• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Provinsi Jamb

Provinsi Jambi dengan luas wilayah 53.435 Km2 dan jumlah penduduk 3.317.034, hinga tahun 2015 ini masih bertumpu pada sektor primer sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonominya. Letak Provinsi Jambi ditengah pulau sumatera, berbatas dengan Provinsi Riau di sebelah utara, Provinsi Sumatera selatan disebelah selatan, Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu disebelah barat, dan Laut Cina Selatan disebelah Timur. Provinsi Jambi terletak pada posisi cukup strategis, karena terkoneksi langsung dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle) sebagaimana Gambar 7 berikut.

Gambar 7 Peta wilayah administratif Provinsi Jambi

Letak geografis ini sangat menguntungkan jika arah dan kebijakan pembangunan Provinsi Jambi mendukung dalam meningkatkan daya saing daerah dalam konteks ekonomi. Potensi alam Provinsi Jambi yang memiliki tutupan hutan seluas 4.882.741 Ha, menjadikan Jambi sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kawasan konservasi. Ada empat kawasan konservasi di Provinsi Jambi, yaitu : Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Berbak, Taman Nasional Bukit Dua Belas, dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Sebagian lahan di provinsi Jambi juga di dominasi oleh perkebunan kelapa sawit dan karet. Disamping itu, Jambi juga memiliki potensi tambang sepeti batu bara, minyak bumi, dan gas. Hal ini tentu saja menjadi dilema, satu sisi kekayaan alam Provinsi Jambi dapat dijadikan mesin pertumbuhan (engine of growth), namun disisi lain harus memperhatikan kaidah pembangunan yang berkelanjutan.

Isu-isu Strategis Pembangunan di Provinsi Jambi

Provinsi Jambi dalam mencapai rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, tentu selain menghadapi peluang dan tantangan juga dihadapkan pada isu-isu strategis. Jika menilik dari tiga aspek pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial dan sumber daya alam dan lingkungan, maka nampak bahwa tidak sedikit isu-isu strategi yang dihadapi Provinsi Jambi untuk mencapai tujuan pembangunan jangka menengah. Dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010-2015, di bawah ini diuraikan beberapa isu strategis yang tercatat sebagai hal yang akan dan sedang dihadapi oleh Pemerintah daerah.

Aspek Ekonomi

Beberapa isu strategis terkait aspek ekonomi Provinsi Jambi melingkupi berbagai aspek. Pertama, menurunnya kinerja ekspor yang antara lain disebabkan biaya ekonomi tinggi, rendahnya infrastuktur ekspor seperti pelabuhan, peti kemas dan angkutan kapal laut serta rendahnya infrastruktur jalan ke pelabuhan. Ketergantungan pada produk primer (nilai tambah rendah), penurunan ekspor produk kayu olahan dan karena keterbatasan bahan baku, berpengaruh besar terhadap kinerja ekspor Jambi. Kemudian masih besarnya ketergantungan pasar ekspor pada negara tertentu seperti Singapura. Disamping itu juga keragaman ekspor yang masih rendah, dan lemahnya sistem jaringan informasi pasar ekspor terutama dalam mendukung peningkatan daya saing ekspor.

Selain itu di Provinsi Jambi masih ditemukan belum berkembangnya sektor hilir (agroindustri) sehingga masih rendahnya nilai tambah sektor pertanian komoditas unggulan. Terkait dengan sektor ini kemudian tercermin dari rendahnya pendapatan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP). NTP petani masih dibawah 100 (95,06) tahun 2014. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani di Jambi masih rendah karena rendahnya pendapatan.

Isu strategis pangan dan pertanian juga terkait dengan masalah konversi lahan. Setiap tahun lahan–lahan potensi tanaman pangan dan hortikultura ada yang beralih (konversi) ke subsektor lain seperti perkebunan sawit, sehingga luas baku lahan pertanian pangan & hortikultura kecenderungan terjadi penurunan, jika tidak diikuti dengan pembukaan lahan–lahan baru.

Aspek produktivitas juga terjadi pada daerah rawa/pasang surut dimana produktivitas pada daerah ini masih sangat rendah. Disamping itu terjadinya kesenjangan produktivitas karena belum optimalnya teknologi yang digunakan, ketersediaan dan kualitas air masih belum sesuai kebutuhan pertanaman. Rendahnya produktibitas pertanian ini juga berimplikasi pada masih tingginya desa rawan pangan di Provinsi Jambi. Di sisi lain masyarakat Jambi masih mengandalkan pola konsumsi masih banyak tergantung dengan padi-padian (beras), dengan demikian skor Pola Pangan Harapan (PPH) belum mencapai ideal.

Di sektor perkanan dan kelautan, permasalah muncul yakni masih rendahnya tingkat kesejahteraan dan cukup tingginya angka kemiskinan nelayan. Hal ini berkaitan dengan rendahnya kualitas SDM nelayan dan penguasaan teknologi serta terbatasnya akses nelayan terhadap permodalan sehingga pembudidaya ikan belum mencapai skala usaha yang optimal dimana pengelolaan sumberdaya perikanan belum optimal dilakukan dibanding potensi lestarinya. Masalah perikanan juga

berkaitan dengan masih merebaknya pencurian ikan dan terjadinya over fishing, serta pola penangkapan yang merusak ekosistem pesisir dan laut. Selain itu masih ada oknum masyarakat yang menggunakan alat tangkap ikan terlarang seperti menggunakan tuba/setrum dan pencurian ikan di laut oleh Kapal Asing. Permasalah lain di sektor ini adalah tingginya tingkat kerusakan dari produksi perikanan, karena belum tersedianya coldstroge untuk penyimpanan dan angkutan perikanan tersebut ke daerah pemasaran.

Di sektor perikanan budidaya isu strategis terkait dengan aplikasi teknologi budidaya ikan belum merata, sehingga produksi budidaya belum memenuhi standar ekspor dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Demikian juga pengembangan usaha budidaya sebagian masih berpencar, belum menerapkan konsep usaha kawasan sehingga sangat menyulitkan dalam pembinaan dan pengawasan. Disamping itu masih ada kendala lain yakni terbatasnya tenaga penyuluh teknologi perikanan, khususnya tenaga pendamping teknologi yang berada di lapangan.

Permasalah lain yang ditemukan di perikanan budidaya adalah tingkat keterampilan dan pendidikan pembudidaya ikan masih rendah. Disamping itu transportasi jalan belum lancar menyebabkan pembudidaya kesulitan dalam mendapatkan saprodi dan memasarkan produk. Produksi dan kelestarian perikanan di perairan umum menghadapi tantangan adanya penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan terutama untuk jenis-jenis ikan langka yang hampir punah.

Isu strategis lainnya di bidang ekonomi adalah yang berkiatan dengan usaha kecil mikro dan menengah. Pada sektor ini masih ditemukan rendahnya produktivitas dan pendapatan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi, terutama yang berkaitan dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia UMKM khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran; serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Disamping itu terbatasnya akses UMKM dan Koperasi kepada sumberdaya produktif serta tertinggalnya kinerja koperasi dalam memberikan kotribusi terhadap perekonomian dibandingkan dengan badan usaha lainnya yang disebabkan antara lain karena rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi.

Aspek sosial budaya

Jika melihat isu-isu dalam aspek sosial dan budaya di Provinsi Jambi, ada beberapa isu strategi antara lain: Masih banyak anak usia sekolah yang tidak sekolah serta kesadaran masyarakat untuk bersekolah yang masih relatif rendah. Masalah pendidikan ini berkaitan pula dengan belum meratanya sebaran pendidikan di kabupaten/kota yang menyebabkan perbedaan APK/APM yang mencolok antara kabupaten dan kota.

Dari sisi infratuktur pendidikan, masih banyak jumlah sekolah yang rusak. Selain itu masih pula ditemukan belum optimalnya proses belajar mengajar sebagai akibat sarana dan prasarana seperti buku, alat-praktik, alat peraga dan alat-alat laboratorium yang belum memadai.

Masalah pendidikan juga berkaitan dengan aspek sumber daya manusia dimana distribusi guru dan tenaga pendidik yang kurang merata antar satuan pendidikan dan antar wilayah termasuk terpenuhinya kebutuhan guru di daerah terpencil sesuai dengan standar pelayanan minimal. Sistim Informasi Manajemen yang menyajikan data dan informasi belum berjalan dengan baik serta belum mantapnya koordinasi antara dinas kabupaten/kota dengan dinas provinsi terhadap

perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi. Kemudian, pelaksanaan muatan lokal yang masih bersifat umum dan belum menyentuh langsung terhadap kepentingan daerah masing-masing. Isu lain yang berkaita dengan pendidikan adalah distribusi tenaga pendidik yang tidak proporsional antar daerah maupun antara sekolah pada daerah yang sama, terutama yang berhubungan dengan tenaga pendidik bagi bidang ilmu tertentu.

Pada bidang ketenagakerjaan isu strategis yang ditemukan antara lain adalah masih rendahnya serapan dunia usaha dan industri untuk menerima tenaga kerja tingkat menengah karena dianggap masih kurang terampil dan kurang profesional.

Bidang pariwisata dan kebudayaan, masih besarnya potensi kepariwisataan di Provinsi Jambi belum didukung oleh keterpaduan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana, serta kesiapan masyarakat setempat dalam menerima kunjungan wisatawan. Permasalah dibidang budaya ini juga berkaitan dengan masih kurangnya penggalian, pelestarian dan pengembangan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang luhur. Disamping itu ditemukan masih rendahnya penyerapan dan pengembangan nilai-nilai budaya nasional maupun budaya asing yang unggul dan dapat menunjang percepatan peningkatan pembangunan daerah, serta lemahnya peran serta seluruh elemen masyarakat dalam upaya menggali, mengembangkan, dan melestarikan nilai-nilai budaya, serta meningkatnya kegiatan masyarakat dalam upaya pengembangan dan pelestarian kawasan budaya dan benda cagar budaya yang terkoordinasi secara sinergis dengan pemerintah.

Aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Ada beberapa isu strategis yang terkait dengan sumberdaya alam dan lingkungan yang menjadi tantangan pembangunan di Provinsi Jambi, diantaranya : Pertama adalah rendahnya nilai tambah sektor industri pengolahan berbasis komoditas unggulan. Hal ini berkaitan pula dengan belum optimumnya perhatian pada perkebunan rakyat. Selain itu kemampuan dan keberlanjutan produksi pangan, pertanian, dan perikanan yang akan menghadapi kendala dan keterbatasan dukungan kapasitas sumberdaya alam.

Permasalah di bidang sumber daya alam juga berkaitan dengan dengan energi. Volume pemanfaatan energi dari tahun ke tahun masih bertambah, dan diperkirakan akan terus tumbuh dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Kesenjangan antara konsumsi dengan kemampuan memulihkan kembali, dan mengelola pemanfaatan tidak berimbang. Suatu saat jika pemanfaatan tidak dilakukan secara berimbang, dan subsitusi teknologi tidak dikembangkan. Permasalah energi juga berkaitan dengan kendala lain yakni keterbatasan permodalan nasional, sehingga ketergantungan terhadap investor, sehingga ketahanan energi akan terganggu. Hal ini terjadi karena sebagian besar (lebih dari 90%) lapangan minyak yang saat ini beroperasi merupakan lapangan minyak tua (mature), sedangkan penambahan lapangan minyak baru tidak dapat mengimbangi laju kebutuhan minyak mentah dalam negeri.

Salah satu kendala utama pembukaan lapangan minyak baru adalah adanya konflik atau ketidakselarasan fungsi lahan, terutama dengan funr asing masih cukup tinggi. Disamping itu ditemukan pula masalah lain dibidang energi dan pertambangan dimana masih rendahnya minat berinvestasi untuk pengusahaan mineral dan batubara. Keadaan ini disebabkan masalah kepastian hukum dan belum

optimalnya sistem insentif untuk menarik masuknya investor baru dalam usaha pertambangan.

Hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam adalah masih terbatasnya jumlah maupun kualitas sumberdaya manusia profesional dalam penguasaan teknologi tenaga-tenaga pertambangan, sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat;

Pemanfaatan tambang telah menyisakan permasalahan lingkungan. Reklamasi tambang belum dikelola secara ekologis dan ekonomis, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup fisik meliputi air, udara, tanah, dan bentang alam, ataupun nonfisik seperti sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Persyaratan lingkungan yang ketat pada tingkat provinsi belum dipersiapkan secara optimal. Di samping itu, pembangunan pertambangan sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya alam belum dilaksanakan, ditata, dan dikembangkan secara terpadu dengan pembangunan wilayah dalam suatu kerangka tata ruang yang terintegrasi;

Di bidang sumber daya terbarukan isu strategis antara lain masih tingginya kawasan hutan berstatus “open access” merupakan ancaman terhadap pengelolaan hutan. Belum jelasnya tata batas kawasan hutan menyebabkan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Selain itu tekanan demografi kepada kawasan konservasi menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat satwa yang berdampak pada menurunnya atau terancam punahnya populasi tanaman dan satwa.

Permasalahan di bidang lingkungan adalah ditemukannya ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan air yang tersedia pada musim hujan dan pada musim kemarau, menyebabkan ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan berupa banjir. Sedangkan pada musim kemarau, kelangkaan air telah menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan lainnya berupa kekeringan yang berkepanjangan. Permasalahan lingkungan ini juga berkaitan dengan aspek pertanian dimana pola monokultur tanaman tertentu, berpeluang merubah keseimbangan alam dan perubahan ekosistem, berdampak pada bencana alam seperti banjir dan kekeringan.

Pembangunan Ekonomi Regional Provinsi Jambi

Arah kebijakan pembangunan Provinsi Jambi tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025, dan saat ini hampir mengakhiri

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jambi tahap ke II (2010-2015). Visi Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2005-2025 sebagaimana

dijelaskan pada RPJP Jambi 2005-2025, dikenal dengan “JAMBI EMAS” atau Jambi Yang Maju, Mandiri, Adil dan Sejahtera. Kemudian misi pembangunan untuk mewujudkan visi tersebut adalah :1. Mewujudkan daerah yang memiliki keunggulan

kompetitif; 2. Mewujudkan masyarakat beriman, bertaqwa dan berbudaya; 3. Mewujudkan masyarakat demokratis dan berbudaya hukum; 4. Mewujudkan

kondisi yang aman, tentram dan tertib; 5. Mewujudkan pembangunan yang merata dan berkeadilan; 6. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Agenda pembangunan Provinsi Jambi yang dituangkan dalam program Jambi Emas tersebut memang secara indikator makro dapat dikatakan tercapai. Hal ini

dapat dibuktikan dari capaian laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi selama sepuluh tahun terakhir (periode 2006 sampai 2015) dimana laju pertumbuhan ekonomi Jambi pada periode tersebut cenderung berada di atas rata-rata nasional, kecuali tahun 2015 terjadi shock pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. (Gambar 8).

Gambar 8 Laju pertumbuhan ekonomi Jambi dibandingkan dengan rataan nasional Tahun 2006-2015 (Sumber : BPS 2015, diolah)

Dari grafik diatas terlihat bahwa dari Tahun 2006 sampai 2014, sisi dimensi ekonomi Provinsi Jambi mampu tumbuh di atas 5% per tahun bahkan ketika terjadi goncangan ekonomi global yang berimplikasi pada perlambatan ekonomi nasional pada tahun 2009. Ketika laju perekonomian di Indonesia turun menjadi 4.77% atau turun sebesar 1.43%, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun yang sama hanya turun sebesar 0.8%. Namun terjadi shock yang sangat parah pada Tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Jambi turun drastis dari 7,93% (2014) menjadi 4,21% (2015) atau sebesar 3,72%. Hal ini terjadi karena perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan nasional. Selain itu kemarau panjang dan bencana asap yang masif pada tahun 2015 diduga berpengaruh dalam memperlambat perputaran ekonomi di Provinsi Jambi (Erlinda, 2016b)5.

Selain penekanan pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan Jambi juga telah diarahkan pada aspek wilayah, khususnya yang berkaitan dengan penataan ruang. Dalam aspek ini Provinsi Jambi telah memprioritaskan beberapa kawasan

strategis provinsi karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup terhadap ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Namun demikian

5

penetapkan kawasan strategis Provinsi Jambi ini memang lebih didasari oleh aspek pertumbuhan ekonomi. Dengan pertimbangan tersebut maka telah ditetapkan beberapa kawasan strategis yakni: 1. Kawasan Muara Bulian-Jambi dan Sekitarnya; 2. Kawasan strategis Metropolitan Jambi dan sekitarnya; 3. Kawasan strategis Pantai Timur Provinsi Jambi-Kawasan Tungkal Ulu dan sekitarnya; 4. Kawasan strategis Muaro Bungo; 5. Kawasan strategis Tebo–Wiroto Agung; 6. Kawasan strategis Bangko-Sarolangun–Singkut; 7. Kawasan strategis Sungai Penuh dan sekitarnya (RTRW Provinsi Jambi 2013-2033, Bappeda Provinsi Jambi).

Jika melihat dari capaian dan beberapa strategi kawasan di atas maka mungkin tidak ada kekhawatiran dalam mencapai pembangunan berkelanjutan Jambi di masa mendatang. Namun demikian salah satu ciri dalam perencanaan pembangunan wilayah maupun pembangunan daerah adalah adanya aspek ketidakpastian resiko yang dihadapi untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dalam model pembangunan yang konvensional ketidakpastian dan resiko ini diwakili oleh asumsi-asumsi yang dibuat pada proses perencanaan. Asumsi ini tentu memiliki resiko yang berimplikasi pada beban finansial dan sumber daya lainnya. Dengan demikian, mengakhiri periode akhir Jambi Emas 2015 tersebut diperlukan instrumen evaluasi yang mampu mengakomodasi risiko asumsi-asumsi tersebut. Selain itu diperlukan pula pengembangan agenda pembangunan dengan mengembangkan skenario-skenario pembangunan yang didasarkan pada keinginan pemangku kepentingan.

Kondisi Sosial Provinsi Jambi

Pembangunan pada bidang Pendidikan dan Kebudayaan, akan sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, dimana secara implisit terkandung makna pentingnya memperhatikan aspek kualitas penduduk, SDA dan lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan. Kenyataan telah menunjukkan bahwa strategi peningkatan kualitas penduduk yang hanya bertumpu pada penekanan pertumbuhan penduduk, tidak dapat memberikan makna yang cukup berarti dalam pemecahan berbagai permasalahan. Oleh karena itu, penekanan pada pembangunan pendidikan dengan memperhatikan potensi penduduk serta kondisi SDA dan lingkungan yang ada, ternyata mampu mewujudkan keberlangsungan serta kesinambungan (sustained) pembangunan. Isu pembangunan pendidikan berwawasan kependudukan menjadi penting artinya, karena memiliki makna bahwa pembangunan harus disesuaikan dengan kemampuan penduduk dan potensi sumberdaya setempat. Dengan kata lain,

pengaruh mutu SDM penduduk (Human Capital) merupakan modal penting dalam

menunjang keberhasilan pembangunan.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai kesejahteraan masyarakat antara lain tingkat pendidikan, status kesehatan dan kesempatan kerja. Adapun gambaran umum mengenai aspek tersebut adalah : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jambi, dari 72,74 di tahun 2010 meningkat menjadi 74, 35 pada tahun 2013 (LKPJ Gubernur, 2014).

Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai salah satu indikator taraf pendidikan masyarakat Jambi. Angka melek huruf masyarakat Jambi cukup tinggi yaitu mencapai 96,43 persen pada tahun 2013 (BPS 2014). Kemudian rata-rata lama sekolah penduduk Jambi yaitu 8,05 tahun pada tahun 2011. Angka rata-rata lama

sekolah ini walau berada diatas rataan nasional (7,94 pada tahun 2011), namun angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Jambi masih berpendidikan rendah.

Jika meninjau pada pelayanan kesehatan di Provinsi Jambi, bahwa persentase rata-rata kematian bayi waktu proses persalinan masih cukup tinggi yaitu hanya 0,34% atau 34 bayi meninggal dari 1000 persalinan pada Tahun 2013. Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan pada waktu proses persalinan perlu mendapat perhatian.

Ditinjau dari program pangan dan perbaikan gizi, data tahun 2007 sampai dengan data tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan status gizi buruk dan gizi kurang. Jika pada tahun 2007 prevalensi gizi buruk-gizi kurang sebanyak 18,9% maka pada tahun 2013 prevalensi ini meningkat menjadi 19,7%. Angka ini sedikit lebih tinggi daripada rata-rata nasional yang sebesar 19,6%. Dari informasi di atas nampak bahwa pembangunan sumber daya manusia terutama aspek perbaikan pangan dan gizi di provinsi Jambi masih mengalami kendala, meski tidak terlalu signifikan.

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan LingkunganProvinsi Jambi

Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 m dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Keadaan tofologi dan morfologi ini, sangat menentukan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Provinsi Jambi.

Selanjutnya jika meninjau karakter komplek ekologinya, perkembangan kawasan budidaya khususnya untuk pertanian terbagi atas tiga daerah yaitu kelompok ekologi hulu, tengah dan hilir. Masing-masing memiliki karakter khusus, dimana pada komplek ekologi hulu merupakan daerah yang terdapat kawasan lindung, ekologi tengah merupakan kawasan budidaya dengan ragam kegiatan yang sangat bervariasi dan komplek ekologi hilir merupakan kawasan budidaya dengan penerapan teknologi tata air untuk perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

Berdasarkan karakteristik ekosistem Jambi yang banyak memiliki kawasan hutan lindung, beberapa wilayah di Provinsi Jambi telah ditetapkan menjadi kawasan nasional strategis. Kawasan nasional strategis yang berada di Provinsi Jambi ditetapkan dengan pertimbangan dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun Kawasan strategis Nasional yang termasuk dalam kawasan wilayah Provinsi Jambi meliputi : 1. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan); 2. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) ; 3. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau) ; 4. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi).

Berdasarkan penunjukkan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan yang dituangkan dalam SK Menteri Kehutanan Nomor 421/Kpts-II/1999, dimana kawasan hutan Provinsi Jambi meliputi luas ± 2.179.440,00 Ha atau 42,73% dari keseluruhan luas Provinsi Jambi. Adapun luasan tersebut sesuai dengan pemaduserasian antara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Jambi berdasarkan fungsinya yang terdiri dari, Cagar Alam 30.400 ha (1,39%), Taman Nasional 608.630,00 Ha (27,92%), Taman Hutan Raya 36.660 ha (1,68%), Hutan Wisata Alam 430,00 Ha (0,02%), Hutan Lindung 191.130 ha (8,77%), Hutan Produksi Terbatas 340.700 ha (15,63%), Hutan Produksi Tetap 971.490 ha (44,57%). Masih luasnya kawasan hutan di Jambi, membuat Jambi dinobatkan sebagai salah satu dari sebelas provinsi yang dijadikan pilot project nasional dalam pelaksanaan SRAP REDD+ (Strategi dan Rencana Aksi Provinsi Reducing Emission from Deforestration and Forest Degradation Plus). Penunjukan ini diperkuat dengan Keputusan Gubernur Jambi Nomor 352/KEPGUB/SETDA. EKBANG&SDA-4.2/2013 tentang Strategi dan Rencana Aksi Provinsi REDD+ (Reducing Emission from Deforestration and Forest Degradation Plus).

Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Jambi juga penting dalam menunjang ketahanan pangan. Sebagai provinsi yang memilki kondisi geografis daratan, 60% lahan di Provinsi Jambi merupakan kawasan perkebunan dan kehutanan. Dengan keunggulan ini Provinsi Jambi merupakan salah satu sentra perkebunan di wilyah Sumatera. Komoditi unggulan perkebunan di provinsi ini didominasi oleh kelapa sawit dan karet, degan luasan masing-masing sebesar 400.168 ha dan 595.473 ha. Prodksi perkebunan per tahun 2014 dari berbagai komoditi di Provinsi Jambi antara lain produksi kelapa sawit sebesar 898,24 ribu ton