• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Mengingat makna pengolahan hidup bagi perkembangan para suster yunior selama masa pembinaan, maka bagian saran ini ada beberapa konsekuensi yang perlu diperhatikan dalam pembinaan, agar para suster yunior KYM terbantu dalam menghayati penggilannya sebagai religius dan menjadi pribadi yang dewasa dalam tugas dan perutusan tarekat nantinya.

1. Pembimbing atau Pembina

a. Pembimbing mengadakan kunjungan secara rutin dan merata kepada suster yunior di komunitas-komunitas di mana yunior berada.

b. Pembina benar-benar memahami dan mengerti situasi para yunior sehingga dapat membantu para yunior untuk mengolah pengalamannya setiap hari.

c. Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pembinaan khususnya pengolahan hidup, hendaknya pembina suster yunior menyiapkan dengan sungguh-sungguh serta membuat program yang jelas dan spesifik mengenai pelaksanaan pembinaan para suster yunior KYM.

d. Pembina sebaiknya tidak merangkap tugas.

2. Pemimpin

a. Suster muda sabagai anggota muda dalam tarekat perlu pembinaan yang terus-menerus baik dalam dirinya sendiri maupun dari pihak tarekat. Maka hendaknya tarekat memilih orang yang sungguh punya kemauan dan berpotensi untuk mendampingi para suster yunior dalam rangka proses pembinaan. Karena peran seorang pendamping sangatlah besar bagi perkembangan kepribadian dan spiritualitas para suster yunior.

b. Pemimpin sungguh-sungguh membuat dirinya menjadi sahabat bagi para yunior yakni dengan cara mengundang yunior untuk berbagi pengalaman, di sini pemimpin tidak pasif hanya menunggu dari pihak yunior.

3. Komunitas

a. Adanya tata harian yang mendukung pembinaan

b. Bagi para senior harus bisa menjadi kehidupan atau teladan bagi para yunior yakni mendukung hidup panggilan para yunior, yakni lewat sikap hidup sehari-hari.

c. Komunitas mengusahakan dapat menjadi tempat pertumbuhan bagi para yunior untuk mencintai Tarekat.

4. Yunior

a. Yunior berusaha mengembangkan diri untuk mendalami semangat kongregasi, tidak hanya terpengaruh dengan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan atau melemahkan diri.

b. Para yunior berani terbuka terhadap komunitas, pemimpin dan pembimbing bila mengalami kesulitan dalam hidup berkomunitas, kaul-kaul, doa dan karya pelayanannya.

c. Para yunior harus mampu menerima setiap pengalaman yang menyedihkan, dan melemahkan panggilan dan sungguh-sungguh mampu memberikan diri untuk dibimbing.

d. Suster yunior juga harus menyadari bahwa pengolahan hidup sangat membantu perkembangan hidup panggilan jika mau menerimanya.

e. Pribadi dewasa adalah pribadi yang matang hidupnya, yang ditandai dengan perkembangan sikap penerimaan diri dan mampu untuk memaknai setiap pengalaman hidupnya. Untuk sampai pada tingkat kematangan tersebut setiap suster yunior KYM disarankan agar memperdalam pemahaman mengenai pengolahan hidup. Dengan demikian suster yunior KYM akan terbantu untuk sampai pada suatu pemaknaan hidup dan panggilan yang sedang dijalaninya, serta semakin radikal dalam menanggapi panggilan Allah.

Penulis telah membahas pokok pikiran tentang makna pengolahan hidup bagi perkembangan suster yunior KYM. Pokok pikiran ini diharapkan dapat memperluas cakrawala suster-suster yunior dan para pembina dalam memperkembangkan dan mendewasakan pribadi mereka sebagai orang yang terpanggil.

Demikian kiranya kesimpulan dan saran yang dapat saya rangkum dari

uraian tentang “MAKNA PENGOLAHAN HIDUP BAGI

PERKEMBANGAN SUSTER YUNIOR SELAMA MASA PEMBINAAN

DALAM TAREKAT KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA

PERTOLONGAN BAIK ( KYM )”. Harapan penulis, semoga karya tulis ini, sungguh-sungguh berguna dan menjadi inspirasi bagi saya, juga para pembaca dalam usaha mematangkan panggilan hidup sebagai seorang biarawati khususnya dalam Kongregasi KYM. Dan akhirnya tidak ada gading yang tidak retak. Demikian juga skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Penulis menyadari bahwa pokok pikiran yang dibahas dalam skripsi ini belum sempurna. Maka, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Dan penulis akan merangkum juga dengan sebuah lagu yang berjudul ”PANGGILAN-MU”. ( Lihat lampiran-5 )

Angga Restuaji, Titus. (2008). Menyimpan Luka Dalam Hati. (Rohani. Juni. Hal. 9). Yogyakarta: Kanisius.

CMF. (2008). Pengolahan Hidup. Diktat para frater-frater CMF. Yogyakarta Darminta, J. (1975). Hidup Berkaul. Yogyakarta: Kanisius

__________. (1981). Persembahanku Cintaku. Yogyakarta: Kanisius

__________. (1982). Berbagai Segi Penghayatan Hidup Religius Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius.

__________. (1997). Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta: Kanisius

De Armen, Nabij. (tanpa tahun). Vinsent De Paul Butir-Butir Emas: Petuah-petuah De Paul Bapa Kaum Papa. (Verrij, Edward, OFM. Cap., Penerjemah). Pematang Siantar. Seminari Menengah

Fransiska. (2005). Panggilan itu Anugerah dan Misteri. (Rohani, Juli. Hal. 25). Yogyakarta: Kanisius.

Fuster, J.M. (1987). Tehnik Mendewasakan Diri. Yogyakarta: Kanisius Grum, Anselm OSB. (1985). Doa-Doa Mengenal Diri. Yogyakarta: Kanisius Harjawiyata, Frans. (1983). Bentuk-Bentuk Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). (Januari, 1983).( Kartosiswoyo Pr, Koordinator Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen Asli diterbitkan November, 1983).

Kongregasi KYM. (2003). Konstitusi KYM. Pematang Siantar. Aneka Guna ______________. (2003). Statuta KYM. Pematang Siantar. Aneka Guna

______________. (2005). Laporan Pertanggung jawaban Pimpinan Umum KYM. Mewujudkan Jati Diri St.Vinsensius a Paulo dalam Persaudaraan. Pematang Siantar

______________. (2006). Surat dari Pembimbing Suster Yunior KYM. Pematang Siantar.

______________. (2008). Pedoman Pembinaan KYM. Pematang Siantar.

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumentasi dan Penerangan KWI). Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Komisi Kateketik KWI. Jakarta: Obor. Maloney, Robert, P, CM (1994). Mendengarkan Sebagai Dasar Spiritualitas,

dalam SERIKAT KECIL: Majalah Seminari Tinggi CM, Malang. Mardi, Prasetya. (1992). Psikologi Hidup Rohani Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius ____________. (1992). Psikologi Hidup Rohani Jilid 2. Yogyaka: Kanisius ____________. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Jilid 1.

Yogyakarta: Kanisius

____________. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius

Martasudjita, dkk. (2009). Inspirasi Batin. Yogyakarta: Kanisius

Panitia Spiritualitas KOPTARI. (2008). Membangun Komunitas Formatif. Yogyakarta: Kanisius

Philomena, Agudo. (1988). Aku Memilih Engkau. Yogyakarta: Kanisius Ponticelli. S. (2003). Dalam Bimbingan Santo Vinsensius. Surabaya. Dioma. Prajasuta, F.X. (2007). Mutu Hidup. Tanpa penerbit.

Ratzinger, Yosef Kardinal., (1995). Katekismu Gereja Katolik. Terjemahan, Herman Embuiro SVD. Ende.

Ridick, Joice. (1987). Kaul Harta Melimpah Dalam Bejana Tanah Liat. Yogyakarta: Kanisius

Roman, M. (1993). Santo Vinsensius de Paul: Hidup Panggilan dan Spiritualnya. Malang: Diamo.

Setyakarjana. J.S.SJ, (1997). Mencari Arah Katekese Dalam Gereja Yang Berkembang Di Indonesia.(Pengumpulan naskah). Arah Katekese Di Indonesia. Yogyakarta: Puskat

Soenarja, A. (1987). Pengaruh Religius Muda. Yogyakarta: Kanisius

Sudaryanto, Agus. (2000). Bahan Pendalaman dan Kegiatan Yubeleum 2000. Surabaya

Suhardiyanto, H, J. (2007). Sejarah Pendidikan Agama Katolik Indonesia. Diktat Mata Kuliah Semester IV, Fakultas Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

______________. (2008). Teori Pendidikan Kader: Diktat Mata Kuliah Semester VII, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sumarno Ds., M. (2009). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Suparno, Paul, SJ. (2005). Taat Pada Keputusan Bersama. (Rohani. Maret. Hal.

39). Yogyakarta: Kanisius.

___________. (2005). Lepas Bebas Terhadap Jabatan dan Pekerjaan. (Rohani. Agustus. Hal. 39). Yogyakarta: Kanisisus.

___________. (2005). Persaudaraan Dalam Kebinekaan. (Rohani. September. Hal. 38) Yogyakarta: Kanisius

Supratiknya. (1993). Teori-Teori Sifat dan Behanvioristiknya. Yogyakarta: Kanisisus.

Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Obor: Jakarta.

Tondowidjojo, John. (1987). St.Vinsensius de Paul Pengikut Pembawa Gembira Kepada Kaum Miskin. Surabaya: Sanggar Bina Tama.

___________. (1991). Menyimak Kongregasi Misi. Surabaya: Sanggar Bina Tama.

Yohannes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen Asli Diterbitkan tahun 1979).

Bapa yang kekal

Kasih yang sempurna Kutrima dari-mu

Bukan karna kebaikanku Hanya oleh kasih karunia-mu Kau pulihkan aku layakanku Tuk dapat memanggil-mu

Bapa….

Kau bri yang kupinta Saat ku mencari ku mendapatkan Kuketuk pintumu Da kau bukakan Sbab kau bapaku Bapa yang kekal

Takkan kau biarkan Aku melangkah hanya sendirian Kau selalu ada bagiku Sbab kau bapaku Bapa yang kekal

HIDUP KITA DALAM DUNIA

1. Hidup kita dalam dunia Satu dengan sesama

Marilah kita saling mencinta Dalam persaudaraan

Amalkan cinta tuhan Buanglah kebencian Hidup dalam damai-nya Agar hidup di dunia Berkenan kepada tuhan

2. Satu di dalam perjuangan Memperoleh anugerah Jadi saksi pembawa damai Melayani sesama

Jauhkan cinta diri

Kembangkan dengan giat Sikap rela berkurban Yang setia sampai akhir Kan hidup selamanya

Pertanyaan Penuntun

1. Apakah teks tersebut berbicara dalam hidup pribadi para suster? Jelaskan! • Ya. Karena di dalam Konstitusi tersebut merupakan suatu titik tolak

bagi pembentukan persekutuan lebih lanjut yang dibentuk oleh orang-orang yang seraya mengakui adanya perbedaan pandangan, watak dan sikap satu sama lain.

• Berupaya menjadi apa yang kita pilih yaitu menjadi saudara-saudari serta meneguhkan dan memurnikan komunitas dan rasa hormat terhadap rahasia pribadi dan kebersamaan.

• Adanya saling memberi perhatian, memaafkan satu sama lain, mendengarkan dan didengarkan, setiap orang berhak berbicara dan merasa aman satu sama lain.

2. Nilai-nilai apakah yang dapat suster ambil dari teks Konstitusi tersebut? • Kebersamaan/persaudaraan yang sejati

• Keterbukaan hati

• Penerimaan diri antara satu dengan yang lain • Rela memafkan

ALANGKAH BAHAGIANYA

1. Alangkah bahagianya Hidup rukun dan damai Di dalam persaudaraan Bagai minyak dan harum

Reef: alangkah bahagianya Hidup rukun dan damai

2. Ibarat embun yang segar Pada pagi yang cerah Laksana anggur yang lezat Kan pemuas dahaga (reff)

3. Begitulah berkat Tuhan Dengan berlimpah ruah Turun ke atas mereka Kini dan selamanya (reff)

Dokumen terkait