membuat kode (encoding) dan menerjemahkan kode (decoding) dari pesan, kendaraan pesan, dan pembawa pesan.

(25)

Gambar 1 Model komunikasi SMCR dan faktor-faktor penentu ketepatan komunikasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi sumber dan penerima terhadap keefektivan komunikasi, yaitu keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial-budaya. Keterampilan berkomunikasi penting bagi sumber dan penerima. Bagi sumber keterampilan berkomunikasi penting karena sumber dapat mengembangkan dan menyandi pesan, dan bagi penerima karena mampu menerjemahkan serta membuat keputusan-keputusan tentang suatu pesan. Sikap diartikan sebagai predisposisi atau kecenderungan individu untuk suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Pada sumber dan penerima sikapnya mempengaruhi ketepatan komunikasi meliputi, sikap terhadap diri sendiri, sikap terhadap isi pesan dan sikap terhadap penerima.

Tingkat pengetahuan menjelaskan bahwa seorang sumber mampu memahami materi yang disampaikan sehingga dapat berkomunikasi dengan efektif. Apabila dapat menguasai materi maka dapat mentransmisikan pengetahuannya secara efektif. Bagi penerima jika dia mengetahui kode yang digunakan sumber maka dia akan mengerti pesan yang dikirim sumber. Sistem sosial-budaya menggambarkan terdapat hubungan antara sistem sosial budaya dengan komunikasi. Sumber mampu berbahasa sesuai dengan kemampuan penerima. Bagi penerima budaya yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pemaknaan pesan yang disampaikan oleh sumber.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah elemen dan struktur pesan, kode pesan, isi pesan, serta perlakuan pesan. Kode pesan diartikan sebagai kelompok simbol-simbol yang dapat distrukturkan dengan cara tertentu sehingga bermakna bagi sejumlah orang. Isi pesan diartikan sebagai materi pesan yang telah diseleksi oleh sumber untuk mengekspresikan tujuannya berkomunikasi. Perlakuan pesan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber untuk memilih metode untuk menyusun dan mengirimkan kode dan isi pesan. Faktor-faktor pada saluran yaitu sumber harus memutuskan atau memilih saluran komunikasi mana yang akan digunakannya. Sumber harus memahami tiga aspek saluran komunikasi, yaitu sebagai mekanisme yang berpasangan, sebagai kendaraan, dan sebagai kendaraan pembawa. Dapat dikatakan saluran merupakan media pembawa pesan.

Model komunikasi SMCR disempurnakan oleh Rogers dan Shoemaker dalam Mugniesyah (2006) dengan melihat efek atau pengaruh dari proses komunikasi yang dikenal dengan model SMCRE. Terdapat proses inovasi (gagasan atau teknologi) yang disebarluaskan kepada suatu sistem sosial agar diadopsi atau diaplikasikan oleh anggota sistem sosial tersebut. Difusi inovasi dipandang Roger dan Shoemaker sebagai suatu tipe komunikasi khusus, yakni

(26)

suatu proses dimana inovasi (baik itu gagasan ataupun teknologi) disebarluaskan kepada suatu sistem sosial agar diadopsi atau diaplikasikan oleh anggota tim sosial tersebut. Terdapat empat elemen dasar yang menentukan proses difusi inovasi, yakni inovasi (innovation) yang dikomunikasikan melalui saluran komunikasi (channel) tertentu, dalam waktu tertentu dan di kalangan anggota-anggota sistem sosial (social system).

Gambar 2 Elemen-elemen dalam model SMCRE

Elemen-elemen dalam model SMCRE meliputi: (1) sumber yang terdiri atas orang atau lembaga dari mana inovasi berasal, (2) pesan-pesan (messages), yakni inovasi (innovations) baik itu berupa teknologi maupun gagasan atau ide-ide, dengan segala karakteristik yang ditawarkannya (keuntungan relatif, kesesuaian, kesulitan, kemudahan dicoba, dan kemudahan untuk diamati hasilnya, (3) saluran komunikasi (channels), yang bisa: (a) melalui orang, sekelompok orang atau lembaga (petugas penyuluh, fasilitator mahasiswa, dan lainnya) dan atau (b) media massa, (4) penerima, yang terdiri dari anggota sistem sosial; dalam hal ini laki-laki maupun perempuan, baik sebagai individu, anggota rumah tangga, atau keluarga, (5) pengaruh (effects) berupa perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan petani berupa perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku terbuka (overt behavior) untuk mengadopsi atau menolak inovasi yang ditawarkan oleh sumber.

Efektifitas Komunikasi

Indikator komunikasi dapat dikatakan efektif jika dilihat dari aspek perubahan yang terjadi yaitu aspek efek dalam proses komunikasi. Selaras yang dikemukakan oleh Effendy (2001) menjelaskan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak:

1. Kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan. Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pemikiran si komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.

(27)

dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, dan menimbulkan perasaan tertentu.

3. Konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Sementara efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu.

Sementara Tubbs dan Moss (2000) menyatakan terdapat lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: ukuran dari pemahaman, ukuran dari kesenangan, seseorang memahami suatu pesan yang berasal dari sumber, ukuran dalam memperbaiki hubungan dan ukuran dalam tindakan.

1. Ukuran dari pemahaman

Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas rangsangan seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan. Komunikator dikatakan efektif bila memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya.

2. Ukuran dari kesenangan

Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, ada kalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama. Ketiga ukuran dari mempengaruhi sikap, tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud.

3. Seseorang memahami suatu pesan yang berasal dari sumber

Proses mengubah dan merumuskan kembali sikap atau pengaruh sikap (attitude influence) berlangsung seumur hidup. Dalam hubungan antara dua orang, pengaruh sikap sering disebut ”pengaruh sosial”. Bila diterapkan pada konteks komunikasi publik dan komunikasi massa, proses mempengaruhi sikap disebut

”membujuk” (persuasi). Dalam menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi,

pasti terdapat resiko kegagalan yang tercipta. Kegagalan dalam mengubah perilaku orang lain, namun orang tersebut tetap dapat memahami apa pesan yang dimaksudkan. Tidak bisa disamakan antara kegagalan dalam mengubah sikap dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman.

4. Ukuran dalam memperbaiki hubungan

(28)

yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna.

5. Ukuran dalam tindakan

Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back

komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan. Bila sumber ingin mencoba membangkitkan tindakan pada penerima pesan, kemungkinan responnya yang sesuai dengan apa yang sumber inginkan akan lebih besar apabila sumber dapat memudahkan pemahaman penerima tentang apa yang sumber harapkan, meyakinkan penerima bahwa tujuan sumber itu masuk diakal, dan mempertahankan hubungan harmonis dengan penerima.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi

Faktor-faktor komunikasi memiliki sebab faktor-faktor yang terdapat dalam proses komunikasi adalah hal-hal yang menunjang tercapainya efek yang diharapkan pada situasi, kondisi, waktu, dan tempat (Effendy 1992). Berikut penjelasan yang berkaitan dengan faktor internal maupun eksternal dalam proses komunikasi.

Faktor Internal

Petani sebagai suatu komunitas dalam pedesaan memiliki beberapa karakteristik khusus dalam dirinya yang khas dan berpengaruh ketika mereka menjalin komunikasi dengan pihak lain di luar komunitasnya. Menurut Nelly (1988) karakteristik personal adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang (individu) atau masyarakat, yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Ia sering kali digunakan untuk membedakan seseorang atau suatu kelompok masyarakat dengan yang lainnya. McQuail dan Windahl (1987) menyatakan bahwa orang berbeda akan memberikan respons yang berlainan, karena individu-individu memiliki tingkat predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan respon, umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, suku dan agama diasumsikan turut menentukan seleksivitas seseorang individu terhadap komunikasi.

Sumardjo (1999) menjelaskan terdapat karakteristik personal yang patut diperhatikan adalah umur, pendidikan, pengalaman, kekosmopolitan, keterampilan, persepsi, gender, motivasi, kesehatan dan fasilitas informasi. Hasil penelitian Suwanda (2008), Rachmawati (2010), Ernawati (2011), Oktarina et al

(29)

(2010) menunjukan tingkat kekosmopolitan yang mampu mempengaruhi aspek konatif petani. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh faktor internal terhadap perubahan pada aspek kognitif dan aspek afektif seseorang belum tentu mampu merubah aspek konatifnya.

Faktor Eksternal

Komunikator sebagai pihak yang menyampaikan pesan ikut menentukan berhasilnya komunikasi. Karena sekumpulan faktor kompleks yang mempengaruhi penerimaan informasi bekerja bersama-sama untuk mempengaruhi keputusan penerima pesan untuk memilih pesan tertentu dan bagaimana memahaminya serta memperoleh manfaat dari informasi tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah faktor penerima, pesan, sumber, medium, dan lingkungan. Berikut penjelasan faktor-faktor eksternal apa saja yang mampu mempengaruhi penerimaan informasi menurut Lubis et al (2010):

1. Pengaruh Penerima

Tujuh hal yang mempengaruhi faktor penerima dalam penerimaan informasi adalah faktor kebutuhan, sikap, kepercayaan dan nilai, tujuan, kemampuan, penggunaan, gaya komunikasi, serta pengalaman dan kebiasaan. Uraian faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a) Kebutuhan, atau alasan lain, adalah meliputi kontak sosial, eksplorasi realitas, sosialisasi, dan hiburan yang meiliki pengaruh terhadap aspek psikologis, aspek sosial, dan komunikasi.

b) Sikap, kepercayaan, dan nilai, memainkan peran penting pada aktivitas penerimaan pesan dan hasil penerimaan pesan tersebut. Individu umumnya tertarik dan cenderung senang terhadap pesan baru, sumber atau penafsiran yang mendukung pandangan mereka sebelum mereka mempertimbangkan pesan, sumber, atau kesimpulan yang tidak mendukung.

c) Nilai dapat diartikan seagai prinsip dasar yang dipegang dalam hidup, dan perasaan murni mengenai apa yang harusnya dilakukan dan apa yang tidak dilakukan pada hubungan seseorang dengan lingkungan dan orang-orang di dalamnya. Sama seperti sikap dan kepercayaan, nilai secara subtansial dapat mempengaruhi pemilihan, penafsiran, dan pengingatan. Pesan yang tidak konsisten dan tidak mendukung sikap, keperayaan, atau nilai penerima pesan sehingga membuat penerima menjadi tidak tertarik dengan pesan yang disampaikan.

(30)

e) Kemampuan, tingkat kecerdasan seseorang, pengalaman sebelumnya mengenal suatu masalah tertentu, dan kemampuan berbahasa yang dimilki berdampak penting pada saat berbagai macam pesan muncul dan bagaimana pesan tersebut ditafsirkan.

f) Penggunaan, seseorang akan lebih peduli dan berusaha keras untuk memahami dan mengingat pesan yang dipikirnya akan diperlukan atau dapat digunakan.

g) Gaya komunikasi, dapat mempengaruhi dinamika penerimaan pesan dengan dua cara tergantung kepada kebiasaan dan pilihannya, yaitu mungkin menjauhi perlahan atau mungkin dengan aktif menghindari kesempatan untuk berurusan dengan orang lain. Banyak sedikitnya pengaruh langsung terhadap gaya komunikasi pada penerimaan informasi mempengaruhi etika yang diperlihatkan pada orang lain. Bagaimana cara berhubungan, dan dengan siapa saling berinteraksi dapat memiliki dampak substansial terhadap bagaimana tanggapan mereka, dan ini juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari informasi yang akan mereka berikan.

h) Pengalaman dan kebiasaan, pengembangan sejumlah kecenderungan penerimaan informasi merupakan kumpulan hasil pengalaman. Kebiasaan tidaklah diragukan lagi menjadi pengaruh utama bagaimana seseorang memulihkan, menafsirkan, atau mengingatkan pada suatu pesan dan pada suatu waktu. Pola komunikasi yang dapat dikembangkan dari hasil pengalaman ini mampu mempengaruhi inti dari pesan dan penerimaan pesan.

Menurut Effendy (2005) peranan komunikator dalam komunikasi efektif ditentukan etos kerja dan sikap komunikator. Etos kerja adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dari kognisi (cognition), afeksi (affection), dan konasi (conation). Kognisi adalah proses memahami (process of knowing) yang bersangkutan dengan pikiran, afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar, dan konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan. Informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan itu setala (in tune). Situasi komunikatif seperti itu akan terjadi bila terdapat etos pada diri komunikator. Etos yang timbul pada diri seorang komunikator dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni kesiapan (preparedness), kesungguhan (seriousness), ketulusan (sincerity), kepercayaan (confidence), ketenangan (poise), keramahan (friendship), dan kesederhanaan (moderation).

2. Pengaruh Pesan

(31)

seperti ukuran, warna, kecerahan, dan intensitas juga dapat menjadi sangat penting bagi pemrosesan suatu pesan, (d) pengorganisasian, banyak penelitian yang difokuskan pada bidang persuasi telah diarahkan untuk menentukan cara bagaimana susunan ide dan opini mempengaruhi penerimaan, dan (e) hal-hal baru, sering kali pesan yang baru, tidak dikenali, atau tidak biasa, justru merebut perhatian walaupun sebentar.

3. Pengaruh Sumber

Beberapa keputusan yang dibuat mengenai penerimaan informasi yang menarik dan kompleks akan melibatkan sumber pesan yang berasal dari hubungan antar pribadi. Dalam hal ini, keputusannya akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk kedekatan (proximity), daya pikat, kesamaan, kredibilitas, kewenangan, motivasi, maksud, penyampaian, status, kekuatan, dan kekuasaan. Kedekatan (Proximity), jarak dari sumber pesan memiliki pengaruh utama pada kemungkinan penerima pesan dapat menangkap atau menerima pesan. Penerima biasanya akan lebih terbuka kepada sumber yang dekat dibandingkan dengan sumber yang jauh, karena semakin dekat, semakin sedikit waktu, upaya, dan uang yang harus dikeluarkan untuk menerima pesan tersebut. Arti penting dari jarak sebagai faktor bagi penerimaan pesan digambarkan dengan melihat fungsi dari media komunikasi. Daya pikat, bagaimana cara suatu pesan antar pribadi diproses seringkali terkait dengan semenarik apa pesan yang diberikan oleh sumber. Ketika penerima pesan telah tertarik dengan pesan yang disampaikan sumber, maka kemungkinan orang tersebut akan lebih mendengarkan, mengingat, dan memberikan pengertian spasial, yang sering kali sulit dipisahkan, dan berperan di dalam mempengaruhi sifat alami pemilihan, penafsiran, dan mengingat pesan tersebut.

Seseorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak lain komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan komunikator. Kesamaan, semakin sumber pesan menyerupai penerima pesan, maka semakin besar kemungkinan penerima pesan memberi perhatian kepadanya, apapun yang dikatakannya. Kadangkala kesamaan yang membuat ketertarikan tersebut merupakan karakteristik standar seperti jenis kelamin, tingkat pendidkan, umur, agama, latar belakang, ras, hobi, atau bahasa. Kredibilitas (credibility) dan kekuasaan, bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seseorang komunikator. Dalam hubungan ini faktor source credibility komunikator memegang peranan sangat penting.

(32)

visual lain yang berpengaruh adalah gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah dan tatapan mata atau kontak mata. Status, kekuatan, wewenang, atau otoritas dari sumber pesan, menambah kemampuannya untuk memberikan imbalan atau hukuman sebagai akibat dari memilih, mengingat atau menafsirkan pesan dengan cara tertentu. Hal ini akan berpengaruh pada pengolahan informasi.

Seorang komunikator dalam menghadapi komunikan lain harus bersikap empatik (emphaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan.

4. Pengaruh Medium dan Lingkungan

Media, atau saluran yang digunakan pesan untuk menjangkau penerima pesan dapat menjadi faktor berpengaruh pada penerimaan informasi. Perbedaan seperti apakah pesan disajikan melalui media cetak atau ilustrasi, gerak-gerik, pakaian, film, siaran radio atau kata yang terucap dari teman, memiliki pengaruh langsung pada beberapa kasus. Beberapa media memiliki kelebihan dalam menyajikan informasi dibandingkan dengan media lainnya.

Etika dimana pesan disajikan melalui media juga memiliki hubungan dengan pengolahan informasi. Pengaruh lingkungan yang memiliki dampak penting pada pemilihan, penafsiran dan penyimpanan pesan adalah unsur konteks, pengulangan, serta konsistensi dan kompetisi. Berikut penjelasan unsur pengaruh lingkungan selengkapnya: (a) konteks, etika dimana seseorang atau peristiwa tertentu bereaksi. Kehadiran orang lain seringkali mempunyai hubungan langsung bagaimana seseorang memilih untuk menginterpretasikan dan menyimpan informasi, yaitu bagaimana dia mau melihat, bagaimana dia memikirkan orang lain melihat dirinya, apa yang diyakininya mengenai harapan orang lain terhadap dirinya, dan apa yang dipikirkannya mengenai pikiran mengenai keadannya di antara pertimbangan bagaimana seharusnya dia bereaksi dalam keadaan sosial, (b) pengulangan, pesan yangs sering diulang-ulang akan mungkin untuk dipertimbangkan dan diingat, (c) konsistensi dan kompetisi, mempertimbangkan bentuk pesan yang tidak terlalu ekstrim perubahannya, dan proses pendidikan menggunakan prinsip yang sama adalah bentuk konsistensi pesan.

(33)

Desain Pesan Komunikasi Bisnis

Salah satu karakter yang melekat dalam komunikasi bisnis adalah sifatnya yang cenderung persuasif. Oleh karena itu, komunikator harus benar-benar merancang pesan-pesan yang akan disampaikan secara seksama agar menjadi pesan yang persuasif. Keberhasilan penyampaian pesan ditentukan oleh strategi pesan. Strategi pesan adalah proses perancangan pesan yang dimulai dengan menganalisis sumber, tujuan komunikasi, khalayak sasaran, dan media yang digunakan. Menurut Murphy dan Hildebrant (1991) dalam Kusumastuti (2009) bahwa kegiatan komunikasi bisnis perlu berpegang pada prinsip-prinsip komunikasi bisnis yang terdiri atas tujuh C, yaitu:

a) Completeness, memberikan informasi selengkap mungkin kepada pihak yang membutuhkan. Informasi yang lengkap akan memberikan kepastian dan kepercayaan.

b) Conciseness, berarti bahwa semua bentuk komunikasi disusun secara jelas, singkat, dan padat.

c) Concreteness, pesan yang disampaikan secara spesifik dan tidak abstrak. d) Consideration, mempertimbangkan situasi penerimanya.

e) Clarity, pesan disusun dengan menggunakan kata-kata maupun simbol-simbol yang mudah dipahami.

f) Courtesy, memperhatikan tata krama dan sopan santun sebagai penghargaan kepada komunikan.

g) Correctness, pesan harus dibuat secara cermat baik dari sisi tata bahasa maupun kemampuan berbahasa dari komunikan.

Beberapa gaya pesan yang berkaitan dengan kemampuan menyampaikan pesan antara lain, bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan hendaknya enak didengar atau dibaca dan mudah dipahami, kaya akan perbendaharan kata, sehingga dapat menghindari pengulangan kata yang sama, mampu mengungkapkan hal-hal secara konkret, bisa diuji secara empiris, dan memiliki minat insani (human interest). Faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pesan adalah kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata dengan baik, seperti berikut ini:

a) Jelas, agar pesan tidak mengandung arti ganda, usahakan menggunakan kata-kata spesifik, sederhana, menghindari kata-kata teknis, berhemat dalam kata dan mengungkapkan gagasan yang sama dengan kata yang berbeda.

b) Tepat, gunakan kata-kata yang sesuai dengan keadaan khalayak, situasi komunikasi dan jenis pesannya.

c) Menarik, kata-kata yang digunakan hendaknya memiliki minat insani (human interest).

Organisasi Pesan

(34)

a) Deduktif, artinya pesan dimulai dengan menyebutkan gagasan pokok diikuti dengan penjelasan melalui keterangan penunjang dan bukti-bukti empiris.

b) Induktif, artinya pengorganisasian pesan yang dimulai dengan mengungkapkan realitas yang dilanjutkan dengan hal-hal bersifat umum. c) Kronologis, artinya pengorganisasian pesan yang disusun berdasarkan

urutan waktu kejadian.

d) Urutan logis, artinya pengorganisasian pesan yang disusun berdasarkan hubungan sebab akibat dari satu peristiwa.

e) Topikal, artinya pengorganisasian pesan disusun berdasarkan urutan topik dari topik yang menyenangkan hingga yang kurang menyenangkan, dari yang penting sampai kurang penting, dari yang disepakati sampai yang kurang disepakati.

Faktor-faktor yang Menghambat Efektivitas Komunikasi

Selain terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi terdapat pula faktor-faktor yang menghambat komunikasi. Karena proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional yang mengharuskan seorang komunikator memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang mampu menghambat jalannya suatu proses komunikasi menurut Effendy (1992) :

1. Hambatan sosio-antro-psikologis

Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor sosio-antro-psikologis. Karena masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya yang mampu menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.

Hambatan antropologis, seorang komunikator tidak akan berhasil apabila tidak mengenal siapa komunikan yang menjadi sasarannya. Komunikator harus mengenal komunikan dengan mencari tahu identitas diri komunikan, mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan, dan bahasanya. Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian

accepted atau secara rohani.

(35)

biasanya menyebabkan dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional.

2. Hambatan Semantis

Jika hambatan sosio-antro-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator. Faktor semantis meyangkut bahasa yang digunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Karena kesalahan dalam berucap atau kesalahan dalam menulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Jadi, untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi, seorang komunikator harus mengucapkan pernyataannya dengan jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan presepsi yang salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis.

3. Hambatan Mekanis

Dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Hambatan yang dijumpai misalnya huruf ketikan yang tidak terbaca dalam media cetak karena buram, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, gambar yang tidak jelas di televisi, dan lain-lain.

4. Hambatan Ekologis

(36)

Kerangka Pemikiran

Efektivitas komunikasi antara pemandu lapang dengan petani harus dibangun dengan memperhatikan lima unsur penting yaitu sumber, pesan, saluran, penerima, dan efek. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan efektivitas komunikasi ialah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah yang berhubungan dengan faktor demografis penerima pesan yaitu, usia, tingkat pendidikan formal, pengalaman usahatani, pendapatan, dan luas lahan.

Karakteristik serta peran pemandu lapang sebagai salah satu faktor eksternal menjadi sangat penting terkait dengan penyebaran informasi terkait teknis penerapan program Jati Unggul Nasional (JUN) yakni pemeliharaan budidaya JUN, sistem bagi hasil, profil JUN, dan lain sebagainya. Karakteristik pemandu lapang dilihat dari kedekatan (proximity), kredibilitas (credibility), sikap (attitudes), dan frekuensi kunjungan ke kelompok tani. Faktor eksternal lainnya yaitu faktor keterampilan komunikasi pemandu lapang yang dilihat dari penguasaan materi program, kejelasan informasi program, dan kesesuaian metode penyuluhan. Indikator komunikasi yang efektif dilihat dari Komunikasi yang efektif antara pemandu lapang dan petani dapat dilihat dari tingkat pengetahuan petani, tingkat sikap petani terhadap program JUN maupun pengelola UBH-KPWN (afektif) dan tingkat keterampilan (psikomotorik) petani dalam kegiatan JUN. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers dan Shoemaker dalam Mugniesyah (2006) bahwa efek atau pengaruh dari proses komunikasi pengaruh berupa perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan petani berupa perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku terbuka (overt behavior).

Keterangan:

: Hubungan

Keterangan

: Berhubungan

Gambar 3 Bagan kerangka pemikiran

(37)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang tertera pada Gambar 3, maka hipotesis penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata yang positif antara karakteristik petani (usia, lamanya menempuh pendidikan formal, pengalaman usahatani, pendapatan, dan luas lahan) dengan efektivitas komunikasi antara petani dengan pemandu lapang.

2. Terdapat hubungan nyata yang positif antara karakteristik pemandu lapang (kedekatan (proximity), kredibilitas (credibility), sikap (attitudes), dan frekuensi kunjungan ke kelompok tani) dengan efektivitas komunikasi antara petani dengan pemandu lapang.

3. Terdapat hubungan nyata yang positif antara keterampilan komunikasi pemandu (penguasaan materi program, kejelasan informasi program, dan kesesuaian metode penyuluhan) dengan efektivitas komunikasi antara petani dengan pemandu lapang.

Definisi Operasional

1. Karakteristik Petani, yaitu ciri-ciri yang melekat pada diri petani dan ditetapkan dengan 5 karakteristik, yaitu usia, lamanya menempuh pendidikan formal, pengalaman usahatani, pendapatan, dan luas lahan.

a. Usia adalah lama hidup responden yang dihitung sejak tanggal kelahiran hingga saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Pengukuran umur dinyatakan dalam tahun dan diukur menggunakan skala ordinal. Umur dikategorikan sebagai berikut:

1. Muda (26 - 41 tahun) 2. Dewasa (42 - 47 tahun) 3. Tua (58 - 73 tahun)

b. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan diukur menggunakan skala ordinal. Kategori lamanya menempuh pendidikan formal:

1. Pendidikan rendah (0 - 5 tahun) 2. Pendidikan sedang (6 - 11 tahun) 3. Pendidikan tinggi (12 - 16 tahun)

c. Pengalaman usahatani adalah lamanya seseorang berprofesi sebagai petani dalam satuan tahun. Pengalaman usahatani diukur dengan skala ordinal. Pengalaman usahatani dikategorikan sebagai berikut:

1. Pengalaman usahatani rendah (5 - 15 tahun) 2. Pengalaman usahatani sedang (16 - 26 tahun) 3 Pengalaman usahatani tinggi (27 - 37 tahun)

d. Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh petani baik dari on-farm dan

off-farm dengan rata-rata tiap bulan dalam satuan rupiah. Pendapatan diukur menggunakan skala ordinal. Kategori tingkatan pendapatan berdasarkan sebaran responden adalah sebagai berikut:

(38)

e. Luas lahan yang ditanami pohon jati adalah luas area yang digarap petani untuk melakukan budidaya tanaman jati dalam satuan meter persegi, diukur dengan skala ordinal. Luas lahan dikategorikan yaitu:

1. Sempit (350 - 23 600 m2) lapang menggunakan empat indikator yaitu penilaian responden terhadap kedekatan (proximity), kredibilitas (credibility), sikap (attitudes), dan frekuensi kunjungan pemandu lapang ke kelompok tani. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yakni SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Indikator ini dikategorikan menjadi:

1. Tidak baik : Skor 65-72 2. Baik : Skor 73-80 3. Sangat baik : Skor 81-88

Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 4, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah selisih skor maksimum dan minimum pada masing-masing kelas.

a. Frekuensi kunjungan ke kelompok tani intensitas pemandu lapang dalam berinteraksi ataupun bertatap muka dengan petani bimbingannya. kategori kriteria ini adalah:

1. Rendah (sebulan sekali) 2. Sedang (seminggu sekali) 3. Tinggi (setiap hari)

b. Kedekatan (proximity) adalah penilaian responden tentang sejauh mana hubungan yang terjalin antara pemandu lapang selaku sumber pesan dengan responden yang ternyata memiliki pengaruh pada kemungkinan responden selaku penerima pesan dapat menangkap atau menerima pesan. Kedekatan ini dilihat dari keakraban, suasana kekeluargaan, rasa solidaritas, tali silaturahmi, dan intensitas pertememuan yang rutin contohnya kegiatan diskusi. kategori untuk kedekatan (proximity)adalah:

1. Tidak dekat : Skor 8-15 2. Dekat : Skor 16-24 3. Sangat dekat : Skor 25-32

c. Kredibilitas (credibility) pemandu lapang adalah penilaian responden tentang kemampuan, pengalaman ataupun pengetahuan pemandu lapang selaku sumber pesan yang dipercayai keahlian dalam bidang pertanian. Selain itu kredibiltas pemandu diliat dari penggunaan bahasa yang digunakan, kebenaran informasi yang disampaikan, kemampuan menjawab pertanyaan dari petani, dan kemampuan dalam melakukan metode demonstrasi cara. Kriteria kredibilitas sumber pesan adalah:

(39)

d. Sikap (attitudes) adalah penilaian responden tentang sikap pemandu lapang ketika berkomunikasi maupun berinteraksi dengan petani dalam kegiatan JUN. Sikap pemandu yang dimaksud mengenai keramahan, kejujuran, terbuka, tanggung jawab, kesabaran, memperhatikan tata krama dan sopan santun, berbaur dengan petani,dan mampu membangun sifat yang positif dengan petani. Kriteria sikap pemandu lapang saat berkomunikasi dengan petani adalah:

1. Tidak baik : Skor 8-15 2. Baik : Skor 16-24 3. Sangat baik : Skor 25-32

3. Keterampilan komunikasi pemandu adalah penilaian responden tentang kemampuan pemandu lapang dalam melakukan proses komunikasi dengan petani dalam kegiatan Jati Unggul Nasional (JUN) yang meliputi penguasaan materi program, kejelasan informasi program, dan kesesuaian metode penyuluhan. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yakni SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). maksimum dan minimum pada masing-masing kelas.

a) Penguasaan materi program adalah penilaian responden tentang pemandu lapang JUN menyangkut wawasan pengetahuan pemandu lapang tentang materi yang disampaikan. Materi yang disampaikan yaitu sosialisasi kegiatan JUN, teknis penanaman, teknis penyiraman di awal pananaman bila terjadi kekeringan, teknis pemupukan, teknis penanggulangan hama penyakit, materi tumpang sari, dan sistem pola bagi hasil. Kategori penguasaan materi program dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Tidak baik : Skor 8-15 2. Baik : Skor 16-24 3. Sangat baik : Skor 25-32

b) Kejelasan informasi program adalah penilaian responden terhadap kejelasan informasi program yang disampaikan oleh pemandu lapang Kejelasan informasi program terkait materi diberikan secara lengkap, terperinci, mudah dipahami, penggunaan kosakata yang sederhana, serta menarik. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah:

1. Tidak jelas : Skor 8-15 2. Jelas : Skor 16-24 3. Sangat jelas: Skor 25-32

(40)

1. Tidak sesuai : Skor 8-15 2. Sesuai : Skor 16-24 3. Sangat sesuai : Skor 25-32

4. Efektivitas komunikasi adalah penilaian responden terkait tingkat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) dalam kegiatan JUN. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yang nantinya diordinalkan menjadi tiga kategori:

1. Tidak efektif : Skor 65-72 2. Kurang efektif :Skor 73-80 3. Efektif : Skor 81-88

Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 4, maka rentang skala penilaian yang yang didapat adalah selisih skor maksimum dan minimum pada masing-masing kelas.

a) Tingkat pengetahuan adalah penilaian responden terhadap tingkat pengetahuan responden tentang teknologi inovatif yang di aseminasikan dalam kegiatan jati unggul nusantara sebagai pesan. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yakni SP (sangat paham), P (paham), TP (tidak paham), dan STP (sangat tidak paham). Kriteria aspek kognitif petani adalah:

1. Rendah : Skor 8-15 2. Sedang : Skor 16-24 3. Tinggi : Skor 25-32

b) Tingkat sikap adalah penilaian responden terhadap tingkat sikap responden terkait materi teknis terkait teknologi inovatif yang dikomunikasikan oleh pemandu lapang dalam kegiatan jati unggul nusantara. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yakni SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Kriteria aspek afektif petani adalah:

1. Rendah: Skor 8-15 2. Sedang : Skor 16-24 3. Tinggi : Skor 25-32

c) Tingkat keterampilan adalah penilaian responden terhadap tingkat keterampilan yang dimiliki responden dalam menerapkan teknis-teknis terkait teknologi inovatif yang diberikan. Tindakan diukur berdasarkan terampil atau tidak terkait kegiatan budidaya dalam kegiatan jati unggul nusantara. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert yakni SM (sangat mudah), M (mudah), TM (tidak mudah), dan STM (sangat tidak mudah). Kriteria aspek psikomotorik petani adalah:

1. Rendah: Skor 8-15 2. Sedang : Skor 16-24 3. Tinggi : Skor 25-32

Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 4, maka rentang skala penilaian yang yang didapat adalah selisih skor maksimum dikurangi skor minimum pada masing-masing kelas:

rs = Skor maksimum-skor minimun

(41)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur atau sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis (Prasetyo 2005). Data kuantitatif didukung oleh data kualitatif untuk memperkaya dan memperdalam analisis. Penelitian kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya responden dan pihak Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara (UBH-KPWN).

Penelitian didesain dengan metode deskriptif dan korelasional. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan variabel-variabel dan untuk mengumpulkan infromasi aktual secara rinci yang melukiskan keadaan yang ada (Rakhmat 1984). Sedangkan metode korelasional digunakan untuk menjelaskan hubungan di antara variabel. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti (UBH-KPWN) Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa UBH-KPWN adalah satu pelaku usaha budidaya jati unggul yang memiliki sistem usaha terpadu dan ramah lingkungan. Karena visi dari UBH-KPWN adalah menjadi pengelola profesional terbaik di bidang usahatani jati unggul pola bagi hasil. Disamping itu, misi dari UBH-KPWN adalah mewujudkan usahatani jati unggul pola bagi hasil menjadi kegiatan yang memberikan keuntungan finansial optimal kepada semua pihak yang tergabung dalam kemitraan khususnya petani. Serta mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pedesaan serta berperan dalam perbaikan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, demi mendukung kelancaran kemitraan tersebut dibutuhkan proses komunikasi yang efektif.

(42)

Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menjadi anggota dalam kelompok petani Jati Unggul Nasional (JUN) di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang berjumlah 75 orang. Kemudian responden yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 45 orang. Responden dipilih dengan pertimbangan bahwa responden merupakan anggota aktif JUN yang memiliki hubungan baik dengan pihak UBH-KPWN sampai saat penelitian berlangsung.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling atau acak sederhana yaitu suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Prasetyo 2005). Teknik simple random sampling

yang digunakan yaitu dengan menyusun semua unit penelitian yaitu individu ke dalam daftar kerangka sampling (Lampiran 3). Kemudian dari kerangka sampling ditarik sebagai sampel untuk diteliti menggunakan fungsi RANDBETWEEN dalam program Microsoft Excel 2007. Fungsi RANDBETWEEN berguna untuk memberikan nilai acak (random) yang terletak antara selang (range) tertentu dan kemudian menghasilkan bilangan bulat (integer) secara acak. Fungsi

RANDBETWEEN dijalankan dengan dua buah parameter, bottom adalah nilai batas bawah, dan top nilai batas atas dari bilangan acak yang diinginkan. Misalnya, nilai terkecil yaitu 1 dimasukan dalam kategori top dan nilai terbesar dari kerangka sampling yakni 75 dimasukan ke dalam kategori bottom, kemudian akan muncul nilai tertentu. Setelah itu tarik garis ke bawah sesuai dengan jumlah sampel yang direncanakan yakni 45. Selanjutnya akan muncul nomor-nomor yang berbeda-beda, yang kemudian menjadi unit penelitian karena terpilih sebagai sampel secara acak. Data yang telah dikumpulkan nantinya akan diolah dan disimpulkan.

Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner dan pedoman pertanyaan. Isi kuesioner terdiri atas empat bagian yang ditujukan kepada petani dengan menggunakan teknik pendekatan kuantitatif, berupa karakteristik responden (6 pertanyaan), karakteristik pemandu lapang (25 pertanyaan), keterampilan komunikasi pemandu lapang (24 pertanyaan), dan efektivitas komunikasi antara petani dan UBH-KPWN (24 pertanyaan).

(43)

Pengolahan dan Analisis Data

Data diperoleh menggunakan kuisioner. Setelah seluruh data terkumpul, data dianalisis secara kuantitatif dan selanjutnya dilakukan pengkodean data. Analisa data ini dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun 1989). Data yang telah terkumpul tersebut kemudian diolah secara statistik deskriptif menggunakan SPSS for Windows versi 20.0 dan Microsoft Excel 2007. Data yang diperoleh dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain menggunakan tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer, yaitu karakteristik petani, karakteristik pemandu lapang, keterampilan komunikasi pemandu lapang, dan efektivitas komunikasi. Kemudian pengolahan data dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat dengan data yang berskala ordinal diolah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (Lampiran 5).

(44)
(45)

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Desa Penelitian

Kondisi Geografis

Letak Desa Ciaruteun Ilir secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data potensi Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas wilayah 246 ha, di atas permukaan laut 87 m dan tinggi curah hujan 186 mm/tahun, dan memiliki suhu udara kisaran 300-320 C. Desa Ciaruteun Ilir terbagi 8 Rukun Warga (RW) dan 32 Rumah Tangga (RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor sejauh 27 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 140 km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 65 km. Adapun batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Cidokom - Kecamatan Rumpin Sebelah barat : Desa Cijujung - Kecamatan Cibungbulang Sebelah timur : Desa Ciampea - Kecamatan Ciampea

Sebelah selatan : Desa Leuwi Kolot - Kecamatan Cibungbulang

Kondisi Demografis

Jumlah penduduk di Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 10 259 jiwa terdiri dari laki-laki sejumlah 5 232 jiwa dan perempuan sejumlah 5 027 jiwa. Mata pencaharian masyarakatnya didominasi oleh pedagang, petani, dan buruh tani berdasarkan jumlah angkatan kerja Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sebaran mata pencaharian penduduk di desa studi

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 206 14.58

2 Buruh tani 114 8.07

3 PNS 20 1.42

4 TNI/Polri 3 0.21

5 Pensiunan/Purnawiraman 15 1.06

6 Swasta 12 0.85

7 Pedagang 922 65.25

8 Pengrajin 5 0.35

9 Pembantu rumah tangga 30 2.12

10 Peternak 10 0.71

11 Montir 76 5.38

Total 1 413 100

(46)

Wilayah Desa Ciaruteun Ilir sebagian besar dikelola untuk lahan persawahan, pemukiman dan pekarangan, hutan rakyat dan sisanya digunakan untuk lahan kuburan, perkantoran, lapangan olah raga serta bangunan pendidikan (Tabel 2). Lahan di Desa Ciaruteun Ilir yang digunakan untuk kegiatan budidaya JUN yakni seluas 25 ha dengan jumlah pohon sebanyak 52 231 pohon jati.

Tabel 2 Sebaran penggunaan lahan di desa studi

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)

Persawahan 167

Pemukiman dan Pekarangan 160

Hutan Rakyat 25

Kuburan 3

Perkantoran 0.60

Lapangan olah raga 2

Bangunan Pendidikan 1

Total 358.6

Sumber: Data monografi Desa Ciaruteun Ilir (2014)

Profil dan Kelembagaan Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN)

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. Tujuan dari UBH-KPWN yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan hidup, khususnya wilayah pedesaan, KPWN merancang konsep tentang pengembangan usaha budidaya jati unggul dengan pengelolaan secara intensif. Pengelolaan intensif tersebut dikembangkan melalui pola bagi hasil. Pengembangan usaha budidaya jati unggul perlu didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia, kemampuan pendanaan, dan kemampuan pengelolaan sehingga usaha yang dikembangkan dapat menguntungkan baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) membentuk Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kantor pusat UBH-KPWN berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 5 R. 504-A Jakarta. UBH-KPWN dibentuk dengan Keputusan Pengurus (KPWN) No. 62/Kpts/KPWN/XII/2006 Tanggal 21 Desember 2006, sebagaimana telah diperbaharui dengan Keputusan Pengurus KPWN No. 45/Kpts/KPWN/V/2007 Tanggal 10 Mei dan disahkan dengan Akta 39 Notaris Sigit Siswanto, SH. No. 12 Tanggal 24 Mei 2007.

Gambar

Gambar 1  Model komunikasi SMCR dan faktor-faktor penentu ketepatan
Gambar 2  Elemen-elemen dalam model SMCRE
Gambar 3  Bagan kerangka pemikiran
Tabel 1   Sebaran mata pencaharian penduduk di desa studi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cerebral palsy dan gangguan perkembangan sistem saraf yang lain dari studi epidemiologis banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding dengan perempuan, tetapi

(Mengolah Data), peneliti memasukkan data hasil penelitian berdasarkan klasifikasi ke dalam tabel sesuai dengan data yang didapat dari responden yaitu data

His blessings can never be calculated or measured, so that the researcher can finish this research paper entitled “ GREED FOR MONEY IN SCOTT SMITH’S A SIMPLE PLAN (1811):

Dengan menggunakan kriteria taraf keberhasilan tindakan, dapat diketahui rata-rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan 1 berada dalam

Sumber pengendapan sedimen di muara umumnya berasal dari lahan tanah di daerah hulu yang telah menyerap 210 Pb unsupported dengan partikel penyusun tanah yang

Kepengurusan HMI Komisariat Kampus C Airlangga yang telah dilantik pada tanggal 19 April 2015 di aula Rumah Sakit Penyakit Tropis Infeksi Universitas

variabel citra sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih Real Madrid UNY Soccer School sebagai tempat berlatih. Kualitas layanan berpengaruh

Fase pembungaan tanaman nenas baik yang tumbuh pada lahan gambut maupun lahan aluvial terjadi pada pengamatan IV, yaitu pada bulan Nopember, dan setelah 100-150 hari setelah itu