• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil analisis studi ini dapat ditarik beberapa kesimpulan baik yang terkait dengan tujuan penelitian maupun kesimpulan yang relevan dengan kebijakan pembangunan di Provinsi Jambi.

Pertama, hasil analisis dengan menggunakan pendekatan FLAG dapat dikatakan bahwa secara umum tujuan pembangunan Jambi yang terlalu mengedepankan aspek ekonomi cendrung akan mengalami penurunan tingkat keberlanjutan. Skenario pembangunan dengan business as usual, baik dari data perencaan dan data aktual menunjukkan frekuensi bendera kuning yang lebih banyak dari bendera hijau. Khususnya jika penilaian FLAG dilakukan berdasarkan data aktual maka kecenderungan munculnya bendera kuning akan lebih tinggi dibanding data berbasis perencanaan. Kemudian jika analisis FLAG diuji pada skenario pembangunan lain di luar BAU seperti pengembangan sumber daya lokal dan ekonomi non ekstraktif, maka skenario menggunakan data aktual juga akan menghasilkan bendera kuning yang lebih banyak daripada skenario perencanaan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa jika kriteria keberlanjutan lemah dan moderat yang menjadi acuan, maka pembangunan di Jambi akan banyak melewati ambang batas dengan banyaknya bendera kuning, merah dan hitam. Jika keberlanjutan kuat yang menjadi tolak ukur skenario saat ini bisa saja dikatakan lolos uji keberlanjutan namun akan menghasilkan trade off yang lebih kuat antara ekonomi dan lingkungan. Skenario keberlanjutan kuat yang memberikan rentang CTV yang lebih sempit dan cenderung bersifat kehati-hatian akan menghasilkan kecenderungan bendera hijau yang artinya lebih sustainable dengan lebih memperhatikan pada aspek lingkungan yang lebih baik.

Kedua, alternatif atau skenario kebijakan lainnya baik melalui Peningkatan Daya Saing (PDS), Mengelola Sumber Daya Lokal (MSDL), dan pengembangan Ekonomi Non-Ekstraktif dapat menjadi alternatif pembangunan Provinsi Jambi di masa mendatang. Ketiga skenario pembanguan tersebut cenderung lebih banyak memiliki bendera hijau dan lebih sedikit bendera kuning dibanding dengan skenario business as usual. Kebijakan PDS bisa diterima jika yang menjadi tolak ukur adalah keberlanjutan moderat. Secara umum dapat dikatakan bahwa kebijakan MSDL dan kebijakan ENE adalah kebijakan yang relatif lolos uji keberlanjutan, baik melalui analisis FLAG maupun analisis IDM.

Ketiga, perancanaan pembangunan berkelanjutan memang tidak terlepas dari aspek risiko dan ketidakpastian. Hasil analisis IDM menunjukkan bahwa risiko yang relatif lebih besar akan diperoleh pada agenda pembangunan saat ini (business as usual) sementara risiko yang relatif lebih kecil akan diperoleh pada skenario kebijakan pengembangan sumber daya lokal dan non-ekstraktif. Hasil analisis IDM juga memberikan gambaran yang konsisten dengan analisis FLAG bahwa skenario pembangunan MSDL dan ENE merupakan skenario yang dapat diterima pada tingkat kontraksi di atas 70%, yang artinya dalam ketiadaan informasi dan ketidak pastian yang tinggi, kedua skenario tersebut masih relatif lebih baik dari sisi keberlajutan. Hasil analisis IDM juga menghasilkan analisis Torando yang menunjukkan beberapa indikator yang sensitif terhadap keberlanjutan. Kesimpulan umum dari hasil analisis

Tornado menjukkan bahwa variabel ekonomi seperti laju pertumbuhan yang tinggi dan variabel lingkungan seperti hot spot dan lahan kritis cenderung akan mengurangi nilai keberlajutan. Di sisi lain perbaikan pada variabel lingkungan ini (pengurangan hot spot dan lahan kritis, misalnya) akan berkontribusi positif terhadap keberlajutan pembangunan di Jambi untuk seluruh skenario pembangunan.

Selain dari ketiga kesimpulan di atas, hasil analisis ini juga dapat disimpulkan sejalan dengan beberapa tujuan pembangunan sustainable development goals (SDGs) khususnya yang berkaitan dengan aspek People, Planet, Prosperity. Skenario pembangunan ENE dan MSDL akan memperkuat aspek kesejahteraan (People dan Prosperity) melalui pengembangan ekonomi lokal dan pertumbuhan inklusif sehingga dapat membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain skenario pembangunan ENE juga akan memperkuat aspek Planet dalam komponen SDGs .

Saran

Dari hasil analisis studi ini dapat disampaikan beberapa saran terkait dengan skenario pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jambi.

Pertama, oleh karena aspek keberlanjutan akan dicapai pada kebijakan pengembangan sumber daya lokal dan non-ektraktif, maka pemerintah provinsi disarankan mengembangkan pola pembangunan ekonomi hijau dengan basis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan memperhatikan sumber daya lokal dan pasar yang lebih ramah lingkungan. Pengembanan ekonomi hijau juga dilengkapi dengan pertumbuhan inklusif yang lebih bersifat pro poor dan mengintegrasikan antar sektor sehingga lebih memperkuat pembangunan sosial ekonomi yang lebih luas.

Kedua, Pemerintah Provinsi Jambi dapat menjadikan kawasan konservasi sebagai unggulan ekonomi berbasis jasa lingkungan oleh karenanya disarankan untuk

mengembangkan mekanisme pembayaran jasa lingkungan atau Payment for

Enviromental Services (PES) baik melalui ekowisata maupun integrasi sektor pertanian dengan jasa lingkungan. Selain itu PES dapat dikembangkan untuk sumber daya air melalui kerja sama kabupaten/kota dibawah kendala pemerintah provinsi.

Ketiga, disarankan juga bahwa provinsi Jambi mulai mengembangkan skema solidarity alternatif yakni penandaan (earmarking) dari penerimaan sektor yang memiliki penerimaan yang tinggi seperti batu bara, pertambangan dan migas, ke sektor primer (pertanian dan perikanan). Solidarity alternative ini kemudian dapat dijadikan cikal bakal bagi pengembangan natural resource fund Provinsi Jambi di masa mendatang, di mana natural resource fund merupakan skema pendanaan pembangunan yang dapat mengurangi shock atau goncangan pada perekonomian di daerah. Pemanfaatan dana sumber daya alam untuk mengembangkan jasa lingkungan akan memberikan manfaat yang lebih banyak kepada masyarakat dan lingkungan.

Keempat, diperlukan kebijakan dukungan berupa politik anggaran (pendanaaan) untuk merealisasikan ekonomi hijau berbasis non-ekstraktif melalui alokasi anggaran khusus dan investasi dibidang ekologi. Selain itu diperlukan perubahan paradigma pembangunan dan orientasi ekonomi seperti Jambi EMAS ke orientasi keberlanjutan misalnya melalui “JAMRUD” atau Jambi Regional sUstinaible Development.

Kelima, saat ini Jambi akan menjalankan agenda pembangunan baru yakni Jambi TUNTAS, hasil analisis model Jamrud ini sebagian telah selaras dengan agenda TUNTAS khususnya terkait dengan aspek Unggul dan Sejahtera karena beberap saran kebijakan dari model JAMRUD ini dapat diintegraskan ke dalam model TUNTAS melalui mekanisme pertumbuhan hijau dan pertumbuhan inklusif. Disarankan pula bahwa pengembangan Jambi TUNTAS ke depan hendaknya memperhatikan daya dukung lingkungan ekonomi, sosial dan lingkungan sebagaimana ditunjukkan dalam studi ini. Dengan mengintegrasikan daya dukung (critical threshold value) maka pencapaian agenda Jambi TUNTAS akan lebih berkelanjutan dan membantu dalam mencapai beberapa tujuan dari Sustainable Develoment Goals (SDGs).