• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA SEBARAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN JUMLAH UPI : 505

STRUKTUR AHP

1.1 Latar Belakang

Peranan perikanan dalam pembangunan ekonomi cukup besar, baik sebagai penghasil bahan pangan sumber protein maupun sebagai penghasil devisa negara. Kebutuhan komoditi perikanan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi produk perikanan bagi kesehatan dan perkembangan otak. Para ahli gizi merekomendasikan bahwa konsumsi ikan sebaiknya bisa mencapai 25,55 kg/kapita/tahun (Dahuri, 2002). Tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari 21,78 kg/kapita/tahun (2001) menjadi 30,48 kg/kapita/tahun (2010). Tahun 2011 konsumsi ikan perkapita penduduk Indonesia mencapai 31,64 kg/kapita (PUSDATIN KKP, 2012). Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Bogor juga mengalami peningkatan dari 19,36 kg/kapita/tahun (2009) menjadi 22,15 kg/kapita/tahun (2011), walaupun masih dibawah rata-rata tingkat konsumsi ikan nasional.

Suatu bahan dapat berfungsi sebagai bahan pangan bila mempunyai beberapa persyaratan, yaitu mempunyai nilai gizi yang tinggi, dapat memenuhi selera, memuaskan rasa lapar seseorang, serta bersifat aman dan sehat bila dikonsumsi oleh manusia (Hadiwiyoto, 1993). Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang memiliki kandungan protein hewani cukup tinggi. Hampir semua asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia terkandung dalam daging ikan. Umumnya daging ikan terdiri dari 15-24% protein. Selain kaya akan protein hewani, ikan juga kaya akan asam lemak omega 3. Asam lemak ini baik untuk kesehatan jantung dan perkembangan otak anak (Agustini, et al, 2005). Kandungan asam lemak omega 3 yang dominan di dalam ikan adalah asam linoleat, asam eikosapentanoat (EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA). Kandungan lainnya pada ikan adalah nutrisi esensial seperti kalsium, fosfor, besi dan retinol. Nutrisi esensial ini sangat

2

penting bagi tubuh, terutama anak dan remaja di masa pertumbuhan. Vitamin dan mineral juga banyak terdapat di dalam daging ikan. Golongan vitamin yang banyak terkandung di dalam ikan adalah golongan vitamin yang larut di dalam lemak seperti vitamin A dan D. Sedangkan mineral yang dominan adalah fosfor, besi, kalsium, selenium dan iodium.

Potensi hasil laut Indonesia, khususnya perikanan cukup besar, diperkirakan mencapai 6,7 juta ton per tahun terdiri dari 4,4 juta ton di perairan nusantara dan 2,3 juta ton di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) (PUSDATIN KKP, 2012). Untuk memberikan nilai tambah terhadap hasil perikanan, mengingat ikan mudah membusuk, maka perlu dibuat alternatif pengolahan atau pengawetan guna memperpanjang masa simpan dan distribusinya. Dengan demikian perlu penanganan yang cepat, tepat dan benar untuk menjaga mutunya sebelum dipasarkan dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu, dari segi ekonomi akan memberikan nilai tambah (value added) terhadap harga jual produk. Hal ini diperlukan saat-saat musim ikan, dimana musim panen ikan sangat murah, tetapi permintaan konsumen cenderung stabil/tidak meningkat, sehingga ikan tidak habis dipasarkan dalam keadaan segar, maka masyarakat nelayan mengupayakan penyimpanan dalam cold storage, atau dengan usaha pengolahan dan pengawetan ikan dengan berbagai cara perlakuan, yaitu pengeringan/pengasinan, pemindangan dan pengasapan.

Pemindangan merupakan salah satu cara pengolahan ikan yang melalui tahapan penerimaan bahan baku, penyiangan, pencucian, penyusunan dan pengaraman, perebusan dan pendinginan. Pemindangan ikan sudah lama dikenal di tanah air, karena merupakan salah satu pengolahan tradisional yang turun-menurun. Usaha ini bahkan digeluti oleh sebagian besar masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Utara. Pemindangan ikan merupakan suatu teknik pengolahan dan pengawetan yang dikerjakan secara sederhana tetapi populer di Indonesia, sehingga digemari oleh masyarakat karena mempunyai rasa khas dan tidak terlalu asin (Winarno, 2002).

Perkembangan industri kecil menengah (IKM) pindang ikan memiliki potensi besar dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak, terutama para nelayan. Hal ini telah ditunjukkan oleh banyaknya IKM pindang ikan yang secara nasional mencapai 65.766 kepala keluarga (KK) dengan kapasitas 82.207 ton/bulan, untuk wilayah Jawa Barat jumlah IKM pemindangan ikan 24.108 KK dengan kapasitas 30.135 ton/bulan (APPIKANDO, 2012).

Kabupaten Bogor memiliki UMKM pemindangan ikan sebanyak 43 KK, dengan jumlah produksi 3.677,16 ton/tahun, tersebar di 16 Kecamatan, yaitu Cibinong, Ciampea, Tenjolaya, Parung, Ciawi, Caringin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Leuwiliang, Cibungbulang, Pamijahan, Citereup, Jonggol, Cariu dan Tanjungsari. Industri pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor memiliki jumlah produksi yang berbeda-beda mulai dari 40 kg/hari sampai 2.000 kg/hari. Jenis ikan yang digunakan untuk pindang di Kabupaten Bogor meliputi : ikan Cakalang, Baby tuna, Semar, Salem, Layang, Bandeng, Cucut, Lemuru, Tembang, Cendro, Deho, Como, Selar, Bentrong dan Mas (DPP Kabupaten Bogor, 2011)

Namun, usaha pengolahan hasil perikanan skala mikro, kecil dan menengah umumnya lemah dalam berbagai dimensi, baik dalam aspek permodalan, teknologi, informasi, manajemen maupun pemasaran. Menurut Heruwati (2002), produk olahan tradisional masih mempunyai citra buruk di mata konsumen, karena rendahnya mutu dan nilai nutrisi, tidak konsistennya nilai fungsional serta tidak adanya jaminan mutu dan keamanan bagi konsumen. Untuk itu, perlu dikaji kelayakan usaha dan aspek-aspek yang berpengaruh dalam pengembangan usaha tersebut. Diduga pengembangan pindang ikan di Kabupaten Bogor belum optimal karena keterbatasan modal, sarana produksi, pengetahun tentang sanitasi dan higienis, teknik pengemasan, manajemen dan pemasaran. Padahal sebagai penyangga kota Jakarta peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat setiap tahunnya, merupakan kondisi yang menguntungkan bagi industri pengolahan pindang. Hampir setiap keluarga membutuhkan asupan protein dan lauk-pauk, yang salah satunya dapat dipenuhinya dengan

4

mengkonsumsi ikan pindang. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha yang tepat, agar menjadi industri pengolahan pindang yang maju, mandiri dan berkelanjutan.