• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR

PARAMETER STANDAR

F. DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.  SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN  

Sejarah dari pendirian Pabrik Gula Jatitujuh dimulai dengan adanya kerjasama antara pemerintah Republik Indinesia dan Bank Dunia dalam membentuk Indonesian Sugar Study (ISS), programnya yaitu mencari areal baru yang berorientasi pada lahan kering.

Pabrik Gula Jatitujuh diresmikan pada tanggal 5 September 1980 oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1981 tanggal 1 April 1981, PNP XIV dirubah satatusnya menjadi PT. Perkebunan XIV Persero dimana Pabrik Gula Jatitujuh bernaung dibawahnya.

Perkembangan pabrik dilaksanakan dari Maret 1976 sampai Septemner 1978 dengan kontraktor Perancis (Fives Cail Babcock). Tujuan dari pendirian pabrik adalah:

1. Meningkatkan produksi gula guna memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri.

2. Menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat di sekitar pabrik gula, sehingga dapat mengurangi laju urbanisasi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut.

3. Meningkatkan pendapatan negara dari sektor non-migas. 4. Menggunakan kembali bekas tanah hutan yang tidak produktif.

Pabrik Gula Jatitujuh terletak di desa Sumber, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Pabrik ini berjarak ± 77 km dari Kodya Cirebon (± 7 20 km dari Jatibarang) dan ± 32 km dari Kodya Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka.

B.  STRUKTUR ORGANISASI DAN KETENAGAKERJAAN 

Struktur organisasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada suatu perusahaan. Adanya struktur organisasi dapat diketahui dengan

jelas kedudukan (pemisahan tanggung jawab) dan hubungan antar bagian satu dengan bagian yang lainnya, serta dapat diharapkan terjalin kerjasama yang baik dalam menjalankan visi dan misi perusahaan.

Pabrik Gula Jatitujuh dipimpin oleh seorang general Manajer yang bertanggung jawab kepada Direksi. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, seorang general Manajer dibantu oleh:

1. Kepala Bagian Sumberdaya Manusia dan Umum. Disebut juga Kepala Bagian Administratur.

2. Kepala Bagian Tanaman. Bertanggung jawab kepada General Manajer di bidang tanaman.

3. Kepala Bagian Pabrikasi. Bertanggung jawab kepada General Manajer dalam bidang pabrikasi.

4. Kepala Bagian Instalasi. Bertanggung jawab dalam pengoperasian alat dan mesin yang digunakan dalam proses produksi.

5. Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK).

Dalam pengoperasian Pabrik Gula Jatitujuh memperkerjakan sejumlah karyawan. Karyawan tersebut diklasifikasikan berdasarkan waktu penggunaan, sebagai berikut:

1. Karyawan Tetap / Staff

2. Karyawan Bulanan dan Non Staff 3. Karyawan Musiman

4. Karyawan Harian

Pada musim giling karyawan bagian pabrikasi dan instalasi bekerja selama 24 jam dengan pergantian jam kerja sebagai berikut:

Pagi : 07.00 – 15.00 Siang : 15.00 – 23.00 Malam : 23.00 – 07.00

Sedangkan pada waktu bukan musim giling, karyawan tersebut masuk pada jam kerja pagi. Untuk karyawan bagian Tanaman dan bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK) masuk setiap hari, kecuali hari Minggu dan hari libur pada jam kerja pagi.

C. PRODUK DAN TEKNOLOGI PROSES 

PG. Jatitujuh merupakan industri yang mengolah bahan baku tebu untuk menghasilkan produk tunggal berupa gula kristal putih (SHS). Gula produk ini dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat maupun digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain, karena itu mutu gula harus dijaga dengan baik. Mutu gula yang baik dipengaruhi oleh mutu bahan baku dan proses yang selalu terjaga agar sesuai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari analisa tersebut adalah untuk mengetahui kualitas produk gula yang didapat yaitu gula SHS atau produk gula kristal putih kualitas 1 dan untuk menganalisa tentang kelayakan gula untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara langsung kualitas gula ditentukan oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) yang berada di Pasuruan (Marpaung, 2005).

Tabel 11. Kualitas Gula Kristal Putih

Kriteria Satuan Syarat

Pol % Min 99.8

Daya Hantar Listrik derajat Min 80

Faktor Cuci Min 0.70

Gula Reduksi % Min 0.11

Kejernihan % Min 66.5

Kejenuhan % Min 14.4

Nilai Remisi Direduksi Min 59.3

Besar Butiran mm 0.8 – 1.1

Sebelum menghasilkan produk berupa gula kristal putih atau SHS tersebut, terlebih dahulu bahan baku diolah dengan melalui beberapa tahapan proses produksi. Tahapan produksi yang dilalui mulai dari bahan baku masuk pabrik hingga menjadi produk adalah stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, dan stasiun putaran.

Bahan baku tebu masuk ke dalam proses pertama kali melalui stasiun gilingan yang sebelumnya melewati stasiun persiapan. Stasiun gilingan bertujuan untuk memisahkan nira dari tebu semaksimal mungkin dengan teknik pemerahan yang seefisien mungkin dan kehilangan nira dalam ampas sekecil mungkin. Di PG. Jatitujuh proses penggilingan menggunakan 4 unit gilingan.

Nira yang keluar dari stasiun gilingan terdiri dari brix dan air, yang kemudian menuju stasiun pemurnian. Tujuan dari proses pemurnian adalah untuk memisahkan unsur bukan gula selai air dari nira mentah dengan cara yang seefisien mungkin dan menjaga kehilangan gula sekecil mungkin. Melalui cara ini diusahakan untuk menghilangkan kotoran dalam nira mentah sebanyak mungkin tanpa adanya kerusakan dari sukrosa. Sistem pemurnian yang dipakai di PG. Jatitujuh adalah sulfitasi alkalis ganda dengan adanya penambahan gas SO2 sebanyak dua kali, yaitu di bejana sulfitasi nira mentah dan di bejana sulfitasi nira kental. Di PG. Jatitujuh, proses sulfitasi menggunakan dua cara yaitu ventury dan blower. Hasil dari stasiun pemurnian adalah nira encer dan hasil samping berupa blotong. Blotong ditampung ke truk-truk pabrik dan digunakan sebagai pupuk.

Setelah dari stasiun pemurnian, nira encer menuju ke stasiun penguapan dimana proses yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan air dari suatu bahan. Dalam stasiun ini diharapkan air dihilangkan hingga kadarnya dalam nira hanya tinggal 30-35 %. Proses penguapan menyebabkan nira menjadi kental dan pekat, mendekati konsentrasi jenuhnya. Dalam melakukan efisiensi proses penguapan, PG. Jatitujuh menggunakan 5 buah badan penguap dan terdapat 1 badan penguap yang tidak dioperasikan sebagai cadangan. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam proses penguapan adalah bahwa proses penguapan berlangsung singkat dan mempunyai kecepatan penguapan yang tinggi. Keadaan seperti ini akan menjaga agar tidak terjadi kerusakan sukrosa.

Dari stasiun penguapan, nira masuk ke untreated syrup tank, lalu dipanaskan di juice heater untuk mempersiapkan nira sebelum masuk ke reaktor pemroses. Di dalam reaktor pemroses yang bersuhu 75-80 oC, nira dicampur dengan asam phospat dan susu kapur. Kemudian nira hasil reaksi diumpankan ke aerator yang berfungsi untuk menambahkan udara ke dalam nira hasil reaksi tersebut supaya buih dan kotoran mengambang.

Nira kental yang dihasilkan stasiun penguapan menuju ke stasiun masakan yang berfungsi untuk mengambil sukrosa dalam bentuk kristal yang sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya serta mencegah terjadinya kerusakan maupun kehilangan sukrosa baik oleh mikroorganisme,

suhu, pH, serta lamanya proses. Proses pemasakan dilakukan pada suatu alat yang disebut pan masakan dengan menggunakan tekanan hampa. PG Jatitujuh mengunakan sistem masakan ACD, dimana kristal A digunakan sebagai produk, sedangkan kristal C dan D sebagai pemasukan bibit.

Proses masakan menghasilkan satu massa campuran antara kristal gula dan larutan jenuh dengan sukrosa. Sehingga untuk mendapatkan kristal yang murni maka campuran antara kristal gula dan larutan jenuh harus dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan gaya sentrifugal. Stasiun puteran bertujuan untuk memisahkan kristal gula dan larutan gula yang terdapat pada masequite. Proses pemutaran masequite dari masakan A dan masakan D dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan untuk masakan C dilakukan 1 kali.

Proses pemutaran pertama terhadap masequite A diperoleh stroop A dan gula A. gula A (kristal) kemudian dicuci dengan air agar mudah dipompa ke puteran kedua. Pada proses pemutaran kedua ini dihasilkan klare A dan gula SHS I (gula produk). Masequite C pada proses pemutarannya menghasilkan stroop C dan gula C (kristal). Sedangkan proses pemutaran yang pertama terhadap masequite D akan diperoleh stroop D (biasa dikenal sebagai tetes atau molases) dan gula D1 (kristal) yang kemudian ditambah air bersuhu 50

o

C untuk dipompakan ke putaran kedua. Pada proses pemutaran kedua ini akan dihasilkan klare D dan gula D2 (kristal).

Gula produk SHS yang berasal dari puteran SHS masih dalam keadaan panas dan basah, sehingga diperlukan suatu alat untuk mengeringkan dan juga mendinginkan gula tersebut yang berada pada stasiun penyelesaian. Tujuan dari stasiun penyelesaian ini adalah menghasilkan Gula Kristal Putih I (SHS I) yang siap jual dalam keadaan kering, memiliki ukuran seragam sebagai gula produk (0,8-1,1 mm) dan dikemas dalam tempat yang aman dari kerusakan. Setelah keluar dari puteran SHS, gula kristal yang masih basah trun ke talang goyang yang selanjutnya dibawa ke gedung pengeringan gula.

Kristal gula yang keluar dari alat pengering dialirkan ke pipa pendingin. Pipa pendingin berakhir di corong alat pengering yang menuju ayakan getar. Gula yang telah kering tersebut kemudian disaring berdasarkan perbedaan ukuran bahan pada ayakan getar yang memakai 2 tingkat ayakan. Dua tingkat

ayakan dalam proses penyaringan ini terdiri dari saringan gula produk dan saringan gula halus yang ukurannya berbeda.

Gula yang tidak tersaring pada saringan gula produk disebut gula krikilan (gula kasar). Sedangkan gula yang tidak tersarimg pada saringan gula halus disebut gula produk dan yang tersaring disebut gula halus. Gula krikilan dan gula halus ditampung dan dilebur lagi untuk dijadikan gula produk. Gula produk diisikan ke karung plastik dengan bobot kemasan sebesar 50 kg dimana terdapat 2 lapis kemasan yang dipakai, yaitu berupa kantung plastik bening sebagai kemasan primer yang berada di dalam karung plastik sebagai kemasan sekunder. Setelah itu karung dijahit dan dikirim ke gudang.

D. SARANA DAN PRASARANA PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH 

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan di PG. Jatitujuh adalah tebu. Keberhasilan pengusahaan tanaman tebu banyak dipengaruhi oleh kualitas bibit tebu, yaitu murni, bebas dari hama penyakit, segar dan mempunyai daya kecambah dan kecepatan tumbuh yang tinggi. PG. Jatitujuh menggunakan varietas tanaman tebu yang mempunyai mutu yang bagus yang telah direkomendasikan oleh P3GI Pasuruan. Tanaman tebu yang digunakan terdiri dari 2 golongan utama, yaitu Plant cane (PC) dan

Ratoon cane (RC). Plant cane merupakan penanaman tanaman tebu baru dengan menggunakan bibit baru yang mengandung sukrosa tinggi, sedangkan ratoon merupakan generasi tebu yang tumbuh dari sisa pangkal tebu yang telah ditebang setelah melalui proses pengepresan, biasanya untuk ratoon ini diambil keprasan satu sampai tiga kali. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya penyakit pada tanaman dan karena pada tanaman ratoon satu sampai tiga tersebut masih mengandung sukrosa tinggi.

b. Bahan Pembantu • Kapur Tohor

Kapur tohor dalam proses pembuatan gula berfungsi sebagai bahan pembantu pada proses pemurnian nira yang bersifat asam, sehingga

harus dinetralkan dengan basa. Selain itu penambahan kapur dimaksudkan untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kotoran, karena sifatnya mengabsorbsi kotoran tersebut. Penambahan kapur dalam bentuk emulsi Ca(OH)2 dengan kekentalan 7 oBe (Baume) (Hugot, 1986).

Tabel 12. Persyaratan kapur tohor

Analisa berdasarkan berat kering Komposisi (%)

Tidak larut dalam HCl 2

Asam Silikat 2

Oksida besi dan aluminium 2

Kalsium Oksida 85 – 90

Magnesium Oksida 2

Sulfat (SO42-) 2

Sumber: BP3G (Badan Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula) • Belerang

Belerang digunakan sebagai zat pembantu pada stasiun pemurnian dan penguapan. Syarat-syarat belerang yang baik adalah kadar abu maksimal 0.1 %, kadar lengas 0.5 %, kadar arsen 0.05 %, kadar bituminus 0.1 % dan kadar belerang 99.5 %. Belerang sebelum digunakan, terlebih dahulu diproses dalam bentuk gas SO2.

S(p) + O2 (g) SO2(g)

Pada proses pemurnian, gas SO2 ini dibutuhkan untuk menetralkan kebasaan nira setelah ditambahkan susu kapur, dari pH 9.5 menjadi 7.2. sedangkan pada proses penguapan ditambahkan SO2 untuk memucatkan warna nira kental dan merubah pH dari 7.2 menjadi 5.5. • Flokulan

Flokulan merupakan zat pembantu pengendapan nira, dimana flokulan tersebut menarik kotoran-kotoran yang ada dalam nira, menjadi bentuk flok-flok kotoran. Flokulan yang digunakan di pabrik gula salah satunya adalah super flok AP 110.

• Phospat

Phospat digunakan untuk membantu proses pemurnian nira, serta untuk melunakan kerak yang mungkin terbentuk pada badan penguapan. Phospat (P2O5) yang digunakan yaitu dari TSP dan asam

phospat. Phospat (P2O5) dalam TSP akan diikat oleh unsur logam Al, Mn dan Fe yang terdapat dalam batang tebu. Zat ini akan terus terbawa walaupun telah digiling dan terus terkandung dalam nira

c. Sarana Penunjang

Sarana penunjang dalam proses produksi adalah fasilitas yang diperlukan untuk memperlancar jalannya proses produksi. PG. Jatitujuh memiliki beberapa sarana penunjang yang sangat mendukung dalam proses produksi, antara lain:

• Stasiun Boiler

Stasiun boiler merupakan sumber energi uap yang akan digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin pabrik. PG. Jatitujuh terdapat 3 unit boiler, 2 unit buatan Fives Cail Babcock (FBC) Perancis, dan satu unit yang lain buatan Hitachi, Jepang. Kapasitas uap yang dihasilkan tiap boiler adalah 55 ton/jam.

Sumber panas pada boiler berasal dari tungku, bahan bakar dari tungku ada 2 jenis, yaitu bahan bakar minyak (BBM) atau bagase (ampas tebu). BBM digunakan hanya pada saat tidak ada bagase karena dirasa cukup mahal. BBM yang digunakan adalah jenis IDO (International Diesel Oil). Bila ampas telah tersedia maka bahan bakar yang digunakan adalah bagase, hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya operasional. Uap yang dihasilkan oleh boiler kemudian disalurkan ke stasiun penggilingan, turbin uap penghasil energi listrik, unigrator, dan lain-lain.

• Stasiun Water Treatment

o Bagian Penyedia Air untuk Proses

Kebutuhan air dipenuhi dari sumber air sungai Cimanuk. Air dari sungai Cimanuk disedot dengan memakai 4 buah pompa dengan debit 3 m3/menit tiap pompa. Air yang dihasilkan sebagian besar (93–95 %) digunakan dalam proses produksi, memenuhi kebutuhan karyawan dan kantor. Sedangkan sisanya dilairkan ke bejana softener

boiler. Penambahan resin bertujuan untuk menghilangkan kesadahan yang dapat menimbulkan kerak pada boiler.

o Bagian Daur Ulang Air Jatuhan

Daur ulang air ini bertujuan untuk menurunkan suhu air. Air jatuhan adalah air hasil pengembunan dari kondensor, evaporator, dan masakan. Air ini tidak mengandung gula dan bersuhu 46 oC. air ini dipompa melalui pipa air jatuhan ke cooling tower (bangunan pendingin) yang memiliki 6 buah kipas raksasa penghembus udara, yang berfungsi untuk mendinginkan air. Kemudian air dijatuhkan seperti air terjun , melewati hembusan udara dari kipas-kipas itu. Air yang telah didinginkan bersuhu 39 oC kemudian dipompa oleh pompa injeksi menuju stasiun masakan, pemurnian dan evaporator sebagai air injeksi.

• Stasiun Instrument Listrik

Stasiun ini merupakan stasiun penyedia energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap. PG. Jatitujuh memiliki 2 buah generator pembangkit listrik dengan tegangan 6000 volt/generator. Uap kering yang digunakan untuk menggerakan generator berasal dari stasiun boiler. Energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk menggerakan pompa, motor listrik, penerangan, dan lain-lain. Pembangkit listrik tenaga uap ini digunakan selama musim giling, sedangkan pada waktu tidak giling menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel. Energi listrik dari pembangkit diesel ini digunakan untuk penerangan pabrik dan perumahan karyawan.

• Stasiun Besali

Stasiun ini berfungsi untuk memperbaiki alat-alat, pompa, dan mesin-mesin pabrik yang mengalami kerusakan agar proses produksi berjalan dengan lancar. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan adalah pemotongan, pelubangan, pengelasan, dan membentuk besi dengan spesifikasi alat yang diharapkan.

V. PEMODELAN SISTEM

A. KONFIGURASI MODEL

Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal ini dirancang dan dikembangkan di PT Pabrik Gula Jatujuh dalam suatu paket program komputer yang diberi nama SWEETCON.PROSION. Konfigurasi model SWEETCON.PROSION ini dibuat dan dirancang sesuai dengan struktur dasar Sistem Penunjang Keputusan, sedangkan pada rancang bangun model terdapat rumusan formulasi matematis.

Gambar 9. Konfigurasi model paket program SWEETCON.PROSION SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA

Data Input Efisiensi Teknis Data Kemampuan Proses

Data Output Efisiensi Teknis

Data Input Efisiensi Ekonomis

Data Output Efisiensi Ekonomis

Data Bobot dan Kriteria Pengendalian Proses

Model SPK Pengendalian Proses Produksi

Dokumen terkait