• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PEMBINAAN PARA SUSTER YUNIOR DALAM

B. Pembinaan Suster Yunior Tarekat KYM

2. Semangat Yang dibina Pada Masa Yunior

Tarekat KYM adalah tarekat aktif, oleh karena itu tarekat KYM aktif berkarya sebagai perwujudan tugas perutusan. Melalui karya yang ditangani, tarekat KYM ingin menyalurkan cinta kepada sesama sebagai ungkapan cinta kasih Tuhan. Dalam hal ini tarekat memberi kesempatan bertanggung jawab untuk hidup, dan berupaya memahami kebutuhan-kebutuhan nyata dari tanda-tanda zaman dan perkembangan maupun masyarakat (Konst KYM, 2003: art. 03).

Sebagai wujud nyata dari keinginan tersebut maka tarekat memberi kepercayaan kepada suster yunior untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas dalam hal membagi waktu untuk tugas komunitas serta melatih bekerjasama dengan oranglain dan mengutus mereka bertugas sesuai dengan bakat mereka yang mendukung tarekat seperti: semangat kerasulan, semangat pendidikan, kesehatan dan intelektual.

a. Semangat Kerasulan.

Adapun tujuan karya kerasulan sekaligus sesuai dengan nasehat injili yaitu dengan tekun megembangkan jerih payah untuk pembangunan dan pengembangan Tubuh Mistik Kristus dan demi kesejahteraan Gereja-gereja khusus (CD, art. 38). Yesus Kristus datang ke dunia untuk mewartakan Kerajaan Allah dan untuk melanjutkan tugas itu, Ia mengutus para rasul. Sabda Allah semestinya di wartakan ke seluruh dunia seperti di sabdakan-Nya: “Pergilah ke seluruh dunia, wartakanlah injil dan baptislah semua orang atas nama-Ku” (Mat. 28: 19).

Mewartakan Sabda Allah merupakan tindak lanjut dan perwujudan konkret diri rahmat pembaptisan orang Kristen.

Para suster yunior KYM secara khusus belajar merasul dengan menjalankan tugas apostolik. Jiwa dan semangat pengabdian perlu dikembangkan melalui hidup kerasulan selama masa yuniorat. Pembinaan dan pendampingan karya kerasulan masa yuniorat perlu mengarahkan kepada suatu kesadaran bahwa dirinya sebagai orang yang di utus. Sebagai utusan maka perlu memiliki kebebasan dan semangat pengabdian. Kita pun terpanggil untuk menjalankan tugas perutusan : kita di utus bahkan melintasi pembatasan, baik di dalam maupun di luar negri (Konst KYM, 2003: art. 51).

Zaman sekarang ini ditekankan bahwa semua kaum religius baik pria maupun wanita harus membantu Uskup dimanapun mereka berada. Bentuk dan kerjasama religius yang tumbuh dan berkembang menurut kebutuhan dan keadaan setempat, merupakan bantuan yang di bidang pastoral. Kerjasama ini dapat berbentuk kerasulan kepada masyarakat, seperti: pewartaan sabda, pelajaran agama dan lain sebagainya. Tarekat KYM menyadari pentingnya dalam semuanya ini karena sesuai dengan semangat pendiri. Sebab itu Tareka KYM perlu membina suster yunior dalam bidang kerasulan dan pada akhirnya dapat menangani karya kerasulan ini. Tugas kerasulan bagi para suster biasanya sangat berat karena terjun langsung di tengah-tengah masyarakat.

Para suster yunior percaya bahwa jika berusaha untuk melayani demi Kerjaan Allah maka Tuhan akan membantu. Hal tersebut juga ditegaskan dalam Konstitusi KYM (2003, art. 49) yang mengatakan “Praktek kerasulan sebagai

Kongregasi dan sebagai suster yaitu siap sedia bagi Kerajaan Allah dengan kemampuan yang ada pada kita”.

Kerasulan para suster KYM hendaknya didukung oleh kedekatan dan perhatian kepada manusia dan hidupnya dan didukung oleh kehadiran yang hangat (Konst KYM, 2003: art. 54). Dalam melaksanakan kerasulan ini haruslah membutuhkan kesungguhan hati dan perjuangan untuk menanggapinya.

b. Pendidikan

Sebagai anggota tarekat KYM, suster yunior harus siap sedia menerima tugas dan bersedia ditugaskan di mana saja, mereka menerima tugas mendidik di sekolah, baik sebagai guru maupun pendamping anak-anak asrama. Mereka meyakini dan berharap bahwa tugas tersebut akan meningkatkan perkembangan sampai maksimal, dan menambah pengalaman untuk dapat mengambil “pimpinan yang bertanggung jawab disuatu bidang pada waktunya” (Darminta, 1975: 33). Tanggung jawab dan kesetiaan dalam tugas adalah hal yang sangat penting bagi seorang religius untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tarekat mengharapkan para suster yunior melaksanakan kewajibanya semaksimal mungkin, tetapi tidak berarti harus memaksakan diri, karena dalam Konstitusi KYM ditegaskan agar setiap suster hendaknya bekerja menurut kemampuannya. (Konst KYM, 2003: art. 54).

Tarekat KYM menangani karya pelayanan dalam pendidikan melalui sekolah-sekolah untuk membina anak-anak dalam mempersiapkan diri dan membentuk kepribadian yang dewasa dan beriman. Hal ini sesuai dengan

semangat pendiri dan yang meneruskan karya yang sudah dimulai dari dahulu. Pastor Antonius van Erp di parokinya bercita-cita mamberikan pendidikan katolik anak-anak dan mendirikan sekolah merajut bagi kaum wanita, (Konst KYM, 2003: art. 53-54 ).

Dengan berkarya, suster yunior harus tetap memperhatikan semangat tarekat sehingga selalu berpegang pada semboyan ORA ET LABORA. “ Karya yang diserahkan kapada suster yunior adalah sekedar untuk belajar menyelesaikan tugas dengan tanggung jawab dan hasil memuaskan dari hasil kepentingan religius, jadi bukan demi kepentingan karyanya” (Soenarja, 1973: 32). Jangan sekiranya sampai orang muda ditekan dengan karya yang diserahkan menjadi tanggung jawabnya. Hendaknya tanggung jawab diberikan menurut kemampuan dan kekuatannya. Soenarja (1973: 33) mengatakan bahwa “perkembangan dipaksa berhenti karena karya mencekik pertumbuhan normal, pekerjaan tidak bisa selesai, sampai menimbulkan rasa gagal, frustasi dan putus asa”.

c. Kesehatan

Suster yunior KYM juga melayani dalam bidang kesehatan yakni pewartaan orang-orang sakit merupakan bagian dari kehidupan manusia, di mana pengalaman ini sering menggoncangkan hidup manusia. Tujuan pelayanan kesehatan terutama untuk mewujudkan cinta amal kasih kepada orang sakit yang sangat membutuhkan perawatan dan perhatian, (Konst KYM, 2003 art 54). Para suster yunior KYM yang bertugas dalam bidang kesehatan ini harus mengadakan

penyembuhan lewat bantuan medis dan memberi perhatian dengan penuh cinta kasih untuk mempercepat proses penyembuhan si pasien.

Untuk menjadi perawat yang baik tentu memerlukan pengetahuan dan pengalaman di bidang kesehatan, untuk itu bagi para suster diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan melalui studi yang dipercayakan kepada anggotanya yang dianggap mampu membantu perkembangan mereka. Demi terwujudnya tujuan tersebut maka tarekat menangani karya pelayanan pengobatan atau poloklinik dan BKIA.

d. Pengembangan Intelektual

Studi seorang religius diharapkan bisa berhasil dengan baik demi pembaktian yang diharapkan bisa berhasil dengan baik dan demi kepentingan tarekat sendiri. Melihat perkembangan zaman yang begitu pesat dengan segala tehnologi yang serba canggih membuat terekat mau tidak mau harus mengikuti arus perkembangan zaman. Untuk itu suster-suster yunior diprioritaskan untuk melanjutkan studi ke lembaga-lembaga, fakultas-fakultas dan universitas lainnya, yang dipandang sungguh berguna dan mampu memenuhi pelbagai kebutuhan kerasulan (OT, art. 18). Jadi studi dimasa yuniorat dimaksudkan untuk memberikan sarana lengkap kepada religius bagi tugas-tugasnya dimasa yang akan datang (Soenarja , 1973: 32).

Tarekat tetap memperhatikan kemampuan yang dimiliki oleh setiap pribadi menyerahkan sepenuhnya kepada suster yang bersangkutan sebagai tanggung jawab dengan segala daya dan usahanya. Sr. Leonarda Situmorang

KYM sebagai pimpinan umum dan Sr. Nikasia Sinaga KYM sebagai wakil pimpinan umum pada waktu masa jabatannya selalu mengingatkan para suster yunior yang studi: kalian adalah suster yang studi bukan orang yang studi yang berprofesi sebagai suster. Maka nilai bukan hal yang terpenting, walaupun nilai baik itu perlu, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kamu telah berusaha untuk mempertanggung-jawabkannya ( Nasehat dari Sr.Leonarda KYM dan Sr.Nikasia KYM ). Tarekat tidak pernah melepas para suster yunior yang studi begitu saja, tetapi mereka selalu didampingi melalui tim pembina yang selalu siap dengan bahan-bahan refleksi dan siap menjadi pendengar yang baik. Para suster studi yang selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan kampus dan buku-buku pelajaran, jangan sampai melupakan kehidupan rohani. Hidup doa harus lebih diutamakan dari yang lainnya inilah yang selalu ditekankan kepada suster-suster yunior.

Soenarja (1973: 2) mengatakan bahwa “para intelektual akan menentukan mutu, daya hidup dan ketahanan spiritual bagi tarekat dimasa depan”. Pendidikan pada masa yuniorat hendaknya sistematis disesuaikan dengan daya tangkap anggota baik rohani maupun apostolik dan praktis, bila mungkin juga dengan memperoleh gelar yang layak. Pengembangan intelektual pada masa yuniorat sangat penting dan menjadi salah satu pembentukan hidup religius maka pengembangan tersebut memerlukan ketekunan dari masing-masing pribadi karena perkembangan ilmu sejalan dengan panggilan hidup manusia.

Darminta (1982: 104) mengatakan “kecuali studi formal, orang harus dibina agar mempunyai minat-minat dan kemampuan untuk belajar secara pribadi, mengolah hidup”. Dengan pendidikan itu diharapkan masing-masing yunior dapat

menghayati panggilan dengan penuh kepercayaan dan mampu mempertanggung-jawabkan panggilannya. Hal ini merupakan bekal untuk mewartakan injil secara efektif.

Dokumen terkait