• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA SEBARAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN JUMLAH UPI : 505

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah penyangga Ibu Kota Republik Indonesia yaitu Daerah Kedudukan Istimewa Jakarta dan secara geografis terletak pada posisi 6019’ - 6047’ Lintang Selatan dan 10601’ - 1070103’ Bujur Timur. Luas wilayahnya 2.301,95 Km2, yang berbatasan dengan beberapa Kabupaten/Kota, yaitu :

Di Utara : Kota Depok Di Barat : Kabupaten Lebak. Di Barat Daya : Kabupaten Tangerang. Di Timur : Kabupaten Purwakarta. Di Timur Laut : Kabupaten Bekasi. Di Selatan : Kabupaten Sukabumi. Di Tenggara : Kabupaten Cianjur.

Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 428 Desa/Kelurahan, 3.781 RW dan 15.044 RT. Dari jumlah tersebut 234 desa mempunyai ketinggian sekitar kurang dari 500 m di atas permukaan laut (dpl), 144 Desa diantara 500-700 m dpl dan sisanya 49 desa sekitar lebih dari 700 m dpl (BPS Kabupaten Bogor, 2012)

Kabupaten Bogor dibagi dalam perwilayahan pembangunan yang merupakan dasar penyusunan agenda pembangunan dan rencana strategik (Renstra) setiap bidang dan program pembangunan dalam rangka penyeimbangan pembangunan antar wilayah. Dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah, pola interaksi internal dan eksternal yang didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal, maupun regional serta kebijakan pengembangan dan penyebaran penduduk secara seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan, maka wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan, yaitu wilayah pembangunan Barat, Tengah dan Timur.

Pembangunan wilayah Barat meliputi 13 (tiga belas) Kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung,

Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin, dengan luas wilayah sekitar 128.750 Ha. Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan Kecamatan Tamansari, dengan luas wilayah sekitar 87.552 Ha. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.

Sebagai penyangga Ibukota Negara, Kabupaten Bogor merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan kawasan industri, manufaktur dan pemukiman penduduk yang sangat pesat. Menurut BPS Kab. Bogor (2012) Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan dari 5,09 % (tahun 2010) menjadi 5,70 % (tahun 2011) dan jumlah penduduknya pun juga mengalami peningkatan dari 4.477 ribu jiwa tahun 2009 menjadi 4.771 ribu jiwa tahun 2010 (Gambar 4). Hal ini merupakan peluang bagi perkembangan industri pangan, salah satunya pengolahan pindang ikan.

Gambar 4. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan sensus penduduk 2010

41

Sesuai dengan letak geografisnya yang tidak bersinggungan dengan laut, maka di Kabupaten Bogor berkembang usaha budidaya ikan air tawar, baik berupa pembenihan, kolam air tenang, kolam air deras, minapadi, keramba jaring apung maupun budidaya ikan hias. Selain itu usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Bogor berkembang cukup pesat, berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011) jumlah usaha pengolahan ikan di Kabupaten Bogor mencapai 75 unit dan 43 diantaranya pengolahan pindang ikan, yang terbagi dalam 4 (empat) skala yaitu mikro, kecil, menengah dan besar. Adapun produk yang dihasilkan berupa ikan asap, ikan pindang, bandeng presto, ebi kering, vallue added (Ekado, Keong mas, Udang gulung, Kaki naga, Siomay, Otak-otak, Bakso ikan, Empek-empek), Abon, Kerupuk kulit ikan, Dendeng lele, fillet Sidat, Ubur-ubur asin, Telur ikan terbang,

baby fish dan lain-lain. Masing-masing produk mempunyai pasar yang berbeda, baik pasar luar negeri maupun dalam negeri (pasar tradisional, pasar modern, memasok restoran dan hotel di Jakarta). Sebagian besar bahan baku didatangkan dari luar daerah seperti Muara Baru, Muara Angke, Palabuhan Ratu, Banyuwangi dan sentra-sentra produksi ikan lainnya di Indonesia.

Tingkat konsumsi ikan Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor (2011), tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan dari 20,95 kg per kapita per tahun (2010) menjadi 22,15 kg per kapita per tahun (2011), walaupun masih jauh dibawah rata-rata tingkat konsumsi ikan nasional (Gambar 5). Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan termasuk di dalamnya pengolahan pindang ikan, karena dengan adanya kesenjangan tingkat konsumsi ikan antara kabupaten dengan rataan nasional, maka berbagai macam program pemerintah digulirkan seperti kawasan minapolitan, industrialisasi perikanan dan gemarikan sebagai salah satu ajang promosi untuk meningkatkan kegemaran masyarakat terhadap produk hasil perikanan. Mengingat masih banyaknya persepsi masyarakat yang kurang baik tentang mengkonsumsi ikan, diantaranya mengkonsumsi ikan membuat air susu ibu menjadi amis, mengakibatkan cacingan pada anak-anak, dan gatal-gatal.

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2012

Gambar 5. Konsumsi ikan di Kabupaten Bogor dan rataan nasional 2009 -2011 4.2 Profil Usaha Pengolahan Pindang Ikan

Pelaku usaha pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2009 pelaku usaha pengolahan pindang ikan berjumlah 31 pelaku usaha, tahun 2010 mengalami peningkatan 16,13% menjadi 36 pelaku usaha dan tahun 2011 masih terus mengalami peningkatan sebesar 19,44% menjadi 43 pelaku usaha. Dilihat dari volume produksi, tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 7,41% jika dibandingkan tahun 2010, namun jika dibandingkan volume tahun 2009 masih mengalami penurunan sebesar 16,95% (Tabel 5). Usaha Pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor tersebar di 16 Kecamatan yaitu Cibinong, Ciampea, Tenjolaya, Parung, Ciawi, Caringin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Leuwiliang, Cibungbulang, Pamijahan, Citeureup, Jonggol, Cariu dan Tanjungsari (Tabel 6), yang masing-masing mempunyai kapasitas produksi yang berbeda-beda dan berada dalam suatu Desa/kawasan yang sama.

19.36 20.95 22.15 29.08 30.48 31.64 0 5 10 15 20 25 30 35 2009 2010 2011 Kab. Bogor Nasional

Tabel 5. Jumlah pel 2009 – 2011 No Tahun 1 2009 2 2010 3 2011 Berdasarkan ska terbagi menjadi 3 ska masing berjumlah 14, pengolahan pindang i 2008 tentang UMKM dibawah 300 juta rupi 300 juta sampai deng penjualan tahunan di umumnya usaha peng pelaku usaha skala ke dan modal usaha sehi pada hari itu juga. Na yang lebih suka men Angke, dengan alas diharapkan, walaupun ha Gambar 6. Jumlah pe usahany 0 5 10 15 20 25 Usah

pelaku usaha pengolahan pindang ikan di Ka 2011

Jumlah Pelaku

Rataan Produksi per tahun (ton)

31 4.387,82

36 3.392.84

43 3.644.16

skala usahanya, pengolahan pindang ikan di K skala usaha, yaitu mikro, kecil dan menengah, 14, 23 dan 6 pelaku usaha (Gambar 6). Penent

g ikan ini didasarkan pada Undang-Undang R M, yaitu : usaha mikro mempunyai hasil pe upiah, usaha kecil mempunyai hasil penjualan ngan 2,5 Milliar rupiah, dan usaha menengah m di atas 2,5 Milliar sampai dengan 50 Milli ngolahan pindang skala mikro mendapatkan ba kecil dan menengah, karena keterbatasan sarana ehingga hanya mampu membeli ikan secukupn

amun ada beberapa pelaku usaha mikro di Ke engambil bahan baku langsung dari Muara B lasan lebih murah dan kualitas bahan baku upun harus mengeluarkan biaya transportasi, tena

h pelaku usaha pengolahan pindang ikan be nya

14

23

saha Mikro Usaha Kecil Usaha Me

43 Kabupaten Bogor, per Penyerapan Tenaga Kerja (orang) 4.387,82 237 3.392.84 247 3.644.16 218 Kabupaten Bogor ah, yang masing-ntuan skala usaha g RI No. 20, tahun penjualan tahunan lan tahunan antara h mempunyai hasil lliar rupiah. Pada n bahan baku dari rana penyimpanan ukupnya untuk diolah ecamatan Parung Baru atau Muara aku sesuai yang naga dan waktu.

berdasarkan skala

6 ha Menengah

Tabel 6. Penyebaran usaha pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor, berdasarkan wilayah Kecamatan.

No Kecamatan Jumlah Pelaku

Usaha Rataan Produksi/tahun (ton) 1 Caringin 1 42 2 Cariu 2 31,2 3 Ciampea 3 967,2 4 Ciawi 4 36 5 Cibinong 2 174,72 6 Cibungbulang 1 180 7 Cigudeg 2 79 8 Citeureup 2 48 9 Jasinga 3 72 10 Jonggol 3 63,6 11 Leuwiliang 4 946,8 12 Pamijahan 1 192 13 Parung 6 340,8 14 Parung Panjang 3 42 15 Tanjungsari 3 6,84 16 Tenjolaya 3 507,6

Dalam menjalankan usahanya, para pengolah pindang ikan skala mikro umumnya dilakukan sendiri oleh pemilik usaha, mulai dari pengadaan bahan baku, proses pengolahan sampai dengan pemasaran. Produk yang dihasilkannya memiliki cita rasa yang khas, karena selama proses perebusan dibubuhkan rempah-rempah seperti daun salam, sereh, lengkuas, kunyit, garam sehingga rasa dan aromanya lebih menarik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana, yaitu berupa badeng/kuali yang terbuat dari logam tahan karat, sehingga bisa dipakai berulang-ulang. Pembuatan pindang ikan dengan wadah badeng ini sangat ekonomis, karena tidak menggunakan besek sebagai wadah. Bahan baku yang digunakan sebagian besar ikan laut, seperti Tongkol, Cakalang, Layang, Etem dan Selar dan ikan air payau (bandeng). Ada beberapa wilayah yang mengunakan ikan