• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum, Sejarah Politik IAIN Jakarta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam sistem perpolitikan kampus memiliki banyak catatan.Perubahan dari AIDA-IAIN-UIN yang mengiringi lebih dari setengah abad perjalanan kampus ini juga turut menyertai pergerakan mahasiswanya.Dalam konteks pemerintahan mahasiswa, berbagai jenis juga pernah berlaku diterapkan.Substansinya adalah sejauh mana mahasiswa memiliki wadah atau sarana aktualisasi aktivismenya, khususnya intra kampus.1

Sepanjang sejarahnya, organiasi kemahasiswan di UIN Jakarta banyak mengalami pasang surut dan perubahan bentuk. Sejak kelahirannya pada tahun 1960, organisasi kemahasiswaan UIN Jakarta berbentuk lembaga-lembaga kemahasiswaan yang terdiri atas :

1. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) sebagai lembaga legistalif tingkat institut.

2. Dewan Mahasiswa (DEMA) sebagai lembaga eksekutif tingkat institut. 3. Musyawarah Komisariat (MUSKOMA) sebagai lembaga eksekutif

tingkat Fakultas.

4. Senat Mahasiswa (SEMA) sebagai lembaga eksekutif tingkat institut. 5. Komisariat Tingkat (KOMTING) sebagai pengurus kelas atau tingkat.

Sepintas terlihat bentuk kelembagaan organisasi kemahasiswaan kala itu belum cukup ideal.Namun, dengan wadah organisasi yang sedemikian rupa, mahasiswa IAIN tetap aktif menjalankan fungsinya, bukan saja wadah

1

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku Panduan Propesa 2010. 2010, h. 9

kegiatan mahasiswa, namun juga sebagai kekuatan kontrol yang aktif merespon isu-isu nasional.Terlahir dalam situasi politik yang penuh bergejolak bersama dengan elemen-elemen gerakan pemuda dan pelajar lainnya, mahasiswa IAIN turut serta menorah sejarah tahun 1966 dengan TRITURA-nya.

Akhir dari keruntuhan Orde Lama awal-awal masa kekuatan Orde Baru adalah masa yang penuh dengan intrik dan gejolak.Dan secara perlahan tapi pasti, Soeharto menjalankan politik hegemoninya.Dengan alasan stabilitas politik dan pembangunan ekonomi, dominasi Soeharto yang ditopang oleh militer semakin kuat.Hingga pada tanggal 15 Januari 1974 terjadi malapetaka 15 Januari (MALARI).2

Peristiwa MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari) adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan social yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1974.Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1947).Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemontrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, Perdana Menteri (PM) Jepang itu berangkat dari istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helicopter dari Bina Graha ke pangkalan Udara.3

Peristiwa MALARI ternyata membawa dampak yang sangat besar bagi organisasi kemahasiswaan intra kampus.Melalui Menteri Pendidikan dan

2

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku Panduan Propesa 2010. 2010, h. 10

3

40

Kebudayaan Daoed Jusuf saat itu, pemerintah orde baru akhirnya mengeluarkan SK No. 28/U/1974 tentang petunjuk kebijaksanaan dalam rangka pembinaan kehidupan kampus perguruan tinggi.

Betapapun pemerintah membatasi aktivitas politik mahasiswa, tetap saja pada tahun 1978 terjadi lagi masifikasi gerakan mahasiswa.Tema sentralnya adalah suksesi oleh rezim orde baru.Gerakan ini dilansir sebagai gerakan mengganggu kestabilan nasional dan kehidupan kampus dianggp tidak normal.Maka kembali DEPDIKBUD mengeluarkan kebijakan melalui SK No. 516/U/1978 tentang normalisasi kehidupan kampus dan badan koordinasi kampus (NKK/BKK).Hasilnya Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) dan Dewan Mahasiswa (DEMA) berubah bentuk menjadi Badan Pelaksana Kegiatan Mahasiswa (BPKM).

Di sisi lain SK DEPDIKBUD ini berimbas pada IAIN yang berada dibawah naungan Departemen Agama (DEPAG). Karena DEPAG, mau tidak mau harus menyelaraskan diri dengan SK tersebut. Maka, keluarlah SK Menteri Agama tahun 1980 tentang kelembagaan mahasiswa IAIN.Bentuk kelembagaan tersebut adalah Majelis Pertimbangan Kegiatan Mahasiswa (MPKM).

MPKM adalah lembaga legilatif tingkat institut yang diketuai secara ex

officio oleh Pembantu Rektor III (PUREK III) bidang

Kemahasiswaan.Anggotanya terdiri dari unsur-unsur Pembantu Dekan III dan beberapa dosen ditambah beberapa orang dari unsur mahasiswa.Sementara lembaga eksekutifnya bernama BPKM yang personelnya diisi seluruhnya oleh mahasiswa.

Konsep NKK/BKK ternyata memang cukup efektif untuk meredam gerakan-gerakan mahasiswa.BPKM IAIN Jakarta sejak saat itu lebih berorientasi pada pendalaman ilmu agama, seni dan pengembangan kemasyarakatan.Namun, diluar konsep tersebut banyak menuai kritik. Alhasil, pada tanggal 29 Juli 1990 terbit SK MENDIKBUD tentang Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) yang garis besarnya memberikan peluang sedikit lebih longgar bagi aktivitas mahasiswa. Segera saja IAIN Jakarta melalui SK Rektor No. 32 th. 1991 memberlakukan konsep SMPT dan BPKM menjadi BPH SMPT, yang keseluruhan anggotanya dipilih dari dan oleh mahasiswa.4

Namun pada saat Orde Baru runtuh saat itu mahasiswa telah membangun basis gerakan kemahasiswaan yang sangat kuat, dengan tumbangnya orde baru harus diakui peran mahasiswa sangatlah berperan. mahasiswa dan civil society sangat ingin menghempaskan hegemoni sistem orde yang lebih otoritarian menjadi demokrasi, hal itu bukan hanya ditandai dengan pemilihan yang lebih demokratis tetapi juga dengan perubahan dasar perpolitikan, kehidupan sosial bermasyarakat dan bermunculannya banyak partai-partai politik baru. sistem kemahasiswaan saat itu senat mahasiswa dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) benar-benar dikontrol agar tiap-tiap kampus dapat mengawasi mahasiswanya dengan baik. 5

Sistem yang seperti itu tentu saja mempengaruhi terhadap kebebasan mahasiswa untuk menentukan pilihan-pilihan politiknya dan ini juga sangat mempengaruhi mahasiswa untuk bebas berekpresi menyampaikan kebebasan

4

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Buku Panduan Propesa 2010. 2010, h. 11

5

wawancara langsung dengan Tb. Ace Hasan Syadzili Presiden Pertama IAIN Jakarta (sekarang UIN) pada tanggal 22 Agustus 2013

42

berpendapat padahal salahsatu diantara karakter mahasiswa adalah kebebasan akademik. Jika kebebasan akademik ini tidak dipupuk sejak awal maka agak sulit untuk melahirkan mahasiswa yang betul-betul kreatif, berfikir visioner dan belajar berorganisasi dengan baik.6

Dalam sistem senat, segala kebijakan yang dikeluarkan harus sepengetahuan dan persetujuan dari Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintahan orde baru pada saat itu, sehingga terjadi kesenjangan antara organisasi intra dan ekstra kampus.7

Perubahan sistem senat menuju sistem student government (SG) tidak terjadi begitu saja, karena saat itu dibentuklah Presidium Eksekutif Transisional oleh beberaapa aktivis mahasiswa yang berfungsi mempersiapkan sistem baru yang akan dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.8

Dokumen terkait