• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka

LAPANG Karakteristik Petan

Karakteristik individu dianggap sebagai pertimbangan pokok terhadap pelaksanaan suatu program. McQuail dan Windahl (1987) menyatakan bahwa orang berbeda akan memberikan respons yang berlainan, karena individu-individu memiliki tingkat predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan respon. Karakteristik individu petani yang diamati dalam penelitian ini adalah usia, lamanya menempuh pendidikan formal, pengalaman usahatani, pendapatan, luas lahan garapan, dan frekuensi keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan Frekuensi responden berdasarkan karakteristik petani di desa studi

No Karakteristik Petani Jumlah (orang) Frekuensi (%) Rata-rata

1 Usia (tahun)

47 tahun

Muda (26-41) 12 26.7

Dewasa (42-47) 18 40.0

Tua (58-73) 15 33.3

2 Lama menempuh pendidikan formal (tahun)

6 tahun

Rendah (0 – 5) 5 11.1

Sedang (6 – 11) 38 84.4

Tinggi (12-16) 2 4.4

3 Pengalaman usahatani (tahun)

18 tahun Rendah (5 – 15) 16 35.6 Sedang (16 – 26) 19 42.2 Tinggi (27 – 37) 10 22.2 4 Pendapatan (rupiah) Rp 1 628 889 Rendah (Rp 1 000 000 - 2 200 000) 39 86.7 Sedang (Rp 2 200 001 - 3 300 000) 4 8.9 Tinggi (Rp 3 300 001- 4 500 000) 2 4.4

5 Luas lahan garapan (m2)

5 992 m2 Sempit (350 - 23 600) 42 93.3 Sedang (23 601 - 47 000) 2 4.4 Luas (47 001 -70 000) 1 2.2 Total 45 100 - Usia

Penyerapan informasi pemeliharaan Jati Unggul Nusantara (JUN) yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh karakteristik internal yang dimiliki oleh orang tersebut. Usia merupakan salah satu

karakteristik atau faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap suatu informasi yang akan mempengaruhi pengetahuan yang dimilikinya. Kategori usia responden dalam penelitian ini dibagi berdasarkan sebaran usia responden yang didapatkan setelah melakukan survei. Usia antara 26 sampai 41 tahun termasuk kategori muda, usia antara 42 sampai 47 tahun termasuk kategori usia dewasa, dan usia antara 58 sampai 73 tahun termasuk kategori usia tua.

Usia responden berada pada golongan dewasa yaitu pada usia 42 tahun sampai 47 tahun dengan presentase sebesar 40.0 persen. Usia responden rata-rata berada pada umur 47 tahun. Petani di Desa Ciaruteun Ilir memang didominasi oleh warga yang berusia dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini didominasi oleh pendapat petani yang berada pada golongan usia dewasa.

Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini diukur dari lamanya responden menempuh jenjang pendidikan formal. Sebagian besar responden yaitu berjumlah 38 orang memiliki tingkat pendidikan yang tergolong sedang yaitu menempuh pendidikan selama 6 sampai dengan 11 tahun dengan persentase 84.4 persen. Rata-rata responden menempuh pendidikan formal selama 6 tahun atau setingkat sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Desa Ciaruteun Ilir memiliki pendidikan setingkat SD dan SMP, bahkan ada beberapa petani yang tidak pernah menempuh jenjang pendidikan formal.

Hasil Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pendidikan yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden berada pada golongan usia dewasa sehingga sedikit sekali responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sebagian besar masyarakat Desa Ciaruteun Ilir memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu berada pada jenjang pendidikan SD. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan salah satu responden yang menyatakan bahwa faktor ekonomi yang tergolong rendah menjadi hambatan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab tingkat pendidikan petani yang masih rendah. Namun, para responden menyadari bahwa pendidikan merupakan hal yang penting sehingga mereka berusaha menyekolahkan anak-anak mereka setinggi mungkin melalui bidang pertanian salah satunya dengan budidaya JUN ini. Sedangkan untuk responden yang termasuk dalam kategori berpendidikan tinggi yakni terdapat 2 orang dengan proporsi 4.4 %. Menurut informasi dari pemandu lapang di Desa Ciaruteun Ilir, kedua responden ini merupakan lulusan sarjana perguruan tinggi yang memiliki minat dalam kegiatan budidaya JUN ini.

Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani yang telah dijalani petani sebagai responden beragam kurun waktunya. Pengalaman usahatani terbagi menjadi tiga kategori yaitu, rendah, sedang, dan tinggi. Mayoritas petani memiliki pengalaman usahatani yang tergolong sedang yakni antara 16 sampai dengan 26 tahun dengan proporsi 42.2 persen (19 orang). Responden yang memiliki pengalaman usahatani yang rendah antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun memiliki persentase 35.6 persen (16 orang). Pengalaman usahatani yang paling sedikit berada pada kategori tinggi

yakni antara 27 sampai 37 tahun dengan proporsi 22.2 persen (10 orang). Jadi petani Desa Ciaruteun Ilir memiliki pengalaman usahatani yang sedang dalam kurun waktu antara 16 sampai dengan 26 tahun dengan rata-rata pengalaman usahatani selama 18 tahun.

Pendapatan

Responden pada penelitian ini adalah petani sehingga pendapatan responden yang diukur berasal dari usahataninya. Pendapatan responden didapatkan dengan menghitung seluruh pengeluarannya selama satu bulan. Sebagian besar pendapatan responden berada pada selang Rp 1 000 000 sampai Rp 2 200 000 yaitu sejumlah 39 orang dengan persentase 86.7 persen (Tabel 4). Pendapatan rata-rata responden berada pada Rp 1 628 889. Pendapatan petani tergolong kategori yang rendah disebabkan beberapa petani hanya bekerja sebagai petani penggarap bagi hasil dan petani buruh. Sementara itu, menurut pemandu lapang petani yang memiliki pendapatan tinggi kebanyakan adalah petani pemilik dan memiliki usahatani yang tidak hanya berasal dari padi sawah tetapi juga sebagai wirausahawan.

Pendapatan sebagian besar petani terutama di Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor ternyata masih berada di bawah Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) Kabupaten Bogor tahun 2013 yaitu sebesar Rp2 002 000. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar petani masih memiliki pendapatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemenuhan hidup sehingga tingkat kesejahteraannya pun rendah. Pada umumnya, responden mengaku bahwa pengeluaran mereka lebih besar daripada pendapatan. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari biasanya tidak bisa hanya mengandalkan pekerjaan utama sebagai petani penggarap JUN yang keuntungannya baru dapat diperoleh setelah lima tahun sejak penanaman. Sehingga, mereka seringkali berhutang kepada orang lain dan mencari pekerjaan sampingan seperti supir angkot, membuka warung, berternak, berusaha di bidang perikanan, dan lain sebagainya.

Luas Lahan Garapan

Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan total luas lahan yang digarap petani sebagai responden untuk bertani. Mayoritas responden sebanyak 93.3 persen (42 orang) memiliki luas lahan garapan yang termasuk dalam kategori sempit. Kategori sempit disini yaitu berkisar antara 350 m2 sampai 23 600 m2. Rata-rata responden memilki lahan dengan luas 5 992 m2. Luas lahan yang sempit akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan tingkat pendapatan petani. Berdasarkan hal ini maka diperlukan peningkatan sistem usahatani, salah satunya dengan melakukan kegiatan tumpang sari selama 1 sampai dengan 2 tahun di sekitar lahan usaha budidaya JUN.

Karakteristik Pemandu Lapang

Pemandu lapang UBH-KPWN diukur menurut penilaian responden terhadap karakteristik pemandu lapang dan keterampilan komunikasi pemandu

lapang. Peran pemandu lapang sangat penting dalam membangun komunikasi yang efektif dengan petani mitra. Karena menurut Effendy (2000), komunikasi perseorangan dinilai paling ampuh dan lebih efektif dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi perseorangan umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik berlangsung seketika.

Menurut Berlo dalam Mugniesyah (2006) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi dalam unsur sumber pesan yakni, keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lubis et al (2010), beberapa keputusan yang dibuat mengenai penerimaan informasi yang menarik dan kompleks akan melibatkan sumber pesan yang berasal dari hubungan antar pribadi. Dalam hal ini, keputusannya akan tergantung pada sejumlah faktor yaitu, kedekatan, daya pikat, kesamaan, kredibilitas, kewenangan, motivasi, maksud, penyampaian, status, kekuatan, dan kekuasaan.

Penilaian karakteristik pemandu lapang disini berdasarkan penilaian responden terhadap kedekatan, kredibilitas, sikap, dan frekuensi kunjungan ke kelompok tani bimbingannya. Karakteristik pemandu lapang dikategorikan menurut kategori tidak baik, baik dan sangat baik.

Tabel 5 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan penilaian terhadap karakteristik pemandu lapang di desa studi

No Karakteristik Pemandu Lapang Jumlah (orang) Frekuensi (%)

1 Kedekatan Tidak dekat (8-15) 0 0 Dekat (16-24) 25 55.6 Sangat dekat (25-32) 20 44.4 2 Kredibilitas Tidak baik (8-15) 0 0 Baik (16-24) 3 6.7 Sangat baik (25-32) 42 93.3 3 Sikap Tidak baik (8-15) 0 0 Baik (16-24) 8 17.8 Sangat baik (25-32) 37 82.2

4 Frekuensi kunjungan ke kelompok tani

Rendah (sebulan sekali) 2 4.4

Sedang (seminggu sekali) 11 24.4

Tinggi (setiap hari) 32 71.1

5 Total penilaian faktor karakteristik pemandu lapang

Tidak baik (65-72) 2 4.4

Baik (73-80) 27 60.0

Keempat indikator karaktersitik pemandu lapang digabung, sehingga menghasilkan nilai total rata-rata. Mayoritas penilaian karaktersitik pemandu lapang berada pada kategori baik dengan proporsi sebesar 60.0 persen (27 orang). Karaktersitik pemandu lapang dengan kategori sangat baik memiliki proporsi 35.6 persen (16 orang), dan 4.4 persen (2 orang) dengan kategori tidak baik. Ini artinya sebagian besar karaktersitik pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir memiliki karaktersitik individu yang baik sehingga mampu mempengaruhi petani responden melalui pesan-pesan yang dikirimnya melalui kegiatan pendampingan maupun penyuluhan. Hasil jumlah dan persentase disajikan dalam Tabel 5.

Masing-masing indikator memiliki proporsi yang beragam tiap kategori, walaupun mayoritas total karakteristik pemandu lapang berada pada kategori baik. Penilaian karakteristik pemandu lapang dari aspek penilaian terhadap kedekatan dengan petani berada pada kategori dekat dengan proposi 55.6 persen (25 orang) dan sangat dekat dengan proprsi 44.4 persen (20 orang). Kedekatan adalah pendapat responden tentang sejauh mana hubungan yang terjalin antara pemandu lapang selaku sumber pesan dengan responden. Kedekatan berhubungan terhadap responden selaku penerima pesan dalam menangkap atau menerima pesan. Kedekatan ini dilihat dari keakraban, suasana kekeluargaan, rasa solidaritas, tali silaturahmi, dan intensitas pertememuan yang rutin. Penerima biasanya akan lebih terbuka kepada sumber yang dekat dengan mereka. Hal ini didukung dengan pernyataan salah satu petani yaitu:

“...Saya mah merasa akrab seperti teman saja dengan Pak Irvan, orangnya hampir setiap hari main (silaturahmi) ke kebon nengokin petani-petani disini, ga ada tuh rasa segen kalo ngobrol-ngobrol sama dia, Pak Irvan mah orangnya baik sekali...” (HMN, 50 tahun)

Penilaian responden terhadap kredibilitas pemandu lapang tergolong sangat baik dengan proporsi 93.3 persen (42 orang) dan kategori baik dengan proporsi 6.7 persen (3 orang). Kredibilitas (credibility) pemandu lapang diukur dari penilaian responden yang terhadap kemampuan, pengalaman atau pengetahuan pemandu lapang selaku sumber pesan yang dipercayai memiliki keahlian dalam bidang pertanian. Pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir memiliki pendidikan yang tergolong tinggi yaitu lulusan perguruan tinggi Universitas Winaya Mukti Bandung dengan jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan. Hal ini didukung dengan pernyataan salah satu petani yaitu:

“...Antara ilmu pertanian yang Pak Irvan dapat dari sekolah dan ilmu pertanian yang saya dapat dari orang tua dapat saling melengkapi. Apa yang saya ga tahu Pak Irvan beri tahu, begitu juga sebaliknya apa yang saya tahu saya kasih tahu ke Pak Irvan...” (ISK, 43 tahun)

Kredibilitas pemandu diliat dari penggunaan bahasa yang digunakan, kebenaran informasi yang disampaikan, kemampuan menjawab pertanyaan dari petani, dan kemampuan dalam melakukan metode demonstrasi cara.

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 37 orang atau sebesar 82.2 persen menilai sikap pemandu lapang terhadap petani

mitra selama ini tergolong sangat baik. Sikap ini dinilai responden dari sikap pemandu lapang ketika berkomunikasi maupun berinteraksi dengan petani dalam kegiatan pendampingan budidaya JUN. Sikap pemandu yang dimaksud mengenai keramahan, kejujuran, terbuka, tanggung jawab, kesabaran, memperhatikan tata krama dan sopan santun, berbaur dengan petani,dan mampu membangun sifat yang positif dengan petani. Seperti penuturan salah satu petani yaitu:

“...Pak Irvan itu ramah, sabar, tanggung jawab neng, jujur masalah uang pemeliharaan, pupuk, dan sebagainya selalu diberikan tepat waktu dan langsung dianter ke petani. Jika berbicara juga sopan pake bahasa sunda yang lemes (halus), alhamdulillah aja saya mah dapet pendamping seperti Pak Irvan...” (SDI, 46 tahun)

Frekuensi kunjungan ke kelompok tani yang dilakukan pemandu lapang tergolong tinggi dengan proporsi 71.1 persen (32 orang). Karena menurut sebagian besar responden pemandu lapang seringkali mengunjungi mereka di lahan hampir setiap hari baik karena ada kegiatan pendampingan atau hanya ingin bersilaturahmi dengan petani bimbingannya. Hal ini sesuai dengan penuturan pihak UBH-KPWN selaku pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir:

“...Kita sering melakukan pertemuan-pertemuan dengan petani hampir setiap hari itu sering per kelompok petani bimbingan yaitu 2 hingga 3 petani atau 5 hingga 10 petani. Waktu untuk berkumpul dengan petani pun kita harus sesuaikan bisa malem bisa siang kerena penyuluh atau pendamping di lapangan tidak mengenal waktu dalam melakukan pendampingan kepada petani...”

Kunjungan yang dilakukan oleh pemandu lapang ke kelompok tani menyebabkan petani dapat berkomunikasi langsung sehingga dapat memperoleh informasi atau bimbingan yang mendukungnya dalam berusahatani dan dengan seringnya berkomunikasi maka akan meningkatkan efektivitas komunikasi antara pemandu lapang dengan petani. Pemandu lapang bukan hanya sekedar memberikan informasi pada saat melakukan kunjungan tetapi langsung memberikan contoh dengan praktek langsung di lapangan dan memberikan kesempatan kepada petani untuk melakukan secara bersama-sama kegiatan budidaya JUN sehingga petani menjadi lebih paham.

Menurut responden, sebagai seorang pembimbing memang harus intensif melakukan kunjungan secara langsung untuk memberikan pendampingan tentang segala hal yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan budidaya JUN. Hal ini dianggap penting karena dengan kunjungan yang intensif dari pemandu lapang petani merasa dibantu dalam menggali dan menetapkan masalah dalam menjalankan usahatani sampai mencari solusinya. Kunjungan yang dilakukan pemandu lapang ke kelompok tani disesuaikan dengan waktu atau jadwal pertemuan yang disepakati bersama atau tergantung kebutuhan petani disesuaikan dengan situasi dan kondisi petani.

Keterampilan Komunikasi Pemandu Lapang

Keterampilan komunikasi pemandu lapang diukur berdasarkan penguasaan materi program, kejelasan informasi program, dan kesesuaian metode penyuluhan. Total penilaian faktor keterampilan komunikasi pemandu lapang dikategorikan menurut kategori tidak baik, baik, dan sangat baik. Berdasarkan Tabel 6 apabila ketiga indikator kemampuan komunikasi petani digabung menghasilkan nilai total rata-rata, yaitu mayoritas berada pada kategori baik dengan proporsi 46.7 persen (21 orang), pada kategori sangat baik yaitu sebesar 35.6 persen (16 orang), dan pada kategori tidak baik sebesar 17.8 persen (8 orang).

Penguasaan materi budidaya JUN bagi pemandu lapang merupakan faktor yang sangat penting. Penguasaan materi dimaksud meliputi penguasaan terhadap komponen-komponen budidaya JUN yang akan disampaikan kepada petani. Penilaian responden terhadap penguasaan materi budidaya JUN yang dimiliki pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir termasuk dalam kategori sangat baik dengan proporsi 88.9 persen (40 orang). Penguasaan materi program yang dimiliki pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir tergolong sangat baik. Hal ini sesuai dengan hasil distribusi jawaban petani bahwa mayoritas petani responden memahami apa yang disampaikan pemandu lapang sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan oleh petani.

Tabel 6 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan penilaian terhadap keterampilan komunikasi pemandu lapang di desa studi

No Keterampilan komunikasi

pemandu lapang

Jumlah (orang) Frekuensi (%)

1 Penguasaan materi program

Tidak baik (8-15) 0 0

Baik (16-24) 5 11.1

Sangat baik (25-32) 40 88.9

2 Kejelasan informasi program

Tidak jelas (8-15) 0 0

Jelas (16-24) 10 22.2

Sangat jelas (25-32) 35 77.8

3 Kesesuaian metode penyuluhan

Tidak sesuai (8-15) 1 2.2

Sesuai (16-24) 15 33.3

Sangat sesuai (25-32) 29 64.4

4 Total penilaian faktor keterampilan komunikasi pemandu lapang

Tidak baik (68-74) 8 17.8

Baik (75-81) 21 46.7

Materi pemeliharaan budidaya JUN sangat dikuasai pemandu lapang dari materi sosialisasi program JUN, penanaman, penyiraman, pemupukan, penanggulangan hama penyakit, tumpang sari, sistem bagi hasil, hingga pemanenan. Berikut penuturan dari pihak UBH-KPWN:

“...Tugas saya salah satunya yaitu bagaimana menyadarkan petani bahwa jati itu harus di pelihara sebaik mungkin. Karena JUN memilki komitmen untuk membuat petani memiliki nilai tambah salah satunya melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan usahataninya. Budidaya JUN ini sebenarnya adalah tabungan jangka pendek dalam 5 tahun. Kemitraan dalam budidaya JUN ini tidak ingin seperti program- program lainnya yang memberi petani bibit mau dipelihara mau ditebang terserah saja yang penting udah ngasih istilahnya “nanem

tinggal”, UBH-KPWN tidak ingin seperti itu. UBH-KPWN selalu memberikan pehaman kepada petani bahwa kami menjamin tersedianya bibit JUN yang unggul, pupuk yang berkualitas, serta pendampingan yang intensif kepada petani...

Kejelasan informasi program yang disampaikan pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir dinilai responden termasuk dalam kategori sangat jelas dengan proporsi 77.8 persen (35 orang). Hal ini telah sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi bisnis yang terdiri atas tujuh C, menurut Murphy dan Hildebrant (1991) dalam Kusumastuti (2009), yaitu:

a) Completeness, pemandu lapang telah memberikan informasi selengkap mungkin kepada pihak yang membutuhkan terkait teknis budidaya JUN. Informasi yang lengkap akan memberikan kepastian dan kepercayaan. b) Conciseness, berarti bahwa semua bentuk komunikasi yang dilakukan

pemandu lapang telah disusun secara jelas, singkat, dan padat.

c) Concreteness, pesan teknis budidaya JUN disampaikan pemandu lapangg secara spesifik dan tidak abstrak.

d) Consideration, pemandu lapang mempertimbangkan situasi penerimanya. e) Clarity, pesan disusun pemandu lapang dengan menggunakan kata-kata

maupun simbol-simbol yang mudah dipahami.

f) Courtesy, pemandu lapang memperhatikan tata krama dan sopan santun sebagai penghargaan kepada petani.

g) Correctness, pesan teknis budidaya JUN dibuat oleh pemandu lapang secara cermat baik dari sisi tata bahasa maupun kemampuan berbahasa dari komunikan.

Komunikasi yang efektif dapat terjadi karena adanya pemahaman antara petani terhadap apa yang disampaikan pemandu lapang. Pemahaman petani berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Kemampuan komunikasi petani diukur bagaimana petani mampu memaknai pesan yang disampaikan oleh pemandu lapang. Pemandu lapang menyusun semua bentuk komunikasi secara jelas, singkat, dan padat. Pesan yang disampaikan pemandu lapang secara spesifik dan mempertimbangkan situasi penerimanya. Pesan disusun pemandu lapang menggunakan kata-kata yang mudah dipahami. Pemandu

lapang memperhatikan tata krama dan sopan santun sebagai penghargaan kepada komunikan. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu petani yaitu:

“Informasi-informasi terkait budidaya JUN yang disampaikan Pak Irvan sangat jelas, lengkap, dan kata-kata yang digunakan juga mudah saya pahami. Selain itu, pendampingan yang dilakukan menggunakan bahasa sunda jadi saya lebih mengerti dan menjadi lebih senang”(UN, 60 Tahun)

Penilaian responden terhadap kesesuaian metode penyuluhan yang dilakukan pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir termasuk dalam kategori sangat sesuai dengan proporsi 66.4 persen (29 orang). Petani berpendapat pemandu lapang sangat membuka kesempatan atau waktu yang cukup untuk berdiskusi kepada petani untuk menyampaikan masalahnya. Hal ini menurut pemandu lapang penting untuk diperhatikan karena terampil berkomunikasi lisan atau tulisan bukan hanya menyangkut aktivitas pemandu lapang dalam menyampaikan materi saja tetapi dapat berkomunikasi secara aktif, responsif, dan intensif. Kesesuaian metode penyuluhan dinilai responden terhadap kesesuaian ataupun tercapai tidaknya tujuan atau manfaat dari metode penyuluhan yang digunakan pemandu lapang.

Pemandu lapang selain bertugas mendampingi dan menjadi saluran komunikasi UBH-KPWN juga bertindak sebagai pengajar yang dituntut kemampuannya untuk menguasai materi secara luas, menyampaikan informasi dengan jelas, dan menggunakan metode penyuluhan yang sesuai. Hal ini didukung oleh kondisi pemandu lapang yang memiliki wawasan atau pengetahuan yang luas mengenai materi. Karena telah mengikuti banyak pelatihan dan mempunyai pengalaman yang cukup di lapangan. Serta menguasai masalah teknis yang biasa dihadapi petani kemudian mencari pemecahannya sehingga informasi yang dibutuhkan petani dapat dengan tepat dipenuhi oleh pemandu lapang.

Kemampuan komunikasi yang dimiliki pemandu lapang Desa Ciaruteun Ilir sebagai sumber pesan dikategorikan baik. Hal ini dikarenakan pemandu lapang sangat menyesuaikan materi pemeliharan JUN yang ada dengan kondisi petani di pedesaan sehingga petani dapat menerima informasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Data ini sesuai dengan fakta lapangan, semua petani mengenal dengan baik pemandu lapang yang bertugas di lokasi tersebut. Serta percaya dan menganggap yang bersangkutan sangat menguasai materi dan memilki keterampilan komunikasi yang sangat baik mengenai budidaya JUN. Berikut penuturan pihak UBH-KPWN:

“...Ketika melakukan pendekatan dengan petani kita harus mampu menyesuaikan diri. Kita ga mungkin bilang ke petani pohon nomor 1 pupuknya 100 gram dan pohon nomor 2 pupuknya 200 gram memang petani mengerti dengan istilah seperti itu? Kan tidak untuk itu kita butuh kreasi dengan menggunakan kata-kata yang lebih mudah dipahami petani. Misalnya pak pohon yang nomor 1 pupuknya 2 sendok, pohon nomor 2 pupuknya 5 sendok. Kalau penakaran seperti itu disesuaikan dengan daya tangkap petani karena dari faktor pendidikan aja wajib 9 tahun aja ada yang ga lulus. Jadi, pemandu yang harus menyesuaikan...”

Pendekatan yang dilakukan pemandu lapang kepada petani selama ini disesuaikan dengan faktor budaya setempat. Karena menurut pemandu lapang ilmu penyuluhan itu tidak boleh kaku dalam melakukan pendekatan. Misalnya dengan mengobrol santai dengan petani. Membuka percakapan dengan petani dengan menawarkan rokok atau dengan menggunakan sirih. Menjalin komunikasi dengan petani harus dilaksanakan sesuai dengan kearifan lokal. Pemandu lapang juga harus pintar menempatkan dirinya dimana pun dia berada. Karakteristik masyarakat Ciaruteun Ilir adalah masyarakat yang agamis. Sehingga pendekatan yang dilakukan pemandu lapang juga harus bernuansa keagamaan. Misalnya mengadakan pertemuan dengan seluruh petani biasanya dilakukan di emperan mushola atau mesjid.

Beragamnya kebutuhan ekonomi petani yang memiliki pekerjaan ganda mengakibatkan tanaman jati yang digarap petani menjadi sedikit terlantar. Pemandu lapang berupaya mengantisipasi hal ini dengan melakukan pendekatan yang intensif serta memberikan pengertian bahwa jati harus panen dengan jumlah yang telah ditentukan dengan estimasi harga yang telah disepakati bersama. Pendampingan yang dilakukan pemandu UBH-KPWN disertai dengan melakukan pendekatan yang berlapis. Pendamping melakukan pendekatan dengan petani dengan bekerja secara tim dengan pendamping di desa lainnya.

Pendekatan yang dilakukan pemandu lapang UBH-KPWN dilakukan dengan berdasarkan standar operational (prosedur) JUN yang ada. Pemeliharan SOP ini adalah standar baku yang ditetapkan UBH-KPWN tetapi saat diterapkan di lapangan terjadi modifikasi yang merupakan kemampuan pemandu lapang

Dokumen terkait