• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum Desa Ranupan

Kondisi Geografis, Demografi dan Infrastruktur Desa Ranupani

Desa Ranupani terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Desa Ranupani memiliki luas 385 hektar. Sebelah utara Desa Ranupani berbatasan dengan Desa Ngadas dan sebelah Selatan berbatasan dengan Burno. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Argosari dan sebelah barat berbatasan dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Resort Ranupani.

Sebelum tahun 2002, Desa Ranupani merupakan salah satu dukuh/dusun di Desa Argosari. Pemisahan wilayah ini lebih dikarenakan oleh sulitnya penduduk di Ranupani dalam mengurus surat-menyurat atau administrsi jika terjadi sesuatu dalam kehidupannya, misalnya menikah, melahirkan, kematian dan lain-lain. Untuk mengurus keperluan administrasi tersebut penduduk Ranupani harus mengeluarkan uang sebesar Rp.50.000,- sebagai ongkos ojek untuk menuju ke ibu kota desa, yaitu Dukuh/Dusun Argosari. Apabila tidak bisa diselesaikan dalam satu hari biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk yang tinggal di Ranupani cukup besar yang tentunya sangat memberatkan bagi penduduk (Yuliati 2011).

Desa Ranupani ini merupakan desa terakhir sebelum melakukan pendakian ke Gunung Semeru yang juga termasuk daerah enclave. Desa Ranupani dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua atau empat dengan jarak tempuh kurang lebih 1,5 jam dari Malang maupun Lumajang (Nugroho 2014). Jalan menuju Desa Ranupani dari Tumpang hingga perbatasan Desa Ngadas dan Ranupani masih tergolong baik, sedangkan saat mulai memasuki Dusun Sidodadi jalan masih berbatu dan rusak. Hal ini terjadi karena perbedaan pemerintahan antara Desa Ngadas dan Ranupani. Desa Ngadas termasuk ke Kabupaten Malang, sedangkan Desa Ranupani termasuk ke Kabupaten Lumajang. Jarak pusat pemerintahan Desa Ranupani dengan Kecamatan Senduro sejauh 28 km, jarak dengan Kabupaten Lumajang sejauh 45 km, jarak dengan Kota Surabaya sejauh 145 km.

Areal pemukiman Desa Ranupani terbagi menjadi dua dusun, yakni Dusun Sidodadi dan Dusun Besaran dengan tujuh Rukun Tetangga (RT) dan dua Rukun Warga (RW). Dusun Sidodadi terbagi menjadi empat Rukun Tetangga (RT) dan satu Rukun Warga (RW), sedangkan Dusun Besaran terbagi menjadi tiga Rukun Tetangga (RT) dan satu Rukun Warga (RW). Nama Dusun Sidodadi dan Dusun Besaran ini juga memiliki cerita tersendiri:

“Awalnya Dusun Sidodadi bernama Dusun Gedok Asu karena pada zaman Belanda dulu terdapat kandang anjing (anjing dalam bahasa Jawa disebut Asu) untuk menjaga peternakan sapi Belanda. Disebut Dusun Besaran karena yang memiliki peternakan sapi tersebut adalah orang Belanda yang dikenal sebagai Tuan Besar yang memiliki rumah di sekitar danau Ranu Pani,” (AMN, 75 tahun, Tokoh masyarakat)

Sebutan lain dari Dusun Sidodadi adalah dusun atas dan Dusun Besaran adalah dusun bawah. Dari kedua dusun tersebut, Dusun Besaran menjadi titik berkumpulnya para pendaki sebelum melakukan pendakian. Karena di dusun inilah lokasi terakhir dan terdekat dengan gerbang pendakian Gunung Semeru. Selain itu, pendaki juga diharuskan mendaftarkan diri di Resort Ranupani yang letaknya di Dusun Besaran.

Desa yang terletak pada ketinggin 2.100-2.200 mdpl ini pada musim hujan suhu maksimal bisa mencapai 30°C dan turun menjadi 6°C pada malam hari. Sedangkan pada saat musim kemarau suhu pada siang hari hanya mencapai 28°C dan kemudian turun hingga -6°C pada malam hari. Kawasan Ranupani setiap hari hampir selalu berkabut dan dingin. Suhu udara rata-rata mencapai 10°C. Pada bulan Januari-Februari angin bertiup kencang disertai dengan hujan yang terus menerus dengan rata-rata curah hujan 992 mm/tahun (BBTNBTS 2010).

Setiap rumah di Desa Ranupani memiliki perapian yang biasanya terletak di dapur untuk menghangatkan diri. Penduduk desa menyebutnya dengan sebutan pawon. Karena selain untuk

menghangatkan badan, perapian ini juga berfungsi sebagai tempat memasak. Para tamu yang datang ke rumah penduduk biasanya langsung diarahkan menuju dapur atau tempat perapian untuk menghangatkan badan. Sebagian besar penduduk masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan untuk perapian namun sebagian lagi sudah lebih modern yakni dengan menggunakan arang.

Tercatat 408 kepala keluarga yang terdaftar di desa ini dengan total penduduk sekitar 1840 jiwa pada tahun 2016 yang terdiri atas 663 jiwa penduduk laki-laki dan 769 jiwa penduduk perempuan. Jumlah tersebut merupakan total dari jumlah penduduk di dua dusun, yakni Dusun Sidodadi sebanyak 1103 jiwa dengan 230 kepala keluarga dan Dusun Besaran 737 jiwa dengan 178 kepala keluarga.

Sarana dan prasana pendidikan yang berada di Desa Ranupani meliputi: tiga buah gedung taman kanak-kanak, dan satu buah gedung Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang juga digunakan sebagai gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada saat siang hari. SMP ini baru dibuka di Desa Ranupani sejak tahun 2011 yang dinamakan SMP Satu Atap karena menggunakan gedung yang sama dengan SD. Desa ini tidak memiliki gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga penduduk yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi harus ke luar desa. Sebelumnya, SMP terdekat berada di Kabupaten Malang dan Lumajang yang dapat ditempuh dengan waktu 1,5-2 jam dari desa ini. Sarana dan prasarana peribadatan meliputi: dua buah bangunan masjid yang terletak di Dusun Sidodadi dan Dusun Besaran, satu buah gereja yang terletak di Dusun Besaran, dan dua buah pura.

Selain sarana pendidikan, adapula sarana kesehatan yakni satu gedung Puskesmas. Gedung ini sering digunakan masyarakat untuk mengobati balita mereka. Letaknya berdekatan dengan kantor Balai Desa. Namun kantor Balai Desa ini jarang digunakan oleh para pejabat desa atau seringkali tutup. Hanya jika ada acara-acara tertentu saja kantor ini buka. Walaupun begitu, kantor balai desa ini sering didatangi oleh masyarakat untuk sekedar bermain internet karena terdapat jaringan wireless fidelity (Wifi) yang bisa diakses siapa saja. Selain itu di Desa Ranupani juga memiliki beberapa bangunan peribadatan, diantaranya dua buah masjid, satu buah gereja, dan pura.

Desa Ranupani juga memiliki kendala seperti tidak ada satelit untuk telepon genggam. Sehingga seringkali baik masyarakat sekitar maupun pendatang kesulitan untuk berkomunikasi. Sebagai pengganti telepon genggam, masyarakat Desa Ranupani menggunakan pesawat telepon untuk memudahkan berkomunikasi. Pesawat telepon ini juga menggunakan nomor telepon khusus yang hanya dapat digunakan di daerah pegunungan.

Selain itu, fasilitas listrik di Desa Ranupani sendiri baru ada tahun 2007. Listrik tersebut merupakan fasilitas dari pemerintah Malang, padahal Desa Ranupani termasuk ke dalam pemerintahan Kabupaten Lumajang. Hal ini disebabkan jarak Desa Ranupani ke pemerintahan lebih dekat dibandingkan dengan ke Kabupaten Lumajang.

Tabel 2 jumlah dan presentase pemilik alat komunikasi di Desa Ranupani

Alat komunikasi Jumlah Persentase (%)

Pesawat telepon 147 59.5

Pesawat televise 60 24.3

Radio 25 10.1

Antena Parabola 15 6.1

Total 247 100

Sumber: Data Profil Desa Ranupani 2010 diolah Kondisi Sosial dan Ekonomi Penduduk

Desa Ranupani termasuk dalam wilayah “Desa Tengger’ karena mayoritas penduduknya adalah suku Tengger. Sebanyak 95 persen penduduk Desa Ranupani bermatapencaharian sebagai petani sayuran dan lima persen lainnya bekerja sebagai wiraswasta, pegawai negeri sipil, dan bekerja di sektor wisata dengan menyediakan penginapan, penyewaan jeep, pemandu wisata dan

porter serta membuka rumah makan. Sayuran yang ditanam biasanya meliputi kentang, kol, dan daun bawang (bawang pree). Hal ini karena lokasi desa berada di tengah bukit dan berada pada ketinggian 2.100-2.200 mdpl yang membuat cocok untuk menanam ketiga jenis sayuran tersebut. Rata-rata luas lahan pertanian yang dimiliki oleh penduduk Desa Ranupani hanya sebesar 0.25 hektar saja. Selain karena penyempitan lahan, juga karena sudah diwariskan untuk anak- anaknya.

Selain itu, tingkat pendidikan penduduk Desa Ranupani pun masih terbilang rendah. Rata-rata penduduknya lulusan SD/sederajat dan masih banyak juga yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali (Nugroho, 2014). Mayoritas penduduk Desa Ranupani beragama Islam. Hal ini berlawanan dengan masyarakat Suku Tengger pada umumnya yang beragama Hindu. Meskipun secara umum masyarakat Desa Ranupani beragama Islam, namun masih mengikuti tata cara adat istiadat suku tengger baik dalam kehidupan sehari-hari (upacara-upacara yang berkaitan dengan siklus hidup manusia) maupun hari besar (Susanti 2014). Penduduk Desa Ranupani sendiri mayoritas beragama Islam.

Sekilas tentang Masyarakat Tengger

Nama Tengger diambil berdasarkan salah satu legenda masyarakat, berasal dari paduan suku kata terakhir dari nama dua nenek moyang yakni Rara Anteng dan Jaka Seger (teng dan ger). Masyarakat Tengger dalam kehidupan sehari-hari memegang nilai tradisi berdasarkan sistem religi yang dianutnya. Masyarakat Tengger umumnya memeluk agama Hindu Tengger, namun berkembang pula agama Islam, Kristen dan Budha. Di Desa Ranupani sendiri mayoritas masyarakatnya beragama Islam, namun mereka masih menjalankan tradisi atau ikut berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan kegiatan adat seperti upacara Kasada, upacara Karo, upacara Unan-unan dll.

Ciri masyarakat Tengger lainnya adalah penggunaan sarung oleh hamper semua masyarakat mulai usia muda sampai tua, laki-laki dan perempuan. Sarung dipercaya memiliki fungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat, selain fungsinya untuk menahan udara dingin di pegunungan. Masyarakat Tengger Ranupani memiliki keaarifan local yang berkenaan dengan pelestarian sumber daya alam dalam bentuk kepercayaan akan keberadaan dewi penunggu emas di gua deka Ranu Regulo, sehingga mereka tidak berani mengganggu kelestarian alam di daerah tersebut. (Sayektiningsih et al 2008).

Gambaran Umum Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Sekilas Sejarah Kawasan

Sebelum ditetapkan sebagai kawasan taman nasional, kawasan Bromo Tengger Semeru, komplek pegunungan Tengger dan Jambangan/Semeru merupakan kawasan cagar alam, taman wisata hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Awalnya kawasan Bromo Tengger Semeru adalah kawasan Cagar Alam Laut Pasir Tengger dengan luas 5.250 ha yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Februari 1919 No. 6 Stbl. 1919 No. 90. Melalui surat Keputusan Menteri Pertanian No. 198/Kpts/Um/5.1981 tanggal 13 Maret 1981 kawasan ini ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam Tengger Laut Pasir denan luas 2,67 ha. Hingga pada akhirnya kawasan ini pertama kali dinyatakan sebagai kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 seluas 58.000 ha. Luas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengalami perubahan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.278/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 menjadi 50.276,3 ha. Kemudian Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ditetapkan melalui keputusan Menteri Kehutanan No.178/Menhut-II/2005 tanggal 29 Juni 2005 seluas 50.276,20 ha yang meliputi wilayah 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang.

Berikut ini adalah rangkaian singkat sejarah pembentukan TNBTS dari berstatus sebagai cagar alam hingga menjadi taman nasional:

1. Cagar Alam Laut Pasir Tengger seluas 5.250 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Februari 1919 No. 6 Stbl. 1919 No.90. 2. Cagar Alam Ranu Pani dan Ranu Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat

keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 8 Desember 1922 No. 25 Sbtl.1922 No.765.

3. Cagar Alam Ranu Kumbolo seluas 1.340 Hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Tanggal 4 Mei 1936 No. 18 Sbtl.1936 N0. 209.

4. Taman Wisata Tengger Laut Pasir seluas 2,67 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 13 Maret 1981 No. 198.Kpts/Um/5/1981.

5. Taman Wisata Ranu Darungan seluas 380 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 2 Mei 1981 No. 508/Kpts/Um/6/1981.

6. Taman Wisata Ranu Pani-Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 Juni 1981 No. 442/Kpts/Um/6/1981.

7. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 58.000 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 14 Oktober 1982 No. 736/mentas/X/1982. 8. Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 hektar, ditunjuk

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal Kehutanan Nomor 278/Kpts- II/1997 tanggal 23 Mei 1997.

9. Melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007, tanggal 01 Februari 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis TamanNasional Bromo Tengger Semeru menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan tipe IIB (Susanti 2014)

Untuk mencapai kawasan TNBTS dapat ditempuh melalui empat pintu masuk, yakni dari Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang dan Probolinggo. Sebagian jalan masuk sudah bagus beraspal dengan pemandangan yang juga indah, namun sebagian lain masih dijumpai jalan berupa tanah bebatuan.

Tabel 3 jalur masuk dan perhubungan ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru No Rute Jarak (Km) Sarana Angkutan Keadaan/ Kondisi Jalan Waktu Tempuh Ket. 1 2 3 4 5 6 7 A.

Surabaya-Malang 89 Umum Aspal 90 menit Bus/Taxi

Malang-Tumpang 18 Umum Aspal 30 menit Taxi

Tumpang-Gubugklakah 12 Umum Aspal 30 menit Jeep/Taxi

Gubugklakah-Ngadas 16 Sewa Aspal/Cor 40 menit Jeep

Ngadas-Jemplang 1 Sewa Beton/Cor 10 menit Jeep

Jemplang-G. Bromo 10 Sewa Tanah/Psr 1 jam Jeep/kuda

Jemplang-Ranu Pani 6 Sewa Tanah/asp 1 jam Jeep

R. Pani-R.Kumbolo 10 - Setapak 4 jam Jalan kaki

R. Kumbolo-Kalimati 5 - Setapak 3 jam Jalan kaki

Kalimati-Arcopodo 1 - Setapak 1 jam Jalan kaki

Arcopodo-

MAHAMERU 2 - Setapak 3 jam Jalan kaki

B

Surabaya-Pasuruan 40 Umum Aspal/Baik 45 menit Bus/Taxi

Pasuruan-Warungdowo 4 Umum Aspal/Baik 15 menit Bus/Taxi

Warungdowo-Tosari 36 Umum Aspal/Baik 60 menit Taxi

Tosari-Wonokitri 3 Sewa Aspal/Baik 15 menit Jeep/Taxi

Wonokitri-Dingklik 6 Sewa Aspal/Baik 25 menit Jeep

Dingklik-Penanjakan 4 Sewa Aspal/Baik 20 menit Jeep

Dingklik-Laut Pasir 3 Sewa Aspal/Baik 20 menit Jeep

Laut Pasir-G. Bromo 4 Sewa Pasir 20-60 menit kuda/Jeep

C

Surabaya-Probolinggo

(Tongas) 100 Umum Aspal/Baik 120 menit Bus/Taxi

Tongas-Sukapura 16 Umum Aspal/Baik 30 menit Bus/Taxi

Sukapura-

Cemorolawang 27 Umum Aspal/Baik 60 Menit Bus/Taxi

C.lawang-G.Bromo 2,5 Sewa Batu/Pasir 40 Menit Kuda

D

Surabaya-Probolinggo-

Lumajang 170 Umum Aspal 150 menit Bus/Taxi

Lumajang-Senduro 22 Umum Aspal 45 menit Taxi

Senduro-Burno 4 Sewa Aspal 15 menit Taxi

Burno-Ranu Pani 24 Sewa Aspal 75 menit Taxi/Jeep

R.Pani-R. Kumbolo 10 - Setapak 4 jam Jalan kaki

R. Kumbolo-Kalimati 4,5 - Setapak 3 jam Jalan kaki

Kalimati-Arcopodo 1 - Setapak 1 jam Jalan kaki

Arcopodo-

MAHAMERU 1,5 - Setapak 4 jam Jalan kaki

Sumber: RPTNBTS 2015-2024 Objek wisata di Kawasan Gunung Semeru

Gunung semeru merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 mdpl dan puncaknya bernama Puncak Mahameru. Beberapa objek wisata yang dapat ditemui di sepanjang rute menuju Gunung Semeru diantaranya adalah:

a. Ranu Pani dan Ranu Regulo

Ranu Pani dan Ranu Regulo adalah sebuah danau yang terletak di ketinggian 2.200 mdpl. Kedua danau ini dapat dijumpai saat mendaftar surat ijin masuk kawasan di Resort Ranu Pani.

Sebuah danau yang terletak pada ketinggian 2390 mdpl dengan luas 17 ha. Salah satu objek wisata yang menarik para wisatawan dan biasa dijadikan sebagai lokasi perisitirahatan.

c. Kalimati

Tempat berkemah terakhir bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanannya menuju puncak Mahameru.

d. Arcopodo

Terletak di pertengahan Kalimati dan Gunung Semeru. Di tempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa berarti arcopodo.

e. Oro-oro ombo

Padang rumput yang luasnya sekitar 100 ha, berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan rumput.

f. Cemoro Kandang

Hutan yang didominasi pohon cemara dan paku-pakuan. g. Padang Rumput Jambangan

Daerah padang rumpur yang terletak di atas 3200 mdpl, yang diselingi oleh tumbuhan cemara dan bunga edelweiss.

Jumlah Pengunjung Ekowisata Gunung Semeru

Jumlah pengunjung Ekowisata Gunung Semeru melalui pintu masuk Desa Ranupani terus mengalami kenaikan sejak tahun 2011. Baik itu dari wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Hal ini disebabkan karena daya tarik Gunung Semeru yang memiliki beberapa objek wisata yang menarik, seperti Danau Ranu Kumbolo dan puncak Semeru. Selain itu, menurut penuturan penduduk sekitar, pendakian Gunung Semeru semakin ramai setiap tahunnya karena adanya sebuah film yang berjudul 5 Cm yang mengambil latar cerita di Gunung Semeru. Berikut ini gambar kenaikan jumlah pengunjung di Gunung Semeru tiap tahunnya mulai dari tahun 2011

Gambar 2 jumlah pengunjung Gunung Semeru (2011-2015)

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah pengunjung Gunung Semeru mengalami peningkatan tajam setelah tahun 2012 khususnya pada wisatawan lokal. Peningkatan juga terjadi pada wisatawan mancanegara di tahun 2013 yakni sebanyak 848 pengunjung setelah pada tahun sebelumnya hanya 351 pengunjung. Selain karena film 5 Cm yang digadang-gadang sebagai penyebab melonjaknya jumlah pengunjung, penyebaran informasi yang semakin cepat dan mudahnya transportasi menuju Gunung Semeru pun menjadi alasannya.

LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN EKOWISATA GUNUNG