• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA SEBARAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN JUMLAH UPI : 505

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

4.7 Implikasi Manajerial Pengembangan Usaha Pengolahan Pindang Ikan

Berdasarkan hasil kajian maka dibuat implikasi manajerial dalam pengembangan usaha pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor, yaitu aspek keuangan, teknis, sosial dan lingkungan.

) $ # # ' ( . 4 # % # ) & ) $ -.) * ) , # 1 * ) $ # ' # ) " , 1 ) # ) $ # ) $ #, ) # ) !

85

4.7.1 Keuangan

Dalam aspek keuangan, implikasi manajerial yang dapat diterapkan adalah membuat buku harian, bulanan dan tahunan untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan usaha, sehingga jelas untung/ruginya. Selain itu juga perlu dilakukan pencatatan jumlah produksi harian dan jenis ikannya, sehingga perkiraan bahan tambahan (garam) dan besek/naya dapat diperhitungkan dengan mudah. Dengan pencatatan keuangan yang sistematis, selain mempermudah manajer mengelola keuangan juga dapat mempermudah akses perbankan jika diperlukan.

4.7.2 Teknis

Implikasi manajerial yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha pengolahan pindang ikan dari aspek teknis adalah membuat Good Manufacturing Practises (GMP) secara sederhana, mengajukan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) dan menerapkan sanitasi dan higienis dalam unit pengolahan pindang ikan, sehingga produk yang dihasilkan bermutu tinggi dan aman untuk dikonsumsi.

4.7.3 Sosial

Dalam aspek sosial, implikasi manajerial yang dapat diterapkan adalah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, menumbuhkan wirausahawan pemindangan ikan skala mikro, dan menumbuhkan industri kerajinan besek skala rumah tangga di lingkungan sekitar, sehingga mampu meningkatkan perekonomian penduduk sekitar. 4.7.4 Lingkungan

Implikasi manajerial yang dapat diterapkan dari aspek lingkungan adalah melakukan pengolahan limbah cair sisa rebusan pindang ikan sehingga menurunkan polusi udara dan air, sehingga lingkungan tetap bersih, indah dan sehat. Di samping itu perlu juga dilakukan terobosan baru pemanfaatan limbah menjadi petis dan kecap ikan.

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Pindang Ikan Skala Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Berdasarkan skala usahanya, pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor terbagi menjadi 3 skala usaha, yaitu mikro, kecil dan menengah, yang masing-masing berjumlah 14, 23 dan 6 pelaku usaha. Pada umumnya usaha pengolahan pindang skala mikro mendapatkan bahan baku dari pelaku usaha skala kecil dan menengah, karena keterbatasan sarana penyimpanan dan modal usaha sehingga hanya mampu membeli ikan secukupnya untuk diolah pada hari itu juga. Produk yang dihasilkannya memiliki cita rasa yang khas, karena selama proses perebusan dibubuhkan rempah-rempah seperti daun salam, sereh, lengkuas, kunyit, garam sehingga rasa dan aromanya lebih menarik. Usaha pengolahan pindang ikan skala kecil dan menengah mempunyai banyak kemiripan, yang membedakan adalah skala usahanya. Umumnya mereka mempunyai

coldstorage atau frezer, untuk menyimpan bahan baku agar tidak mengalami penurunan kualitas. Proses pengolahan produknya ada 2 cara, yaitu pindang badeng dan pindang besek/naya.

2. Sistem Produksi Unit Pengolahan Pindang Ikan di Kabupaten Bogor – Jawa Barat ada 2 (dua) cara yaitu pindang badeng dan pindang besek/naya (cue). Pada dasarnya kedua cara tersebut pada mempunyai 3 prinsip pengawetan yang sama yaitu proses pemanasan, penggaraman dan proses pengurangan kadar air. Yang membedakan adalah wadah yang digunakan saat merebus ikan tersebut.

3. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha, pengolahan pindang ikan skala mikro, kecil dan menengah di Kabupaten Bogor layak untuk dikembangkan, karena mempunyai nilai PBP dibawah umur ekonomisnya, NPV nya positif,

88

IRR nya di atas discount factor dan Net B/C di atas satu. Pada umumnya usaha skala mikro dan kecil lebih dapat bertahan jika terjadi kenaikan harga bahan baku maupun penurunan harga penjualan produk jika dibandingkan usaha skala menengah. Untuk usaha skala mikro dan kecil, jika terjadi kenaikan harga bahan baku per kg sampai 5% kelayakan usahanya masih bisa dikatakan layak, karena nilai NPV masih positif, namun untuk usaha skala menengah sudah tidak layak, karena nilai NPV negatif. Untuk usaha skala mikro dan kecil penurunan harga jual produk per kg sampai 3% kelayakan usahanya masih bisa dikatakan layak, karena nilai NPV masih positif dan IRR masih di atas tingkat suku bunga, namun jika penurunan harga penjualan produk per kg 5%, sudah tidak layak. Untuk usaha skala menengah penurunan penjualan produk per kg 2% usaha masih bisa dikatakan layak, namun jika penurunan penjualan produk per kg turun 3%, maka usaha sudah tidak layak lagi karena nilai NPVnya negatif

4. Strategi pengembangan usaha pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah lebih memprioritaskan pada peningkatan kemampuan SDM dan perbaikan sarana dan prasarana produksi, untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat dengan memanfaatkan peluang yang ada, memperbaiki kelemahan, memaksimalkan kekuatan serta menghadapi semua ancaman dengan memprioritaskan pada pemenuhan permintaan yang semakin meningkat, memperbaiki kualitas yang ada, menjaga agar harga jual tetap kompetitif serta menjamin ketersediaan bahan baku, diharapkan usaha pengolahan pindang ikan dapat tumbuh dan berkembang.

2. Saran

Saran yang perlu diperhatikan untuk pengembangan Usaha Pengolahan Pindang Ikan Skala Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan SDM mengenai aspek manajemenusaha, manajemen mutu, produksi dan keuangan sehingga para pengolah pindang ikan dapat mengelola usahanya dengan baik dan mampu memproduksi pindang ikan

yang berkualitas sehingga aman untuk dikonsumsi dan menarik minat konsumen.

2. Perlu dilakukan perbaikan sarana dan prasarana produksi, terutama pada peralatan yang mudah mengkontaminasi produk.

3. Perlu dibuatkan SOP dan SSOP sederhana, sehingga mutu produknya dapat dipertahankan.

4. Dalam pengolahan produk pengunaan koran bekas harus dihindari, karena mengandung senyawa Timbal (Pb), yang dapat membahayakan konsumen. 5. Bagi para calon wirausahawan yang berminat untuk mengembangkan usaha

sejenis, pengolahan pindang ikan merupakan salah satu cara pengolahan hasil perikanan yang dilakukan secara sederhana namun mempunyai tingkat kelayakan yang cukup bagus jika dikelola dengan baik sehingga layak untuk dikembangkan.