• Tidak ada hasil yang ditemukan

SARMA Uji Efek Spasial

4. GAMBARAN UMUM PUSAT PERTUMBUHAN DI KALIMANTAN

Kondisi Wilayah Kalimantan

Kinerja perekonomian wilayah Kalimantan menunjukkan bahwa sektor pertanian utamanya perkebunan, industri pengolahan migas, dan sektor

pertambangan dan penggalian adalah sektor-sektor yang mendukung

pembentukan PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan pendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Perkembangan PDRB per kapita wilayah Kalimantan terus mengalami peningkatan riil, akan tetapi ketimpangan antarpropinsi masih cukup tinggi, yaitu antara propinsi Kalimantan Timur dan propinsi lain diwilayah Kalimantan.

Ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan darat yang memadai merupakan hal penting dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah serta memudahkan aliran barang dan mobilitas penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Sayangnya, kondisi infrastruktur wilayah Kalimantan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, termasuk yang paling rendah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh rasio panjang jalan terhadap luas wilayah di Kalimantan yang jauh lebih kecil dari pada rata-rata wilayah lainnya di kawasan timur Indonesia bahkan rasio secara nasional. Wilayah Kalimantan juga memiliki keterbatasan dalam ketersediaan listrik, padahal listrik sangat dibutuhkan dalam menunjang kegiatan pertambangan.

Dalam bidang sosial, secara umum, tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan kemiskinan di wilayah Kalimantan berada di bawah TPT dan kemiskinan Nasional. Dalam hal pembangunan kualitas manusia, wilayah Kalimantan mengalami hambatan, terutama di daerah perdesaan dan pedalaman. Hal ini disebabkan masih terbatasnya dan belum meratanya penyebaran tenaga pendidik dan tenaga kesehatan yang berkualitas.

Tabel 1. Perkembangan Pembangunan Wilayah Kalimantan, Tahun 2013

Perkembangan Pembangunan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Tmur Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,08 7,37 5,18 1,59

Pertumbuhan Tenaga Kerja (%)

-2,50 -0,61 -0,56 0,32

Pertumbuhan Investasi (%) -10,28 -59,48 136,46 172,65

PDRB perkapita ADHB 16,83 24,46 20,19 109,66

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

4,03 3,09 3,79 8,04

Persentase Penduduk Miskin (%) 8,74 6,23 4,76 6,38 Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) 70,31 75,46 71,08 76,71

Wilayah Kalimantan memiliki posisi geografis yang strategis di wilayah barat dan tengah Indonesia. Dalam konteks keterkaitan antarwilayah, wilayah Kalimantan berada pada posisi yang berhadapan langsung dengan pulau-pulau besar lain di Indonesia. Wilayah Kalimantan juga memiliki posisi yang cukup strategis baik dalam konteks regional mapun global. Perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu potensi yang dapat berkontribusi pada tingkat regional ASEAN. Dalam konteks global, wilayah Kalimantan memiliki peranan sebagai paru-paru dunia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa wilayah Kalimantan akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia dan sub- regional ASEAN (Gambar 9).

Pusat-pusat Pertumbuhan di Kalimantan

Koridor Ekonomi Kalimantan

Dalam rancangan Perpres Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Kalimantan, pusat-pusat pertumbuhan yang diklasifikasikan kedalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah (Gambar 10):

1. Pontianak, diarahkan untuk mendorong perkembangan sektor perkebunan, agroindustri, perdagangan, pertambangan (bauksit) dan pariwisata;

2. Palangkaraya, diarahkan untuk mendorong perkembangan sektor

perdagangan, pertanian, dan pertambangan galian logam;

3. Banjarmasin, diarahkan untuk mendorong perkembangan sektor

perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan agroindustri serta industri pengolahan;

4. Samarinda-Balikpapan, diarahkan untuk mendorong perkembangan sektor industri pengolahan, pertambangan, perdagangan dan jasa, perkebunan dan kehutanan.

Dengan demikian, pengembangan wilayah Kalimantan diarahkan pada pengembangan gugus (cluster) industri pengolahan berbasis sumberdaya alam yang melayani sentra-sentra produksi disekitarnya, serta mengembangkan produk/industri unggulan wilayah dan kerjasama antardaerah.

Dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat, wilayah Kalimantan dihadapkan pada isu antara lain, rendahnya produktivitas sekor pertanian, serta belum optimalnya pengembangan agropolitan dan industri pengolahan pertambangan. Kendala berikutnya adalah keterbatasan aksesbilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar (energi dan sumber daya air) juga isu menurunnya daya dukung hutan yang tercermin dari laju konversi lahan hutan menjadi perkebunan dan pertanian yang tergolong tinggi.

Dengan memperhatikan PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), titik berat rancangan kerja pemerintah adalah tranformasi ekonomi yang dikembangkan melalui konsep perluasan dan percepatan pertumbuhan ekonomi (MP3EI) yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Konsep tersebut dituangkan kedalam koridor ekonomi Indonesia, meliputi koridor Kalimantan yang pengembangan wilayahnya diarahkan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional (Gambar 11).

39 GLOBAL -Kalimantan memiliki cadangan bijih besi terbesar

- Kontribusi produksi LNG di Kalimantan 37% dari total produksi nasional

- Kalimantan memiliki 50% cadangan batubara nasional

- Kalimantan memiliki luas kawasan hutan produksi tertinggi (29,8 juta Ha)

-Kalimantan sebagai salah satu pulau pengekspor batubara bagi beberapa negara

di ASEAN

-45% wilayah Kalimantan dialokasikan sebagai paru-paru dunia dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca

sebesar 26% pada tahun 2020

-Potensi peningkatan volume produksi kelapa sawit, terutama dari pengembangan industri hulu melalui pengembangan lahan yang selektif, konversi lahan produktif, dan peningkatan produksi CPO. -Penyimpan cadangan bauksit terbesar nomor tujuh di dunia sekaligus produsen bauksit nomor empat di dunia -Penyimpan cadangan bauksit terbesar nomor tujuh di dunia sekaligus produsen bauksit nomor empat di dunia INDONESIA ASEAN

Gambar 10. Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Kalimantan

41

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) di Kalimantan

Dalam Keputusan Presiden No. 150 tahun 2000, ditegaskan bahwa Kawasan Pengembangan Ekonomi Tepadu (KAPET) merupakan wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) memiliki potensi untuk cepat tumbuh; dan atau b) mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya; dan atau c) memiliki potensi pengembalian investasi yang besar. KAPET merupakan suatu terobosan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan daerah, baik yang diarahkan bagi upaya percepatan pertumbuhan daerah maupun pemerataan pembangunan antar daerah.

Kondisi karakteristik masing-masing KAPET di Kalimantan adalah sebagai berikut:

1. KAPET Khatulistiwa di Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas Kabupaten Sanggau, Sambas, Bengkayang, Landak, Sintang, Kapuas Hulu, dan Kota Singkawang memiliki potensi sektor pertambangan, sektor kehutanan, dan sektor perkebunan. Lokasinya sangat strategis, terletak ditengah-tengah wilayah Kalimantan Barat dan memiliki akses ke Malaysia. Dengan dibukanya pos perbatasan di Entikong, maka mobilitas orang dan barang akan makin meningkat. Selain itu dengan pembangunan jalan Lintas Kalimantan poros selatan di Kabuapten Sanggau, terutama yang melalui Kota Tayan, akan memacu peningkatan kegiatan ekonomi. Sasaran pengembangan sektor unggulan ini adalah sebagai pusat agroindustri, pusat pariwisata, dan pusat perikanan dan marine;

2. Di Propinsi Kalimantan Tengah, ada KAPET Das Kakab (Daerah Aliran Sungai Khayan, Kapuas dan Barito) yang terdiri atas Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya. Keempatnya memiliki sektor unggulan yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan pertambangan. Berdasarkan pertimbangan nasional untuk mengembangkan lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan Tengah, dan juga oleh pertimbangan regional, maka kawasan Das Kakab ini diarahkan sebagai pusat kegiatan agribisnis dan agroindustri, serta sebagai pusat pengembangan IPTEK pemanfaatan gambut dan kawasan agrowisata;

3. KAPET Batulicin di Kalimantan Selatan berada di Kabupaten Kotabaru dan Kota Banjarmasin memiliki potensi dan peluang untuk mengembangkan sektor perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan, wisata dan industri. Dalam strategi pengembangannya Kawasan Batulicin akan dijadikan sebagai kawasan yang memberikan kontribusi besar bagi pembangunan Kalimantan Selatan, terutama maemacu pertumbuhan Pembagunan Wilayah I (Banjarmasin dan sekitarnya) dan Pembangunan Wilayah II (Banua Lima). Untuk itu, sasaran pengembangan diarahkan sebagai pusat agribisnis dan agroforestry, pusat perdagangan dan industri pengolahan bahan tambang, daerah tujuan wisata dan kelestarian lingkungan hidup, menjadikan kota mandiri, terpadu dan modern, serta sebagai pusat industri perikanan laut terpadu;

4. KAPET Sasamba di Kalimantan Timur menghadap ke Selatan Makasar dan

berfungsi sebagai jalur lalu lintas Kawasan Timur Indonesia yang penting dan strategis sekaligus sebagai jalur pelayaran internasional. KAPET Sasamba terdiri atas Kabupaten Kutai Kertanegara, Kota Samarinda, dan

43

Balikpapan. Sektor-sektor unggulan yang berpotensi adalah sektor pertambangan, perikanan, perkebunan, pariwisata, dan industri. Sasaran pengembangan adalah sebagai pusat agroindustri dan agroforestry, obyek pariwisata dan kelestarian lingkungan, pusat perdagangan utama dan pusat kegiatan pertambangan dan industri minyak dan gas bumi.

Dalam Rakernas BP KAPET tahun 2011, disampaikan bahwa keempat KAPET ini belum dapat memaksimalkan potensinya sebagai pusat pertumbuhan dengan berbagai macam kendala yang dihadapi (Tabel 2).

Tabel 2. Kondisi KAPET di Kalimantan

KAPET