• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN RESPON MASYARAKAT TENGGER DESA RANUPAN

Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Tingkat Kesempatan Kerja Hubungan tingkat pendidikan responden etnis Tengger dengan tingkat kesempatan kerja akan dilihat berdasarkan jenis usaha jasa wisata yang ada di Desa Ranupani. Jenis usaha jasa wisata yang ada di Desa Ranupani diantaranya adalah porter dan pemandu, tukang parkir, penyewaan jeep dan supir jeep, toko Souvenir, penginapan, rumah makan, dan penyewaan alat pendakian. Dari kesembilan jenis usaha jasa wisata tersebut sebanyak sembilan responden atau sebesar 26.7 persen membuka usaha jasa wisata sebagai porter. Pendidikan responden lokal sendiri masih tergolong rendah dengan jumlah 22 responden atau sebesar 73.3 persen. Tabel 19 menunjukkan sebaran pendidikan responden berdasarkan jenis usaha jasa wisata.

Tabel 18 Jumlah Dan Presentase Tingkat Pendidikan Responden etnis Tengger berdasarkan Jenis Usaha Jasa Wisata

Jenis usaha jasa wisata

Tingkat Pendidikan Responden Lokal

Total

Rendah Sedang Tinggi

N % N % N % N % Porter 5 22.7 2 40.0 1 26.7 8 26.7 Pemandu - - - - - - - - Tukang parkir 7 31.8 - - - - 7 23.3 Supir jeep 5 22.7 - - - - 5 16.7 Penyewaan jeep 4 18.2 1 20.0 - - 5 16.7 Toko Souvenir - - - - - - - - Penginapan - - 1 20.0 1 26.7 2 6.7 Rumah makan - - - - - - - -

Tempat penyewaan alat

pendakian 1 4.5 - - - - 1 3.3

Penginapan dan rumah

makan - - - - 1 26.7 1 3.3

Porter dan supir jeep - - 1 20.0 - - 1 3.3

Total 22 100 5 100 3 100 30 100

Sumber: data primer diolah

Berdasarkan Tabel 19 tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 22 responden atau berpendidikan rendah, tujuh responden diantaranya atau sebesar 31.8 persen bekerja sebagai tukang parkir. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki usaha penginapan dan rumah makan. Hanya satu responden atau 26.7 persen yang berpendidikan tinggi yang menjadi porter. Kemudian satu orang responden dengan pendidikan sedang juga memiliki usaha penginapan. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata masyarakat Tengger Desa Ranupani yang berpendidikan rendah hanya dapat menempati jenis usaha jasa wisata tukang parkir, porter, dan supir jeep. Dengan kata lain, masyarakat Tengger Desa Ranupani hanya dapat memberikan jasa tenaga mereka dan memasuki usaha jasa wisata yang tidak membutuhkan modal banyak.

Jika dibandingkan dengan responden etnis non-Tengger yang jumlahnya lebih sedikit dari responden etnis Tengger akan terlihat jelas perbedaannya. Rata-rata responden etnis non- Tengger memiliki tingkat pendidikan yang tergolong tinggi (Tabel 20). Sebanyak enam responden atau sebesar 66.7 persen berpendidikan tinggi, dua responden atau sebesar 22.2 persen berpendidikan sedang dan satu lainnya berpendidikan rendah.

Tabel 19 Tingkat Pendidikan Responden Etnis Non-Tengger Tingkat Pendidikan

Responden Jumlah (N) Persentase (%)

Rendah 1 11.1

Sedang 2 22.2

Tinggi 6 66.7

Total 9 100.0

Sumber: data primer diolah

Responden non-Tengger ini sebagiam sudah tinggal menetap di Desa Ranupani sejak lama dan memiliki usaha jasa wisata sedangkan sebagian lagi adalah masyarakat luar Desa Ranupani yang datang untuk membuka usaha jasa wisata seperti membuka usaha rumah makan dan toko Souvenir.

Tabel 20 Jumlah Dan Presentase Tingkat Pendidikan Responden etnis non-Tengger berdasarkan Jenis Usaha Jasa Wisata

Jenis Usaha Jasa Wisata

Tingkat Pendidikan Responden Etnis Non-Tengger

Rendah Sedang Tinggi Total

N % N % N % N % Porter 1 100 - - - - 1 1.1 Pemandu - - - - - - - - Tukang parkir - - - - - - - - Supir jeep - - - - - - - - Penyewaan jeep - - - - - - - - Toko Souvenir - - 2 100 - - 2 22.2 Penginapan - - - - 1 16.7 1 1.1 Rumah makan - - - - 4 66.6 4 44.4 Tempat penyewaan alat pendakian - - - - 1 16.7 1 1.1 Penginapan dan rumah makan - - - - - - - -

Porter dan supir jeep - - - - - - - -

Total 1 100 2 100 6 100 9 100

Sumber: data primer diolah

Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa dari enam responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, empat responden diantaranya atau sebesar 66.6 persen memiliki usaha jasa wisata rumah makan, 16.7 persen memiliki usaha penginapan dan 16.7 persen lainnya membuka usaha penyewaan alat pendakian. Meskipun jumlah responden etnis non-Tengger hanya sepertiga dari responden etnis Tengger dapat dilihat bahwa responden etnis non-Tengger atau dengan kata lain masyarakat pendatang dapat menguasai usaha jasa wisata yang tingkatannya lebih tinggi karena membutuhkan modal yang banyak. Usaha jasa wisata seperti penginapan, rumah makan, dan toko Souvenir tentunya membutuhkan modal yang besar dengan pengelolaan yang cukup rumit dibandingkan dengan menjadi porter, tukang parkir maupun supir jeep. Masyarakat Tengger yang berpendidikan tinggi pun ternyata juga memiliki usaha penginapan. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden berhubungan dengan tingkat kesempatan kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin besar pula kesempatan responden untuk memiliki usaha yang lebih besar pula.

Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Tingkat Pergeseran Matapencaharian Masyarakat non-Tengger yang memiliki usaha jasa wisata di Desa Ranupani sebagian besar menjadikan usaha tersebut sebagai matapencaharian utamanya. Karena mereka melihat peluang usaha yang cukup besar di Desa Ranupani ini. Terlebih bagi mereka yang tidak menetap di desa tersebut.

Responden yang pekerjaan utamanya sebagai petani adalah responden yang memang bukan keturunan orang Tengger namun sudah menetap sejak lama di Desa Ranupani dan menikahi penduduk sekitar. Sehingga mereka mendapat sebagian lahan untuk digarap. Karena sudah menjadi tradisi masyarakat Tengger Desa Ranupani jika menikahkan anak, lahan yang dimiliki oleh si orang tua akan dibagi sebagian ke anak tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan lahan di Desa Ranupani semakin sempit. Sedangkan responden yang memiliki usaha rumah makan adalah masyarakat yang berasal dari luar Desa Ranupani. Mereka datang ke Desa Ranupani untuk membuka usaha rumah makan setiap paginya, kemudian kembali pulang saat malam. Rumah makan biasanya buka mulai pukul 07.00-20.00 WIB. Mereka berpikir bahwa membuka rumah makan di Desa Ranupani dapat memberikan keuntungan yang cukup besar, karena pada saat musim pendakian akan selalu ada pendaki yang datang setiap harinya.

Tabel 21 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden Etnis Non-Tengger Dengan Tingkat Pergeseran Matapencaharian

Tingkat pendidikan

Tingkat Pergeseran Matapencaharian

Tetap Berubah Ganda Total

N % N % n % n %

Rendah - - - - 1 25.0 1 11.1

Sedang 1 20.0 - - 1 25.0 2 22.2

Tinggi 4 80.0 - - 2 50.0 6 66.7

Total 5 100.0 - - 4 100.0 9 100

Sumber: data primer diolah

Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa sebagian besar responden etnis non-Tengger memiliki matapencaharian tetap, yakni sebanyak lima responden dengan 4 responden atau sebesar 80 persen berpendidikan tinggi dan 20 persen lainnya berpendidikan sedang. Kemudian empat responden memiliki matapencaharian ganda dengan dua responden atau sebesar 50 persen berpendidikan tinggi, 25 persen berpendidikan sedang, dan 25 persen berpendidikan rendah. Mereka menjadikan usaha jasa wisata menjadi tumpuan utama di dalam rumah tangga, meskipun usaha jasa wisata ini hanya bisa buka saat musim pendakian. Berbeda dengan masyarakat Tengger yang 100 persen respondennya memiliki bermatapencaharian ganda. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan bagi masyarakat Tengger tidak berpengaruh pada pergeseran matapencaharian masyarakat Tengger karena mayoritas masyarakat Tengger memiliki matapencaharian utama sebagai petani dengan membuka usaha jasa wisata sebagai pekerjaan sampingan. Sedangkan bagi mayoritas masyarakat etnis non-Tengger menjadikan usaha jasa wisata sebagai matapencaharian utama mereka dengan alasan hasil yang diperoleh dari membuka usaha jasa wisata saat musim pendakian lebih besar dibandingkan dengan jika membuka usaha sendiri di rumah.

Ikhtisar

Tingkat pendidikan responden baik responden etnis Tengger ataupun etnis non-Tengger berbeda-beda. Mayoritas tingkat pendidikan responden etnis Tengger masih dalam kategori rendah sedangkan pada responden etnis Non-Tengger mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Tinggi dan rendahnya pendidikan responden ini ternyata memiliki hubungan dengan tingkat kesempatan kerja atau peluang usaha di bidang jasa wisata. Responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki usaha di bidang jasa wisata sebagai porter dan tukang parkir yang tidak padat modal. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki usaha di bidang jasa wisata dengan membuka penginapan, rumah makan atau penyewaan jeep yang notabenenya lebih padat modal. Hal ini sesuai dengan pernyataan (BPS dalam Tando 1992) bahwa peluang usaha dan kerja dipengaruhi oleh faktor individu yakni pendidikan.

Tingkat pendidikan responden juga memiliki hubungan dengan tingkat pergeseran matapencaharian responden. Pada responden etnis Tengger yang mayoritas berpendidikan rendah memiliki pekerjaan ganda dengan petani sebagai pekerjaan utamanya dan membuka usaha jasa wisata sebagai pekerjaan sampingan di kala musim pendakian. Sedangkan pada responden etnis non-Tengger yang mayoritas berpendidikan tinggi sebesar 55.6 persen dari sembilan responden yang memiliki pekerjaan tetap di bidang usaha jasa wisata.

PENUTUP