• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PENGOLAHAN HIDUP BAGI PERKEMBANGAN

A. Gambaran Umum Katekese

Gambaran umum katekese meliputi pengertian katekese, tujuan katekese, fungsi dan unsur-unsur katekese. Katekese selalu berkembang dari zaman ke zaman dan memiliki kekhususan pada setiap zaman serta tempat tertentu. Meskipun demikian tetap ada pengertian mendasar yang dapat dijadikan pedoman. Katekese senantiasa berpusat pada pribadi Yesus Kristus, maka dari itu Kristus disebut sebagai jantung katekese (CT, art. 5). Dalam katekese, pengalaman hidup peserta akan pribadi Kristus merupakan hal yang penting dan tidak bisa dilupakan. Katekese senantiasa mengarahkan semua orang beriman kepada pertobatan. Dan melalui katekese ini, pengolahan hidup bagi perkembangan suster yunior sangat membantu dalam hidup panggilan mereka sebagai seorang religius terutama sebagai suster yunior KYM.

1. Pengertian Katekese

Dalam pembahasan ini, penulis mengartikan katekese sebagai pendewasaan iman. Katekese sebagai pendewasaan iman membantu semua orang, pada umumnya para suster yunior KYM pada khususnya untuk menemukan gambaran dirinya sebagai citra Allah dalam pribadi Kristus, gambaran Allah yang

sempurna. Lewat pendalaman serta pengolahan pengalaman hidupnya akan pribadi Kristus lambat laun para suster yunior KYM diharapkan semakin menyerupai Kristus melalui pengalaman hidupnya.

Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman melalui kesaksian para peserta yang saling membantu (PKKI II. 1980). Dalam katekese umat ini, kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus. Pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi sabda Allah. Yang berkatekese ialah umat, artinya semua umat beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus. Kristus menjadi pola hidup pribadi dan juga menjadi pola hidup kelompok.

Pemimpin katekese bertindak sebagai pengarah (fasilitator). Ia berusaha menciptakan suasana yang komunikatif supaya peserta katekese berani berbicara secara terbuka sehingga terjadi komunikasi iman, supaya dalam terang Injil peserta semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman hidupnya sehari-hari (Yosef Lalu, 2005: 5-6).

Catechesi Tradendae (1992: art. 5) menjelaskan bahwa katekese adalah usaha membina dan mendidik umat beriman supaya mereka makin mampu mengimani Yesus Putra Allah. Pembinaan dan pendidikan iman tersebut dimaksudkan agar iman umat Kristen semakin dewasa sehingga mereka mampu menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat. Oleh sebab itu tidak seorang pun dari anggota Gereja dibebaskan dari kewajiban menerima katekese, sebab dengan menerima katekese, umat dibantu untuk semakin mendalami arti kegiatan,

kata-kata dan perbuatan Yesus Kristus, sehingga mereka dimampukan pula untuk mempribadikannya dalam seluruh tindakan hidupnya sehari-hari.

Katekese sebagai pembinaan untuk mendewasakan iman umat pada hakekatnya merupakan komunikasi iman atau kesaksian akan karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Isi komunikasi tersebut berupa penafsiran Kitab Suci atau Tradisi Gereja maupun pengalaman atau kesaksian hidup umat Kristen. Kitab Suci perlu ditafsirkan supaya mendasari sikap dan tindakan hidup umat dalam perjuangan hidup maupun dalam merefleksikan arti pengalaman hidup yang dialaminya setiap hari. Dengan demikian umat dibantu untuk memahami dan menyadari bahwa dalam situasi hidupnya Allah berkarya menyelamatkan manusia. Pengalaman akan karya penyelamatan Allah yang ditemukan dalam pergulatan hidupnya setiap hari perlu dikomunikasikan agar membantu sesamanya dalam proses pendalaman dan pendewasaan iman. Maka sebagai usaha pembinaan dan pendidikan kedewasaan iman, berdasarkan hasil PKKI II, Katekese umat diartikan:

“Katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghanyatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan ada perencanaan”. (Yosef Lalu, 2005: 5).

Katekese yang diartikan di sini adalah komunikasi iman dalam arti tukar pengalaman iman atau penghayatan iman antar umat beriman akan Yesus Kristus sebagai kesaksian iman yang berakar dari hidup mereka sendiri. Dalam komunikasi iman tersebut yang menjadi isi komunikasi adalah iman yang telah

menjadi suatu pengalaman hidup seseorang. Dan iman di sini adalah peristiwa dimana seseorang yakin akan campur tangan Allah dalam hidupnya. Maka dalam komunikasi iman Kristiani yang dikomunikasikan adalah pengalaman iman, akan pribadi Yesus Kristus yang bersengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan umat manusia. Adapun tujuan komunikasi iman, berdasarkan hasil PKKI II adalah:

“Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari, dan kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari, dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita, pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta, sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat”(Yosef Lalu, 2005: 5-6).

Pengalaman hidup setiap hari menjadi suatu pengalaman iman bila umat menemukan maksud atau kehendak Allah dalam pengalaman hidupnya, sebab dalam pengalaman hidup itulah Allah menyatakan kehendak-Nya. Umat akan mampu menemukan kehendak Allah dalam pengalaman hidupnya bila sabda Allah menjadi petunjuk terhadap perjuangan hidupnya sehari-hari. Dengan demikian katekese juga merupakan usaha untuk mendalami sabda Allah. Dalam usaha itulah umat semakin dimampukan untuk memahami kehendak Allah dalam peristiwa hidupnya dan itulah yang dikomunikasikan dalam katekese. Maka selain sebagai komunikasi iman katekese juga dapat diartikan sebagai, usaha saling menolong terus-menerus setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Yesus Kristus menuju kepada hidup kristiani yang dewasa penuh. Katekese dimaksudkan pula untuk mendorong umat

makin terlibat aktif dalam dinamika hidup menggereja yaitu menjadikan keprihatinan Kristus sebagai keprihatinan hidupnya sehingga mereka ditantang untuk merealisasikan melalui peristiwa-peristiwa hidupnya.

2. Tujuan Katekese

Menurut Paus Yohanes Paulus II, dalam Ajaran Apostolik Catechesi Tradendae, (1997 art. 20) menyatakan tujuan katekese ialah: “Berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristus”. Dari rumusan ini terkandung makna bahwa katekese membantu mengembangkan iman umat secara terus-menerus yang dihanyati dalam kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari dapat menghayati hidupnya menurut semangat dan teladan Yesus Kristus. Akan tetapi disadari pula bahwa upaya untuk memperkembangkan iman bukan merupakan usaha manusia semata melainkan berkat rahmat dan bantuan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang membimbing dan berkarya di dalam hati, pikiran mendorong dan menyemangati umat beriman dalam upaya, memperkembangkan iman.

Katekese mambantu orang untuk saling meneguhkan imannya memahami rencana Allah dalam hidupnya, ke arah masa depan penuh pengharapan. Dan membawa orang lebih memahami dan mengalami karya keselamatan Allah yang dilaksanakan dalam kenyataan hidup sehari-hari. Katekese membantu orang juga untuk semakin bersatu dengan Yesus Kristus dan dengan Gereja sebagai persekutuan umat beriman, sehingga mereka mampu untuk hidup menurut semangat Yesus Kristus yang datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani.

Yesus Kristus yang kita imani hendak diwujudkan dalam hidup sehari-hari dan disetiap pengalaman hidup kita. Kesaksian iman akan kasih Allah, melalui Yesus Kristus sebagai putra Allah yang datang untuk mencari dan menyelamatkan semua orang dan mewartakan keselamatan itu kepada semua orang. Orang yang hanya berpokus pada dirinya sendiri dan tidak mau keluar dari diri akan semakin jauh dari Yesus Kristus. Maka katekese harus menanggapi situasi hidup manusia yang konkret, sesuai keadaan dan kebutuhan umat itu sendiri

Katekese juga membimbing dan membina orang beriman dalam kehidupan kristiani yang mendalam, menumbuhkan dan mendorong keterlibatan dalam kehidupan bersama, baik secara pribadi maupun dalam hidup persekutuan. Dan lebih luas lagi ikut bertanggungjawab dalam membangun suatu dunia yang lebih baik untuk dihuni sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah semakin terwujud dalam kehidupan umat.

Katekese juga membawa umat beriman makin sadar untuk terlibat dalam persoalan-persoalan dan pergulatan hidup konkret yang dialami. Sehingga dapat terlibat secara aktif dalam perjuangan bersama dan memberi makna dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup nyata, di mana umat beriman dapat menjadi terang dan garam dunia (bdk. Mat. 5: 13) di tengah-tengah masyarakat.

3. Unsur-Unsur Katekese

Katekese sebagai komunikasi iman, berarti para peserta saling bertukar pengalaman iman masing-masing sebagai kesaksian hidup dimana para peserta dapat saling membantu menguatkan dan meneguhkan iman mereka

masing-masing. Dengan itu diharapkan agar iman semakin dihanyati secara lebih sempurna, dan mendorong mereka masing-masing untuk lebih peduli dan terlibat dalam berbagai persoalan konkret yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan imannya. Oleh karena itu, katekese perlu diupanyakan sedemikian rupa dengan memperhatikan keempat unsur seperti:

a. Pengalaman Hidup

Katekese sebagai komunikasi iman merupakan kesaksian yang berpangkal pada apa yang sungguh dialami (Setyakarjana, 1997: 74). Untuk itu dalam berkatekese hendaknya bertolak dari pengalaman konkret peserta. Untuk sampai pada kematangan iman, orang harus berani menggumuli pengalaman hidupnya atas dasar iman yang diterimanya sebagai rahmat Allah. Menemukan kehendak Allah dalam setiap peristiwa hidupnya, berarti orang akan mengenal kehadiran Allah dan memungkinkannya semakin berani menanggapi tawaran Allah. Maksud pengalaman hidup di sini adalah peristiwa-peristiwa hidup yang dialami setiap hari baik suka maupun duka dalam perjumpaan dengan Allah.

b. Komunikasi Iman

Dalam komunikasi ini diungkapkan keprihatinan maupun kegembiraan iman yang merupakan keadaan dan sikap pada saat itu (Suhardiyanto, 2007: 2). Dalam komunikasi akan menyumbangkan dan menerima kritik, ide, serta usulan untuk membangun suatu tatanan hidup baru. Dalam hal ini katekese sungguh menjadi pembinaan menuju kedewasaan iman jika dipraktekan berdasarkan visi dan tradisi kristiani. Dengan demikian peserta diteguhkan dalam pengalaman hidupnya yang nyata.

c. Komunikasi dengan Tradisi Gereja.

Sebagai umat kristiani, iman kita didasari oleh pribadi Yesus Kristus dan iman para rasul akan Dia sebagai penyelamat. Maka komunikasi iman tidak bisa lepas dari kesaksian para rasul, yang terungkap dalam Kitab Suci dan dihayati oleh Gereja sepanjang masa sampai pada saat ini (Suhardiyanto, 2007: 3). Iman para rasul merupakan dasar iman kita sebagai umat kristiani, maka kita tidak bisa lepas dari Tradisi Kristiani. Dengan mengimani Yesus sebagai penyelamat, pengalaman konkret hidup setiap hari akan semakin bermakna.

d. Arah Keterlibatan Baru

Katekese sebagai komunikasi iman harus menolong para peserta untuk mengalami panggilan mereka sehingga hidup mereka terarah kepada pembaharuan hidup. Dan pengalaman hidup peserta yang dikomunikasikan dengan Tradisi kristiani akan semakin sempurna jika dilanjutkan kearah keterlibatan baru.

Dokumen terkait